Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Menurut Kemenkes RI (2011) leukemia merupakan penyakit keganasan sel
darah yang berasal darisumsum tulang. Biasanya ditandai oleh proliferasi sel-sel
darah putihdengan manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi (sel
blast)secara berlebihan dan menyebabkan terdesaknya sel darah yang normalyang
mengakibatkan fungsinya terganggu.Leukemia dibagi atas :
a. akut : Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), Leukemia Non-Limfoblastik Akut
(LNLA)atau Leukemia Mieloblastik Akut (LMA)
b. kronis : Leukemia Mielositik Kronik (LMK).
Leukemia merupakan penyakit keganasan sel darah yang berasal dari sum-sum
tulang yang ditandai oleh proliforasi sel-sel darah putih dengan manifestasi adanya
sel-sel abnormal dalam darah tepi. Akut Leukimia limpositik akut adalah suatu
keganasan pada alat pembuat sel darah berupa poliferasi patologis sel hemopeotik
muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel
darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh lainnya.

2. Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut
hasil penelitian, seseorang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko
timbulnya penyakit leukemia. Hasil studi mengarah ke faktor genetik, lingkungan,
radiasi, paparan elektromagnetik, maupun aktivasi oleh virus.
a. Genetik
1. Adanya Penyimpangan Kromosom
Insidensi leukemia meningkat pada penderita kelainan kongenital,
diantaranya pada sindroma Down, sindroma Bloom, Fanconi’s Anemia,
sindroma Wiskott-Aldrich, sindroma Ellis van Creveld, sindroma
Kleinfelter, D-Trisomy sindrome, sindroma von Reckinghausen, dan
neurofibromatosis. Kelainan-kelainan kongenital ini dikaitkan erat dengan
adanya perubahan informasi gen, misal pada kromosom 21 atau C-group
Trisomy, atau pola kromosom yang tidak stabil, seperti pada aneuploidy.
2. Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada kembar
identik dimana kasus-kasus leukemia akut terjadi pada tahun pertama
kelahiran. Hal ini berlaku juga pada keluarga dengan insidensi leukemia yang
sangat tinggi
b. Faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan di ketahui dapat menyebabkan kerusakan
kromosom dapatan, misal: radiasi, bahan kimia, dan obat-obatan yang
dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada leukemia akut, khususnya
ALL
c. Bahan Kimia dan Obat-obatan
1) Bahan Kimia
Paparan kromis dari bahan kimia (misal: benzen) dihubungkan dengan
peningkatan insidensi leukemia akut, misal pada tukang sepatu yang sering
terpapar benzen. Selain benzen beberapa bahan lain dihubungkan dengan
resiko tinggi dari AML, antara lain: produk – produk minyak, cat, ethylene
oxide, herbisida, pestisida, dan ladang elektromagnetik
2) Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal: alkilator dan inhibitor topoisomere
II) dapat mengakibatkan penyimpangan kromosom yang menyebabkan AML.
Kloramfenikol, fenilbutazon, dan methoxypsoralen dilaporkan menyebabkan
kegagalan sumsum tulang yang lambat laun menjadi AML
d. Radiasi
Hubungan yang erat antara radiasi dan leukemia (ANLL) ditemukan pada
pasien-pasien anxylosing spondilitis yang mendapat terapi radiasi, dan pada kasus
lain seperti peningkatan insidensi leukemia pada penduduk Jepang yang selamat
dari ledakan bom atom. Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien
yang mendapat terapi radiasi misal: pembesaran thymic, para pekerja yang
terekspos radiasi dan para radiologis.
e. Leukemia Sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain
disebut Secondary Acute Leukemia (SAL) atau treatment related leukemia.
Termasuk diantaranya penyakit Hodgin, limphoma, myeloma, dan kanker
payudara. Hal ini disebabkan karena obat-obatan yang digunakan termasuk
golongan imunosupresif selain menyebabkan dapat menyebabkan kerusakan
DNA.

