Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA ANAK DENGAN LEUKIMIA

Oleh:

NI PUTU SRI RAHAYU


NIM. 219012861

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


STIKES WIRA MEDIKA BALI
2022
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA ANAK DENGAN LEUKIMIA

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi
Leukemia atau kanker darah adalah sekelompok penyakit neoplastik yang beragam.
Ditandai oleh perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel – sel
pembentuk darah di sumsum tulang dan jaringan limfoid. Leukemia ini mrupakan
penyakit proliferasi neoplastik yang sangat cepat dan progresif, yang ditandai oleh
proliferase abnormal dari sel – sel hematopoitik yang menyebabkan infiltrasi yang
progresif pada sumsum tulang (Sunaryanti, 2011).
Leukimia adalah kanker jaringan yang menghasilkan sel darah putih (leokusit),
leukosit yang dihasilkan imatur atau abnormal dalam jumlah berlebihan dan leukosit
tersebut melakukan infansi dalam berbagai organ tubuh, sel-sel leukemik berinfilstrasi ke
dalam sumsum tulang, mengganti unsur sel-sel yang normal (Betz Lynn. C & Sowden.
AL, 2009).
Leukimia adalah suatu penyakit yang dikenal dengan adanya proliferasi neoplasitik
dari sel-sel organ hemopoietik, yang terjadi sebagai akibat mutase somatic sel bakal
(stem cell) yang akan membentuk suatu klon sel leukemia (Tarwoto & Wartonah, 2008).
2. Tanda dan Gejala
Adapun tanda dan gejala dari leukimia sebagai berikut (Nuratif & Kusuma, 2015) yaitu :
a. Leukemia Granulositik Kronik (LGK)
LGK adalah suatu penyakit mieloproliferatif yang ditandai dengan produksi berlebihan seri granulosit
yang relatif matang. Gejala LGK antara lain rasa lelah, penurunan BB, rasa penuh di perut dan mudah
berdarah. Pada pemeriksaan fisis hamper selalu ditemukan splenomegali, yaitu pada 90% kasus. Juga
sering didapatkan nyeri tekan pada tulang dada dan hepatomegali. Kadang-kadang ada purpura,
perdarahan retina, panas, pembesaran kelenjar getah bening dan kadang-kadang priapismus.
b. Leukemia mieloblastik akut (LMA)
Gejala penderita LMA antara lain rasa lelah, pucat, nafsu makan hilang, anemia,
petekie, perdarahan, nyeri tulang, infeksi, pembesaran kelenjar getah bening, limpa,
hati dan kelenjar mediastinum. Kadang-kadang juga ditemukan hipertrofi gusi,
khususnya pada leukemia akut monoblastik dan mielomonositik.
c. Leukemia limfositik kronik (LLK)
Gejala LLK antara lain limfadenopati, splenomegali, hepatomegali, infiltrasi alat
tubuh lain (paru, pleura, tulang, kulit), anemia hemolitik, trombositopenia,
hipogamaglobulinemia dan gamopati monoklonal sehingga penderita mudah
terserang infeksi.
d. Leukemia limfoblastik akut (LLA)
Gejala penderita LLA adalah sebagai berikut: rasa lelah, panas tanpa infeksi, purpura,
nyeri tulang dan sendi, macam-macam infeksi, penurunan berat badan dan sering
ditemukan suatu masa yang abnormal. Pada pemeriksaan fisis ditemukan
splenomegali (86%), hepatomegali, limfadenopati, nyeri tekan tulang dada, ekimoses
dan perdarahan retina.
3. Penyebab
Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti. Oleh sebab itu, sangat sulit bagi kita
untuk menghindarinya, setidaknya ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi
terhadap frekuensi leukemia. Ada beberapa faktor tersebut antara lain(Sunaryanti, 2011)
yaitu :
a. Radiasi
Menurut data, LMA lebih disebabkan karena serangan radiasi. Sedang LLK sendiri
jarang mendapat laporan karena faktor radiasi. Jadi ada kemungkinan pegawai
radiologi bisa memiliki kemungkinan terkena serangan Leukemia, penderita dengan
radioterapi lebih sering menderita leukimia, Sebenarnya untuk serangan Leukemia
pada anak-anak sendiri meningkat setelah pengeboman Hiroshima dan Nagasaki di
Jepang. Semenjak itu, mulai banyak laporan mengenai anak-anak yang menderita
Leukemia ini.
b. Faktor Leukemogenik
Maksudnya disini itu karena faktor zat kimia tertentu. Biasanya Racun lingkungan
seperti benzena, Insektisida, obat-obatan terapi kaya kemoterapi juga akan
memungkinkan terjadinya Leukemia.

