Anda di halaman 1dari 14

TUGAS 1

SISTEM HEMATOLOGI

Disusun Oleh:
Intan Dwi Putri
2011312032

Kelas A1 2020

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021
Gusi Ny.E sering berdarah

Ny E, 35 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan bengkak pada sendi siku tangan kanan
dan mata kaki kiri sejak lebih dari 1 minggu, demam 1 minggu, batuk tidak berdahak dan
pilek 1 minggu. Badan sering terasa lemah dan cepat lelah, pusing dan sering pucat. Perut
membesar secara perlahan sejak 2 tahun terakhir, gusi sering berdarah saat menyikat gigi,
timbul benjolan di daerah leher yang tidak nyeri.

Pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran E4M6V5 (normal dan sadar penuh), tanda vital dalam
batas normal, pasien tampak anemis (pucat), pembesaran kelenjar getah bening di auricular
posterior (bawah telinga), submandibula, supraclavicula (getah bening yang bisa diraba
terletak di atas tulang selangka) sinistra ukuran 6x8 cm, multiple, berbenjol-benjol,
konsistensi padat, batas tidak tegas. Batas mediastinum yang melebar, abdomen tampak
cembung, hepatomegali(pembesaran pada hati), splenomegali (pembesaran pada organ
limpa), pembesaran kelenjar getah bening inguinal(pembesaran kelenjar getah bening di
lipatan paha), ekstremitas tampak anemis, edema pada siku tangan kanan dan daerah
calcaneal kiri disertai nyeri bila digerakkan.

Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan hemoglobin 6,6 gr/dl, leukositosis
231.600/mm3, trombositopenia 24.000/mm3. Elektrolit dalam batas normal, ureum dan
kreatini normal, urinalisa didapatkan adanya hemoglobinuria, eritrosit, leukosituria.
Pemeriksaan radiologis foto thoraks didapatkan adanya massa di mediastinum.

Selama perawatan telah dilakukan pemeriksaan laboratorium lengkap yaitu, hapusan darah
tepi, kultur darah, kultur urin, uji kepekaan antibiotik, bone marrow punction, dan evaluasi
terhadap cairan serebrospinal.

Pasien didiagnosa Akut Limfoblastik Leukemia (Tipe L2) dengan Gizi Kurang dan sedang
menjalani terapi minggu keempat.

Hasil Evaluasi Darah Tepi


Eritrosit : normositik normokrom (normal)
Leukosit : jumlah sangat meningkat, didominasi oleh sel-sel dengan gambaran
limfositic series blast > 50%,
Trombosit : jumlah menurun
Kesan : Akut Leukemia suspek Akut limfoblastik leukemia
Saran : Bone Marrow Punction

Hasil pemeriksaan Bone Marrow Punction


• Selularitas : Hiperseluler
• M:E Ratio : Sukar dievaluasi karena M dan E sangat sedikit/menurun
• Sistem Eritropoietik : Aktivitas sangat menurun, sukar ditemukan normoblast
•Sistem Granulopoietik : Aktivitas sangat menurun, sukar ditemukan granulosit
•Sistem Trombopoietik : Aktivitas sangat menurun, tidak ditemukan megakariosit
•Tampak sediaan didominasi oleh sel-sel seri limfosit. Limfoblast ± 72,33%, ukuran besar
dan kecil, dinding sel irregular, sitoplasma relative lebar
Kesan:
Akut limfositik leukemia
Suspek type L2
Dengan penekanan sel eritropoietik, granulopoietik, dan trombopoietik.

