Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN DAN PENATALAKSAAN

“SISTEM HEMATOLOGI PADA LEUKEMIA”

KELOMPOK 7:

1. M. ROMDONI 1130018002
2. SUPRIA 1130018065
3. ADHITA SEPTIANTY.N 1130018070

Dosen Pembimbing : Lono wijayanti, S.Kep.Ns.,M.Kep


DEFINISI LEUKEMIA

Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu


leukos dan amina yang berarti darah dan putih.
(secara harfiah berarti “sel darah putih”).
Leukemia merupakan nama kelompok penyakit
maligna yang dikarakteristikan oleh perubahan
kualitatif dan kuantitatif dalam leukosit sirkulasi.
Leukimia dapat ditandai dengan penggantian
sumsum tulang oleh SDP imatur Ganas, peredaran
darah SDP imatur yang abnormal, dan infiltrasi sel
kedalam hati, limpa, dan kelenjar limfe di seluruh
tubuh.
Klasikasi Leukemia
1. Leukemia Mieloid Akut
Leukemia Mieloid akut (Acute myloid lukemia, AML)
ditandai dengan proliferasi mieloblast (prekursor
granulosit) tidak tekontrol dan hyperplasia sumsum
tulang dan limpa.

2. Leukemia Mieloid Kronik


Leukemia Mieloid Kronik (Chronic Myeloid leukemia,
CML) ditandai dengan proliferasi abnormal semua unsur
sumsum tulang
3. Leukemia Limfositik Akut
Leukemia limfositik Akut (acute lymphocytic leukimia ALL)
adalah jenis leukemia yang paling umum pada anak-anak dan
deawasa muda. Sebagaian besar (80%) kasus ALL diseabkan
oleh transformasi sel B menjadi ganas dengan 20% sisanya
menjadi sel T

4. Leukemia Limfosit Kronik


Leukimia limfosit kronik (Chronic lymphocytic leukimia
CLL) ditandai denga proliferasi dan akumulasi limfosit
kecil, abnormal dan matur dalam susunan tulang, darah
perifer dan jaringan tubuh
Etiologi

1. virus
Virus menyabkan leukemia seperti retrovirus, virus
leukemia feline, dan HTLV-1 pada dewasa
.

2. Radiasi
Hal ini dpat ditunjang dengan beberapa laporan dari riset
menangani kasus leukemia bahwa para pegawai radiologi beresiko
menderita leukemia dan pasien yang menerima radioterapi .

3. Genetik
hal ini terjadi akibat mutasi yang abnormal pada sel.

4. obat-obatan
obat-obat imunosupresif, obat obat karsinogenik seperti
diethylstilbestrol.
Patofisiologi Leukemia

proses patofisiologi leukemia dimulai dari masuknya Virus, zat kimia, radiasi ataupun
faktor genetika pada penderita. Sehingga megakibatkan poliferasi abnormal sel leukosit.
Akibat poliferasi tak normal tersebut, mengakibatkan kegagalan sumsum tulang dan
infiltrasi keorgan lain. Kegagalan sumsum tulang dapat mempengaruhi hematopoiesis,
Sehingga menurunkan produksi eritrosit. Kegagalan sumsum tulang juga memepengaruhi
penurunan produksi limfosit, Kegagalan sumsum tulang juga berpengaruh pada penurunan
jumlah platelet pada penderita. Selain mengakibatkan kegagalan sumsum tulang, poliferasi
abnormal sel leukosit juga dapat mempengaruhi infiltrasi ke organ-organ tubuh lainnya,
seperti: otak, gastro intestinal, lifer, ginjal dan tulang. (sugeng,2018)
Pathway Leukimia
Manifestasi Klinis

1. Anemia

2. Perdarahan
3. Mudah terserang Infeksi

4. Nyeri Tulang dan Persendian


5. Nyeri Perut
6. Pembengkakkan Kelenjar Lympa
Pemeriksaan Fisik dan Labotarium

A. Pemeriksaan Darah Tepi


Berdasarkan pada kelainan sum-sum tulang yaitu
berupa pansitopenia, limfositoris dan tepatnya sel blas (sel
muda beranak inti). Sel tersebut merupakan gejala
patogomik untuk leukemia.
B. Pemeriksan Sum-sum Tulang

