Anda di halaman 1dari 16

A.

DEFINISI

Leukemia, mula-mula dijelaskan oleh Virchow pada tahun 1847 sebagai darah putih, adalah penyakit neoplastik yang ditandai
dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk hematopoietic yang secara maligna melakukan transportasi, yang menyebabkan penekanan
dan penggantian unsure sumsum yang normal (Greek dkk, 1999). (Patofisiologis:Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, E/6, Vol.1.
Sylvia A.prince, Lorraine M.wilson. penerbit Buku Kedokteran EGC)

Leukemia ialah keganasam hematolik akibat proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi (naturation arrest) pada berbagai
tingkatan sel induk hemopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif dari kelompok (clone) sel ganas tersebut dalam sumsum tulang,
kemudian sel leukemia beredar secara sistemik. (Hematologi klinik ringkas, Prof.Dr.I Made Bakta, Jakarta ; EGC, 2006 ).

B. KLASIFIKASI (Buku Ajar PATOLOGI II Ed.4. Robbins dan kumar, penerbit buku kedokteran EGC), (Buku saku, Robbins, dasar
patologi penyakit, penerbit buku kedokteran EGC)

1. Leukemia limpoblastik Akut


Adalah penyakit yang terutama terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, merupakan 80% dari leukemia akut masa kanak-kanak
dengan insiden puncak pada usia 4 tahun.
2. Leukemia Mielogenus Akut
Adalah kelompok leukemia yang paling heterogen terutama mengenai individu antara usia 15 50 tahun. Hamper 60% penderita
mengalami remisi dengan kemoterapi intensif, tetapi hanya 15%-30% tetap bebas penyakit sampai 5 tahun.
3. Leukemia Mielogenus kronis
CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga
penyakit ini lebih ringan. CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda
dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang
luar biasa, limpa membesar.
4. Leukemia Limfositik Kronis
CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun. Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala,
baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.
C. Etiologi (Patofisiologis:Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, E/6, Vol.1. Sylvia A.prince, Lorraine M.wilson. penerbit Buku
Kedokteran EGC)

Walaupun penyebab dasar leukemia tidak diketahui predesposisi genetik maupun faktor-faktor lingkungan kelihatanya memainkan
peran. Jarang ditemukan leukimia familial, tetapi kelihatanya terdapat insiden leukimia lebih tinggi dari saudara kandung anak-anak yang
terserang, dengan insiden yang meningkat sampai 20% pada kembar monozigot (identik). Individu dengan kelainan kromosom, seperti
sindrom down, kelihatanya mempunyai insiden leukimia akut, dua puluh kali lipat.

Faktor lingkungan berupa pajanan dengan radiasi pergion dosis tinggi disertai manifestasi leokimia yang timbul bertahun-tahun
kemudian.Zat-zat kimia (misal,benzen arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon, dan agen antineoplastik) dikaikan dengan frekwensi
yang meningkat, khusunya agen-agen alkil.

D. Kedaan klinik (Buku Ajar PATOLOGI II Ed.4. Robbins dan kumar, penerbit buku kedokteran EGC)

1. Leukemia akut
Manifestasi klinik leokimia akut dan kronik sangat berbeda. Bentuk akut memiliki awal serangan yang mendadak, dahsyat,
sedangkan leokimia kronik bermula gejala samar-samar. Gambaran utama klinik leokimia akut sebagai akibat depresi fungsi sumsum
norrmal dan meliputi (1) demam, biasanya penceminan infeksi, (2) mudah lelah, karena anemi, dan (3) perdarahan
2. Leukemia meloid kronik
Awal serangannya biasanya lamban dengan gejala tidak has (yaitu mudah lelah, kelemahan, dan berat badan menyusut). Kadang-
kadang gejala pertama berupa perasaan tidak enak didaerah perut disebabkan oleh splenomegali hebat yang has dalam keadaan ini.
Temuan laboratorium sangat penting dalam pembuatan diagnosis.
3. Leokemi limfosit kronik
Penderitanya sering tanpa mengalami gejala. Bila ada gejala sifatnya tidak has dan meliputi mudah lelah, penyusutan berat badan dan
anoreksi karena sel B leokemi tidak berfungsi, penderita sering mengalami hipogamaglobulinemi dan kepekaannya terhadap infeksi
kuman meningkat. Lifadenopati genaralisata dan hepatos plenomegali terdapat pada 50 sampa 60% kasus.
Gejala umum dari leukemia kronis atau akut bisa meliputi:
a. Pembengkakan kelenjar getah bening (di leher atau ketiak) yang biasanya tidak sakit
b. Demam atau berkeringat di malam hari
c. Sering infeksi
d. Merasa lemah atau lelah
e. Pendarahan dan mudah memar (gusi berdarah, bercak keunguan di kulit, atau bintik-bintik merah kecil di bawah kulit)
f. Pembengkakan atau rasa tidak nyaman di perut (karena hati/pancreas bengkak)
g. Berat badan turun drastic tanpa sebab jelas
h. Nyeri pada tulang atau sendi