Terapi spesifik:
• Methotrexate 12 mg/intrathecal
• Vincristine 1,3 mg/intravena
• Dexametason 5 mg/hari per oral

Terapi suportif:
• IVFD D5% 0,45% NS 8 tetes makro/menit
• Drip Natrium Bicarbonat 20 cc dalam D5% 0,45% NS 22 tetes makro/menit
• Cotrimoxazole 2x mg, per oral
• Gentamycin 2x100 mg, intravena
• Paracetamol tab 3x 250 mg, per oral,
• Ibuprofen 3x1 tab,
• Ondancentron 3x2 mg, a.c,
• Ranitidine 3x20 mg, intravena
• Antasida sirup 2x1 sdm
• Trombosit Konsentrat 6 unit
• Packed Red cells 400 cc
Berdasarkan kasus tersebut jawablah pertanyaan berikut ini

TUGAS I
1. jelaskan mekanisme kenapa terjadi leukositosis, dan trombositopenia pada Ny E ini?
• Mekanisme Leukositosis
Leukositosis : Leukosit tinggi atau leukositosis adalah kondisi medis di mana seseorang
memiliki jumlah sel darah putih terlalu banyak. Leukositosis dapat disebabkan oleh berbagai
hal, seperti peradangan, infeksi, alergi, hingga kanker darah. Leukositosis diketahui pada saat
dokter melakukan pemeriksaan laboratorium terhadap pasien. Selain pemeriksaan darah,
pemeriksaan penunjang lain juga akan dilakukan dokter untuk mengetahui penyebab
timbulnya gejala. Leukositosis terjadi ketika jumlah sel darah putih yang terdapat dalam
tubuh lebih tinggi dari jumlah normalnya. Jumlah sel darah putih normal berbeda-beda,
tergantung usia. Untuk dewasa : 50.000–100.000/ mm3. Jumlah leukosit normal tersebut
merupakan jumlah gabungan dari berbagai jenis leukosit, yaitu neutrofil, eosinofil, basofil,
limfosit, dan monosit. Sedangkan pada Ny. E jumlah leukositosis 231.600/mm3 yang
menandakan jumlah yang abnormal karena di atas 110.000/mm3. Selain itu, kadar Hb Ny. E
terlalu rendah yaitu 6,6 gr/Dl dan disertai gejala, seperti mudah lelah, sakit kepala, dan sesak
napas, yang kemungkinan besar telah berkembang menjadi penyakit anemia atau kurang
darah. Tanda dan gejala leukositosis yang dialami oleh Ny. E seperti mengalami
lebam/bengkak pada sendi siku tangan kanan dan mata kaki kiri maupun perdarahan
(bleeding) pada area tubuh (gusi), demam, pusing, lemas dan merasa lelah, pucat, benjolan di
daerah leher yang tidak nyeri, pembesaran kelenjar getah bening inguinal, ekstremitas tampak
anemis, edema pada siku tangan kanan dan daerah calcaneal kiri disertai nyeri bila
digerakkan disertai dengan hasil pemeriksaan darah lengkap Ny.E berupa leukosit, trombosit,
dan hasil pemeriksaan penunjang lainnya mengindikasikan Ny. E mengalami leukositosis.

• Mekanisme Trombositopenia
Trombositopenia terjadi melalui beberapa mekanisme :
 Penurunan produksi trombosit
Trombosit dilepaskan dari tepi luar sel terikat sumsum tulang yang sangat besar .dikenal
sebagai megakariosit (Sherwood, 2016). Supresi megakariosit atau penekanann sumsum
tulang akan mengurangi produksi trombosit yang menyebabkan trombositopenia (Bimlesh, et
al., 2016).
 Peningkatan destruksi trombosit
Trombositopenia yang diakibatkan karena pengaruh obat-obatan, biasanya penyakit ini
didiagnosis dengan mencatat hubungan waktu antara pemberian obat dan mulai timbulnya
trombositopenia, melalui mekanisme imun, trombositopenia yang diinduksi oleh inhibisi
GPIIb/IIIa dalam waktu 24 jam setelah pajanan. Peningkatan destruksi trombosit dikaitkan
dengan penggunaan diuretik tiazid, etanol, esterogen, trimetropim-sulfamethoxazol, dan
agensia kemoterapi. Peningkatan perusakan trombosit diduga terjadi pada pasien yang diberi
obat 13 quinine, quinidine, heparin, garam-garam emas, rifampin dan sulfonamid (Bimlesh,
et al., 2016).
 Sekuestrasi trombosit Limpa
Sekuestrasi limpa terjadi saat pembesaran limpa yang diakibatkan oleh leukemia tertentu. Hal
ini menyebabkan trombosit terjebak (trapping) dan tersimpan terlalu banyak didalam limpa
sehingga menyebabkan penurunan jumlah trombosit dalam sirkulasi, (trombositopenia)
(Bimlesh, et al., 2016).