Dapat dilakukan dengaan 2 cara yaitu:


1. Aspirasi ( yang diambil haany sum-sum tulang).
2. Biopsi (mengangkat sepotong kecil dan sum-sum tulang).
Biopsi adalah cara pasti untuk mengetahui apakah sel-sel
leukemia ada di sum-sum tulang atau tidak, hal ini
memerlukann anestesi local. Sum-sum tulang diambil dari
ruang pinggul atau tulang besar lainnya.
Pemeriksaan Fisik

C. Pemeriksaan Getah bening


Pemeriksaan fisik dilakukan diantranya terhadap
pembengkakan kelenjar getah bening, lympa, atau
Hati.

D. Sitogenetik
Labotarium akan meneliti kromsom dari sampel
darah, sum-sum tulang atau kelenjar getah bening .
Jika kromosom Abnormal ditemukkan tes yang dapt
menunjukkan jenis leukemia yan dimiliki oleh
pederita.
E. Biopsy Lympa G. Lumbal Pungsi
Pemeriksaa ini akan memperlihatkan prliferasi sel Bila terjadi peninggian sel patologis, maka hal ini
berta terjadi leukimia meningeal. Untuk
leukemia dan sel yang berasal dari jaringan limpa mencegahnya dilakukan lumbal pungsi pada
akan terdesak seperti limfosit normal, RES, dan penderita

granulosit. H. Spinal Tap

F. Kimia darah Dengan mengambil beberapa cairan

Pada pemeriksaan ini memperlihatkan penderita cerebrospinal. Prosedur ini memakan wktu sekitar 30

leukemia seperti kolestrol rendah, asam urat menit dan dilakukan dengan anestesi local.

meningkat, Hipogamaglobulinemia. Labotarium akan memeriksa cairan untuk meneliti


adaya sel-sel leukimia atau tanda-tanda lainnya.

I. X-ray Dada
Meninjukkan pembengkakan Kelenjar getah bening
atau tada-tanda lain dari penyakit didalam dada.
g
i
Place Your Picture Here :
Komplikasi Leukemia
m
a
Menurut (Soeparman & Waspandji, 2011)
s
komplikasi Leukimia diantaranya:
1. a
Infeksi
2. Ganggua perdarahan: autoimmune hemolytic anemia,
i
disseminated intravasculare coagulation, leukostatis.
n transformation pada CLL
3. Richter
t
4. Gangguan neurologi: masa intraparenkimal, infiltrasi
r
meningeal.
a
5. Perdarahan : intrakranial, pulmonari, gastrointestinal.
p
a
 
Penatalaksanaan Leukemia

1. Penatalaksanaan Non Farmakologi

A. Kemoterapi
(Menurut sugeng, 2018 dalam buku asuhan keperawatan
dengan gangguan sistem hematologi) Kemoterapi
kombinasi adalah pengobatan pilihan untuk sebagian
besar jenis leukemia, dengan tujuan memberantas
leukemia dan mencapai remisi.

B. Terapi Radiasi
Terapi radiasi merusak DNA sel, meskipun sel terus
berfungsi tetapi tidak dapat membelah dan
memperbanyak diri. Sel yang membelah cepat, seperti sel
sumsum tulang dan kanker (sel Radiosensitif), merespon
dengan cepat terhadap terapi radiasi
C. Transplantasi Sumsum Tulang
Transplantasi sumsum tulang (bone marrow transplant,BMT) Adalah terapi pilihan
untuk sebagian tipe leukemia. BMT sering digunakan bersamaan dengan atau setelah
kemoterapi atau radiasi. Terdapat dua kategori utama BMT :pada BMT alogenik ,
sumsum tulang dari donor yang sehat diinfuskan kedalam pasien yang sakit : pada BMT
autolog