c. Virus
Virus ini biasanya sih Virus HTLV penyebab utamanya. HTLV ituT-cell Leukemia
Viruses yang merupakan penyebab utama dari ketidak normalan perkembangan sel
darah putih. Biasanya sih HTLV I atau II. Virus lainnya antara lain retrovirus atau
virus leukemia feline.
d. Herediter/ Keturunan       
Biasanya orang yang memiliki Sindrom Down lebih rentan terkena Leukemia
dibanding yang tidak. Kemungkinan terkenanya sekitar 20 kali lebih rentan dibanding
yang normal. 
4. Patofisiologi
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan leukosit
atau sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah normal
diperoleh dari sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel batang
dapat dibagi ke dalam lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), dimana pada
kebalikannya menjadi cikal bakal sel yang terbagis epanjang jalur tunggal khusus.
Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum tulang
tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal epifisis pada
tulang-tulang yang panjang.ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan
kematangan lemah dan pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum
tulang. Biasanya dijumpai tinmgkat pengembangan lymphoid yang berbeda dalam
sumsum tulang mulai dari yang sangat mentah hingga hampir menjadi sel normal.
Derajat kementahannya merupakan petunjuk untk menentukan/meramalkan
kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya
ada leukositosis, kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit neutrofil seringkali
rendah, demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum
tulang biasanya menunjukkan sel-sel blas yang dominan. Pematangan limfosit B dimulai
dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem limfoid, pre-B, early B, sel B intermedia, sel
B matang, sel plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari sel stem
pluripoten, berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit imatur, cimmom thymosit,
timosit matur, dan menjadi sel limfosit T helper dan limfosit T supresor.
Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular sehingga
anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali. Sakit tulang
juga sering dijumpai. Jugaa timbul serangan pada susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala,
muntah-muntah, “seizures” dan gangguan penglihatan (Nuratif & Kusuma, 2015).
5. Pathway

Infiltrasi sumsum tulang Penyebaran ekstramedular Sel onkogen

Pertumbuhan berlebih
Melalui sirkulasi darah Melalui sistem limfatik

Kebutuhan nutrisi
Pembesaran hati dan Nodus limfe
meningkat
limfe

Limfadenopati
Hepatosplenomegali
Hipermetabolisme

Penekanan ruang Peningkatan tekanan


abdomen intra abdomen

Sel normal digantikan Nyeri Akut(D.0077)


oleh sel kanker

Depresi produksi Suplai oksigen ke Perfusi perifer tidak


sumsum tulang jaringan inadekuat efektif(D.0009)

Penurunan eritrosit Risiko perdarahan(D.0012)


Anemia
Penurunan trombosit
Trombositopenia Kecenderunga perdarahan

Penurunan fungsi
leukosit Daya tahan tubuh Risiko infeksi(D.0142)

Infiltrasi periosteal Kelemahan tulang

Tulang lunak dan lemah

Fraktur fisiologis

Gangguan mobilitas fisik (D.0054)