2. jelaskan mekanisme terjadinya demam pada ny E


Pada pasien LLA, dapat terjadi demam neutropenia yang diakibatkan baik karena terapi yang diterima
ataupun akibat perjalanan penyakitnya (Crawford et al., 2004). Demam neutropenia
yang terjadi akibat penyakit LLA disebabkan karena kemampuan sel kanker untuk bermetastasis ke
sumsum tulang, sehingga menyebabkan gangguan pada produksi maupun maturasi sel-sel darah
normal, salah satunya adalah neutrofil (Ahmed et al., 2008). Sedangkan demam neutropenia yang
timbul akibat terapi yang diterima disebabkan karena kemoterapi yang dijalani oleh pasien.
Kemoterapi merupakan faktor risiko yang paling umum menyebabkan terjadinya neutropenia, karena
kemoterapi sering menyebabkan depresi sumsum tulang (myelosupression) yang salah satunya
mengakibatkan terganggunya pembentukan neutrofil (Sharma and Lokeshwar, 2005 ; Hadinegoro,
2002). Terganggunya pembentukan neutrofil inilah yang menyebabkan pasien berada dalam kondisi
neutropenia, dimana semakin berat dan lama keadaan
neutropenia, semakin besar risiko terjadinya infeksi. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri merupakan
penyebab utama yang teridentifikasi pada pasien neutropenia, dengan salah satu bukti
adalah timbulnya demam (Hadinegoro, 2002 ; Sudewi, 2007).

3. jelaskan fungsi terapi spesifik pada Ny E


Terapi spesifik:
 Methotrexate 12 mg/intrathecal  Methotrexate termasuk dalam golongan antikanker yang
memiliki efek imunosupresan. Obat ini bekerja dengan cara menghambat kerja enzim yang
penting untuk pembentukan DNA sel. Dengan begitu, proses replikasi dan pertumbuhan sel
dapat diperlambat atau terhenti.
 Vincristine 1,3 mg/intravena  Vincristine digunakan sebagai obat kemoterapi untuk
mengobati kanker darah (Leukemia limfoblastik akut; Leukemia mieloid akut), tumor otak,
Neuroblastoma (kanker neuroblast atau sel-sel saraf yang belum matang pada anak-anak),
kanker paru-paru, kanker kelenjar getah bening (Limfoma Hodgkin, Limfoma Non-Hodgkin).
Obat ini bekerja dengan cara menghambat pembelahan sel, sehingga pertumbuhan sel kanker
dalam tubuh dapat diperlambat atau dihentikan.
 Dexametason 5 mg/hari per oral  Dexamethasone merupakan obat kortikosteroid yang
bekerja dengan menghambat pengeluaran zat kimia tertentu di dalam tubuh yang bisa memicu
peradangan. Obat ini juga memiliki efek imunosupresan atau penekan sistem kekebalan
tubuh.

4. Jelaskan apa itu Akut limfoblastik leukemia


Acute lymphoblastic leukemia atau leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah salah satu jenis kanker
darah. Penyakit ini terjadi ketika sel darah putih yang belum matang (limfoblas) memperbanyak diri
secara cepat dan agresif.
Penyakit ini terjadi karena kesalahan proses produksi sel darah putih di sumsum tulang. Sel darah
putih terbentuk dari proses pematangan sel punca (stem cell). Untuk membentuk salah satu sel jenis
sel darah putih yang disebut limfosit, sel punca akan berubah menjadi limfoblas terlebih dahulu.
Pada penderita penyakit LLA, proses pematangan ini mengalami gangguan, di mana sebagian besar
limfoblas tidak berubah menjadi limfosit. Akibatnya, limfoblas semakin banyak dan memenuhi
sumsum tulang, hingga kemudian keluar dari sumsum tulang dan masuk ke aliran darah.