D. Transplantasi Sel Induk


Transplantasi Sel induk (Stem Cell Transplant,SCT)
alogenik adalah pilihan untuk transpantasi sumsum
tulang. SCT menghasilkan penggantian komplet dan
menetap jalur sel darah( SDP,SDA,dan Trombosit)
resipien dengan sel yang berasal daris sel induk donor
E. Terapi Biologi

Sitokin seperti interfern dan interleukin adalah agen biologi digunakan


untuk mengatasi leukemia. Agen ini memodifikasi respon tubuh terhadap
sel kanker Interferon mepunyai banyak efek termasuk memediasi
fungsi imun dan menghambat proliferasi dan pertumbuhan sel
abnormal interferon dapat digunakan mengatasi leukimia terutama
CML

F. Terapi Komplementer

Uji coba klinis telah menunjukkan efikasi pelatihan keterampilan koping,


(releksasi dan imajinasi) dan hypnosis untuk seacara signifikan menguarangi
ketidaknyaman terkait dengan leukimia dan terapinya.
Terapi Farmakologi

1. Vinkristin

2. Prednison

3. L-asparagirase

4. Siklofosfamid

5. Atrasiklin
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pasien leukemia merasakan anemia dengan tanda dan gejala
diantaranya pucat, lemah,dan nafas cepat.

b. Riwayat kesehatan sekarang


Klien mangatakan nyeri pada tulang dan persendian,
nyeri perut, Pasien juga mengeluh terjadi epitaksis, badan
lemah, terlihat pucat dan terjadi pembengkakan pada
kelenjar lympa
c. Riwayat kesehatan lalu
Get a modern PowerPoint
Presentation that is beautifully
Dalam hal ini yangdesigned. perlu dikaji atau ditanyakan pada
klien antara lain apakah pasien sebelumnya mempunyai
riwayat anemia, riwayat asam urat tinggi, riwayat sering
mimisan dan apakah pernah MRS sebelumnya

d. Riwayat kesehatan keluarga

Biasanya dari pihak keluarga pada penderita leukemia terdapat leukemia


pada laki-laki atau carrier pada wanita.

e. Riwayat psikososial
Menanyakan apakah teman, tetangga, rekan kerja pasien ada yang mengidap
penyakit leukimia atau tidak. Dan juga menanyakan apakah pasien bekerja di
Get a modern PowerPoint
lingkunagPresentation
radiasi that
atau tidak.
is beautifully
designed.
 
f. Pola aktivitas dan latihan
Hal ini perlu dilakukan pengkajian pada pasien
dengan penyakit leukimia untuk menilai kemampuan
dan toleransi pasien dalam melakukan aktivitas.

c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum
2.Tanda-tanda vital

3. Pemeriksaan fisik B1-B6

a) Inspeksi : pasien leukimia umumnya mengalami frekuensi


B1 (Breathing ) napas melebihi normal.
b) Palpasi : pasien leukemia biasanya menggunakan otot bantu
pernapasan sternokleidomastoid.
c) Perkusi : pada umumnya suara sonor.
d) Auskultasi : pada umumnya terdengar wheezing.
 2. B2 (Bleeding)
Do you need a) Inspeksi : pada umumnya pasien leukimia mengalami
an online
doctor now? perdarahan di hidung (epistaksis) terdapat bintik-
bintik merah di kulit pada mukosa
b) Palpasi : umumnya CTV >3 detik.
c) Perkusi : pada umumnya tidak ada pergeseran batas
jantung.
d) Auskultasi : pada umumnya tidak ada suara jantung
tambahan (S3 dan S4)

3. B3 (Brine)
a) Inspeksi : wajah tampak lesu, GCS tingkat kesadaran
menurun
4. B4 (Bledder)
a) Inspeksi : pasien mengalami hematuria

5. B5 (Bowel)
a) Inspeksi : penurunan BB, mengkaji pola makan pasien
apakah sebelumnya pasien mengkonsumsi asupan
nutrisi harian secara pas atau kurang.
b) Palpasi : pembesaran limfa dan hepar