6. Klasifikasi
Leukemia dibagi menjadi leukemia akut dan leukemia kronik. Pembagian ini tidak
menggambarkan lamanya harapan hidup tetapi menggambarkan kecepatan timbulnya
gejala dan komplikasi. Pada garis besarnya pembagian leukemia adalah sebagai berikut
(Sunaryanti, 2011) yaitu :
a. Leukimia limfositik akut (LLA)
Merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada anak-anak. Penyakit ini juga
terdapat pada orang dewasa, terutama mereka yang telah berumur 65 tahun atau lebih.
b. Leukemia mielositik akut (LMA)
Penyakit yang lebih sering terjadi pada orang dewasa dari pada anak-anak. Tipe ini
dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.
c. Leukimia limfositik kronis (LLK)
Penyakit ini sering di derita oleh orang dewasa yang berumur lebih dari 55 tahun.
Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda dan hampir tidak ada pada anak-
anak.
d. Leukimia mielositik kronis (LMK)
Penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa dan dapat juga terjadi pada anak-anak,
namun sangat sedikit kemungkinannya.
7. Pemeriksaan diagnostic
Adapun pemeriksaan penunjang atau pemeriksaan diagnostik pada penderita leukemia
sebagai berikut (Nuratif & Kusuma, 2015; Ngastyah, 2005) yaitu :
a. Pemeriksaan darah tepi
Adanya pensitopenia, limfositosis yang kadang-kadang menyebabkan gambaran
darah tepi yang monoton, terdapat sel blast, yang merupakan gejala patogonomik
untuk leukimia.
b. Sumsum tulang
Dari pemeriksaan sumsum tulang akan ditemukan gambaran yang monoton yaitu
hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis, sedangkan sistem lain terdesak (apabila
sekunder).
c. Biopsi limfe
Pemeriksaan ini memperlihatkan proliperasi sel leukemia dan sel yang berasal dari
jaringan limfe yang mendesak, seperti limfosit normal, Res, granulosit dan pulp cell.
d. Cairan serebrospinalis
Bila terdapat peninggian jumlah sel patologis dan protein, berarti suatu leukemia
meningeal. Kelainan ini dapat terjadi setiap saat pada perjalanan penyakit baik dalam
keadaan remisi maupun keadaan kambuh. Untuk mencegahnya diberikan
metrotreksat (MTX) secara intra tekal.
8. Penatalaksanaan
Pengobatan pada penderita leukemia dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu antara
lain sebagai berikut :
a. Kemoterapi dengan obat
Penggunaan ini bersifat menyerang dan menghancurkan sel-sel kanker patologis yang
menyerang akan tubuh. Nah kalau tadi penggunaan kemoterapi dapat mengakibatkan
kanker baru memang benar. Biasanya penggunaan obat ini ditambahkan dengan obat
penghambat munculnya penyakit baru. Biasanya obat yang digunakan adalah hydrea /
hydroksiurea, mercapto purinetol dan myleran. Rosy Periwinkle di hutan madagaskar
sering juga digunakan untuk penyembuhan Leukemia ini. Sayangnya tumbuhan ini
terancam punah.
b. Transplantasi Sumsung tulang belakang
Biasanya adalah sumsum tulang belakang dari saudara kandung atau saudara dekat.
Keuntungannya adalah sisem imun tidak akan aktif untuk membunuh sel hasil
transplantasi. Kerugiannya sendiri adalah sel yang akan berfungsi dalam waktu yang
sangat lama, tidak akan berfungsi dengan baik dalam waktu yang singkat.
c. Radioterapi
Untuk menghancurkan dan menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.
d. Terapi terfokus
Untuk menyerang bagian-bagian rentan dalam sel-sel kanker.
e. Terapi biologis
Untuk membantu sistem kekebalan tubuh mengenali dan menyerang sel-sel kanker.
(Tarwoto dan Wartonah. 2008).
9. Komplikasi
Adapun komplikasi dari leukemia ada beberapa yaitu sebagai berikut (Betz Lynn. C &
Sowden. AL, 2009) :
a. Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah, maka
anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari kedaan anemia tersebut.
Proses terapi Leukemia juga dapat meyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.
b. Pendarahan (bleeding). Penurunan jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia)
pada keadaan Leukemia dapat mengganggu proses hemostasis. Keadaan ini dapat
menyebabkan pasien mengalami epistaksis, pendarahan dari gusi, ptechiae, dan
hematom.
c. Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada leukemia dapat timbul dari tulang atau sendi.
Keadaan ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan leukosit abnormal
yang berkembang pesat.
d. Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat
keadaan leukemia sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa
bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.
e. Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien dengan kasus
leukemia memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika tidak dikendalikan, kadar
trombosit yang berlebihan dalam darah (trombositosis) dapat menyebabkan clot yang
abnormal dan mengakibatkan stroke.
f. Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan leukemia adalah abnormal, tidak
menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi
lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan leukemia juga dapat menurunkan
kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.
g. Kematian.
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Penting dilakukan Pengkajian terhadap Klien secara holistik (Biologis, Psikologis, Social
dan Spiritual) untuk mendapatkan data yang lengkap dan sistematis. Adapun metode
yang dapat dipakai dalam Proses Pengkajian yaitu :
a. Status kesehatan
1) Status kesehatan saat ini
2) Status kesehatan masa lalu
3) Riwayat penyakit keluarga
4) Riwayat kehamilan dan kelahiran
5) Riwayat imunisasi
b. Pola kebutuhan dasar
1) Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Menggambarkan persepsi, pemeliharaan dan penanganan kesehatan. Persepsi
terhadap arti kesehatan, dan piñata laksanaan kesehatan, kemampuan menyusun
tujuan, pengetahuan tentang praktek kesehatan. Komponen:
a) Gambaran kesehatan secara umum dan saat ini,
b) Alasan kunjungan dan harapan,
c) Gambaran terhadap sakit dan penyebabnya dan penanganan yang dilakukan:
- Kepatuhan terhadap pengobatan
- Pencegahan/tindakan dalam menjaga kesehatan
- Penggunaan obat resep dan warung,
- Penggunaan produk atau zat didalam kehidupan sehari-hari dan frekuensi
(misal : rokok, alkohol)
- Penggunaan alat keamanan dirumah/sehari-hari, dan faktor resiko timbulnya
penyakit
- Gambaran kesehatan keluarga

2) Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan intake makanan, keseimbangan cairan dan elektrolit, nafsu makan,
pola makan, diet, fluktuasi BB dalam 6 bulan terakhir, kesulitan menelan, mual /
muntah, kebutuhan julah zat gizi, masalah / penyembuhan kulit, akanan kesukaan.
Komponen:
a. Gambaran yang biasa dimakan (Pagi,siang,sore,snack)
b. Tipe dan intake cairan
c. Gambaran bagaimana nafsu makan, kesulitan dan keluhan yang mempengaruhi
makan dan nafsu makan
d. Penggunaan obat diet
e. Makanan Kesukaan, Pantangan,alergi
f. Penggunaan suplemen makanan
g. Gambaran BB, perubahan BB dalam 6-9 bln,
h. Perubahan pada kulit (lesi, kering, membengkak,gatal)
i. Proses penyembuhan luka (cepat-lambat)
j. Adakah faktor resiko terkait ulcer kulit (penurunan sirkulasi, defisit
sensori,penurunan mobilitas)
3) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi eksresi, kandung kemih dan kulit. Komponen :
a. Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin
b. Adakah masalah dalam proses miksi, adakah penggunaan alat bantu untuk
miksi
c. Gambaran pola BAB, karakteritik
d. Penggunaan alat bantu
e. Bau badan, Keringat berlebih,lesi & pruritus
4) Aktivitas-Latihan
Menggambarkan pola aktivitas dan latihan, fungsi pernafasan dan sirkulasi.
Komponen:
a. Gambaran level aktivitas, kegiatan sehari-hari dan olahraga
b. Aktivitas saat senggang/waktu luang
c. Apakah mengalami kesulitan dalam bernafas, lemah, batuk, nyeri
dada,palpitasi,nyeri pada tungkai, gambaran dalam pemenuhan ADL :  Level
Fungsional (0-IV), Kekuatan Otot (1-5)
5) Tidur-Istirahat
Menggambarkan pola tidur-istirahat dan persepsi pada level energi. Komponen:
a. Berapa lama tidur dimalam hari
b. Jam berapa tidur-Bangun
c. Apakah terasa efektif
d. Adakah kebiasaan sebelum tidur
e. Apakah mengalami kesulitan dalam tidur
6) Kognitif-Persepsi
Menggambarkan pola pendengaran, penglihatan, pengecap, taktil penciuman,
persepsi nyeri, bahasa, memori dan pengambilan keputusan. Komponen:
a. Kemampuan menulis dan membaca
b. Kemampuan berbahasa
c. Kemampuan belajar
d. kesulitan dalam mendengar
e. Penggunaan alat bantu mendengar/melihat
f. Bagaimana visus
g. Adakah keluhan pusing bagaimana gambarannya
h. Apakah mengalami insensitivitas terhadap dingin, panas,nyeri
i. Apakah merasa nyeri (Skala dan karaketeristik)
7) Persepsi Diri – Konsep Diri
Menggambarkan sikap terhadap diri dan persepsi terhadap kemampuan,harga diri,
gambaran diri dan perasaan terhadap diri sendiri. Komponen:
a) Bagaimana menggambarkan diri sendiri
b) Apakah ada kejadian yang akhirnya mengubah gambaran terhadap diri
c) Apa hal yang paling menjadi pikiran
d) Apakah sering merasa marah, cemas, depresi, takut, bagaimana gambarannya

