Anda di halaman 1dari 32

Hematology and Immunology System Page 1

LEMBAR KASUS
BAGIAN 1

An. Rio 9 tahun ,dating ke rumah sakit tempat anda bekerja dengan keluhan utama
sering mengalami perdarahan gusi sejak 1 minggu yang lalu dan timbulnya lebam-
lebam dikulit paha dan lengan. Selain itu ,pasiem juga mengeluhkan nyeri tulang di
kedua lengan dan tungkai. Sejak sebulan terakhir ,merasa badan ceoat lelah,
terlihat pucat disertai perut yang terasa membesar. Ibu pasien mengeluhkan An.Rio
sering mengalami radang tenggorokan mengalami panas ,namun kemudian akan
mereda setelah minum obat turun panas dan istirahat.
Ibunya mengatakan bahwa berat badan rio menurun sebanyak 4 kg dalam sebulan
terakhit. Nafsu makannya menurun drastis dan sering mengeluh mual. Keluhan
berupa buang air besar berwarna hitam disangkal oleh pasien. Dalam riwayat
keluarga kelainan seperti ini disangkal.
Riwayat pengobatan :sudah 2 kali ke puskesmas , yang terakhir 2 hari yang lalu
karena keluhan yang sama dengan saat ini.
PERTANYAAN:
1. Masalah apa saja yang dapat anda identifikasi dari ilustrasi kasus tersebut?
2. Hipotesis apa saja yang anda berikan untuk kasus tersebut?
3. Pemeriksaan apa yang selanjutnya akan anda lakukan?
JAWABAN:
1. An.rio (laki-laki, usia 9thn) Keluhan utama perdarahan gusi sejak 1 minggu
yang lalu,timbul lebam-lebam dikulit, nyeri tulang.RPS pucat,lemas,perut
terasa membesar,BB&nafsu makan turun,dan mual.RPD radang
tengorokan,mengalami panas.RPO obat peurun panas,2x berobat ke
puskesmas. RPK(-).
2. Anemia Aplastik, hemophilia,ITP, Leukemia
3. Dilakukan pemeriksaan fisik, Pemeriksaan lab, dan penunjang
Hematology and Immunology System Page 2

BAGIAN 2

Hasil pemeriksaaan fisik didapat hasil sebagai berikut:
KU : Tampak sakit ringan, pucat Kesadaran: CM

Status Gizi : BB 26 Kg Tb 130 CM
Vital sign : TD 100/60 mmHg ( ) .Nadi 90x/menit .RR 20 x/menit. Suhu
36,5C.

Head to toe :
Kepala : konjungtiva anemis,sclera tdk ikterik,tampak hipertrofi gusi
dan perdarahan gusi(+),epstaksis(-)

Leher :pembesaran KGB leher&supraklavikula d=3cm, multiple,kenyal,tdk
nyeri.faring tdk hiperemis, tonsil T1-T1,tdk hiperemis,tdk ada
detritus.thorax :bentuk dan gerak simetris.

Cor/jantung : batas kanan; linea sternalis dekstra, batas kiri; linea
midclavikularis sinistra. Batas atas; interkostal space III kiri. Bunyi jantung
murni regular, murmur(-) S3 gallop(-).

Pulmo : vocal fremitus normal kiri=kanan, suara nafas vesikuler
kiri=kanan, ronkhi-/- ,wheeshing -/-

Abdomen : tampak cembung ,distersi abdomen (+),nyeri tekan (+),bising
usus (+), hepar menunjukantepi hepar traba 5 cm di bawah batas costae
kananm konsistensi kenyal dengan tepi halus. Limpa menujukan ujung limpa
teraba batas 4 cm di bawah batas costae kiri(schuffner II-III).

Ekstremitas : Edema -/-, akral hangat, tampak multiple petekie dan ekimosis.



Hematology and Immunology System Page 3

BAGIAN 3

Dari hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil sebagai berikut:


HASIL NILAI NORMAL INTERPRETASI
Hemoglobin
8,0 12-14 mg/dl rendah
Hematokrit
26,4 40-48% rendah
Eritrosit
2,89
(4,5-
5,5)x10^6/L
rendah
MCV
91,3 82-92 fL
Dalam Batas
Normal
MCH
27,2 27-31 pg
MCHC
33,0 32-36 g/dL
Leukosit
40.000 5.000-10.000/ L tinggi
Trombosit
81.000 150.000-400.000 rendah
Hitung jenis