6. B6 (Bone)
a) Palpasi : umumnya penderita mengalami nyeri persendian dan
tulang.
 
ALLPPT
Layout DIAGNOSA
1. Clean
Resiko Textd/d proses keganasan.
perdarahan
2. Slidenutrisi b/d peningkatan kebutuhan metabolisme d/d membran mukosa pucat, rambut
Devisit

LEUKIMIA
rontok, penurunan BB.
for your
3. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan d/d mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat > 20% dari
Presentation
kondisi istirahat, merasa lemah, merasa tidak nyaman setelah beraktivitas.
4. Nyeri kronis b/d gangguan imunitas d/d mengeluh nyeri, tidak mampu menuntaskan aktivitas.
5. Gangguan integritas kulit / jaringan b/d efek samping terapi radiasi d/d perdarahan, kemerahan,
nyeri dan kerusakan jaringan/lapisan kulit.
6. Hipertermia b/d proses penyakit d/d suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah, takikardi,
takipnea.
7. Resiko infeksi d/d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (imunosupresi).
INTERVERENSI
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Setelah dilakuka intervensi Pencegahan pendarahan
Resiko perdarahan
Kode : I.02067
Kode : D.0012 keerawatan selama 3x24 jam,
Observasi
diharapkan Tingkat Cidera pasien 1.
Definisi : Beresiko Monitor tanda dan gejala perdarahan
dapat teratasi dengan kriteria hasil 2. Monitor koagulasi 
mengalami kehilangan Terapeutik
sebagai berikut :
darah baik internal (terjadi 3. Pertahankan bed rest selama
1. Toleransi aktivitas dari skala 1 perdarahan
di dalam tubuh) maupun al
(menurun) menjadi skala 4 (cukup  
(terjadi diluar tubuh). meningkat) Edukasi
 
4. Jelaskan tanda dan gejala pendarahan
2. Nafsu makan dari skala 1 (menurun)
5. Anjurkan menghindari aspirin atau
menjadi skala 4 (cukup meningkat) antikoagulasi
3. Perdarahan dari skala 1 (meningkat) 6. Anjurkan meningkatkan asupan makanan
dan vitamin K.
menjadi skala 4 (cukup menurun)
 
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian obat pengontrol
perdarahan, jika perlu.
Hipertermia Setelah dilakukan intervensi Manajmen Nyeri
Kode : D.0130 keperawatan selama 3x24 jam, Kode : I.08238
Definisi : Suhu tubuh diharapkan Integritas Kulit dan Observasi
meningkat diatas rentang Jaringan dapat teratasi 1. Identifikasi lokasi karateristik
normal tubuh dengan kriteria hasil sebagai durasi frekuensi kualitas
berikut : dan intergritas nyeri
1. Perdarahan dari skala 1 2. Identifikasi skala nyeri
(meningkat) menjadi skala 4 Terapeutik
(cukup menurun). 3. Berikan tekhnik nonfarmakologi
2. Kemerahan dari skala 1 untuk mengurangi rasa nyeri
(meningkat) menjadi skala 4 Edukasi
(cukup menurun) 4. Jelaskan penyebab periode dan
Suhu kulit dari skala 1 pemicu nyeri
(memburuk) menjadi 4 (cukup Kolaborasi
membaik). 5. Pemberian analgetik
Implementasi

Implementasi merupakan langkah ke empat dalam proses


keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi
keperawatan (tindakan keprawatan) yang telah direncanakan
dalam intervensi keperawatan.
AWESOME
SLIDE
Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam asuhan keperawatan.


Keberhasilan asuhan keperawatan dapat dilihat antara lain hal-hal berikut:
1. Nyeri berkurang.
2. Melakukan upaya pencegahan berdarah (epistaksis).
3. Tidak mengalami komplikasi.
g sakit (Clavert, 2002; Beck, 2010). Penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh Haun et al. (2015) bertujuan menentukan kelayakan tehnik Swedish Massage Therapy. Pada penelitian tersebut dilak
i sistem kekebalan tubuh, serta meminimalkan risiko infeksi.