8) Peran – Hubungan
Menggambarkan keefektifan hubungan dan peran dengan keluarga-lainnya.
Komponen:
a) Bagaimana gambaran pengaturan kehidupan (hidup sendiri/bersama)
b) Apakah mempunyai orang dekat?Bagaimana kualitas hubungan?Puas?
c) Apakah ada perbedaan peran dalam keluarga, apakah ada saling
keterikatan
d) Bagaimana dalam mengambil keputusan dan penyelesaian konflik
e) Bagaimana keadaan keuangan
f) Apakah mempunyai kegiatan sosial?
9) Seksualitas – Reproduksi
Menggambarkan kepuasan/masalah dalam seksualitas-reproduksi.
Komponen:
a) Apakah kehidupan seksual aktif
b) Apakah menggunakan alat bantu/pelindung
c) Apakah mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan kebutuhan
seks
d) Khusus wanita : TMA, gambaran pola haid, usia menarkhe/ menopause
riwayat kehamilan, masalah terkait dengan haid
10) Koping – Toleransi Stres
Menggambarkan kemampuan untuk menangani stres dan menggunakan sistem
pendukung. Komponen:
a) Apakah ada perubahan besar dalam kehidupan dalam beberapa tahun
terakhir
b) Dalam menghadapi masalah apa yang dilakukan?efektif?
c) Apakah ada orang lain tempat berbagi?apakah orang tersebut ada sampai
sekarang?
d) Apakah anda selalu santai/tegang setiap saat
e) Adakah penggunaan obat/zat tertentu
11) Nilai – Kepercayaan
Menggambarkan spiritualitas, nilai, sistem kepercayaan dan tujuan dalam hidup.
Komponen:
a. Apakah anda selalu mendapatkan apa yang diinginkan
b. Adakah tujuan,cita-cita,rencana di masa yang akan datang
c. Adakah nilai atau kepercayaan pribadi yang ikut berpengaruh
d. Apakah agama merupakan hal penting dalam hidup? Gambarkan
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran
bersifat composmentis selama belum terjadi komplikasi.
2) Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : tidak normal (TD normal 120/80 mmHg)
Nadi : bisa meningkat
Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
RR : Dispneu, takhipneu
3) Pemeriksaan fisik Head To Toe
a) Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : Perhatikan bentuk kepala apakah simetris atau tidak. Biasanya pada
penderita leukemia betuk kepala simetris. Rambut: Perhatikan
keadaan rambut mudah dicabut atau tidak,warna, hygiene
Palpasi : Palpasi nyeri tekan, ada atau tidak. Biasanya pada penderita tidak
ada nyeri tekan.
b) Pemeriksaan Mata
Inspeksi
Palpebra : Perhatikan kesimetrisan kiri dan kanan
Konjungtiva : Anemis atau tidak. Pada penderita leukemia akan ditemukan
konjungtiva yang anemis.
Sclera : Ikterik atau tidak. Sclera penderita leukemia akan terlihat
tidak ikterik.

c) Pemeriksaan Hidung
Inspeksi kesimetrisan bentuk hidung, mukosa hidung, palpasi adanya polip.
Penderita leukemia memiliki pemeriksaan hidung yang normal.
d) Pemeriksaan Mulut
Inspeksi apakah terdapat peradangan (infeksi oleh jamur atau bakteri ),
perdarahan gusi. Biasa papa penderita leukemia, ditemukan bibir pucat, sudut
– sudut bibir pecah – pecah.
e) Pemeriksaan Telinga
Inspeksi simetris kiri dan kanan, sirumen. Palpasi nyeri tekan. Periksa fungsi
pendengaran dan keseimbangan. Pada penderita leukemia biasanya tidak
ditemukan kelainan dan bersifat normal.
f) Pemeriksaan Leher
Inspeksi dan palpasi adanya pembesaran getah bening kelenjer tiroid, JVP,
normalnya 5-2. Penderita leukemia tidak mengalami pembesaran kelenjer
tiroid.
g) Pemeriksaan Thorak
Jantung
Inspeksi :Iktus terlihat atau tidak, inspeksi kesimetrisan. Pada penderita
leukemia, iktus terlihat
Palpasi : Raba iktus kordis. Normalnya, iktus teraba.
Perkusi : Tentukan batas jantung.
Auskultasi : Terdengar bunyi jantung 1 dan 2, normal.
Paru – paru
Inspeksi : Kesimetrisan kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi, biasanya
normal.
Palpasi : Vokal femoris teraba, simetris kiri dan kanan.
Perkusi : bunyi suara pekak atau normal
Auskultasi : Biasanya bunyi nafas vesikuler.
h) Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : Apakah dinding abdomen mengalami memar, bekas operasi, dsb.
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Palpasi apakah ada nyeri tekan, hepar teraba atau tidak. Biasaya
terdapat nyeri tekan, dan hepar akan teraba.
Perkusi :Lakukan perkusi, biasa didapat bunyi tympani untuk semua
daerah abdomen
i) Pemeriksaan Ekstremitas
Inspeksi kesemetrisan, palpasi adanya nyeri tekan pada ekstremitas atas dan
bawah. Biasanya pada penderita leukemia akan mengalami nyeri pada tulang
dan persendian.
d. Pemeriksaan Penunjang
1) Hitung darah lengkap Complete Blood Cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari
10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih
dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung
darah lengkap biasanya juga menunjukkan normositik, anemia normositik.
2) Hemoglobulin: dapat kurang dari 10 gr/100ml
3) Retikulosit: jumlah biasaya rendah
4) Trombosit: sangat rendah (< 50000/mm)
5) SDP: mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature
6) PTT: memanjang
7) LDH: mungkin meningkat
8) Asam urat serum: mungkin meningkat
9) Muramidase serum: pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik
10) Copper serum: meningkat
11) Zink serum: menurun