Basofil
0 0-1% normal
Eosinofil
0 1-3% rendah
Netrofil batang
0 2-6% rendah
Neutrofil segmen
2 50-70% rendah
Limfosit
18 20-40% rendah
Monosit
1 2-8% rendah
Sel blas
79
LDH (IU)
480 140-280 IU tinggi
Asam urat
18 4-6mg/dL tinggi







Hematology and Immunology System Page 4

BAGIAN 4

Kesan : gambaran darah tepi menunjukan adanya leukemia akut
Pemeriksaan sediaan hapus sumsum tulang di dapatkan sebagai berikut:

-perwarnaan dengan sudan black hasil negative

-kepadatan sel meningkat, megakariosit sukar ditemukan, trombopoiesis
eritropoiesis granulopoiesis tertekan, tampak terutama sel blas yang
berukuran besar dengan kromatin yang halus dan anak inti jelas. Sedangkan
sel blas yang berukuran kecil dengan sitoplasma sedikit ,berwarna kebiruan ,
inti kecil, kromatin inti padat dan anak inti tidak jelas.

Hasil imunophenotyoing : marker menunjukan limfosit sel B



















Hematology and Immunology System Page 5

BAGIAN 5

DIAGNOSIS yang ditegakkan adalah ALL (Acute Lymphoblastic Leukemia)
subtype L2.
Selanjutnya pasien akan segera mendapatkan terapi sitotoksik. Namun ,terapi
supportif akan dilakukan terlebih dahulu, meliputi penatalaksanan dan
pencegahan komplikasi infeksi dan metabolic , pencegahan mual dan muntah
,penatalaksanaan edukasi gizi nutisi pasien dan dukungan psikososial untuk
pasien dan keluarga.
























Hematology and Immunology System Page 6

BAB I
BASIC SCIENCE
FISIOLOGI
Leukosit secara umum bentuknya dapat
berubah-ubah dapat bergerak dengan
perantara kaki palsu.
Leukosit adalah sel darah yang
mengandung inti, disebut juga sel darah
putih.
Waktu lahir jumlah leukosit 15000-
25000/mm3 dan menjelang hari ke
empat turun sampai 12000, pada usia 4
tahun sesuai jumlah normal
Rata-rata jumlah leukosit dalam darah manusia normal adalah
5000-9000/mm3, bila jumlahnya lebih dari 10.000/mm3 keadaan ini disebut
leukositosis, bila kurang dari 5000/mm3 disebut leukopenia.
Leukosit terdiri dari dua golongan utama, yaitu agranular dan granular.
Leukosit agranular mempunyai sitoplasma yang tampak homogen, dan intinya
berbentuk bulat atau berbentuk ginjal.
Leukosit granular mengandung granula spesifik (yang dalam keadaan hidup
berupa tetesan setengah cair) dalam sitoplasmanya dan mempunyai inti yang
memperlihatkan banyak variasi dalam bentuknya. Terdapat 2 jenis leukosit
agranular yaitu; limfosit(25-33%) yang terdiri dari sel-sel kecil dengan
sitoplasma sedikit, dan monosit(2-6%) yang terdiri dari sel-sel yang agak
besar dan mengandung sitoplasma lebih banyak.
Terdapat 3 jenis leukosit granular yaitu neutrofil(60-70%), basofil(0,25-
0,5%), dan asidofil (eosinofil 1-4%).


Hematology and Immunology System Page 7

Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme
terhadap zat-zat asingan. Leukosit dapat melakukan gerakan amuboid dan
melalui proses diapedesis leukosit dapat meninggalkan kapiler dengan
menerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan
penyambung.
Klasifikasi Leukosit :
1. Agranulosit
Limfosit
sebagian besar terdapat dalam darah tepi merupakan sel kecil yang berdiameter
kecil dari 10m. Intinya yang gelap berbentuk bundar atau agak berlekuk dengan
kelompok kromatin kasar dan tidak berbatas tegas.Nukleoli normal terlihat.
Sitoplasmanya berwarna biru-langit dan dalam kebanyakan sel, terlihat seperti
bingkai halus sekitar inti. Kira-kira 10% limfosit yang beredar merupakan sel yang
lebih besar dengan diameter 12-16m dengan sitoplasma yang banyak yang
mengandung sedikit granula azuropilik. Bentuk yang lebih besar ini dipercaya telah
dirangsang oleh antigen, misalnya virus atau protein asing.

Monosit
Rupa monosit bermacam-macam, dimana ia biasanya lebih besar daripada leukosit
darah tepi yaitu diameter 16-20 m dan memiliki inti besar di tengah oval atau
Hematology and Immunology System Page 8

berlekuk dengan kromatin mengelompok. Sitoplasma yang melimpah berwarna biru
pucat dan mengandung banyak vakuola halus sehingga memberi rupa seperti kaca.
Granula sitoplasma juga sering ada. Prekursor monosit dalam sumsum tulang
(monoblas dan promonosit) sukar dibedakan dari mieloblas dan monosit.