E. Patofisologis (Buku Ajar PATOLOGI II Ed.4. Robbins dan kumar, penerbit buku kedokteran EGC)

1. Leukemia akut
Penelitian morfologi dan kinetik sel menunjukkan bahwa pada leukemia akut terdapat halangan differensiasi sel-sel induk leukemi
dan bahwa blasleukemi memiliki masa pembentukan lebih lama. Jadi penimbunan blasleukemi akut akibat kegagalan maturasi
menjadi fungsional akhir, bukan karena klorifirasi cepat sel-sel yang mengalami transformasi. Bila blas leukemi tertimbun dalam
sumsum, supresi pada sel-sel induk hematopoiesis normal terjadi melalui mekanisme penuh rahasia. Hipotesis sederhana berdasarkan
bergerombolnya sel ganas tampaknya tidak begitu. Supresi sel induk hematopoiesis normal pada leukemi akut memiliki dua
pengertian klinik yang penting. (1) manifestasi utama sebagai akibat kekurangan sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit
normal, (2) tujuan pengobatan mengurangi populasi klon leukemi sedemikian untuk memberi kesempatan kembali sel-sel induk
normal, yang oleh laju proliferasinya yang lebih cepat dapat mengambil alih beberapa sel induk leukemi yang bertahan hidup.

2. Leukemia Meloid Kronik


Meskipun berasal dari sel induk mieloid multipoten, prasel granulosit menentukan jalur dominan sel. Tidak seperti kasus leukemi
akut, tidak ada hambatan dalam maturasi sel induk leukemi. Sebagai mana dibuktikan dengan sejumlah besar sel matur dalam darah
perifer. Kinetik sel dan teknik biakkan infitro menunjukkan bahwa ada 10-20 kali lipat peningkatan masa prasel granulosit dalam
sum-sum tulang dan limpah, tetapi keadaannya tidak membelah lebih cepat dari sel induk normal. Dasar masa peningkatan sel induk
mieloid didalamnya tampaknya karena kegagalan sel induk untuk menanggapi syarat fisiologi yang mengatur proliferasinya.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah :

a. Pemeriksaan Fisik: memeriksa pembengkakan kelenjar getah bening, limpa, atau hati.
b. Pemeriksaan darah: Laboratorium akan melakukan hitung darah lengkap untuk memeriksa jumlah sel darah putih, sel darah
merah, dan platelet. Leukemia menyebabkan jumlah sel darah putih sangat tinggi. Juga seringkali ditemukan rendahnya tingkat
trombosit dan hemoglobin dalam sel darah merah.
c. Biopsi: Biopsi adalah satu-satunya cara pasti untuk mengetahui apakah sel-sel leukemia ada dalam sumsum tulang Anda. Hal ini
memerlukan anestesi lokal untuk membantu mengurangi rasa sakit. Dokter akan mengambil beberapa sumsum tulang dari tulang
pinggul atau tulang besar lainnya. Ada dua cara yang umum digunakan.
- Aspirasi sumsum tulang: menggunakan jarum berongga tebal, yang diambil hanya sumsum tulang.
- Biopsi sumsum tulang: menggunakan jarum berongga sangat tebal untuk mengangkat sepotong kecil tulang dan sumsum
tulang.