5. Jelaskan fungsi pemberian terapi suportif


 IVFD D5% 0,45% NS 8 tetes makro/menit  Untuk menggantikan cairan tubuh yang
hilang, mengoreksi ketidakseimbangan elektrolit, dan menjaga tubuh agar tetap terhidrasi
dengan baik.
 Drip Natrium Bicarbonat 20 cc dalam D5% 0,45% NS 22 tetes makro/menit  Untuk
Menetralisir asam darah berlebih, menetralisir urine yang terlalu asam, dan menetralisir asam
lambung berlebih.
 Cotrimoxazole 2x mg, per oral  Untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, seperti
infeksi saluran pernafasan, pencernaan, saluran kemih dan berbagai jenis infeksi lainnya.
 Gentamycin 2x100 mg, intravena  untuk mengatasi infeksi bakteri ringan hingga berat pada
berbagai bagian tubuh, mulai dari telinga luar, mata, kulit, hingga otak.
 Paracetamol tab 3x 250 mg, per oral  untuk meredakan demam dan nyeri
 Ibuprofen 3x1 tab  untuk meredakan nyeri dan peradangan
 Ondancentron 3x2 mg, a.c,  untuk mencegah serta mengobati mual dan muntah yang bisa
disebabkan oleh efek samping kemoterapi, radioterapi, atau operasi
 Ranitidine 3x20 mg, intravena  untuk menangani gejala atau penyakit yang berkaitan
dengan produksi asam berlebih di dalam lambung
 Antasida sirup 2x1 sdm  untuk meredakan gejala akibat sakit maag atau penyakit asam
lambung
 Trombosit Konsentrat 6 unit  untuk mengembalikan kadar trombosit normal di dalam tubuh
dan mencegah perdarahan pada pasien trombositopenia atau gangguan fungsi trombosit
 Packed Red cells 400 cc  Untuk mengembalikan kadar haemoglobin pada pasien anemia

Ny. S lemas

Ny, S , 35 tahun, dirawat dengan keluhan lemas, mual, mata berkunang-kunang, mudah Lelah
meskipun hanya jalan dari kamar mandi dan tetap lesu meskipun sudah beristirahat. Keluhan
lemas mulai dirasakan sejak 4 hari SMRS. Lemas dirasakan pada seluruh tubuh dan terjadi
terus menerus sepanjang hari. Lemas tidak membaik dengan istirahat. Pasien tidak dapat
melakukan aktivitas sehingga hanya bisa berbaring dan duduk-duduk saja. Hal ini
menyebabkan pasien tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya. Pasien mengeluhkan
batuk dan tubuh agak hangat dalam dua hari terakhir dan mudah lebam atau memar. Pasien
mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi, diabetes melllitus. Namun pasien memang
didiagnosa oleh dokter dua tahun yang lalu dengan kondisi Anemia.

Saat dilakukan pengkajian pasien tidak mengalami stres mengenai keuangan, keluarga, dan
pekerjaan. Keluarga pasien saling mendukung dalam hal apapun. Pasien mengatakan
lingkungan sekitar rumah dalam keadaan bersih, bebas dari polusi dan bahaya. Pasien
membuka usaha laundry dan mengatakan usahanya cukup maju dan banyak pelanggan,
sehingga sering terlambat makan dan hanya makan seadanya jika sedang banyak pekerjaan.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan, keadaan umum tampak sedang, kesadaran


