Anda di halaman 1dari 7

FARMAKOTERAPI 1

“ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKIMIA”

OLEH

NAMA : RISKA AMELIA PUTRI


NIM : O1A117056
KELAS :D
DOSEN : apt. SUNANDAR IHSAN, S.Farm., M.Sc.

JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2020
A. Pendahuluan
Leukemia limfositik akut atau biasa di sebut ALL adalah bentuk leukemia yang paling
lazim dijumpai pada anak, insiden tertinggi terdapat pada usia 3-7 tahun. Leukemia akut
ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk.
Apabila tidak diobati segera, maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu hingga
hari. Sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat
sehingga memiliki harapan hidup yang lebih lama, hingga lebih dari 1 tahun bahkan ada yang
mencapai 5 tahun.
ALL dianggap muncul dari ekspansi klonal sel-sel. Ketika sel-sel ini mengembang,
mereka memperoleh satu dan seringkali lebih banyak penyimpangan kromosom, termasuk
trans lokasi, inversi, penghapusan, mutasi titik, dan amplifikasi. Translokasi TEL-AML1
ditemukan pada sekitar 25% kasus ALL pediatrik ALL dan terkait dengan prognosis yang
menguntungkan. Contoh lain adalah translokasi kromosom Ph yang menghasilkan protein
fusi BCR-ABL. Translokasi ini menghasilkan kinase baru yang mengarah pada proliferasi
yang tidak terkendali, kelangsungan hidup, dan pembaruan diri sel. Hal ini jarang terjadi pada
semua masa kanak-kanak dan umumnya ditemukan pada ALL dewasa, terutama pada pasien
yang lebih tua.
B. Klasifikasi Leukimia
Metode klasifikasi untuk leukemia telah berevolusi dari skema sederhana yang
sebagian besar fenotipik dan dianggap hanya usia, jenis kelamin, jumlah sel darah putih
(WBC), dan ledakan morfologi menjadi metode yang sekarang kompleks yang mencakup
fitur biologis seperti reseptor permukaan sel, konten DNA. Semua pasien yang baru
didiagnosis dengan leukemia, diperoleh aspirasi cairan sumsum tulang dan biopsi inti
sumsum tulang. Analisis penanda permukaan sel leukemia (immunopheno-typing)
menetapkan tiga jenis ALL, pre-B, matur B, dan prekursor sel-T ALL. Ada delapan subtipe
AML (M0 hingga M7) yang diklasifikasikan oleh skema French-American-British (FAB).
C. Clinical Case
Anak RB laki-laki umur 4 tahun sejak 2 minggu mengalami ISPA bawah dan 1
minggu ini mengalami otitis media. Gejala semakin memburuk dan saat ini mengalami
pendarahan di hidung dan lemah. Pemeriksaan fisik menunjukkan pallor dan
hepatosplenomegali. Pemeriksaan darah CBC menunjukan anemia normokromik dan
normositik.
Data lab darah:
Hct: 15,7%, Hb 5,7% g/dl, WBC count 4.300 cells/uL, Platelet count 13.000 cells/uL, WBC
count: Limfositik 82% (normal 30-40%), neutrophil 7% (normal 50-60%), limfoblast 11%
(normal 0%).
Biopsi pada bone marrow 95% limfoblast. Diagnosis dokter adalah ALL. Kelas imunologi
adalah early pre-B berdasarkan CD10 dan CD19 yang positif. Radiografi pada dinding dada
tidak terdapat pada mediastinum dan tidak ada leukemia limfoblast pada cairan serebrospinal.
Anak RB diterapi dengan cairan, alkalinized dan allopurinol p.p 200 mg/m 2/hari dan
setelahnya akan diberi terapi induksi.

Bagaimana tatalaksana terapi ? Apa tujuan terapi profilaksis intratecal kemoterapi ? Terapi
induksi ?