2. Pemeriksaan lainnya yaitu :


a. Sitogenetik: Laboratorium akan meneliti kromosom dari sampel sel darah, sumsum tulang, atau kelenjar getah bening. Jika
kromosom abnormal ditemukan, tes dapat menunjukkan jenis leukemia yang Anda miliki. Misalnya, orang dengan CML
memiliki kromosom abnormal yang disebut kromosom Philadelphia.

b. Spinal Tap: Dokter Anda dapat mengambil beberapa cairan cerebrospinal (cairan yang mengisi ruang di dalam dan sekitar
otak dan sumsum tulang belakang). Dokter menggunakan jarum panjang tipis untuk mengeluarkan cairan dari tulang
punggung bagian bawah. Prosedur ini memakan waktu sekitar 30 menit dan dilakukan dengan anestesi lokal. Anda harus
berbaring selama beberapa jam setelahnya, agar tidak pusing. Laboratorium akan memeriksa cairan untuk meneliti adanya sel-
sel leukemia atau tanda-tanda lain dari masalah.
c. X-ray Dada: X-ray dapat menunjukkan pembengkakan kelenjar getah bening atau tanda-tanda lain dari penyakit di dalam
dada.

G. Penatalaksanaan (kapita selekta, Haematologi, essential haematology, edisi 2, Jakarta; EGC1996)


Program terapi
Pengobatan terutama ditunjukkan untuk 2 hal (Netty Tejawinata, 1996) yaitu:
1. Memperbaiki keadaan umum dengan tindakan:
Tranfusi sel darah merah padat (Pocket Red Cell-PRC) untuk mengatasi anemi. Apabila terjadi perdarahan hebat dan jumlah trombosit
kurang dari 10.000/mm, maka diperlukan transfusi trombosit.
Pemberian antibiotik profilaksis untuk mencegah infeksi.

2. Pengobatan spesifik
Terutama ditunjukkan untuk mengatasi sel-sel yang abnormal. Pelaksanaannya tergantung pada kebijaksanaan masing-masing rumah
sakit, tetapi prinsip dasar pelaksanaannya adalah sebagai berikut:
Induksi untuk mencapai remisi: obat yang diberikan untuk mengatasi kanker sering disebut sitostatika (kemoterapi). Obat
diberikan secara kombinasi dengan maksud untuk mengurangi sel-sel blastosit sampai 5% baik secara sistemik maupun intratekal
sehingga dapat mengurangi gejala-gajala yang tampak.
Intensifikasi, yaitu pengobatan secara intensif agar sel-sel yang tersisa tidak memperbanyak diri lagi.
Mencegah penyebaran sel-sel abnormal ke sistem saraf pusat
Terapi rumatan (pemeliharaan) dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi

3. Kemoterapi:
a) Fase Induksi
Dimulai 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi kortikosteroid (prednison), vineristin, dan L-
asparaginase. Fase induksi dinyatakan berhasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan di dalam sumsum tulang
ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%.
b) Fase profilaksis sistem saraf pusat
Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine, dan hydrocortison melalui intratekal untuk mencegah invasi sel leukemia
ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat.
c) Konsolidasi
Pada fase ini, kombinasi pengobatan dilakukan untuk mempertahankan remisis dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang
beredar dalam tubuh. Secara berkala, dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap
pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.

d) Pengobatan imunologik
Bertujuan untuk menghilangkan sel leukemia yang ada di dalam tubuh agar pasien dapat sembuh sempurna. Pengobatan
seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun remisi terus menerus.