komposmentis. BB pasien 45 kg, TB 163 cm. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital di
dapatkan tekanan darah: 90/70 mmHg, frekuensi denyut nadi: 94x/menit, pernapasan:
28x/menit dan suhu: 37,8°C, capillary refill time (CRT) 4 detik. Konjungtiva mata anemis,
sklera anikterik. Telinga dan hidung dalam batas normal. Pada mulut tampak gigi dan oral
hygiene cukup. Pemeriksan leher dalam batas normal. Pemeriksaan jantung, dan paru dalam
batas normal. Pemeriksaan abdomen dudapatkan distensi (-), bising usus normal, timpani (+),
nyeri tekan (-), hepar dan lien todak teraba. Ekstremitas superior dan inferior dalam batas
normal, tidak sianosis, tidak oedem, dan akral hangat. Status neurologis: reflek fisiologis
normal, reflek patologi(‐).

Pasien juga mengatakan selama sakit tidur hanya 4 jam/hari, waktu malam pasien
mengatakan sulit tidur, mudah terbangun, tidak puas tidur, tampak lesu serta klien tampak
mengantuk pada siang hari.

Hasil pemeriksaan labor: Hemoglobin 4,60 gr/dl: Jumlah Lekosit : 6.900 /l, Hematokrit 18
%, Trombosit 494.000 sel/ l , Golongan Darah O+ , Ureum 26 mg/dl , Kreatinin 0.70
mg/dl, Gula Darah Sewaktu 97 mg/dl

Saat ini pasien terpasang infus Nacl 20 tetes permenit. Terapi pengobatan: Omeprazol2x20 mg
Emibion 2x500 mg Asam folat 3x500 mg Curcuma 3x500 mg Paracetamol 1x500 mg. Pasien
direncanakan untuk tranfusi PRC.

Berdasarkan kasus tersebut jawablah pertanyaan berikut ini

TUGAS I
1. Gambarkan definisi dan etiologic dari tiga jenis anemia
Anemia adalah kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah, yaitu sel darah yang
berfungsi mengantarkan oksigen ke seluruh organ tubuh. Kekurangan suplai oksigen dapat
mengganggu fungsi organ tubuh.
Berikut adalah beberapa jenis anemia yang umum ditemui:

1) Anemia defisiensi besi


Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling umum
terjadi. Kondisi ini terjadi akibat tubuh kekurangan zat besi, yaitu komponen
penting dalam pembentukan sel darah merah. Sejumlah kondisi bisa
menyebabkan anemia defisiensi besi, termasuk pola makan rendah zat besi,
kehamilan, perdarahan kronis seperti akibat luka di saluran cerna atau
menstruasi, gangguan penyerapan zat besi, efek samping obat-obatan, hingga
penyakit tertentu, seperti kanker, radang usus, dan miom.
Etiologi anemia defisiensi besi (ADB) cukup beragam. Penyakit ini
bisa dipengaruhi asupan zat besi yang kurang, keadaan perdarahan yang
kronik, ataupun malabsorpsi zat besi.
 Asupan Zat Besi
Daging merah menyediakan asupan zat besi dalam bentuk heme iron yang
bioavailabilitasnya lebih tidak dipengaruhi oleh konstituen diet. Prevalensi
ADB dilaporkan lebih rendah pada area dimana daging merah menjadi
bagian penting diet setempat.
 Perdarahan Kronik
Pada perdarahan kronik, misalnya di traktus gastrointestinal ataupun
reproduksi, ketika kehilangan darah sudah mencapai titik tertentu,
cadangan besi akan dipakai untuk menstimulasi produksi hemoglobin di
sumsum tulang. Ketika cadangan zat besi telah sangat berkurang, sel darah
menjadi mikrositik hipokromik.
 Malabsorpsi Zat Besi
Malabsorpsi zat besi dapat terjadi pada pasien yang menjalani gastric bypass
surgeryataupun memiliki penyakit kronik seperti Celiac disease. Keadaan
achlorydria dalam jangka waktu yang lama juga akan mengganggu
absorpsi zat besi.