2. Granulosit
Neutrofil

Granula terbagi menjadi granula primer yang muncul pada stadium
promielosit, dan sekunder yang muncul pada stadium mielosit dan
terbanyak pada neutrofil matang. Kedua granula berasal dari lisosom, yang
primer mengandung mieloperoksidase, fosfatase asam dan hidrolase asam
lain, yang sekunder mengandung fosfatase lindi dan lisosom. Neutrofil
(Polimorf), sel ini berdiameter 1215 m memilliki inti yang khas padat
terdiri atas sitoplasma pucat di antara 2 hingga 5 lobus dengan rangka
tidak teratur dan mengandung banyak granula merah jambu (azuropilik)
atau merah lembayung.

Eusinofil

Sel ini serupa dengan neutrofil kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar
Hematology and Immunology System Page 9

dan berwarna lebih merah gelap (karena mengandung protein basa) dan
jarang terdapat lebih dari tiga lobus inti. Eosinofil memasuki eksudat
peradangan dan nyata memainkan peranan istimewa pada respon alergi,
pada pertahanan melawan parasit dan dalam pengeluaran fibrin yang
terbentuk selama peradangan.
Basofil

Basofil hanya terlihat kadang-kadang dalam darah tepi normal. Diameter
basofil lebih kecil dari neutrofil yaitu sekitar 9-10 m. Jumlahnya 1% dari
total sel darah putih. Basofil memiliki banyak granula sitoplasma yang
menutupi inti dan mengandung heparin dan histamin. Dalam jaringan,
basofil menjadi mast cells. Basofil memiliki tempat-tempat perlekatan
IgG dan degranulasinya dikaitan dengan pelepasan histamin. Fungsinya
berperan dalam respon alergi.













Hematology and Immunology System Page 10

AGRANULOSIT














Hematology and Immunology System Page 11

GRANULOSIT















Hematology and Immunology System Page 12

KELAINAN MORFOLOGI LEUKOSIT
A. Granula toksik
- Merupakan suatu granula azurofilik dijumpai pada infeksi berat, inflamasi
- Granula kasar dijumpai pada anemia aplastik dan myelofibrosis
- Pada netrofil yang tidak mempunyai granula dijumpai pada syndrome
myelodisplasia dan beberapa myeloid leukemia dan jarang ada kelainan bawaan
yang dimanifestasikan dengan PMN yang tidak normal.
- Granula ini memberikan reaksi positif pada pulasan peroksidase dan pada
pulasan alkaline fosfatase menunjukkan aktifitas enzim meningkat.
- Dibedakan dengan anomali Alder-Reily dengan granula yang sangat besar,
warna merah dan jumlahnya banyak.

B. Vakuolisasi sitoplasma
Pada sediaan hapus yang langsung dibuat terlihat vacuola berukuran kecil , ini
menunjukkan adanya infeksi berat dan ketoasidosis diabetic.

C. Hipersegmentasi
Netrofil yang mempunyai 5 6 lobi pada intinya, dimana inti ini dihubungkan
dengan kromatin, dijumpai pada anemia megaloblastik, pergeseran ke kanan
dengan hipersegmentasi terlihat pada anemia, paska pengobatan sitostatika
(methotrexate) dan pasien yang menjalani pengobatan hydroxiurea tampak
hipersegmentasi yang menycolok.

D. Dohle bodies
Sisa-sisa ribosom dan retikulosit yang rusak dalam bentuk oval atau bulat,
berwarna biru abu-abu dan biasanya ditemukan pada bagian perifer netrofil,
dijumpai pada infeksi berat, keganasan, anomaly May-Heglin, luka bakar dan
setelah pengobatan dengan kemoterapi

E. Netrofil piknotik
Merupakan sebagian sel netrofil yang mati khususnya bila ada infeksi, juga
dapat timbul pada darah abnormal invitro setelah disimpan selama 11 18 jam
Hematology and Immunology System Page 13

bila disimpan pada suhu 4
0
C. Sel ini bentuk bulat, tebal dengan sedikit inti
dan sitoplasma merah jambu gelap.

F. Anomali Pelger
Suatu kelainan bawaan yaitu berkurangnya segmentasi pada netrofil dan
kromatin intinya menjadi halus.

Neutrofil hipersegmentasi(lobus 5-6).
Vakuola sitoplasma ini menunjukan
infeksi adanya berat.