Judul : Pengarus Swedish Massage Therapy terhadap Tingkat Kualitas Hidup


Penderita Leukemia Usia Sekolah
Penulis: Dewi Umu Kulsum, Henny Suzana, Argi Virgona
Tahun: 2017

Sekitar 74% anak penderita kanker yang menjalani pengobatan akan bertahan hidup selama 5
tahun setelah terdiagnosis (Hockenberry & Wilson, 2009). Pengobatan bagi ALL bertujuan
menghancurkan sel neoplastik dan remisi lengkap dengan pengembalian fungsi normal sumsum
tulang belakang, sekitar 70%-80% mencapai remisi lengkap dimana penderita kanker 35%- 45%
bertahan hidup 2–5 tahun atau lebih lama (Black & Hawks, 2014). Regimen terapi kanker ALL
jenis OAINS dan agens kemoterapi pada umumnya menimbulkan efek samping yang
menyebabkan nyeri. Selain itu, pengobatan kanker membutuhkan waktu yang lama, tidak sedikit
menyebabkan penderita menjadi frustasi. Swedish Massage Therapy merupakan pijat klasik
dasar dari semua metode pijatan yang dikembangakan sejak abad ke-19 untuk peningkatan
kesehatan dan terapi membantu orang sakit (Clavert, 2002; Beck, 2010). Penelitian sebelumnya
telah dilakukan oleh Haun et al. (2015) bertujuan menentukan kelayakan tehnik Swedish
Massage Therapy. Pada penelitian tersebut dilakukan randomisasi (non-blinded prospective
study) pada penderita leukemia, dan menyatakan bahwa secara signifikan adanya penurunan
ketidaknyamanan, mengurangi nyeri otot dan laju pernafasan pada fungsi fisiologis, sedangkan
pada fungsi psikologis menurunkan tingkat kecemasan dan emosional, di samping itu pada
fungsi psychophysiologic dapat meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh, serta
meminimalkan risiko infeksi.
hhKonsep Swedish Massage Therapy memiliki keunggulan dimana sudah dilakukan penelitian tentang
keefektifannya pada tingkat tertinggi hierarchy of evidence, terapi ini dapat digunakan pada semua rentang
usia, pada anak-anak terapi ini dilakukan untuk stimulasi tumbuh kembang dan palliative care pada kondisi
penyakit terminal atau penyakit kronis, intervensi ini bersifat healing touch manipulasi tubuh yang efektif dan
efisien. Terapi ini juga mempunyai nilai budaya yang kental secara empiris, dan yang terpenting terapi ini
harus dilakukan oleh terapis yang teregistrasi dan bersertifikasi dengan tingkatan kompetensi.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh swedish massage therapy terhadap
tingkat kualitas hidup penderita leukemia usia sekolah di Rumah Cinta Anak Kanker Bandung.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah non probability sampling, dengan menggunakan
metode consecutive sampling. Dalam satu waktu pemilihan responden dan pengambilan sampel langsung
dibagi dua, yang kemudian dilakukan pre test untuk mengetahui keadaan awal. Setelah dilakukan pre test,
peneliti melakukan kontrak waktu dengan orang tua responden pada kelompok intervensi untuk memulai
terapi dengan menyesuaikan jadwal kemoterapi sehingga terpenuhinya jumlah sesi terapi 3 kali dalam
seminggu dengan waktu pelaksanaan di pagi hari atau di sore hari. Pelaksanaan terapi swedish massage
dilakukan langsung oleh peneliti dengan rata-rata durasi perlakuan 30 menit.
Pengobatan kanker dengan kemoterapi mempunyai efek mual dan muntah, walaupun tidak jarang pasien
diberikan antiemetik. Akan tetapi reaksi efek samping obat kemoterapi tidak sama, dan kompensasi tubuh
pasien pun berbeda–beda.
Sehingga dibutuhkan mekanisme untuk meningkatkan aktivitas nervus vagus yang menstimulasi motilitas