2) Anemia aplastik
Anemia aplastik merupakan anemia yang perlu diwaspadai karena
berisiko tinggi mengancam nyawa. Kondisi ini terjadi saat tubuh tidak dapat
menghasilkan sel darah merah dalam jumlah cukup akibat gangguan di
sumsum tulang, yaitu produsen sel darah di dalam tubuh. Anemia aplastik
dapat diturunkan dari orang tua, namun bisa juga terjadi akibat infeksi, efek
samping obat-obatan, penyakit autoimun, terapi radiasi pada kanker, serta
paparan zat beracun. Kondisi ini umumnya diatasi dengan pemberian
antibiotik dan antivirus jika terdapat infeksi, transfusi darah, transplantasi
sumsum tulang, atau pemberian obat penekan daya tahan tubuh.
Etiologi anemia aplastik adalah adanya kelainan genetik atau adanya
kerusakan pada stem cell atau sumsum tulang akibat kelainan imun, obat,
bahan kimia toksik, radiasi, infeksi virus, hingga idiopatik.
 Kelainan Genetik
Sejumlah kelainan genetik yang terbukti berhubungan anemia aplastik yakni
anemia Fanconi dan penyakit telomer, sindrom Shwachman-Diamond,
paroksismal nokturnal hemoglobinuria,  dan sindrom mielodisplasia.
Berikut penjelasannya;

Anemia Fanconi
Anemia Fanconi dapat menimbulkan anemia aplastik lewat
mekanisme deficient repair of interstrand DNA  cross-links. Kelainan ini
terjadi karena defek genetik pada gen 17 FANC. Karakteristik klinisnya
adalah lesi café-au-lait, tubuh pendek, anomali skeletal dan urogenital.

Penyakit Telomer
Sel darah pada pasien dengan penyakit ini memiliki telomer yang pendek.
Contoh penyakit telomer yang berhubungan dengan anemia aplastik adalah
diskeratosis kongenital, mutasi genetik pada TERT, TERC (familial
aplastic anemia). Pada penyakit ini terjadi defisiensi perbaikan telomer
yang berkontribusi pada gangguan kapasitas sel stem hematopoietik dalam
memperbaiki DNA yang rusak.

Sindrom Shwachman-Diamond 
Sindrom ini disebabkan mutasi pada gen SBDS. Penyakit ini ditandai oleh
disfungsi eksokrin pankreas, sitopenia single or multiple lineage.

Paroksismal Nokturnal Hemoglobinuria 


Ada hubungan dekat antara anemia aplastik dan paroksismal nokturnal
hemoglobinuria.  Gangguan klonal ini terjadi pada mutasi di gen PIG-A
yang menyebabkan absennya protein CD59 pada permukaan sel-sel darah,
sehingga mengurangi kemampuan mereka dalam bertahan terhadap
destruksi oleh komplemen.

Sindrom Mielodisplasia
Sel stem hematopoietik yang mengalami displasia pada sindrom
mielodisplasia akan menjadi sasaran destruksi imun atau disupresi oleh sel
limfosit T. Proses ini akan menyebabkan hipoplasia sumsum tulang yang
menjadi karakteristik anemia aplastik.

 Obat
Obat yang menimbulkan aplasia sumsum tulang dapat bersifat dose-
dependent atau reaksi idiosinkratik. Obat yang bersifat dose-
dependent tersebut adalah kemoterapi sitotoksik, misalnya mercaptopurine
dan azathioprine. Sedangkan obat dengan reaksi idiosinkratik
meliputi carbamazepine, phenytoin,antibiotik sulfonamides, chlorampheni
col, indometasin, methimazole, propylthiouracil, aurum, dan arsenik.

 Radiasi 
Semua paparan radiasi baik, dalam bentuk pengobatan (radioterapi)
maupun bukan pengobatan, dapat menimbulkan hipoplasia sumsum
tulang. Hubungan ini bersifat dose-dependent.