1. Subjek
Anak RB laki-laki umur 4 tahun sejak 2 minggu mengalami ISPA bawah dan 1
minggu ini mengalami otitis media. Data yang dapat diperoleh berupa:
a. Riwayat penyakit, anemia normokromik dan normositik. mengalami ISPA bawah
dan 1 minggu ini mengalami otitis media. Gejala semakin memburuk dan saat ini
mengalami pendarahan di hidung dan lemah.
2. Objek
a. Hasil pemeriksaan, dalam pemeriksaan pasien pada laboratorium meliputi, yaitu:
Hct: 15,7%, Hb 5,7% g/dl, WBC count 4.300 cells/uL, Platelet count 13.000 cells/uL,
WBC count: Limfositik 82% (normal 30-40%), neutrophil 7% (normal 50-60%),
limfoblast 11% (normal 0%).
b. Hasil biopsi, Biopsi pada bone marrow 95% limfoblast. Diagnosis dokter adalah
ALL. Kelas imunologi adalah early pre-B berdasarkan CD10 dan CD19 yang positif.
c. Hasil radiogram, pada dinding dada tidak terdapat pada mediastinum dan tidak ada
leukemia limfoblast pada cairan serebrospinal.
d. Riwayat penggunaan obat, Anak RB diterapi dengan cairan, alkalinized dan
allopurinol p.p 200 mg/m2/hari dan setelahnya akan diberi terapi induksi.
3. Assesment
Pasien tersebut mengalami kanker darah (leukemia) tipe leukimia limfosit akut (ALL)
berdasarkan tanda dan gejala serta hasil lab. Hasil lab menunjukkan kadar limfositiknya
tinggi dan limfoblasnya tinggi pula sedangkan neutropilnya rendah. Hasil biopsi pada bone
marrow 95% limfoblast dan tidak terdapat leukemia pada cairan serebrospinal. Permasalahan
dalam pengobatan dalam kasus ini adalah tidak adanya treatment untu ISPA dan otitis media
bahkan sudah mulai parah dengan mengeluarkan darah. Serta terapi untuk ALL dengan CD10
dan CD19 posotif belum diberikan namun akan diberikan setelah diagnosa ini.
4. Planning
a. Tujuan
Tujuan penanganan LLA ialah mencapai remisi hematologik dan klinis lengkap
(complete remission, CR) yang ditentukan dengan hilangnya semua tanda fisik dan
kelainan sumsum tulang (Dipiro, 2011).
b. Tatalaksana Terapi
1 Terapi induksi
Terapi induksi merupakan terapi awal untuk leukemia akut yang bertujuan untuk
menginduksi remisi dimana tidak ada sel leukemia yang dapat diidentifikasi dalam
tulang. Kortikosteroid, vincristine, dan berbagai asparaginase produk paling
mendekati ideal ini dalam hal aktivitas, terutama melawan leukemia limfositik,
karena agen ini selektif toksik pada sel-sel leukemia sambil menyelamatkan tulang
normal elemen sumsum. Alkaloid vinca (vincristine), bersama dengan steroid
berperan penting dalam induksi remisi LLA.). Vincristine digunakan karena
mekanisme kerjanya menghambat dan membunuh sel kanker. Obat ini juga aman
digunakan untuk jangka panjang pada pasien anak-anak. Obat ini diguakan dalam
jangka waktu 1 bulan terapi induksi. tidak dianjurkan dengan asparaginase pada
pasien RB karena pada pasien pada pemeriksaan darahnya mengidap anemia
narmokionik dan dan normostik, serta memiliki gangguan limpa dan hati yanh
dimana asparaginase tidak cocok digunakan dengan gangguan penyakit seperti itu.
Vincristine
Indikasi : mengatasi kanker darah (leukemia), kanker paru-
paru, neuroblastoma, serta limfoma.
Dosis : Anak-anak dengan berat badan maksimal 10 kg: 0.05 mg/kg berat

badan satu kali seminggu. Dosis vincristine per minggu 1,5 mg/m 2

(dosis maksimal 2,0 mg/m2).


Dexametasone
Indikasi : Digunakan sebagai terapi induksi remisi yang dikombinasikan
bersama vancristin
Dosis : Dosis anak-anak: 0,02 – 0,3 mg/kgBB.
2 Terapi Profilaksis Intratecal Kemoterapi
Tujuan terapi profilaksis intrearectal kemoterapi yaitu untuk mencegah dan
mengobati invasi pada system saraf pusat. Saat ini, terapi pencegahan SSP
termasuk Metotreksat IT saja, kemoterapi tiga IT (metotreksat, sitarabin, dan
hidrokortison), atau IT metotreksat digabungkan dengan methotrexate intensif
dosis-sistemik. Karena pasien berbeda dalam risiko mereka untuk mengembangkan
SSP leukemia, terapi preventif SSP harus disesuaikan. Anak-anak dengan risiko
rendah dan risiko menengah ALL miliki tingkat perlindungan SSP yang setara
dengan radiasi kranial atau Kemoterapi TI, selama terapi sistemik intensif memadai
disediakan.
Metotreksat
Indikasi : Indikasi Metotreksat digunakan sebagai terapi RA, baik severe,
active, classical, atau definite RA yang tidak responsif atau intoleran
terhadap pengobatan konvensional. Metotreksat menghasilkan remisi
berupa penurunan gejala seperti rasa nyeri dan dapat menghambat
aktivitas penyakit atau mencegah kerusakan sendi.

Dosis : lebih dari atau sama dengan 3 tahun: 12 mg / dosis intrathecal. Dosis
dapat diberikan setiap 2 sampai 5 hari sampai jumlah CSF kembali
normal diikuti dengan dosis yang diberikan sekali seminggu selama 2
minggu dan bulanan setelahnya. Penggunaan pada interval kurang
dari 1 minggu dapat mengakibatkan peningkatan toksisitas subakut.

5. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE)


a. Menginformasikan kepada pasien apabila terjadi efek samping yang tidak diinginkan
segera hubungi dokter. Rambut rontok, berat badan menurun, pusing, mual dan muntah
adalah efek samping yang paling sering terjadi. Jika efek ini sangat parah terjadi mka
segera hubungi dokter.
b. Perlu diperhatikan dalam penggunaan deksametason, obat ini adalah steroid yang akan
mempengaruhi sistem imun. Sehingga dalam pemakainnya harus tetap terkontrol sesuai
dengan petunjuk dokter.
1. Monitoring
a. Monitoring mutasi gen dengan memperhatikan nilai WBC, nilai WBC < 50.000 masih
dinyatakan aman
b. Monitoring efek samping obat bila terjadi reaksi obat yang tidak diingankan segera
hubungi dokter/apoteker untuk ditindak lanjuti
c. Monitoring limfoblast darah perifer dan kadar hemoglobin untuk mengetahui telah
terjadi complete respon atau belum.
DAFTAR PUSTAKA
Allderdge, B.K., Robin L.C., Michael E.E., Joseph G., Pamala A.J., Wayne A.K dan Bradley
R.W., 2013, Applied Therapeutics The Clinical Use of Drugs Tenth Edition, Wolters
Kluwer : USA.

Dipiro J.T., Robert L.T., Gary C.Y., Gary R.M., Barbara G.W dan Michael P.L., 2011,
Pharmacotherapy a Pathophisiologic Approah EiGHT Edition, MC Graw Hill : New
York.

Yenni, 2104, Rehabilitasi Medik Pada Anak Dengan Leukemia Limfoblastik Akut, Jurnal
Biomedik (JBM ), Vol.6 (1).

Anda mungkin juga menyukai