2. DIAGNOSA
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (mis: inflamasi, iskemia,
neoplasma).
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampuan menelan makanan.
3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot.
4) Risiko perdarahan berhubungan dengan gangguan koagulasi (misalnya trombositopenia).
5) Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis.
6) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin.
7) Hipertermia berhubungan dengan penyakit

3. RENCANA
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri akut Luaran Utama: Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
berhubungan dengan Setelah diberikan asuhan Observasi:
agen pencedera keperawatan selama …x… 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
fisiologis (mis. diharapkan pengalaman sensorik frekuensi, kualitas, intensitas nyeri,
inflamasi, iskemia, atau emosional yang berkaitan 2. Indentifikasi skala nyeri,
neoplasma) dengan kerusakan jaringan actual 3. Identifikasi renpon nyeri non verbal
atau fungsional dengan onset 4. Monitor efek samping penggunaan
mendadak atau lambat dan analgetik
berintensitas ringan hingga berat Terapeutik
dan konstan . 5. Berikan Teknik non farmakologi untuk
Kriteria Hasil : mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
 Keluhan nyeri menurun (5) hypnosis, akupresure, terapi music, bio
 Meringis menurun (5) feed back, terapi pijat, aroma terapi,
 Sikap protektif menurun (5) Teknik imajinasi terbimbing, kompres
 Gelisah menurun (5) hangat/dingin, terapi bermain)
 Kesulitan tidur menurun (5) 6. Kontron lingkungan yang memberat
 Frekuensi nadi membaik (5) rasa nyari (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
7. Fasilitas istirahat dan tidur
Edukasi
8. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu
nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri
10. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
11. Ajarkan Teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
12. Kolaborasi pemberian analgetik (jika
perlu)
Defisit Nutrisi Luaran Utama: status nutrisi Manajemen Nutrisi
berhubungan Setelah diberikan asuhan Observasi
dengan keperawatan selama …x… 1.Identifikasi status nutrisi
Ketidakmampuan diharapkan keadekuatan asupan 2.Identifikasi alergi dan intoleransi
menelan makanan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan makanan
metabolisme 3.Identifikasi makanan yang disukai
Kriteria Hasil : 4.Monitor asupan makanan
 Porsi makanan yang dihabiskan 5.Monitor berat badan
meningkat (5) 6.Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
 Berat badan membaik (5) Terapeutik
 Indeks Masa Tubuh (IMT) 7.Lakukan oral hygiene sebelum makan,
membaik (5) jika perlu
8.Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
9.Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
10.Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
11.Berikan suplemen makanan jika perlu
Edukasi
12.Anjurkan posisi duduk, jika perlu
13.Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
14.Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda nyeri,
antiemetic) jika perlu
15.Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan
Promosi Berat Badan
Observasi
1.Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang
2.Monitor adanya mual muntah
3.Monitor berat badan
4.Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit
serum
Terapeutik
5.Berikan perawatan mulut sebelum
pemberian makan , jika perlu
6.Hidangkan makanan secara menarik,
7.Berikan pujian pada pasien atau keluarga
untuk peningkatan yang dicapai.
Edukasi
8.Jelaskan jenis makanan yang bergisi
tinggi, namun tetap terjangkau
9.Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan
Gangguan Luaran Utama : Mobilitas Fisik Dukungan Ambulasi
Mobilitas Fisik Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi
Berhubungan selama …x… diharapkan kemampuan 1. identifikasi adanya nyeri atau keluhan
dengan Penurunan dalam gerakan fisik dari suatu atau fisik lainnya
kekuatan otot lebih ekstremitas secara mandiri 2. identifikasi toleransi fisik melakukan
Kriteria Hasil : ambulasi
 Pergerakan ekstremitas 3. monitor kondisi umum selama
meningkat (5) melakukan ambulasi
 kekuatan otot meningkat (5) Terapeutik
 rentang gerak (ROM) 4. fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat
meningkat (5) bantu
 nyeri menurun (5) 5. fasilitasi melakukan mobilisasi fisik, jika
kelemahan fisik menurun (5) perlu
Edukasi
6. jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
7. anjurkan melakukan ambulasi dini
8. ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur
ke kursi roda, berjalan dari tempat tidur ke
kamar mandi, berjalan sesuai toleransi)
Dukungan Mobilisasi
Observasi
9. Identifikasi fisik melakukan pergerakan
10.Monitor frekuensi jantung dan tekanan
darah
Terapeutik
11. Fasilitasi melakukan pergerakan, jika
perlu
12. Libatkan keluarga untuk membantu
pasien dalam meningkatkan pergerakan
Edukasi
13. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
14. Anjurkan melakukan mobilisasi dini
15. Ajarkan mobilisasi sederhana yang
harus dilakukan (mis. Duduk di tempat
tidur, duduk disisi tempat tidur, pindah
dari tempat tidur ke kursi)

