Disusun Oleh:
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
ISI
2. Pengertian ODGJ
Gangguan jiwa atau mental illness adalah kesulitan yang harus dihadapi
oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena
persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri-sendiri
(Djamaludin, 2001). Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir
(cognitive), kemauan (volition),emosi (affective), tindakan (psychomotor)
(Yosep, 2007).
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada
fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang
menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam
melaksanakan peran social.
Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III adalah
sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinik cukup
bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi
yang penting dari manusia (Maslim, 2002).
Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras,
agama, maupun status sosial-ekonomi.Gangguan jiwa bukan disebabkan oleh
kelemahan pribadi.Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos
yang salah mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan
jiwadisebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat
guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang
salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap
gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat
(Notosoedirjo, 2005).
2.6. Terapi
1. Dirawat sampai sembuh di Rumah Sakit Jiwa, kemudian dilanjutkan
dengan rawat jalan.
2. Untuk menghilangkan praktek pasung yang masih banyak terjadi
dimasyarakat perlu adanya kesadaran dari keluarga yang dapat
diintervensi dengan melakukan terapi keluarga. Salah satu terapi
keluarga yang dapat dilakukan adalah psikoedukasi keluarga ( Family
psichoeducation Therapy). Terapi keluarga ini dapat memberikan
support kepada anggota keluarga. Keluarga dapat mengekspresikan
beban yang dirasakan seperti masalah keuangan, sosial dan psikologis
dalam memberikan perawatan yang lama untuk anggota keluarganya.
BAB III
KESIMPULAN
3. Kesimpulan
Gangguan jiwa bukan penyakit fisik yang menimbulkan dampak kematian,
namun deteksi gejala dini tentang gangguan jiwa sangat perlu disosialisasikan
kepada masyarakat luas agar tidak terjadi keterlambatan penanganan pada fase
awal yang bisa disembuhkan.
Perlu adanya pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai apa dan bagaimana tentang gangguan jiwa dan gangguan emosional
pada level-level tertentu agar tidak menimbulkan stigma terhadap penderita
gangguan jiwa yang bisa disembuhkan.
Penderita gangguan jiwa di masyarakat kurang didiagnosis dan diobati
dengan tepat. Karena secara fisik penderita gangguan jiwa adalah normal,
namun psikisnya yang butuh pertolongan medis. Pelayanan kesehatan
pemerintah dan pembuat kebijakan berkontribusi terhadap stigma secara
sistematik, perhatian yang minim karena bukan program prioritas membuat
pelayanan kesehatan jiwa pada masyarakat juga mendapat anggaran yang
minim pula.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/03/160320_indonesia_hrw_
pasung. Diakses pada tanggal 3 Agustus 2016
Chien, W.T. & Wong, K.F. (2007). A Family Psychoeducation Group Program for
Chinese People With Schizophrenia in Hong Kong. Arlington.