gastrik sehingga merangsang produksi hormon-hormon yang meningkatkan penyerapan nutrisi (gastrin dan
insulin) (Bobak et al., 2005).
hh). Beberapa faktor yang dapat memengaruhi nilai dari kualitas hidup dan menentukan keberhasilan
terapi antara lain faktor internal mencakup stadium keganasan kanker, prognosis penyakit leukemia,
tingkat kepatuhan regimen terapi berhubungan dengan kekambuhan, gejala penyakit dan efek samping
pengobatan yang dapat tertangani, status gizi anak baik, dan gaya hidup sehat seluruh anggota keluarga.
Sedangkan faktor eksternal mencakup keadaan kesehatan lingkungan yang mendukung, adanya cinta
kasih orang tua serta saudara kandung (Eiser, 2004; Wong etal., 2008).
Peningkatan rerata kualitas hidup tersebut terjadi dari efektifitas terapi massage yang mempunyai manfaat
dan memengaruhi secara positif terhadap fungsi tubuh, yaitu berkaitan dengan permasalahan fisik yang
diartikan adanya penurunan permasalahan pada rasa sakit dan luka, mual yang disebabkan akibat gejala
penyakit, dan efek samping kemoterapi antara lain neurotoksisitas perifer meliputi sensorik dan motorik,
disertai rasa nyeri, mual dan muntah, penurunan selera makan, dan penurunan berat badan, ulserasi
mukosa, dan stomatitis. Perubahan tersebut disebabkan terapi massage mengurangi rasa sakit pada otot-
otot, meningkatkan relaksasi, menurunkan heart rate, dan tekanan darah, menurunkan depresi, dan
meningkatkan kualitas tidur (Salvo, 2016), serta menurunkan kesakitan, meningkatkan relaksasi dikaitkan
dengan peningkatan produksi endorfin (obat penghilang rasa sakit alami) (Haun et al., 2009), dan
meningkatkan sirkulasi aliran darah (Walton, 2006).
n
HASIL :
Swedish Massage Therapy merupakan pijat klasik dasar dari semua
metode pijatan yang dikembangakan sejak abad ke-19 untuk peningkatan
kesehatan dan terapi membantu orang sakit. Konsep Swedish Massage
Therapy memiliki keunggulan dimana sudah dilakukan penelitian tentang
keefektifannya pada tingkat tertinggi hierarchy of evidence, terapi ini
dapat digunakan pada semua rentang usia, pada anak-anak terapi ini
dilakukan untuk stimulasi tumbuh kembang dan palliative care pada
kondisi penyakit terminal atau penyakit kronis. Dengan dilakukannya
terapi massage membantu adekuat asupan nutrisi, berkurangnya keluhan
secara fisik akibat dampak toksisitas saraf neurotoksisitas perifer
sehingga mengurangi masalah yang dapat mengganggu pertumbuhan
dan perkembangan anak penderita leukemia. Terapi massage dapat
menurunkan kecemasan dan ketakutan, penurunan depresi, dan
penurunan produksi hormon stres (kortisol), serta mengurangi
kecemasan pada orang tua penderita dan anak-anak dengan kanker.
DFTAR PUSTAKA
 Kiswari, rukaman. 2014. Hematologi dan Transfusi. Erlangga.
Jawa Tengah.
Corwin, Elizabet J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Kulsum, Dewi Umu dkk. 2017. Pengarus Swedish Massage
Therapy terhadap Tingkat Kualitas Hidup Penderita Leukemia
Usia Sekolah. Diakses pada tannggal 3 oktober 2019 15.35
Linda, ayu. 2016. Buku Ajar keperawatan medikal bedah:
gangguan kardiovaskuler. Jakarta: EGC..
Thank You
Insert the Sub Title of Your Presentation
Jitowiyono, Sugeng. 2018. Buku Ajar Keperawatan Pada Pasien
Dengan gangguan: Sistem Hematologi Yogyakarta: PT. Pustaka
Baru Press.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia. Jakarta. DPP PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. Jakarta. DPP PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Jakarta. DPP PPNI.
 

Anda mungkin juga menyukai