 Bahan Kimia Toksik


Bahan kimia toksik yang terbukti menyebabkan anemia aplastik adalah
benzena dan pestisida. Seperti obat-obatan dan radiasi, bahan kimia toksik
bersifat dose-dependentterhadap anemia aplastik.

 Infeksi Virus
Infeksi virus yang berhubungan dengan kejadian anemia aplastik adalah
infeksi virus Epstein-Barr, human immunodeficiency virus (HIV), virus
herpes dan seronegatif hepatitis.

 Gangguan Imun
Gangguan imun yang berhubungan dengan anemia aplastik adalah
eosinofilik fasciitis, sistemik lupus eritematosus, dan penyakit graft vs
host.

3) Anemia defisiensi vitamin B12 dan Folat


Tubuh membutuhkan vitamin B12 dan folat (vitamin B9) untuk membuat sel
darah merah baru. Kekurangan salah satu atau kedua vitamin tersebut bisa
menyebabkan anemia defisiensi vitamin B12 dan folat.
Penyebab anemia defisiensi vitamin 12 dan folat sangat beragam. Seseorang dapat
mengalami anemia defisiensi B12 dan folat jika:

 Kurang mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin B12 dan folat


 Memiliki kondisi yang menghambat penyerapan vitamin B12 dan folat
 Mengonsumsi obat-obatan tertentu
 Sedang hamil, sehingga tubuh memerlukan lebih banyak vitamin

Gejala anemia defisiensi vitamin B12 dan folat muncul secara perlahan.
Beberapa keluhan yang dapat terjadi berupa kulit pucat, jantung berdebar,
telinga berdenging, dan hilang nafsu makan.

2. Kaitkan kondisi pasien termasuk tipe anemia yang mana kondisi pasien
Kondisi pasien termasuk dalam tipe Anemia Defisiensi Besi dilihat dari hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan hb pasien 4,60 gr/dl (normal : 12 gr/dl) dan hematokrit 18% (normal pada
wanita dewasa 38-46%). Anemia merupakan akibat dari kekurangan zat besi pada tubuh, dimana zat
besi merupakan komponen utama dalam pembentukan hemoglobin, yaitu bagian dari sel darah merah.
Oksigen juga menempel pada hemoglobin di sel darah merah, sehingga dengan pasien mengalami
kekurangan hemoglobin, maka pasien juga akan mengalami kekurangan oksigen, dapat dilihat dari
hasil TTV pasien didapatkan frekuensi napas pasien 28x/menit.

3. Gambarkan struktur dan fungsi normal dari Sel darah merah ditubuh kita, bandingkan
dengan sel darah merah pada pasien
Sel darah merah atau eritrosit adalah merupakan bentuk cakram bikonkaf yang tidak berinti, cekung
pada kedua sisinya dan berdiameter kira- kira 7,8 mikrometer dan dengan ketebalan pada bagian yang
paling tebal 2,5 mikrometer dan pada bagian tengah 1 mikrometer atau kurang. ,Eritrosit normal 4,0 –
5,0 jt (P) 4,5 – 5,5 jt (L) Fungsi utama dari sel-sel darah merah adalah mengangkut hemoglobin, dan
mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan (Guyton and Hall, 1997).
Pada Pasien : Hemoglobin 4,60 gr/dl sedangkan Hb normal 12,0 – 14,0 (P) 13,0 – 16,0 (L)

4. Jelaskan tanda dan gejala anemia pada pasien


Tanda dan gejala Ny, S,
 Lemas, lemas dirasakan pada seluruh tubuh dan terjadi terus menerus sepanjang hari, tidak
membaik dengan istirahat
 mual, mata berkunang-kunang
 mudah lelah meskipun hanya jalan dari kamar mandi dan tetap lesu meskipun sudah
beristirahat
 tubuh agak hangat dengan suhu suhu: 37,8°C dalam dua hari terakhir dan mudah lebam atau
memar
 Sesak dengan pernafasan 28 kali permenit.
 konjungtiva mata anemis.
 hepar dan lien todak teraba.
 Hemoglobin 4,60 gr/dl: Jumlah, Hematokrit 18 %, Trombosit 494.000 sel/ l , Ureum 26
mg/dl , Kreatinin 0.70 mg/dl, Gula Darah Sewaktu 97 mg/dl