Hematology and Immunology System Page 14

G. Pseudo Pelger
Gambaran inti mirip dengan anomali Pelger dimana netrofil hipogranular dan
intinya tidak teratur, dapat dilihat pada sindroma myelodisplasia, leukemia
myeloid akut. Leukimia myeloid kronik

H. Sindroma Chediak-Higashi
Kelainan herediter yang jarang dijumpai. Pada netrofil dijumpai granula
azurofilik yang berukuran raksasa pada pewarnaan peroksidase

I. Sel Lupus Eritromatosus (sel LE)
Sel fagosit dari netrofil yang mengfagosit massa inti sehingga nampak
sebagai massa yang homogen yang berwarna merah. Sel LE juga ditemukan
pada arthritis rheumatoid, hipersensitif obat-obatan dan penyakit-;enyakit
kolagen termasuk lupus hepatitis.

J. Reaksi leukemoid
Merupakan leukosistosis relative ditandai pergeseran ke kiri ynag nyata,
Reaksi leukemoid dapat ditemukan pada tuberculosis dan pada Sindrom Down,
infeksi bakteri yang hebat, keganasan, hemolisis yang cepat dan luka bakar




Hematology and Immunology System Page 15

KELAINAN PADA EOSINOFIL
Eosinofilia berat dapat terjadi Pada infeksi parasit dan apabila
jumlahnya sangat hebat disebut sindrom hipereosinofil. Eosinofil dengan
granula abnormal sering ditemukan pada beberapa tipe leukemia myeloid akut,
leukemia myeloid kronik dan mielodisplasia.


KELAINAN PADA BASOFIL
Basofil nampak meningkat pada kelainan mieloproliferatif dan khas
pada leukemia myeloid kronik .

KELAINAN PADA MONOSIT
Jumlah monosit meningkat dijumpai pada infeksi kronik dan inflamasi
lainnya seperti tuberculosis, Chrohns disease, leukemia myeloid kronik,
leukemia akut. Pada leukemia mielomonositik kronik, maturasi monosit
meningkat sampai 100 kali.

KELAINAN PADA LIMFOSIT.
Limposit atipik adalah limposit yang besar dengan diameter lebih 20
mikron, sitoplasma lebih biru, inti besar dengan kromatin terbuka dan
sitoplasma berlebihan dengan bentuk tertur. Pada beberapa limposit atipik
dapat didiagnosis sebagai mononucleosis infeksiosa, infeksi virus, reaksi
imunologis.
Hematology and Immunology System Page 16

INFLAMASI
Respon inflamasi merupakan upaya oleh tubuh untuk memulihkan dan
mempertahankan homeostasis setelah cidera. Sebagian besar elemen
pertahanan tubuh berada dalam darah dan inflamasi merupakan sarana sel-sel
pertahanan tubuh dan molekul pertahanan meninggalkan darah dan memasuki
jaringan di sekitar tempat luka (atau yang terinfeksi). Inflamasi pada
dasarnya menguntungkan, namun inflamasi berlebihan atau berkepanjangan
dapat menyebabkan kerusakan.
Pada dasarnya, mekanisme inflamasi terdiri dari empat kejadian:
a. Otot-otot polos sekitar pembuluh darah menjadi besar, aliran darah
menjadi lambat di daerah infeksi tersebut. Hal ini memberikan peluang lebih
besar bagi leukosit untuk menempel pada dinding kapiler dan keluar ke
jaringan sekitarnya.
b. Sel endotel (yaitu sel penyusun dinding pembuluh darah) menjadi kecil. Hal
ini menjadikan ruang antara sel-sel endotel meningkat dan mengakibatkan
peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini dinamakan vasodilatasi.
c. Molekul adhesi diaktifkan pada permukaan sel-sel endotel pada dinding
bagian dalam kapiler (inner wall). Molekul terkait pada pada permukaan
leukosit yang disebut integrin melekat pada molekul-molekul adhesi dan
memungkinkan leukosit untuk rata (flatten) dan masuk melalui ruang antara
sel-sel endotel. Proses ini disebut diapedesis atau ekstravasasi.
d. Aktivasi jalur koagulasi menyebabkan fibrin clot secara fisik menjebak
mikroba infeksius dan mencegah mereka masuk ke dalam aliran darah. Hal ini
juga memicu pembekuan darah dalam pembuluh darah kecil di sekitarnya
untuk menghentikan perdarahan dan selanjutnya mencegah mikroorganisme
masuk ke aliran darah.
Hematology and Immunology System Page 17