H. Komplikasi (Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Vol. 2 E/8, penerbit buku kedokteran EGC).

Komplikasi leukimia meliputi pendarahan dan impeksi, yang merupakan penyebab kematian utama. Pembetukan batu ginjal, anemia,
dan masalah gastro intestinal merupakan kamplikasi lain. Resiko perdarahan berhubungan dengan tingkat defesiaense trombosit
(trombositopenia). Angka trombosit rendah ditandai dengan memar (ekimosis) dan petikia (bintik perdarahan kemerahan atau kabuan
besar ujung jarum di permukaan kulit). Pasien juga dapat mengalami perdarahan berat jika jumlah trombositnya turun sampai dibawah
20.000 per mm3. Dengan alasan yang tidak jelas, demam dan infeksi dapat meningkatkan kemungkinan perdarahan.
Karena kekurangan granulosit matur dan normal,pasien selalu dalam keadaan terancam infeksi. Kemungkinan terjadi infeksi
meningkat sesuai derajat netropenia, sehingga jika granulosit berada dibawah 100/ml darah sangat mungkin terjadi infeksi sistemik.
Disfungsi imun mempertinggi resiko infeksi.
Penghancuran sel secara besar-besaran yang terjadi selama pemberian kemoterapi akan meningkatkan kadar asam urat membuat
pasien rentan mengalami pembentukan batu ginjal dan polip ginjal. Maka pasien memerlukan asupan cairan yang tinggi untuk mencegah
kristalisasi asamurat dan pembentukan batu. Masalah gastrointestinal dapat terjadi akibat filtrasi leukosit abnormal keorgan abdominal
selain akibat toksisitas obat kemoterapi. Sering terjadi anoreksia, mual, muntah, diare, dan lesi mukosa mulut.
Gangguan
genetik virus Zat kimia radiasii Kegagaglan Lemah perfusi
a anemia dan
pembuluh eritrosit jaringan
pucat

Depresi
Ploriferasi abnormal sel Limfosit Resiko infeksi
imune
leukosit hematur

platelet Perdarahan Resiko


trombositopena perdarahan
ptektle purpura
lemah

Kegagalan
sumsum tulang
belakang

leukimia

akut
kronik

L. mielongenus kronis L. limfostik kronis L. mietogenus akut L. limfosit akut

Penekanan
hemopoesis
Resiko infeksi Penurunan antibodi

Manifestasi kelinis
hipertalasemi Kegagalan sumsum
proliferasi
tulang belakang
Pembesaran limfe Penumpukan darah Penumpukan
infeksi Anemia Perdarahan
di limfa darah dihati dan berat dan infeksi
(splenomegali) badan
hepatomegali turun
Limfa denopati
Hambatan
mobilitas fisik
Nyeri pada perut Ketidak
Benjolan di daerah kanan atas seimbangan
kelenjar limfa (bagian nutrisi kurang
kepala) dari
lemas
kebutuhan
Gangguan citra
tubuh

Nyeri akut

Intoleran aktifitas
Analisa Data :

DATA ETIOLOGI MASALAH KEPERAWATAN


DS : Faktor biologis Ketidakseimbangan Nutrisi :
- An Y mengeluh kurang dari kebutuhan tubuh
lemah (00002)
- An. Y mengeluh - Domain : 2 (nutrisi)
seluruh tubuhnya - Kelas : 1 (pencernaan)
terasa sakit, sehingga - Axsis :
saat makan An. Y tidak 1. Nutrisi kurang dari
menghabiskan makan kebutuhan
dari rumah sakit, hanya 2. Individu
5 sendok, itu saja 3. Ketidak seimbangan
dengan dipaksa. 4. Gastrointestinal
DO : 5. Anak
- An. Y makan 3 kali 6. Akut
sehari dan habis 1 7. Actual
porsi, tapi berat
badannya kurang,
hanya 10 kg.
- An. Y terlihat kurus
dan mungil disbanding
anak seumurannya.
- Setelah makan,
biasanya An. Y akan
muntah.

DS : Kehilangan cairan aktif Kekurangan volume cairan


- An. Y mengeluh lemah (00027)
DO :
- N : 58X/menit Domain : 2 (nutrisi)
- Suhu 39oc Kelas : hidrasi
- Turgor 5 detik Axis :
- TD : 80/60 mmhg 1. Volume cairan
- BB : 10kg 2. Individu
- 3. Penurunan
4. Cerebral
5. Anak
6. Akut
7. Actual

DS : Imobilitas Intoleran Aktivitas (00092)


