LEUKIMIA
TIK 7 ISS 2
1
PENGERTIAN
Leukimia adalah keganasan hematologi akibat
neoplastik yang disertai diferensiasi (maturation arrest)
pada berbagai tingkatan sel induk hemopoetik sehingga
terjadi ekspansi progresif dari kelompok (clone) sel
ganas tersebut dalam sumsum tulang kemudian beredar
secara sistemik.
(Desmawati, 2013)
4
KLASIFIKASI
LEUKIMIA
A. Leukimia Mielogenus Akut (LMA)
LMA mengenai sel stem hematopoetik
yang kelak berdiferensiasi ke semua sel
mieloid; monosit, granulosit (basofil, netrofil,
eusinofil), eritrosit, dan tromboit. AML
merupakan leukimia nonlimfositik yang
paling sering terjadi.
5
Lanjutan...
6
Lanjutan..
Penatalaksanaan LMA
Kemoterapi merupakan bentuk terapi utama dan
pada beberapa kasus dapat menghasilkan
perbaikan yang berlangsung sampai setahun atau
lebih.
Obat yang digunakan untuk LMA :
• Daunorubicin hydrochloride (Cerubidine)
• Cytarabine (Cytosar-U)
• Mercaptopurine (Purinethol).
Transplantasi sumsum tulang juga bisa dilakukan
apabila dimungkinkan.
7
Lanjutan..
Prognosis LMA
Pasien yang mendapatkan penanganan
dapat bertahan hanya sampai 1 tahun, dengan
kematian yang biasanya terjadi akibat infeksi
atau pendarahan.
8
B. Leukimia Mielogenus Kronis (LMK)
LMK juga dimasukkan dalam keganasan sel stem
mieloid. Namun, lebih banyak terdapat sel normal di
banding pada bentuk akut, sehingga penyakit ini
lebih ringan.
12
D. Leukemia Limfositik Kronis (LLK)
Leukemia limfositik kronis (LLK) adalah suatu
keganasan klonal limfosit B (jarang pada limfosit T).
Perjalanan penyakit ini biasanya perlahan dan
merupakan kelainan ringan yang terutama mengenai
individu antara usia 50 sampai 70 tahun.
Manifestasi klinis
yang mungkin terjadi adalah sehubungan dengan
adanya anemia, infeksi, atau pembesaran nodus limf
dan organ abdominal. Jumlah eritrosit dan trombosit
mungkin normal atau menurun. Terjadi penurunan
jumlah limfosit (limfositopenia).
13
Penatalaksanaan
apabila ringan, LLK tidak memerlukan penanganan.
Kemoterapi dengan kartikosteroid dan chlorambucil
(leukeran) sering digunakan apabila gejalanya berat.
Banyak pasien yang tidak berespon terhadap terapi ini
dapat mencapai perbaikan dengan pemberian
fludarabine monofosfat, 2-chorodeoxyadenosien (2-
CDA), atau pentostatin.
14
Pemeriksaan Penunjang
1.pemeriksaan darah
15
2. pemeriksaan sumsum tulang
16
3.pemeriksaan lain:
• biopsi limfa
• kimia darah
• cairan cerebrospinal
• sitogenik
17
ASUHAN KEPERAWATAN
18
PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a) Keluhan utama: Mudah capek, lesu, dan berat
badan menurun.
b) Riwayat penyakit saat ini : sejak kapan
keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa
kali keluhan itu terjadi, bagaimana sifat dan
hebatnya keluhan, dimana pertama kali
keluhan timbul, apa yang sedang dilakukan
keluhan, adakah usahan untuk mengatasi
keluhan ini sebelum meminta pertolongan,
dan berhasil atau tidakah usaha tersebut.
19
2. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum tampak lemah kesadaran
composmentis selama belum terjadi komplikasi.
b) Tanda-tanda vital:
• Tekanan darah: tidak signifikan perubahanya,
cenderung menurun.
• Nadi: tidak signifikan.
• Suhu: meningkat jika terjadi infeksi.
• Pernapasan: dipsneu, takhipneu.
c) Pemeriksaan kepala leher:
Rongga mulut: apakah terdapat (infeksi oleh jamur
atau bakteri), perdarahan gusi.
20
d) Riwayat penyakit terdahulu : menanyakan apakah
sebelumnya klien pernah dirawat, dengan penyakit
apa, apakah klien pernah mengalami sakit yang berat.
e) Riwayat keluarga: menanyakan umur, status anggota
keluarga ( hidup,mati) dan masalah kesehatan pada
anggota keluarga.
f) Pengkajian psikososiospritual: mengenai status
ekonomi, kognitif, dan perilaku klien.
21
g. Konjugtiva: anemis atau tidak. Terjadi gangguan
penglihatan akibat infiltrasi ke susunan saraf pusat
(ssp).
h. Pemeriksaan integumen: adakah ulserasi ptechie,
ekimosis, tekanan turgor menurun jika dehidrasi.
i. Pemeriksaan dada dan thorax
• Inspeksi bentuk thorax
• Auskultasi suara nafas
• Palpasi denyut apex
• Perkusi untuk menentukan batas jantung dan batas paru.
22
j. Pemeriksaan abdomen
• Inspeksi bentuk abdomen.
• Perkusi tanda asites bila ada.
• Pemeriksaan ekstremitas
k. -adakah cyanosis kekuatan otot.
(Desmawati,2013)
23
KASUS
Seorang anak perempuan berusia 10 tahun dirawat
dirumah sakit dengan keluhan demam, pusing, dan
sering mimisan serta tidak nafsu makan, mual dan
muntah. Dari hasil TTV diperoleh TD: 80/50 mmHg, N:
100x/menit, S: 38⁰C, RR: 28/menit. Dari hasil
laboratorium didapatkan hasil : Hb: 6,7 gr/dl, leukosit:
25.500 ml³, trombosit: 44.000 ml³.
24
TABEL ANALISA 1
PROBLEM ETIOLOGI SYMPTHOM
25
DOMAIN 4, KELAS 4, 00204
Ketidakefektifan perfusi jaringan
perifer
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Catat situasi saat ini atau adanya Situasi yang memengaruhi sirkulasi dan
kondisi yang dapat memengaruhi perfusi sistemik.
perfusi ke seluruh jaringan tubuh.
3. Pastikan dampak pada fungsi dan Misalnya, nyeri tungkai dapat menghambat
gaya hidup. ambulasi, atau individu dapat mengalami
ulserasi kulit dan masalah penyembuhan
yang sangat memengaruhi kualitas hidup.
26
TABEL ANALISA 2
Problem Etiologi Sympthom
27
DOMAIN 11, KELAS 2, 00206
RISIKO PERDARAHAN
NO INTERVENSI RASIONAL
28
EVALUASI
Tanggal Waktu Catatan Perkembangan Paraf
16-09-2018 08.00 S : Pasien Mengatakan demam, pusing, dan sering Ns.Alfitya
WIB mimisan serta tidak nafsu makan, mual dan muntah.
O:
• TD: 80/50 mmHg,
• N: 100x/menit,
• S: 38⁰C,
• RR: 28/menit.
• Hb: 6,7 gr/dl,
• leukosit: 25.500 ml³,
• trombosit: 44.000 ml³.
29
Lanjutan..
Tanggal Waktu Catatan Perkembangan Paraf
16-09-2018 10.00 WIB P : 1. Catat situasi saat ini atau adanya kondisi Ns.Alfitya
yang dapat memengaruhi
perfusi ke seluruh jaringan tubuh.
2. Identifikasi adanya faktor atau
kondisi risiko tinggi.
3.Pastikan dampak pada fungsi dan
gaya hidup.
4.Kaji risiko pasien.
5.Beri tekanan langsung dan es pada area
perdarahan.
6.Batasi aktivitas
7.Pertahankan kepatenan akses vaskular
11.15 WIB
I : 1. Mencatat situasi saat ini atau adanya
kondisi yang dapat memengaruhi
perfusi ke seluruh jaringan tubuh.
2. Mengkaji risiko Pendarahan pasien.
3. Memberikan tekanan dan tempon pada
hidung pasien.
4. Menginstruksikan pasien untuk istirahat.
30
Lanjutan..
Tanggal Waktu Catatan Perkembangan Paraf
17-09-2018 08.00 E: Ns. Alfitya
WIB • Pasien tidak lagi mengalami pusing dan
demam
• Suhu : 37 C
• Perdarahan berkurang
• Aktivitas Pasien sudah terbatasi dan pasien
dapat beristirahat dengan baik
31
Daftar pustaka
doenges, M.E, Mary, Alice. 2015. Manual
Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
Herdman, T.H, Shigemi kamitsuru. 2017.
Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi
2015-2017. jakarta: EGC
Smeltzer, S.C, Brenda. 2002. Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC
32
THANKYOU
33