Inflamasi awal dan Diapedesis
1. Selama tahap awal inflamasi, rangsangan seperti cidera atau infeksi
memicu pelepasan berbagai mediator inflamasi seperti leukotrien,
prostaglandin, dan histamin. Pengikatan mediator ini pada reseptornya pada
sel endotel menyebabkan vasodilatasi, kontraksi sel endotel, dan peningkatan
permeabilitas pembuluh darah. Selain itu, membran basal sekitar kapiler
menjadi penataaan-ulang sehingga mempromosikan migrasi leukosit dan
pergerakan makromolekul plasma dari kapiler ke jaringan sekitarnya. Sel
mast dalam jaringan ikat, juga basofil, neutrofil, dan trombosit meninggalkan
darah dari kapiler yang cidera, melepaskan atau merangsang sintesis
vasodilator seperti histamin, leukotrien, kinin, dan prostaglandin. Produk
tertentu dari jalur komplemen (C5a dan C3a) dapat mengikat sel-sel mast dan
memicu rilis agen vasoaktifnya. Selain itu, kerusakan jaringan mengaktifkan
kaskade koagulasi dan produksi mediator inflamasi seperti bradikinin.
Hematology and Immunology System Page 18


2. Pengikatan histamin pada reseptor histamin pada sel endotel memicu
upregulasi molekul P-selectin dan platelet-activating factor (PAF) pada sel
endotel yang melapisi venula.

3. P-selectin kemudian dapat reversibel mengikat P-selectin glycoprotein
ligand-1 (PSGL-1) pada leukosit. Ikatan reversibel ini memungkinkan leukosit
sekarang bergulir sepanjang dinding bagian venule.

Hematology and Immunology System Page 19

4. Pengikatan PAF ke reseptor PAF-R yang sesuai pada leukosit meng-
upregulasi ekspresi integrin disebut leukocyte function-associated molecule-
1 (LFA-1) pada permukaan leukosit.

5. Molekul LFA-1 molekul pada guliran leukosit sekarang dapat mengikat kuat
ke suatu molekul adhesi disebut intacellular adhesion molecul-1 (ICAM-1)
yang ditemukan pada permukaan sel-sel endotel membentuk dinding bagian
dalam di pembuluh darah

6. Leukosit rata (flatten out), menerobos (squeeze) antara sel-sel endotel,
dan bergerak melintasi membran basement karena mereka tertarik terhadap
agen kemotaktik seperti protein komplemen C5a dan leukotrien B4 yang
dihasilkan oleh sel-sel di lokasi infeksi atau cidera.
Hematology and Immunology System Page 20



Inflamasi akhir dan Diapedesis
1. Biasanya dalam waktu dua sampai empat jam dari tahap awal inflamasi,
makrofag diaktifkan dan sel endotel vaskular melepaskan sitokin inflamasi
seperti TNF dan IL-1 ketika TLR mengikat PAMP. Hal ini memungkinkan sel-
sel endotel vaskular terdekat venula untuk meningkatkan ekspresi molekul
adhesi seperti P-selectins, E-selectins, ICAM, dan kemokin.

2. Pengikatan TNF dan IL-1 dengan reseptornya pada sel endotel memicu
suatu penjagaan respon inflamasi oleh upregulasi produksi molekul adhesi E-
selectin dan penjagaan ekspresi P-selectin pada sel-sel endotel yang melapisi
venula.
Hematology and Immunology System Page 21


3. E-selectin pada permukaan bagian dalam dari sel-sel endotel sekarang
dapat mengikat kuat integrin terkait, E-selectin ligand-1 (ESL-1) pada
leukosit.

4. Leukosit flatten out, squeeze antara sel-sel endotel, dan bergerak
melintasi membran basement karena mereka tertarik terhadap kemokin
seperti IL-8 dan monocyte chemotactic protein-1 (MCP-1) yang dihasilkan
oleh sel pada tempat infeksi atau cidera. Kebocoran fibrinogen dan
fibronektin plasma kemudian membentuk sebuah molekular scaffold yang
meningkatkan migrasi dan retensi leukosit di situs yang terinfeksi.