Risiko Infeksi Luaran utama: Tingkat infeksi Managemen Imunisasi/ vaksinasi


berhubungan Observasi
dengan penyakit Setelah diberikan asuhan keperawatan 1. Identifikasi riwayat kesehatan dan
kronis (mis. selama ….x… diharapkan derajat riwayat alergi
Diabetes melitus) infeksi berdasarkan observasi atau 2. Identifikasi kontra indikasi pemberian
sumber informasi imunisasi (mis. Reaksi anafilaksis terhadap
vaksin sebelumnya dan/ sakit parah dengan/
Kriteria Hasil: tanpa demam)
3. Identifikasi status imunisasi setiap
 Demam menurun (5) kunjungan ke pelayanan kesehatan
 Kemerahan menurun (5) Terapeutik
 Nyeri menurun (5) 4. Berikan suntikan pada bayi dibagian
 Bengkak menurun (5) paha anterolateral
 Kadar sel darah putih membaik 5. Dokumentasikan informasi vaksinasi
(5) (mis. Nama produsen, tanggal kadaluarsa)
6. Jadwalkan imunisasi pada interval
waktu yang tepat
Edukasi
7. Jelaskan tujuan, manfaat reaksi yang
terjadi, jadwal, dan efek samping
Pencegahan Infeksi
Observasi
1. Monitor tanda dan gejala infeksi local
dan sistemik
Terapeutik
2. Batasi jumlah pengunjung
3. Berikan perawatan kulit pada area
edema
4. Cuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
5. Pertahankan Teknik aseptic pada
pasien beresiko tinggi
Edukasi
6. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
7. Ajarkan cara cuci tangan dengan
benar
8. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
Kolaborasi
9. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
Resiko Pendarahan Luaran Utama: Tingkat Bleeding precautions
Berhubungan Perdarahan 1. Monitor ketat tanda-tanda perdarahan
dengan : Setelah dilakukan asuhan 2. Catat Hb dan HT sebelum dan sesudah
Gangguan keperawatan selama …x… terjadinya perdarahan
koagulasi diharapkan kehilangan darah baik 3. Monitor nilai lab (Koagulasi) yang
(misalnya internal (terjadi di dalam tubuh) meliputi PT, PTT, Trombosit
trombositopenia) maupun eksternal (terjadi diluar 4. Pertahankan bedrest selama perdarahan
tubuh) aktif
Kriteria Hasil : 5. Kolaborasi dalam pemberian produk
 Kelembapan membrane darah (platelet atau fresh frezen plasma)
mukosa meningkat (5) 6. Lindungi pasien dari trauma yang dapat
 Kelembapan kulit meningkat menyebabkan perdarahan
(5) 7. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
 Hemoptisis intake makanan yang banyak
mengandung vitamin K
Bleeding reduction :
8. Identifikasi penyebab perdarahan
9. Monitor tekanan darah dan parameter
hemodinamika (Cvp, pulmonary
capillary atau artery wedge pressure)
10. Monitor status caitran yang meliputi
intake dan output
11. Pertahankan patensi IV line
Perfusi Perifer Tidak Setelah diberikan asuhan keperawatan Perawatan Sirkulasi
Efektif Berhubungan selama .....x ...... diharapkan perfusi 1. Observasi
dengan : Penurunan perifer meningkat dengan kriteria hasil - Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi
konsentrasi : perifer, edema, pengisian kapiler, warna,
haemoglobin 1. Denyut nadi perifer meningkat suhu, ankle-brachial index)
2. Penyembuhan luka meningkat - Identifikasi faktor risiko gangguan
3. Sensasi meningkat sirkulasi (mis. Diabetes, perokok, orang
4. Warna kulit pucat menurun tua, hipertensi dan kadar kolesterol
5. Edema perifenr menurun tinggi)
6. Nyeri ekstremitas menurun - Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
7. Parastesia menurun bengkak pada ekstremitas
8. Kelemahan otot menurun 2. Terapeutik
9. Kram otot menurun - Hindari pemasangan infus atau
10.Neekrosis menurun pengambilan darah di area keterbatasan
11.Pengisian kapiler membaik perfusi
12.Akral membaik - Hindari pengukuran tekanan darah pada
13.Turgor kulit membaik ekstremitas dngan keterbatasan perfusi
14.Tekanan darah sistolik membaik - Hindari penekanan dan pemasangan
15.Tekanan darah diastolik membaik tourniquet pada area yang cedera
16.Tekanan arteri rata-rata membaik - Lakukan pencegahan infeksi
17.Indeks anle-brachial membaik - Lakukan perawatan kaki dan kuku
- Lakukan hidrasi
3. Edukasi
- Ajnjurkan berhenti merokok
- Anjurkan berolahraga rutin
- Anjurkan mengecek air mandi untuk
menghindari kulit terbakar
- Anjurkan menggunakan obat penurun
tekanan darah, antikoagulan, dan
penurunan kolesterol jika perlu
- Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
- Anjurkan menghindari penggunaan obat
penyekat beda
- Anjurkan program rehabilitasi vaskular
- Anjurkan program diet untuk
memperbaiki sirkulasi (mis. rendah
lemak jenuh, minyak ikan omega 3)
- Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan (mis. rasa sakit
yang tidak hilang saat istirahat, luka
tidak sembuh, hilangnya rasa)
Hipertermia Setelah diberikan asuhan Manajemen Hipertermia
berhubungan keperawatan selama .....x ......
dengan penyakit diharapkan termoregulasi membaik 1. Observasi
dengan kriteria hasil : - Identifikasi penyebab hiperteria (mis.
dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
1. Menggigil menurun penggunaan inkubator)
2. Kulit merah menurun - Monitor suhu tubuh
3. Kejang menurun - Montor kadar elektrolit
4. Akrosianosis menurun - Monitor haluaran urine
5. Konsumsi oksugen menurun - Monitor komplikasi akibat hipernatremia
6. Piloereksi menurun 2. Hipernatremia
7. Vasokontriksi perifer menurun - Sediakan lingkungan yang dingin
8. Kulit memorata menurun - Longgarkan atau lepaskan pakaian
9. Pucat menurun - Basahi dan kipasi permukaan tubuh
10. Tachikardia menurun - Berikan cairan oral
11. Tachipnea menurun - Ganti lnen setiap hari atau lebih sering
12. Bradikardia menurun jika mengalami hiperhidrosis (keringat
13. Dasar kuku sianosis menurun berlebih)
14. Suhu tubuh membaik - Lakukan pendinginan ekstrnal (mis.
15. Suhu kulit membaik selimut hipotermia atau blanket cooling,
16. Pengisian kapiler membaik kompres dingin pada dahi, leher, dada,
17. Ventilasi membaik abdomen, aksila)
18. Tekanan darah membaik - Berikan oksigen, jika perlu
3. Edukasi
- Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena, jika perlu
- Kolaborasi pemberian antipiretik

4. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap pasien. ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan diantaranya :
intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi : keterampilan
interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang
tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi intervensi dan respon
pasien. pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang muncul
pada pasien.
5. EVALUASI
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi adalah suatu penilaian terhadap keberhasilan rencana keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan klien. Hasil yang diharapkan pada klien dengan leukemia adalah:
a) Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b) Berpartisipasi dalam aktifitas sehari-sehari sesuai tingkat kemampuan, adanya laporan
peningkatan toleransi aktifitas.
c) Anak tidak menunjukkan bukti-bukti perdarahan.
d) Anak menyerap makanan dan cairan, anak tidak mengalami mual dan muntah
e) Membran mukosa tetap utuh, ulkus menunjukkan tidak adanya rasa tidak nyaman
f) Masukan nutrisi adekuat
g) Anak beristirahat dengan tenang, tidak melaporkan dan atau menunjukkan bukti-bukti
ketidaknyamanan, tidak mengeluhkan perasaan tidak nyaman.
h) Anak mengungkapkan masalah yang berkaitan dengan kerontokan rambut, anak
membantu menentukan metode untuk mengurangi efek kerontokan rambut dan
menerapkan metode ini dan anak tampak bersih, rapi, dan berpakaian menarik.
i) Anak dan keluarga menunjukkan pemahaman tentang prosedur, keluarga menunjukkan
pengetahuan tentang penyakit anak dan tindakannya.
DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto dan Wartonah. 2008. Keperawatan Medikal Bedah gangguan
Hematologi. Jakarta : Trans Info Media.

Sunaryati shinta.S. 2014. Penyakit Paling Sering Menyerang dan Sangat Mematikan.
Jogjakarta : FlashBooks.

Betz Lynn.C & Sowden.A Linda. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta :
Buku Kedokteran EGC.
Nuratif Huda.A & Kusuma Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC Jilid 2. Jogjakarta : Medication.

Ngastyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta.
DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta.
DPP PPNI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta.
DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai