Anda di halaman 1dari 16

TUGAS 1 KMB

SISTEM HEMATOLOGI

DISUSUN OLEH:

ADINDA TRI KURNIA PUTRI

KELAS A3’2020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
KASUS 1

Gusi Ny.E sering berdarah

Ny E, 35 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan bengkak pada sendi siku tangan kanan
dan mata kaki kiri sejak lebih dari 1 minggu, demam 1 minggu, batuk tidak berdahak dan
pilek 1 minggu. Badan sering terasa lemah dan cepat lelah, pusing dan sering pucat. Perut
membesar secara perlahan sejak 2 tahun terakhir, gusi sering berdarah saat menyikat gigi,
timbul benjolan di daerah leher yang tidak nyeri.

Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran E4M6V5, tanda vital dalam batas normal, pasien
tampak anemis, pembesaran kelenjar getah bening di auricular posterior, submandibula,
supraclavicular sinistra ukuran 6x8 cm, multiple, berbenjol-benjol, konsistensi padat, batas
tidak tegas. Batas mediastinum yang melebar, abdomen tampak cembung, hepatomegali,
splenomegali, pembesaran kelenjar getah bening inguinal, ekstremitas tampak anemis, edema
pada siku tangan kanan dan daerah calcaneal kiri disertai nyeri bila digerakkan.

Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hemoglobin 6,6 gr/dl, leukositosis
231.600/mm3, trombositopenia 24.000/mm3. Elektrolit dalam batas normal, ureum dan
kreatinin normal, urinalisa didapatkan adanya hemoglobinuria, eritrosit, leukosituria.
Pemeriksaanradiologis foto thoraks didapatkan adanya massa di mediastinum. Selama
perawatan telah dilakukan pemeriksaan laboratorium lengkap yaitu, hapusan darah tepi,
kultur darah, kultur urin, uji kepekaan antibiotik, bone marrow punction, dan evaluasi
terhadapcairan serebrospinal.Pasien didiagnosa Akut Limfoblastik Leukemia (Tipe L2)
dengan Gizi Kurang dan sedang menjalani terapi minggu keempat.

Hasil Evaluasi Darah TepiEritrosit : normositik normokrom

Leukosit : jumlah sangat meningkat, didominasi oleh sel-sel dengan gambaran limfositic

series blast > 50%,

Trombosit : jumlah menurun

Kesan : Akut Leukemia suspek Akut limfoblastik leukemia

Saran : Bone Marrow Punction

Hasil pemeriksaan Bone Marrow Punction

• Selularitas : Hiperseluler
• M:E Ratio : Sukar dievaluasi karena M dan E sangat sedikit/menurun

• Sistem Eritropoietik : Aktivitas sangat menurun, sukar ditemukan normoblast

• Sistem Granulopoietik : Aktivitas sangat menurun, sukar ditemukan granulosit

• Sistem Trombopoietik : Aktivitas sangat menurun, tidak ditemukan megakariosit

• Tampak sediaan didominasi oleh sel-sel seri limfosit. Limfoblast ± 72,33%, ukuran besar
dan

kecil, dinding sel irregular, sitoplasma relative lebar

Kesan:Akut limfositik leukemia Suspek type L2 Dengan penekanan sel eritropoietik,


granulopoietik, dan trombopoietik.

Terapi spesifik:

• Methotrexate 12 mg/intrathecal

• Vincristine 1,3 mg/intravena

• Dexametason 5 mg/hari per oral

Terapi suportif:

• IVFD D5% 0,45% NS 8 tetes makro/menit

• Drip Natrium Bicarbonat 20 cc dalam D5% 0,45% NS 22 tetes makro/menit

• Cotrimoxazole 2x mg, per oral

• Gentamycin 2x100 mg, intravena

• Paracetamol tab 3x 250 mg, per oral,

• Ibuprofen 3x1 tab,

• Ondancentron 3x2 mg, a.c,

• Ranitidine 3x20 mg, intravena

• Antasida sirup 2x1 sdm

• Trombosit Konsentrat 6 unit

• Packed Red cells 400 cc


Berdasarkan kasus tersebut jawablah pertanyaan berikut ini

TUGAS I

1. jelaskan mekanisme kenapa terjadi leukositosis, dan trombositopenia pada Ny E ini?

Jawab :

penyebab peningkatan jumlah leukosit ada dua penyebab dasar yaitu:

a) Reaksi yang tepat dari sumsum tulang normal terhadap:

(1) Stimulasi eksternal : Infeksi yang disebabkan oleh beberapa bakteri : Staphylococcus
epidermidis, Candida sp, Staphylococcus aureus, Streptococcus B hemoliticus, Streptococcus
maltophilia, Serratia sp. Inflamasi (nekrosis jaringan, infark, luka bakar, artritis).

(2) Reaksi alergen obat-obatan (kortikosteroid, lithium, beta agonis).

(3) Trauma (splenektomi), anemia hemolitik dan leukemoid maligna (kelainan darah)

Pembengkakan kelenjer getah bening bisa disebabkan oleh bakteri streptococcus dan bakteri
ini merupakan agen infeksi leukositosis.Akibat adanya agen infeksi ini menimbulkan proses
inflamasi atau reaksi tubuh terhadap benda asing atau adanya mikroorganisme asing sehingga
sebagai reaksi tubuh untuk mempertahankan kekebalan tubuh maka kadar leukosit dalam
darah meningkat. inflamasi adalah suatu respon protektif yang ditujukan untuk
menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel dan jaringan nekrotik yang
diakibatkan oleh kerusakan sel.jika penyebaran infeksi berlanjut maka akan dilepasnya zat
pyrogen leukosit pada jaringan dan menyebabkan peningkatan leukosit
Diawali oleh infeksi virus atau hipersplesnisme(ditandai dengan splenomegaly.Pada
penderita ITP, sistem kekebalan tubuh menganggap sel keping darah (trombosit) sebagai
benda asing yang berbahaya, sehingga dibentuk antibodi untuk menyerang
trombosit.Trombosit dapat juga dihancurkan oleh produksi antibodi yang diinduksioleh obat
atau autoantibodiSensitisasi trombosit oleh autoantibody (biasanya igG) menyebabkan
disingkirkannya trombosit tersebut secara premature dari sirkulasi oleh makrofag system
retikuloendotel, khususnya limpa. Destruksi trombosit dalam sel penyaji antigen yang
diperkirakan dipicu oleh antibodi, akan menimbulkan pacuan pembentukan neoantigen, yang
berakibat produksi antibodi yang cukup untuk menimbulkan trombositopenia.
2. jelaskan mekanisme terjadinya demam pada ny E

Jawab :

Demam merupakan salah satu gejala leukositosis yang dimulai dari porses infeksi. Akibat
adanya agen infeksi ini menimbulkan proses inflamasi atau reaksi tubuh terhadap benda asing
atau adanya mikroorganisme asing sehingga sebagai reaksi tubuh untuk mempertahankan
kekebalan tubuh maka kadar leukosit dalam darah meningkat. inflamasi adalah suatu respon
protektif yang ditujukan untuk menghilangkan penyebab awal jejas sel serta membuang sel
dan jaringan nekrotik yang diakibatkan oleh kerusakan sel.jika penyebaran infeksi berlanjut
maka akan dilepasnya zat pyrogen leukosit pada jaringan dan menyebabkan peningkatan
leukosit.Karena meningkatnya sel darah putih ini mengakibatkan aliran darah tidak lancar
dan suplai cairan terganggu.kekurangan suplai cairan dan elektrolit ini mempengaruhi
termoregulasi di hipotalamus anterior sehingga dapat menyebabkan demam.

3. Jelaskan fungsi terapi spesifik pada Ny E

Jawab :

Terapi spesifik yang diberikan pada pasien ini adalah methotrexate, vincristine, dan
dexamethason. Methotrexate diberikan secara intrathecal dengan dosis 12 mg, diberikan
setiap 2 minggu. Dosis ini diberikan berdasarkan usia pasien. Vincristine diberikan satu kali
dalam seminggu, diberikan secara intravena dengan dosis 1,5 mg per meter persegi. Pada
pasien ini diberikan vincristine 1,3 mg berdasarkan luas permukaan tubuh pasien.
Dexametason diberikan 5 mg diberikan setiap hari. Sampai saat ini pasien dalam terapi
induksi minggu ke empat.

Terapi spesifik ini terdiri dari 3 tahap, yaitu fase induksi remisi, fase konsolidasi, dan fase
maintenance atau pemeliharaan.

 Fase induksi remisi bertujuan agar pasien mengalami remisi dengan


mengeliminasi sel-sel leukemia di sumsum tulang sebanyak yang dapat
ditoleransi oleh pasien sampai didapatkan sel-sel blast kurang dari 5 persen di
sumsum tulang, dan kembalinya jumlah utrofil dan trombosit yang mendekati
normal pada akhir fase remisi induksi. Obat-obatan yang dapat diberikan
selama fase ini adalah dexametasone atau prednisolon, vincristine yang
diberikan secara intravena, dan dauno rubisin, intramuscular asparginase, dan
intrathecal methotrexate. Terapi yang diberika pada kasus masih kurang sesuai
dengan protocol dan teori yang ada. Kendala yang dihadapai dalam
penatalaksanaan pasien pada kasus ini adalah tidak tersedianya obat yang
seharusnya diberikan pada pasien selama fase remisi induksi. Namun
demikian dengan terapi menggunakan 3 regimen yang ada, keadaan pasien
mengalami perbaikan yang terlihat pada follow-up dimana saat pasien masuk
didapatkan splenomegali shufner 3-4, mengalami perbaikan hingga mencapai
shuffner 1-2. Selain itu pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher
mengalami perbaikan yang ditandai dengan konsistensi dari padat menjadi
kenyal dan mengecil dibandingkan saat pasien masuk
 Fase konsolidasi difokuskan pada system saraf pusat, bertujuan untuk
mencegah terjadinya relaps pada system saraf pusat. Pada fase ini diberikan
terapi intrathecal yaitu methotrexate melalui lumbal pungsi. Pada pasien yang
dideteksi terdapat sel blast pada cairan serebrospinal, maka dapat diberikan
irradiasi pada otak dan medulla spinalis. Obat diberikan secara intrathecal
karena disbutkan bahwa pemberian obat secara sistemik kurang dapat
menembus sawar darah otak sehingga lebih baik bila diberikan secara
intrathecal

 Fase pemeliharaan yang dapat berlangsung 2-3 tahun tergantung pada protocol
yang digunakan. Terapi ini ditujukan untuk mencegah terjadinya relaps yang
cepat pada pasien yang yang meghentikan terapi setelah kurang dari 6 bulan.
Pada kasus ini pasien baru mendapatkan terapi remisi induksi minggu ke
empat

4. Jelaskan apa itu Akut limfoblastik leukemia

Acute lymphoblastic/lymphocytic leukemia (ALL) atau leukemia limfloblastik/limfositik akut


adalah tipe leukemia yang dimulai di sumsum tulang dan memengaruhi limfosit B atau T,
yaitu sel darah putih yang belum matang.

Sel-sel leukemia ini kemudian menyerang darah dengan cukup cepat dan terkadang bisa
menyebar ke bagian lain dari tubuh, seperti kelenjar getah bening, hati, limpa, sistem saraf
pusat (otak dan sumsum tulang belakang), dan testis (pada pria).

5. Jelaskan fungsi pemberian terapi suportif

Jawab :

Terapi suportif merupakan psikoterapi yang ditujukan untuk klien baik secara individu
maupun secara kelompok yang ingin mengevaluasi diri, melihat kembali cara menjalani
hidup, mengeksplorasi pilihan-pilihan yang tersedia bagi individu maupun kelompok dan
bertanya kepada diri sendiri hal yang diingini di masa depan (Palmer, 2011). Selain itu, terapi
suportif merupakan jenis terapi psikologis yang bertujuan untuk membantu klien agar dapat
berfungsi lebih baik dengan memberikan dukungan secara pribadi. Secara umum, terapis
tidak meminta klien untuk berubah, melainkan terapis bertindak sebagai pendamping yang
memungkinkan klien untuk merefleksikan situasi kehidupan mereka dalam lingkungan di
mana mereka diterima. Terapi suportif dilakukan dengan beberapa pendekatan psikoterapi
yaitu psikoterapi yang mengintergrasikan psikodinamika, kognitif-perilaku dan interpersonal
yang model konseptual dan teknik (Tomb, 2004).

Tujuan dari terapi suportif adalah untuk memperkuat fungsi psikologis yang sehat dan pola
perilaku yang adaptif pada klien. Selain itu tujuan dari terapi suportif adalah untuk
mengurangi konflik intrapsikis yang menghasilkan gejala gangguan mental, dalam penelitian
ini adalah manajemen emosi negatif. Dalam terapi suportif terapis terlibat dalam hubungan
penuh emosional (empati), mendorong, dan mendukung terutama dalam hubungan
interpersonal. Selain itu, kepercayaan klien pada terapis dapat mempengaruhi hasil dari
intervensi. Terapi suportif digunakan terutama untuk memperkuat kemampuan klien untuk
mengatasi stres melalui beberapa kegiatan utama, termasuk mendengarkan dan mendorong
ekspresi pikiran dan perasaan, membantu individu untuk mendapatkan pemahaman yang
lebih tentang situasi dan alternatif mereka, membantu individu untuk meningkatan harga diri
dan ketahanannya serta bekerja untuk memenuhi harapannya. Dalam melakukan pemeriksaan
terhadap klien, terapis biasanya menggali secara mendalam sejarah individu dan menyelidiki
motivasi yang mendasari perilaku individu.

Terapi suportif biasanya diberikan dalam jangka pendek atau jangka panjang tergantung
pada individu dalam keadaan tertentu. Terapis membantu klien dalam membuat keputusan
atau perubahan yang mungkin diperlukan untuk beradaptasi, baik pada perubahan lingkungan
seperti kehilangan orang yang dicintai atau kekecewaan yang parah, atau situasi yang kronis,
seperti penyakit yang sedang berlangsung. Sebelum hal ini dapat dicapai klien perlu diberi
kesempatan untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran mereka tentang isu-isu, dan ini
merupakan bagian penting dari psikoterapi suportif. Adapun bentuk hubungan dalam terapi
suportif adalah rasa saling percaya antara terapis dengan klien begitu pula sebaliknya. Selain
terapis berusaha untuk memahami perasaan putus asa atau rasa marah klien, tugas terapis
adalah juga untuk mempertahankan kepercayaan dalam kemampuan klien untuk pulih.

Terapi suportif dapat mengarah pada peningkatan adaptasi, fungsi interpersonal, kestabilan
emosi, ketahanan dalam mengatasi masalah, dan meningkatkan harga diri. Bentuk terapi
sering kali paling berguna dalam mendukung pasien melalui masa krisis, tetapi juga bisa
efektif dalam mencapai keuntungan dalam jangka panjang berkaitan dengan situasi kronis.
KASUS 2

Ny. S lemas

Ny, S , 35 tahun, dirawat dengan keluhan lemas, mual, mata berkunang-kunang, mudah Lelah
meskipun hanya jalan dari kamar mandi dan tetap lesu meskipun sudah beristirahat. Keluhan
lemas mulai dirasakan sejak 4 hari SMRS. Lemas dirasakan pada seluruh tubuh dan terjadi
terus menerus sepanjang hari. Lemas tidak membaik dengan istirahat. Pasien tidak dapat
melakukan aktivitas sehingga hanya bisa berbaring dan duduk-duduk saja. Hal ini
menyebabkan pasien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. Pasien mengeluhkan
batuk dan tubuh agak hangat dalam dua hari terakhir dan mudah lebam atau memar. Pasien
mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes melllitus. Namun pasien memang
didiagnosa oleh dokter dua tahun yang lalu dengan kondisi Anemia.

Saat dilakukan pengkajian pasien tidak mengalami stres mengenai keuangan, keluarga, dan
pekerjaan. Keluarga pasien saling mendukung dalam hal apapun. Pasien mengatakan
lingkungan sekitar rumah dalam keadaan bersih, bebas dari polusi dan bahaya. Pasien
membuka usaha laundry dan mengatakan usahanya cukup maju dan banyak pelanggan,
sehingga sering terlambat makan dan hanya makan seadanya jika sedang banyak pekerjaan.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum tampak sedang, kesadaran
komposmentis. BB pasien 45 kg, TB 163 cm.

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital di dapatkan tekanan darah: 90/70 mmHg, frekuensi
denyut nadi: 94x/menit, pernapasan: 28x/menit dan suhu: 37,8°C, capillary refill time (CRT)
4 detik. Konjungtiva mata anemis, sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal.
Pada mulut tampak gigi dan oral hygiene cukup. Pemeriksan leher dalam batas normal.
Pemeriksaan jantung, dan paru dalam batas normal. Pemeriksaan abdomen dudapatkan
distensi (-), bising usus normal, timpani (+), nyeri tekan (-), hepar dan lien todak teraba.
Ekstremitas superior dan inferior dalam batas normal, tidak sianosis, tidak oedem, dan akral
hangat. Status neurologis: reflek fisiologis normal, reflek patologi(‐).

Pasien juga mengatakan selama sakit tidur hanya 4 jam/hari, waktu malam pasien
mengatakan sulit tidur, mudah terbangun, tidak puas tidur, tampak lesu serta klien tampak
mengantuk pada siang hari.

Hasil pemeriksaan labor: Hemoglobin 4,60 gr/dl: Jumlah Lekosit : 6.900 /l, Hematokrit 18
%, Trombosit 494.000 sel/ l , Golongan Darah O+ , Ureum 26 mg/dl , Kreatinin 0.70 mg/dl,
Gula Darah Sewaktu 97 mg/dl Saat ini pasien terpasang infus Nacl 20 tetes permenit. Terapi
pengobatan: Omeprazol2x20 mg Emibion 2x500 mg Asam folat 3x500 mg Curcuma 3x500
mg Paracetamol 1x500 mg. Pasien direncanakan untuk tranfusi PRC.

Berdasarkan kasus tersebut jawablah pertanyaan berikut ini

TUGAS 1

1. Gambarkan definisi dan etiologic dari tiga jenis anemia

Jawab :

Anemia adalah keadaan berkurangnya jumlah eritrosit atau hemoglobin (protein pembawa
O2) dari nilai normal dalam darah sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk
membawa O2 dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer sehingga pengiriman O2 ke
jaringan menurun. 13 Secara fisiologi, harga normal hemoglobin bervariasi tergantung umur,
jenis kelamin, kehamilan, dan ketinggian tempat tinggal. Oleh karena itu, perlu ditentukan
batasan kadar hemoglobin pada anemia.

Etiologi Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

1) Gangguan pembentukan eritrosit

Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi tertentu seperti
mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat), asam amino, serta gangguan pada
sumsum tulang.

2) Perdarahan

Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel darah merah dalam
sirkulasi.

3) Hemolisis

Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit.

Berdasarkan gambaran morfologik, anemia diklasifikasikan menjadi tiga jenis anemia:

1) Anemia normositik normokrom.

Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut, hemolisis, dan
penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang. Terjadi penurunan jumlah
eritrosit tidak disertai dengan perubahan konsentrasi hemoglobin (Indeks eritrosit normal
pada anak: MCV 73 – 101 fl, MCH 23 – 31 pg , MCHC 26 – 35 %), bentuk dan ukuran
eritrosit.

2) Anemia makrositik hiperkrom

Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkrom karena
konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. (Indeks eritrosit pada anak MCV > 73 fl, MCH
= > 31 pg, MCHC = > 35 %). Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi vitamin B12,
asam folat), serta anemia makrositik non-megaloblastik (penyakit hati, dan myelodisplasia)

3) Anemia mikrositik hipokrom

Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecil dari normal dan mengandung konsentrasi
hemoglobin yang kurang dari normal. (Indeks eritrosit : MCV < 73 fl, MCH < 23 pg, MCHC
26 - 35 %). Penyebab anemia mikrositik hipokrom:

a. Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.

b. Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati.

c. Berkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik.

2. Kaitkan kondisi pasien termasuk tipe anemia yang mana kondisi pasien

Jawab :

Berdasarkan kasus,klien sering terlambat makan dan jika banyak pekerjaan klien makan
dengan seadanya.serta dari hasil pemeriksaan labor Hemoglobin 4,60 gr/dl klien rendah.

Jadi menurut Kondisi klien termasuk tipe anemia Anemia defisiensi zat besi: Kekurangan zat
besi dalam tubuh menyebabkan produksi sel darah merah tidak mencukupi. Penyebabnya
penyerapan zat besi yang tidak mencukupi dari makanan.
3. Gambarkan struktur dan fungsi normal dari Sel darah merah ditubuh kita, bandingkan
dengan sel darah merah pada pasien

Jawab :

Sel darah merah, eritrosit (en:red blood cell, RBC, erythrocyte) adalah jenis sel darah yang
paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh lewat darah.
Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat
oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru dan insang, dan oksigen akan
dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler.

Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur
pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang
belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat
nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.

Sel darah merah adalah sel yang mempunyai struktur yang lebih sederhana dibandingkan sel
lainnya. Sel ini tidak mempunyai organel seperti mitokondria, lisosom, aparatus golgi dan
nukleus. Tapi, walaupun begitu sel darah merah tidak bersifat inert.  Adanya substansi Hb di
dalam eritrosit akan memberikan warna merah pada darah.

Struktur eritrosit normal ialah tidak mempunyai inti dan berbentuk lempeng bikonkaf
dengan diameter kira-kira 7-8 mikrometer dengan ketebalan 2,5 mikrometer pada bagian
paling tebal serta 1 mikrometer dan juga kurang di bagian tengahnya. Bentuk sel darah merah
bisa berubah-ubah saat sel berjalan melewati kapiler, tapi perubahan bentuk tersebut tidak
akan menyebakan sel mengalami ruptur. Hal tersebut dikarenakan dalam keadaan normal, sel
darah merah mempunyai kelebihan  membran sel untuk menampung zat di dalamnya
sehingga tak akan merenganggkan membran secara hebat.
Volume rata-rata sel darah merah pada tiap individu adalah 90-95 mikrometer kubik,
sementara jumlah sel darah merah sangat bergantung pada jenis kelamin serta dataran tempat
tinggal seseorang. Pada pria normal, jumlah rata-rata sel darah merah per milimeter kubik
ialah 5.200.000 (±300.000) serta pada wanita normal 4.700.000 (±300.000). Orang yang
tinggal di dataran tinggi mempunyai jumlah sel darah merah yang lebih besar daripada orang
yang tinggal di dataran rendah.

Pada kondisi klien yang Hb rendah ,Saat tubuh kekurangan zat besi, tubuh tidak dapat
memproduksi hemoglobin yang cukup sehingga sel darah merah kekurangan hemoglobin.
Akibatnya, pasokan oksigen di dalam darah berkurang dan tubuh tidak mendapat oksigen
yang cukup. 

4. Jelaskan tanda dan gejala anemia pada pasien

Jawab :
Ny, S , 35 tahun, dirawat dengan keluhan lemas, mual, mata berkunang-kunang, mudah
Lelah meskipun hanya jalan dari kamar mandi dan tetap lesu meskipun sudah beristirahat.
Keluhan lemas mulai dirasakan sejak 4 hari SMRS. Lemas dirasakan pada seluruh tubuh
dan terjadi terus menerus sepanjang hari. Lemas tidak membaik dengan istirahat. Pasien
didiagnosa oleh dokter dua tahun yang lalu dengan kondisi Anemia. Konjungtiva mata
anemis, hasil hemoglobin juga di bawah batas normal yaitu 4,60 gr/dl, hematokrit rendah
yaitu 18%.

5. Jelaskan komplikasi apa yang mungkin terjadi pada anemia tipe pada pasien
Jawab :
Anemia defisiensi besi umumnya tidak menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, kondisi ini
dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya jika tidak segera diobati, yaitu: Masalah
jantung, seperti gangguan irama jantung, yang dapat memicu kardiomegali atau gagal
jantung.
Pada pasien Ny S terlihat di kasus bahwa pernapasannya cepat yaitu 28x/menit dan Hb
yang rendah juga mempengaruhi komplikasi. Hemoglobin memiliki fungsi sebgai pembawa
oksigen ke jaringan untuk digunakan sebagai bahan metabolisme di tingkat sel. Ketika
transport oksigen ke jaringan menurun, akan terjadi mekanisme kompensasi kardiovaskular
untuk mengatasi kekurangan oksigen di tingkat sel.   Proses penghantaran oksigen ke organ
atau jaringan dipengaruhi oleh faktor hemodinamik berupa cardiac output, kemampuan
pengangkutan oksigen dalam darah yaitu konsentrasi Hb, dan oxygen extraction. Ketika
salah satu bermasalah, maka faktor lain akan meningkatkan kerjanya agar suplai oksigen
tetap dapat dipertahankan. Ketika penghantaran oksigen berkurang, venous return akan
meningkat sebagai kompensasi yang bertujuan untuk meningkatkan jumlah oksigen yang
beredar dalam darah, mengakibatkan stroke volume juga akan meningkat.

6. Jelaskan pengobatan yang diberikan pada pasien, untuk apa kegunaan obat tersebut pada
pasien

Jawab :

1. Omeprazol 2x2

Omeprazol adalah obat yang masuk golongan proton pump inhibitor (PPI) yaitu obat yang
bekerja menkekan produksi asam lambung dengan mekanisme menghambat kanal pompa
proton

2. Emibion 2x500 mg

Emibion mengandung fumarate besi, asam folat, dan vitamin B12 yang sangat esensial dalam
pembentukan sel darah merah. Kalsium karbonat diubah menjadi bentuk larut dalam usus
yang akan lebih mudah diserap. Cholecalciferol untuk meningkatkan penyerapan kalsium di
usus. Asam askorbat membantu menjaga zat besi dalam keadaan ferrous yang lebih mudah
diserap darisaluran gastrointestinal.

3. Asam Folat 3x500 mg

Asam folat diperlukan untuk pembentukan sejumlah koenzim dalam sistem metabolic,
khususnya untuk sisntesis purin dan pirimidin. Asam folat diperlukan dalam sintesis
nukleoprotein, pemeliharaan eritropoietin,merangsang produksi WBC dan platelet. Asam
folat diberikan untuk mengatasi kekurangan vitamin b9. Vitamin B( berperan penting dalam
proses pembentukan sel darah merah, dan materi genetic seperti DNA.

4. Curcuma 3x500 mg

Curcuma dapat membantu meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki fungsi hati.
Kandungan kurkumin dalam kurkuma berperan sebagai anti inflamasi dan mengandung
antioksidan. Fungsi zat kurkumin sendiri ialah menjaga struktur dan fungsi sel dari kerusakan
akibat radikal bebas sehingga menyebabkan kenaikan pada kadar hemoglobin.

Kandungan zat besi pada curcuma membantu pembetukan hemoglobin. Selain itu, vitamin C
yang terkandung pada Curcuma membantu proses absorbsi. Selain itu protein yang
terkandung pada Curcuma juga berfungsi dalam transportasi zat besi di dalam tubuh.

5. Paracetamol 1x500 mg

Paracetamol merupakan obat analgesic non narkotik yang memiliki kerja menghambat
sintesis prostaglandin terutama di Sistem Saraf Pusat. Parasetamol menurunkan suhu tubuh
dengtral. an mekanisme yang diduga berdasarkan efek sentral.

7. Kondisi mana yang dipunyai pasien yang bisa memperparah dan memicu gejala pada
pasien

Jawab :

Pasien membuka usaha laundry dan mengatakan usahanya cukup maju dan banyak
pelanggan, sehingga sering terlambat makan dan hanya makan seadanya jika sedangan
banyak pekerjaan. Akibat berkurangnya masukan zat gizi yang berhubungan dengan pola
makan yang dilakukan pasien dapat memicu anemia gizi.

Kekurangan zat gizi tersebut dapat berpengaruh terhadap pembentukan hemoglobin. Zat gizi
yang bersangkutan adalah besi, protein, piridoksin ( Vitamin B yang berperan sebagai
katalisator dalam sintesis heme didalam molekul hemoglobin, vitamin C yang mempengaruhi
absorpsi dan pelepasan besi ke dalam jaringan tubuh, dan vitamin E yang mempengaruhi
membran sel darah merah.

Penurunan kadar hemoglobin mempengaruhi kapasitas membawa oksigen sampai ke


jaringan. Akibat ketidakadekuatan oksigen, maka terjadi hipoksia sel dan jaringan yang
menyebabkan metabolisme anaerob, sehingga terjadinya penumpukan asam laktat, dan
menyebabkan kelelahan, dan lemas dalam melakukan aktivitas.

Anda mungkin juga menyukai