3. Manifestasi Klinis
Menurut Kemenkes RI (2011), tanda dan gejala akut limfoblastik leukimia yaitu :
a. Pucat, lemah, anak rewel, nafsu makan menurun
b. Demam tanpa sebab yang jelas
c. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
d. Mata menonjol
e. Kejang sampai penurunan kesadaran
f. Perdarahan kulit (petekie, hematom) dan atau perdarahan spontan (epistaksis,
perdarahan gusi)
g. Nyeri tulang pada anak
Seringkali ditandai pada anak yang sudah dapat berdiri dan berjalan, tiba-tiba
tidak mau melakukannya lagi, anak lebih nyaman untuk digending
h. Pembesaran testis dengan konsistensi keras

4. Patofisiologi
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah (RBC) dan
leukosit atau sel darah putih (WBC) serta trombosit atau platelet. Seluruh sel darah
normal diperoleh dari sel batang tunggal yang terdapat pada seluruh sumsum tulang.
Sel batang dapat dibagi ke dalam lymphpoid dan sel batang darah (myeloid), dimana
pada kebalikannya menjadi cikal bakal sel yang terbagi sepanjang jalur tunggal
khusus. Proses ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi di dalam sumsum tulang
tengkorak, tulang belakang., panggul, tulang dada, dan pada proximal epifisis pada
tulang-tulang yang panjang.
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tungal dengan kematangan lemah
dan pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan di dalam sumsum tulang. Biasanya
dijumpai tingkat pengembangan lymphoid yang berbeda dalam sumsum tulang mulai
dari yang sangat mentah hingga  hampir menjadi sel normal. Derajat kementahannya
merupakan petunjuk untuk menentukan/meramalkan kelanjutannya. Pada
pemeriksaan darah tepi ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada leukositosis,
kadang-kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit neutrofil seringkali rendah,
demikian pula kadar hemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan sumsum tulang
biasanya menunjukkan sel-sel blas yang dominan. Pematangan limfosit B dimulai
dari sel stem pluripoten, kemudian sel stem limfoid, pre pre-B, early B, sel B
intermedia, sel B matang, sel plasmasitoid dan sel plasma. Limfosit T juga berasal
dari sel stem pluripoten, berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit imatur,
cimmom thymosit, timosit matur, dan menjadi sel limfosit T helper dan limfosit T
supresor.
Peningkatan prosuksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat ekstramedular
sehingga anak-anak menderita pembesaran kelenjar limfe dan hepatosplenomegali.
Sakit tulang juga sering dijumpai. Juga timbul serangan pada susunan saraf pusat,
yaitu sakit kepala, muntah-muntah, “seizures” dan gangguan penglihatan.
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang
berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum
tulang dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi
dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel
normal. Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi
penurunan jumlah leucosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke
berbagai organ menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala,
muntah, dan nyeri tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan
anemia, penurunan jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan
(echimosis, perdarahan gusi, epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi
sistem retikuloendotelial yang dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan
tubuh, sehingga mudah mengalami infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu
metabolisme sehingga sel kekurangan makanan.

5. Komplikasi
a. Perdarahan
Akibat defisiensi trombosit (trombositopenia). Angka trombosit yang
rendah ditandai  dengan :
1) Memar (ekimosis)
2) Petchekie (bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar ujung jarum
dipermukaan kulit)
3) Perdarahan berat jika angka trombosit < 20.000 mm 3 darah. Demam dan
infeksi dapat memperberat perdarahan
b. Infeksi
Akibat kekurangan granulosit matur dan normal. Meningkat sesuai derajat
netropenia dan disfungsi imun.
c. Pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal.
Akibat penghancuran sel besar-besaran saat kemoterapi meningkatkan
kadar asam urat sehingga perlu asupan cairan yang tinggi.
1) Anemia
2) Masalah gastrointestinal :
a) Mual
b) Muntah
c) Anoreksia
d) Diare
e) Lesi mukosa mulut
Terjadi akibat infiltrasi lekosit abnormal ke organ abdominal, selain akibat
kemoterapi.

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan
kadang-kadang leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan penurunan
eritrosit dan trombosit. Pada penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari
50.000/mm3, sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih
dari 50.000/mm3.
b. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut
ditemukan keadaan hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel
leukemia (blast), terdapat perubahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang
matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast minimal 30% dari sel
berinti dalam sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya infiltrasi
merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti.
Kurang lebih 95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B.
Sedangkan pada penderita LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan
peningkatan jumlah megakariosit dan aktivitas granulopoeisis. Jumlah
granulosit lebih dari 30.000/mm3.
7. Penatalaksanaan
a. Kemoterapi
1) Tahap 1 (terapi induksi)
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh
sebagian besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi
induksi kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang
panjang karena obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses
membunuh sel leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi
kombinasi yaitu daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.
2) Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi
intensifikasi yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual
untuk mencegah relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat.
Terapi ini dilakukan setelah 6 bulan kemudian.
3) Tahap 3 ( manitenance/profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP.
Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis
yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang
berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk
mencegah leukemia memasuki otak dan sistem saraf pusat.
4) Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi.
Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun.
b. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain
dalam tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi
gelombang atau partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma.
Pengobatan dengan cara ini dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan
karena pembengkakan kelenjar getah bening setempat.
c. Transplantasi sumsum tulang
Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang
yang rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat
disebabkan oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu,
transplantasi sumsum tulang juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang
rusak karena kanker. Pada penderita LMK, hasil terbaik (70-80% angka
keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi dalam waktu 1 tahun setelah
terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen (HLA) yang sesuai.
Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita yang tidak
memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang
pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
d. Penanganan suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan
penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah
untuk penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk
mengatasi perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

B. Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian
1) Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, agama, alamat, dan pendidikan.
Identitas penanggungjawab: nama, umur, jenis kelamin, agama, tingkat
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan alamat.
2) Riwayat penyakitsekarang
- Adanya kerusakan pada organ sel darah/sum-sum tulang.
- Gejala awal biasanya terjadi secara mendadak panas dan perdarahan.
3) Riwayat kesehatan sebelumnya
- Riwayat ibu(kehamilan/persalinan)
- Riwayat pertumbuhan dan perkembangan (pertumbuhan fisik, pemeriksaan
sistem tubuh,
- Riwayat pemberian imunisasi (Riwayat imunisasi yang di dapatkan oleh klien
yaitu BCG, DPT (I, II, III), Polio (I, II ,III), Campak, Hepatitis, dan riwayat
penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi)
- Riwayat nutrisi, pemberian makanan yang adekuat.
- Infeksi-infeksi sebelumnya dan pengobatan yang pernah dialami.
4) Riwayat keluarga : adanya gangguan hematologis, adanya faktor herediter misal
kembar monozigot)
5) Kaji adanya tanda-tanda anemia:
- Pucat
- Kelemahan
- Sesak
- Nafas cepat
6) Kaji adanya tanda-tanda leukopenia:
- Demam
- Infeksi
7) Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia:
- Ptechiae
- Purpura
- Perdarahan membran mukosa
8) Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola:
- Limfadenopati
- Hepatomegali
- Splenomegali
9) Kaji adanya pembesaran testis
10) Kaji adanya:
- Hematuria
- Hipertensi
- Gagal ginjal
- Inflamasi disekitar rectal
- Nyeri
b) Diagnosa Keperawatan
a. Risiko Infeksi berhubungan dengan leukopenia (kurang sel darah putih)
b. Hipertermia berhubungan dengan kondisi penyakit
c. Risiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati intravaskular diseminata
d. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan efek dari program pengobatan
NANDA NOC NIC
NANDA NOC NIC
(00004) Resiko (1924) Kontrol Resiko: Proses (6540) Kontrol Infeksi
infeksi Infeksi Definisi : meminimalkan penerimaan
berhubungan Setelah dilakukan tindakan dan transisi agen infeksi
dengan keperawatan selama ...... jam Aktivitas-aktivitas :
leukopenia didapatkankriteria hasil: a. Pertaahankan teknik isolasi yang
(kurang sel darah a. Menghindari faktor risiko sesuai
putih) infeksi dari skala 2 ditingkatkan b. Lakukan tindakan-tindakan
ke 4 pencegahan yang bersifat
b. Mengetahui perilaku yang universal
berhubungan dengan risiko c. Jaga sistem yang tertutp saat
infeksi dari skala 2 ditingkatkan melakukan monitor hemodinamik
ke 4 invansif
c. Memonitor perilaku diri yang
terkait infeksi dari skala 2
ditingkatkan ke 4
d. Mempertahankan lingkungan
yang bersih dari skala 3
ditingkatkan ke 5
e. Menggunakan fasilitas
kesehatan sesuai dengan
kesehatan dari skala 3
ditingkatkan ke 5
(00004) (0800) Termoregulasi (3740) Perawatan Demam
Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Definisi : Manajemen gejala dan
berhubungan keperawatan selama ...... jam kondisi terkait yang berhubungan
dengan kondisi didapatkankriteria hasil: dengan peningkatan suhu tubuh
penyakit 1. Menggigil saat dingin dari dimediasi oleh pirogen endogen
skala 2 menjadi skala 4 Aktivitas-aktivitas :
2. Peningkatan suhu kulit dari 1. Pantau suhu dan tanda-tanda
skala 2 menjadi skala 4 vital lainnya
3. Mengantuk dari skala 2 2. Monitor warna kulit dan suhu
menjadi skala 4 3. Lakukan tepid sponge
4. Denyut nadi radial dari skala 2 4. Beri obat atau cairan IV
menjadi skala 4 5. Pantau komplikasi yang
berhubungan dengan demam
(00206) Risiko (0409) Koagulasi Darah (4010) Pencegahan Perdarahan
perdarahan Setelah dilakukan tindakan Definisi : Pengurangan stimulus yang
berhubungan keperawatan selama ...... jam dapat menyebabkan perdarahan atau
dengan didapatkankriteria hasil: pendarahan pada pasien yang
koagulopati 1. Perdarahan dari skala 2 berisiko.
intravaskular menjadi skala 4 Aktivitas-aktivitas :
diseminata 2. Memar dari skala 2 menjadi 1. Monitor dengan ketat terjadinya
skala 4 perdarahan
3. Petekie dari skala 2 menjadi 2. Monitor tanda dan gejala
skala 4 perdarahan menetap
4. Hematoma dari skala 2 3. Monitor komponen koagulasi
menjadi skala 4 darah
5. Gusi berdarah dari skala 2 4. Catat nilai hemoglobin dan
menjadi skala 4 hematokrit
5. Anjurkan keluarga melindungi
pasien dari trauma
6. Anjurkan keluarga pasien untuk
memberikan sikat gigi berbulu
lembut
7. Berikan obat-obatan jika
diperlukan
(00118) (1200) Citra tubuh (5220) Peningkatan citra tubuh
Gangguan citra Setelah dilakukan tindakan Definisi : Meningkatkkan persepsi
tubuh keperawatan selama ...... jam dan sikap baik yang disadari maupun
berhubungan didapatkankriteria hasil: tidak disadari terhadap tubuhnya
dengan efek dari a. Penyesuaian dengan Aktivitas-aktivitas :
program perubahan tampilan fisik dari a. Tentukan ketidaksukaan pasien
pengobatan skala 2 menjadi skala 4 (sering terhadap karakter fisik
positif) b. Bantu pasien mendiskusikan
b. Penyesuaian terhadap status perubahan karakter fisik
kesehatan dari skala 2 menjadi c. Identifikasi dampak budaya dan
skala 4 (sering positif) latar belakang
c. Sikap terhadap strategi untuk d. Identifikasi strategi koping oleh
meningkatkan penampilan dari orang tua
skala 2 menjadi skala 4 (sering e. Bantu pasien mengidentifikasi
positif) tindakan yang meningkatkan
penampilan
f. Bantu pasien mengidentifikasi
bagian tubuhnya yang memiliki
persepsi positif
g. Gunakan latihan membuka diri

Anda mungkin juga menyukai