Hematology and Immunology System Page 22

EMBRIOLOGI
LEUKOPOIESIS

Leukopoiesis merupakan proses pembentukan sel darah putih. Awal
mula leukosit adalah dari sel stem hemopoietik pluripoten. Lalu membentuk
suatu jalur diferensiasi yang disebut commited stem cell. Sebelum
berkembang menjadi berbagai macam leukosit yang spesifik dibentuk
terlebih dahulu suatu koloni pembentuk, yang disebut CFU-S (unit pembentuk
koloni limfa). Kemudian membentuk beberapa koloni yang diantaranya CFU-
GM, yang nantianya berdiferensiasi menjadi netrofil, basofil, eosinofil, dan
monosit, dan CFU-M yang akan berkembang menjadi megakariosit. Sedangkan
limfosit terbentuk bukan dari CFU-S, melainkan dari LSC (Lymphoid Stem
Cell). LSC ini akan berkembang menjadi Limfosit-T dan Limfosit-B.(Guyton
and Hall, 2007) .
Hematology and Immunology System Page 23

Leukopoiesis ini proses pembentukan leukosit, yang dirangsang oleh
adanya colony stimulating factors atau faktor perangsang koloni. Penstimulasi
(perangsang) koloni ini dihasilkan oleh sel darah putih (leukosit) dewasa.
Perkembangan dari setiap sel darah putih dimulai dengan terjadinya
pembelahan sel batang temopoitik menjadi sel blas .
Sumsum Tulang adalah Tempat pembentukan sel darah putih.
Kompartemen vaskular jaringan luas
sinusoid. Kompartemen hemopoietik kepulauan sel hemopoietik dalam
berbagai tahap pematangan.

Granulosit dan monosit berasal dari sel induk myeloid, sedangkan limfocyte
dari sel induk limfoid
Leukositosis melibatkan serangkaian mitosis dan diferensiasi
Leukositosis diatur oleh beberapa faktor pertumbuhan dan Interleukin
(faktor micro)
Granulocyte (G-CSF) menstimulasi pembentukan leucocytus
Interleukin 3 menstimulasi pembentukan sel myeloid
Erythropoietin (EPO) menstimulasi pembentukan sel darah merah
(erythrocytus)


Hematology and Immunology System Page 24

SISTEM IMUNITAS

Sistem Imun dan Respon Imun
Sistem pertahanan tubuh yang pertama dilakukan oleh jaringan epitel yang menutupi
permukaan tubuh atau meliputi organ. Sistem imun merupakan pertahan lini kedua
atau ketiga.
Pertahanan lapis pertama:
a. Kulit dan membran mukosa yang utuh
b. Kelenjar keringat, sebum, dan air mata mensekresi zat kimia bersifat bakterisida
c. Mukus, silia, tight junction, desmosom, sel keratin, dan lisozim di lapisan epitel
d. Rambut pada lubang hidung
e. Flora normal
Unsur-unsur yang berperan dalam reaksi imunologik:
1. Unsur selular: berasal dari sel induk pluripoten yang berdiferensiasi melalui 2
jalur, yaitu:
a)jalur limfoid untuk pembentukan limfosit dan subsetnya, b) jalur mieloid yang
membentuk selsel fagosit dan sel lainnya.
2. Organ limfoid: nodus limfatikus, nodulus limfatikus, limpa, timus, dan tonsilla.
Umumnya terdiri dari jaringan ikat yang mengandung sel limfosit, makrofag, sel
plasma, sel retikuloendotel, dan serabut-serabut retikuler.
3. Substansi-substansi: imunoglobulin, komplemen, dan sitokin/interleukin. Respon
imun yang dibentuk dapat dibagi menjadi 2 respon imun spesifik/adaptif dan tidak
spesifik/innate. Respon imun tidak spesifik sudah dimiliki secara adaptif sejak awal.
Respon imun spesifik melibatkan respon imun seluler dan humoral. Contoh respon
imun seluler: kulit, makrofag, sel polimorfonuklear, sel NK, dan sel T sitotoksik. Sel
Hematology and Immunology System Page 25

langsung membunuh antigen tanpa harus diaktivasi terlebih dahulu. Respon imun
humoral diatur oleh sel limfosit B dan mengaktifkan antibodi.
Sistem Kekebalan Non Spesifik
Dapat mendeteksi adanya benda asing, dan melindungi tubuh dari kerusakan yang
diakibatkannya. Namun, tidak dapat mengenali benda asing yang masuk ke dalam
tubuh.
Yang termasuk dalam sistem ini:
1. Reaksi inflamasi/peradangan
2. Protein antivirus (interferon)
3. Sel natural killer (NK cells)
4. Sistem komplemen

Sistem Kekebalan Spesifik
Unsur seluler :
1. Sel limfosit: terdiri dari limfosit B dan limfosit T. Semua limfosit dibentuk di
sumsum tulang. Limfosit B kemudian akan mengalami pematangan di sumsum tulang
belakang. Limfosit T akan mengalami pematangan di timus. Sumsum tulang belakang
dan timus disebut organ limfoid sentral. Nodus limfatikus, nodulus limfatikus, limpa,
dan tonsil adalah organ limfoid sekunder.
Limfosit B:
Diaktivasi jika kontak dengan antigen. Selanjutnya berproliferasi dan
berdiferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi.
Limfosit T:
T killer cells : langsung menghancurkan antigen melalui pembentukan perforin.
T helper cells : membantu aktivasi sel B.
Hematology and Immunology System Page 26