5. Jelaskan komplikasi apa yang mungkin terjadi pada anemia tipe pada pasien
1. Masalah pada jantung → Anemia yang tidak segera ditangani bisa menyebabkan masalah
jantung, seperti detak jantung yang cepat dan tidak beraturan atau aritmia. Kondisi ini kemudian bisa
memicu terjadinya kardiomegali atau gagal jantung.
2. Kelahiran prematur → Wanita hamil juga rentan mengalami anemia defisiensi besi. Bila jenis
anemia tersebut menimpa ibu hamil, sebaiknya segera tingkatkan asupan zat besi dengan cara
mengonsumsi makanan tinggi zat besi dan suplemen. Pasalnya, anemia defisiensi zat besi bisa
menyebabkan bayi lahir prematur atau lahir dengan berat badan yang rendah.
3. Gangguan pertumbuhan → pada bayi dan anak-anak, anemia defisiensi zat besi bisa
menghambat pertumbuhan mereka. Akibatnya, anak bisa memiliki berat badan yang rendah atau
tubuh yang lebih kecil dibanding anak-anak pada umumnya.
4. Rentan terkena infeksi → Anak-anak pengidap anemia juga rentan terkena infeksi. Tapi,
kondisi ini bisa dicegah dengan memberi ASI pada bayi selama satu tahun, dan memberi sereal yang
kaya akan zat besi (untuk bayi yang berusia di atas 6 bulan) sampai bayi bisa mengonsumsi jenis
makanan padat lainnya.

6. Jelaskan pengobatan yang diberikan pada pasien, untuk apa kegunaan obat tersebut pada
pasien
 Omeprazol 12x20 mg
Bermanfaat untuk meringankan gejala sakit maag dan heartbunt yang ditimmbulkan oleh penyakit
asam lambung atau tukak lambung
 Embion 2x500 mg
 Suplemen ini berfungsi membantu mengobati anemia dan kekurangan vitamin, serta
mencegah terjadinya pertumbuhan bakteri yang berlebihan
 Asam folat 3x500 mg
Untuk mengobati defesiensi asam folat seperti anemia megaloblastik, keracunan methanol
(off-label), dan sebagai suplemen selama kehamilan
 Curcuma 3x500 mg
Untuk membantu memelihara kesehatan fungsi hati,serta membantu memperbaiki nafsu
makan
 Paracetamol 1x500 mg
Obat penurun panas dan pereda nyeri (analgesik dan antipiretik)
 Tranfusi PRC
Tujuan tranfusi PRC adalah untuk menaikkan hemoglobin klien tanpa menaikkan volume darah
secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingan dengan WB adalah kenaikan Hb dapat
diatur sesuai dengan yang diiginkan, mengurangi kemungkinan penularan penyakit dan reaksi
imunologis,volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overload berkurang
serta komponen darah lainnya dapat diberikan kepada klien yang lain.
PRC digunakan pada pasien anemia yang tidak disertai dengan penurunan volume darah. PRC
dberikan sampai tanda oxygen need hilang,biasanya pada hemoglobin 8-10 gr/dl
7. Kondisi mana yang dipunyai pasien yang bisa memperparah dan memicu gejala pada pasien
Pasien membuka usaha laundry dan mengatakan usahanya cukup maju dan banyak pelanggan,
sehingga sering terlambat makan dan hanya makan seadanya jika sedang banyak pekerjaan. Pasien
juga mengatakan selama sakit tidur hanya 4 jam/hari, waktu malam pasien mengatakan sulit tidur,
mudah terbangun, dan tidak puas tidur

Anda mungkin juga menyukai