- Tidak terkaji
DO :
- Aktivitas An. Y
terbatas hanya
ditempat tidur
- Bermain dan bergerak
di tempat tidur
- Makan dan mandi
dibantu orangtua
- TD : 80/60 mmhg
- N : 58x /menit
- RR : 38x/menit
INTERVENSI, IMPLEMENTASI, EVALUASI :
DIAGNOSA NOC NIC
1 Nutrisi : Pasien menunjukan Pengelolaan Nutrisi :Bantuan atau pemberian asupan diet makanan dan
Kurang dari perubahan status gizi: cairan yang seimbang.
KebutuhanTu Asupan Makanan, Cairan, Aktivita keperawatan :
buh dan Zat Gizi dalam waktu 3 Pengkajian :
(00002) X 24 Jam 1. Ketahui makanan kesukaan pasien.
Status Gizi: Asupan 2. Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Makanan dan Cairan 3. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
Indicator: 4. Timbang pasien pada interval yang tepat.
1. Makanan oral, pemberian Pendidikan untuk pasien/keluarga :
makanan lewat selang, atau 5. Berikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana
nutrisi parenteral total. memenuhinya.
12345 Aktivitas Kolaboratif :
2. Asupan cairan oral atau IV. 6. Tentukan dengan melakukan kolaboratif bersama ahli gizi, secara tepat-
12345 jumlah kalori dan jenis zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi.
Aktivitas lain :
7. Anjurkan pasien untuk menggunakan gigi palsu atau perawatan gigi.
8. Berikan pasien minuman dan cemilan bergizi, tinggi protein, tinggi
kalori yang siap dikonsumsi, bila memungkinkan.
9. Ajarkan pasien bagaimana cara mencatat makanan harian, bila
diperlukan.
2 Kekurangan Pasien menunjukan PengelolaanCairan: peningkatan keseimbangan cairan dan pencegahan
Volume keseimbangan elektrolit dan komplikasi akibat dari kadar cairan yang tidak normal atau diluar harapan.
Cairan asam-basa dalam waktu 2 X Aktivitas Keperawatan:
24 Jam. Pengkajian:
Keseimbangan Elektrolit 1. Pantau status hidrasi (misalnya, kelembapan membrane mukosa,
dan Asam-Basa. keadekuatan nadi, dan tekanan darah ortostatik).
Indicator : 2. Pantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan
1. Frekuensi nadi dan irama (misalnya, kadar hematocrit, BUN, albumin, protein total, osmolalitas
dalam rentang yang serum, dan jenis urine).
diharapkan. 3. Timbang berat badan dan pantau kemajuannya.
12345 4. Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran.
2. Frekuensi dan irama napas Pendikan untuk pasien/keluarga :
dalam rentang yang 5. Anjurkan pasien untuk mengimformasikan perawat bila haus.
diharapkan. Aktivitas kolaboratif:
3. Kewaspadaan mental dan 6. Atur kesediaan produk darah untuk transfuse, bila perlu.
orientasi kognitif tidak ada 7. Berikan ketentuan penggantian nasogastric berdasarkan haluaran, sesuai
gangguan. dengan kebutuhan.
12345 8. Berikan terapi IV, sesuai dengan anjuran.
4. Elektrolit serum(misalnya, Aktivitas lain :
natrium, kalium, kalsium, 9. Tingkatkan asupan oral, sesuai dengan keinginan.
IMPLEMENTASI

HARI/T JAM IMPLEMENTASI TTD


ANGG
AL
Pengelolaan Nutrisi :Bantuan atau pemberian asupan diet makanan dancairan yang seimbang.
Aktivita keperawatan :
Pengkajian :
1. Mengetahui makanan kesukaan pasien.
2. Menentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
3. Memantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.
4. Menimbang pasien pada interval yang tepat.
Pendidikan untuk pasien/keluarga:
5. Memberikan informasi yang tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya.
Aktivitas Kolaboratif:
6. Menentukan dengan melakukan kolaboratif bersama ahli gizi, secara tepat-jumlah kalori dan jenis
zat gizi yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Aktivitas lain:
7. Menganjurkan pasien untuk menggunakan gigi palsu atau perawatan gigi.
8. Memberikan pasien minuman dan cemilan bergizi, tinggi protein, tinggi kalori yang siap
dikonsumsi, bila memungkinkan.
9. Mengajarkan pasien bagaimana cara mencatat makanan harian, bila diperlukan.