T memory cells : di nodus limfatikus dan bersirkulasi; menjadi T killer cells bila
diaktivasi.
T regulator : mengatur imunitas seluler dan humoral dan menghambat kerja
T helper dan T killer.
T amplifier cells : di timus dan limpa; memelihara populasi sel limfosit T.
2. Sel plasma.
3. Sel NK : limfosit yang tidak mempunyai molekul penanda; reseptor untuk
komplemen dan Fc reseptor; terutama untuk membunuh sel yang terinfeksi virus
dan pertahanan imunologik terhadap sel kanker.
4. Sel fagosit mononuklear/APC : menghancurkan antigen dalam fagolisosom.
5. Sel polimorfonuklear : neutrofil, eosinofil, dan basofil.

Mekanisme respon imun seluler :
1. Degradasi antigen asing (terutama pada infeksi virus) di dalam sel inang.
2. Antigen yang terlah diproses kemudian diikatkan pada MHC di retikulum
endoplasma.
3. Kompleks antigen-MHC dibawa ke permukaan sel dengan menembus membran
sitoplasma dan kemudian dikenali oleh TCR pada permukaan sel Tc (CD8).
4. Sel Tc memproduksi protein sitotoksik perforin dan akan membunuh sel yang
terinfeksi virus.
Mekanisme respon imun humoral:
1. Antigen masuk ke dalam tubuh.
2. APC menangkap dan memproses antigen dengan fagolisosom vakuola.
3. Antigen dipotong-potong menjadi epitop dan ditangkap MHC II.
Hematology and Immunology System Page 27

4. Makrofag akan berjalan ke nodus-nodus, masuk melalui pembuluh limfatik
afferen, mencari limfosit yang sesuai.
5. Sinyal inti makrofag mengakibatkan pengeluaran IL-1 yang akan diberikan pada T
helper yang sedang menempel (limfosit masih naif).
6. T helper menghasilkan IL-2 untuk diri sendiri (agar menjadi sel efektor), sel T
sitotoksik yang memiliki TCR sesuai, dan limfosit B. IL-2 akan mengkode proliferasi
dan diferensiasi.
7. Sel B berubah menjadi sel plasma (melepaskan protein permukaan IgM,
memproduksi IgG) untuk menangkap antigen. Sel T sitotoksik akan berikatan dengan
makrofag dan melisiskannya.Sel efektor hanya berusia 100 hari. Sel memori akan
dibentuk.
Toleransi Imun
Toleransi imun merupakan sistem imun yang tidak atau kurang dapat
mengekspresikan imunitas humoral atau seluler terhadap satu atau lebih antigen
spesifik. Beberapa faktor eksogen dapat merusak toleransi. Akibatnya dapat
berbahaya; bergantung pada derajat kerusakan toleransi. Penyakit autoimun adalah
akibat hilangnya self tolerance.Toleransi Imun Timus Secara Sentral terhadap
Antigen dalam Tubuh Limfosit berkembang dari prekursor di sumsum tulang. Sel-sel
limfoid akan berdiferensiasi menjadi limfosit B, limfosit T, dan sel NK. Di kelenjar
timus, limfosit T tidak mengekspresikan molekul koreseptor baik CD4 maupun CD8
(double negative). Sel-sel limfosit T kemudian berubah menjadi double positive (ada
CD4 dan CD8).
Tahap selanjutnya adalah seleksi positif:
a. Yang terpapar MHC I: CD8.
b. Yang terpapar MHC II: CD4.
c. Yang tidak terpapar MHC akan apoptosis.
d. Yang bereaksi dengan self antigen akan mengalami kematian sel

Hematology and Immunology System Page 28

Penyakit Autoimun
Penyakit autoimun dapat disebabkan oleh antigen eksogen maupun endogen.
I. Eksogen :
a. Mimikri molekuler
b. Stimulan superantigenik (bakteri dan virus)
c. Mikroba
II. Endogen :
a. Presentasi antigen yang salah
b. Peningkatan T helper cell
c. Peningkatan fungsi sel B
d. Ketidakseimbangan sitokin
e. Imunoregulasi yang tidak normal

Penyakit autoimun dapat dibagi menjadi 3 golongan besar:
1. Kelainan autoimun yang organ spesifik
a. Thyroiditis Hashimoto: penghancuran sel-sel tiroid oleh proses seluler dan
mediasi antibodi(hipotiroid).
b. Grave's disease: hipertiroidisme karena autoimun
2. Kelainan autoimun yang non-organ spesifik
a. SLE
b. Rheumatoid arthtritis
c. Anemia hemolitik autoimun
Hematology and Immunology System Page 29

3. Kelainan autoimun kombinasi antara organ spesifik dan non-organ spesifik:
a. Anemia hemolitik autoimun
b. Leukemia Limfositik Kronik
c. Limfoma: keganasan sistem limfatik


















Hematology and Immunology System Page 30

BAB II
PATOLOGI KEGANASAN DARAH
KEGANASAN HEMATOLOGIK
Keganasan hematologik adalah proses neoplastik yang mengenai darah dan jaringan
pembentuk darah beserta seluruh komponennya. Keganasan darah dibagi atas tiga
kelompok besar :
1. Penyakit limfoproliferatif terdiri atas
a. Leukemia limfoid akut dan kronik
b. Limfoma maligna/lymphoma
2. Penyakit mieloproliferatif
a. Leukemia mieloid akut dan kronik
b. Penyakit mieloproliferatif lain: PV (polisitemia vera), mielosklerosis
dengan mieloid metaplasia
3. Penyakit imunoproliferatif/gamopati monoklonal
a. Mieloma multiple
b. Makroglobulinemia
Sifat-sifat keganasan hematologik:
1. Monoklonalitas : seluruh sel-sel ganas berasal dari mutasi
neuroplastik satu buah sel.
2. Progresi klonal : sel ganas mempunyai keunggulan
proliferatifdibandingkan dengan sel normal sehingga pertumbuhannya lebih
progresif.
3. Dominasi konal : pada fase selanjutnya,klon sel ganas akan
mendominasi klon sel normal.
4. Kepunahan klon normal : klon sel normal sangat tertekan sehingga akan
menghilang sama sekali.
5. Instabilitas genetik : sifat genetik sel ganas ini tidak stabil sehingga
terus menerus terjadi perubahan kromosom yang akan mempengaruhi sifat
keganasan sel tersebut.
Hematology and Immunology System Page 31

Leukemia adalah proliferasi ganas sel induk hemopoietik dalam sumsum tulang
.sel ganas menggantikan sel normal dimana sel ini beredar scara sistemik
kemudian disertai infiltrasi ke organ lain. Sel leukemia juga tumbuh pada
jaringamn hemopoeitik primitif(ekstramedular) sehingga meninggalkan
pembesaran lien ,hati dan kelenjar limfe.
Leukemia dibedakan menjadi dua akut dan kronik, jika berdasarkan jenis sel
nya terbagi atas leukemia limfosit dan mieloid(leukemia nonlimfoblastik).
Berdasarkan sel yang paling dominan dibagi menjadi subtipe yaitu:
Mieloid, monositik, erythroleukemia, megakariositik.
Limfoma Maligna adalah neoplasma ganas dari limfosit T atau B yang bersifat
solid. Pada fase lanjut kadang kadang dapat juga menyebar secara
sistemik.pada umumnya fokus primer mulai dari kelenjar limfe kadang-kadang
dapat juga dapat juga dari jaringan ekstranodal.
Gamopati monoklonal merupakan proliferasi ganas limfosit B yang telah
teraktivasi atau sel plasma dan menghasilkan imunoglobulin yang bersifat
monoklonal.ada dua jenis: mieloid multiple dengan makroglobulinemia
waldenstrom.
Mieloid multiple merupakan prolifrasi maligna sel plasma dalam sumsum
tulang.
Makroglobulinemia waldenstrom merupakan proliferasi limfosit B yang
menghasilkan IgM

Etiologi kegaansan hematologik yaitu bersifat multifaktorial dan proses
patogenesisnya terjadi scara bertahap/multistep.
1. Faktor faktor etilogi yang diperkirakan bertanggung jawab ialah:
a. Enviroment agent yang merusak DNA a tara lain; ionizing radiation,
benzen, obat-obatan misalnya alkyllilating agent
b. Virus misalnya HTLV 1 untuk T celll leukemia, epsen bar virus EBV untuk
limfoba bruitt
2. Faktor predisposisi yang memudahkan timbulnya proses keganasan
a. Kelainan kromosom misal anemia faconi, sindrom down
Hematology and Immunology System Page 32

b. Defek imunologik bawaab dan didapat. Bawaan contohnya chediac higashi,
wiskott aldrich. Yang didapat contohnya infeksi HIV ,pemakai
imunosupresan
c. Defek hematologik
Sindrom mielodisplastik, penyakit mieloproliferatif.

Anda mungkin juga menyukai