Pengelolaan Cairan: peningkatan keseimbangan cairan dan pencegahan komplikasi akibat dari kadar
cairan yang tidak normal atau diluar harapan.
Aktivitas Keperawatan:
Pengkajian:
1. Memantau status hidrasi (misalnya, kelembapan membrane mukosa, keadekuatan nadi, dan tekanan
darah ortostatik).
2. Memantau hasil laboratorium yang relevan dengan keseimbangan cairan (misalnya, kadar
hematocrit, BUN, albumin, protein total, osmolalitas serum, dan jenis urine).
3. Timbang berat badan dan pantau kemajuannya.
4. Pertahankan keakuratan catatan asupan dan haluaran.
Pendikan untuk pasien/keluarga :
5. Menganjurkan pasien untuk mengimformasikan perawat bila haus.
Aktivitas kolaboratif:
6. Mengatur kesediaan produk darah untuk transfusi,bila perlu.
7. Memberikan ketentuan penggantian nasogastric berdasarkan haluaran, sesuai dengan kebutuhan.
8. Memberikan terapi IV, sesuai dengan anjuran.
Aktivitas lain:
9. Meningkatkan asupan oral, sesuai dengan keinginan.
10. Memasang kateter urine, bila diperlukan.
11. Memberikan cairan, sesuai dengan keinginan.
Pengelolaan Energi: pengaturan penggunaan energy untuk merawat atau mencegah kelelahan dan
mengoptimalkan fungsi.
Aktivitas keperawatan:
Pengkajian:
1. Menentukan penyebab keletihan (misalnya, karena keperawatan, nyeri dan pengobatan)
2. Memantau respons kardio respiratori terhadap aktivitas (misalnya, takikardia, disritmialain, dispnia,
diaphoresis, pucat, tekanan hemodinamik, dan frekuensirespirasi).
3. Memantau respon oksigen (misalnya, nadi, irama jantung, dan frekuensi respirasi).
4. Memantau asupan nutrisi untuk memastikan keadekuatan sumber-sumber energi.
5. Memantau/mendokumentasikan pola istirahat pasien dan lamanya waktu tidur.
Pendidikan untuk pasien/keluarga:
6. Mengajarkan kepada pasien dan orang yang penting bagi pasien tentang teknik perawatan diri yang
akan meminimalkan konsumsio ksigen (misalnya, memantau diri dan teknik berjalan untuk
melakukan AKS).
7. Mengajarkan tentang pengaturan aktivitas dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan.
Aktivitas kolaboratif:
8. Merujuk pada ahli gizi untuk merencanakan makanan untuk meningkatkan asupan makanan yang
tinggi energi.
Aktivitas lain:
9. Membantu pasien untuk mengidentifikasi pilihan aktivitas.
10. Merencanakan aktivitas pada periode pasien mempunyai energi paling banyak.
11. Membantu dengan aktivitas fisik teratur (misalnya, ambulasi, transfer, berubah posisi, dan
perawatan personal) sesuai kebutuhan.
12. Membatasi rangsangan lingkungan (seperti cahaya dan kebisingan) untuk memfasilitasi relaksasi.
13. Membantu pasien untuk memantau diri dengan membuat dan menggunakan dokumentasi tertulis
tentang catatan asupan kalori dan energi, sesuai kebutuhan.

EVALUASI :

HARI/TANGGAL JAM EVALUASI TTD


S:
- An Y mengeluh lemah
- An. Y mengeluh seluruh tubuhnya terasa sakit,
sehingga saat makan An. Y tidak menghabiskan
makan dari rumah sakit, hanya 5 sendok, itu saja
dengan dipaksa.
O:
1. Makanan oral, pemberian makanan lewat selang,
atau nutrisi parenteral total.
12345
2. Asupan cairan oral atau IV.
12345
A: tidak teratasi
P: lanjutkan intervensi 1 & 2

S:
- An. Y mengeluh lemah
O:
1. Frekuensi nadi dan irama dalam rentang yang
diharapkan.
12345
2. Frekuensi dan irama napas dalam rentang yang
diharapkan.
12345
3. Kewaspadaan mental dan orientasi kognitif tidak ada
gangguan.
12345
4. Elektrolit serum(misalnya, natrium, kalium, kalsium,
dan magnesium) dalam batas normal.
12345
5. Serum dan PH urine dalambatas normal.
12345
A: teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1,2,3,4, & 5
S: tidak terkaji
O:
1. Menyadari keterbatasan energi.
12345
2. Menyeimbangkan aktivitas dan istirahat.
12345
3. Tingkat daya tahana dekuat untuk beraktivitas.
12345
A: teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1, 2, 3

Anda mungkin juga menyukai