Oleh:
Yuti Sartika (22222080)
2. ETIOLOGI
Penyebab pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi
yang menyebabkan terjadinya leukemia yaitu:
1. Genetik
a. Keturunan
1. Adanya penyimpanan kromosan insiden leukemia meningkat
pada penderita kelainan congenital, diantaranya pada sindrom
down, sindrom bloom, fanconis anemia, sindrom wiskott-
Aldrich. Kelainan- kelainan congenital ini dikaitkan erat
dengan adanya perubahan infromasi gen, misal pada kromosan
21 atau C-group trisomy atau pola kromosan yang tidak stabil,
seperti pada aneuploidy.
2. Saudara kandung
Dilaporkan adanya resiko leukemia akut yang tinggi pada
kembar identik dimana kasus- kasus leukemia akut terjadi pada
tahun pertama kelahiran. hal ini sangat berlaku juga pada
keluarga dengan insiden leukemia yang sangat tinggi.
b. Faktor lingkungan
Beberapa faktor lingkungan diketahui dapat menyebabkan
kerusakan kromosan dapatan misal: radiasi, bahan kimia, dan obat-
obatan yang dihubungkan dengan insiden yang meningkat pada
leukemia akut, khusunya ALL.
2. Virus
Salah satu virus yang terbukti dapat menyebabkan leukemia pada
manusia adalah human T-cell leukemia. Jenis leukemia yang
ditimbulkan adalah Acut T-Cell Leukemia.
3. Bahan kimia dan obat- obatan
a. Bahan kimia
Paparan kromis dari bahan kimia (misal:binizen) dihubungkan
dnegan peningkatan insiden leukemia akut, misal pada tukang
sepatu yang sering terpapar benzene. Selain benzene beberapa
bahan lain dihubungkan dengan resiko tingi dari AML, antara lain:
produk-produk minyak, cat, ethylene, herbisida, pestisida dan
lading eletromagnetik.
b. Obat-obatan
Obat-obatan anti neoplastik (misal: alkilator dan inhibitor
topoisomere II) dapat mengakibatkan penyimpanan kromosan yang
menyebabkan AML. Kloramfenikol, fenibutazon dan
methypsoralen dilaporkan menyebabkan kegagalan sumsum tulang
yang lambat laun menjadi AML.
4. Radiasi
Peningkatan resiko leukemia ditemui juga pada pasien yang mendapat
terapi radiasi misal: pembesaran thymic, para pekerja terekspos radiasi
dan radiologis.
5. Leukemia sekunder
Leukemia yang terjadi setelah perawatan atas penyakit malignansi lain
disebut secondary acute leukemia (SAL) atau treatment releted
leukemia. Termasuk diantaranya penyakit hodgin, lymphoma,
myeloma, dan kanker payudara. Hal ini disebabkan karena obat-obatan
yang digunakan termasuk golongan obat imunosupresif selain
menyebabkna dapat menyebabkan kerusakan DNA (Simon, 2013).
3. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang sering dijumpai anak dengan leukemia adalah:
demam, pucat, perdarahan, letargi, malaise, anoreksia, nyeri tulang dan
persendian. Pendarahan di bawah kulit serta nyeri persendian merupakan
tanda utama dari kegagalan sumsum tulang. Pembesaran hati dan limpa juga
dapat terjadi. Jika leukemia telah menyebar ke susunan saraf pusat maka
akan muncul keluhan sakit kepala, muntah, papilledema serta gangguan
saraf ke empat (ketidak mampuan menggerakan bola mata). Pembesaran
testis, supresi sumsum tulang dan spinal merupakan infiltrasi dari sel
leukemia (Ball & Bindler dalam Bangun 2012).
4. PATOFISIOLOGI
Komponen sel darah terdiri atas eritrosit atau sel darah merah
(RBC) dan leukosit atau sel darah putih (WBC) serta trombosit atau
platelet. Seluruh sel darah normal diperoleh dari sel batang tunggal yang
terdapat pada seluruh sumsum tulang. Sel batang dapat dibagi kedalam
lymphpoid dan sel batang darah ( myeloid), dimana pada kebalikannya
menjadi cikal bakal sel yang tebagi sepanjang jalur tunggal khusus. Proses
ini dikenal sebagai hematopoiesis dan terjadi didalam sumsum tulang
tengkorak, tulang belakang, panggul, tulang dada dan pada proximal
epifisis pada tulang-tulang yang panjang.
ALL meningkat dari sel batang lymphoid tunggal dengan
kematangan lemah dan pengumpulan sel-sel penyebab kerusakan didalam
sumsum tulang. Biasanya dijumpai tingkat pengembangan lymphoid yang
berbeda dalam sumsum tulang mulai dari sangat mentah hingga menjadi
sel normal. Derajat kementahannya merupakan petunjuk untuk
menentukan/ meramalkan kelanjutannya. Pada pemeriksaan darah tepi
ditemukan sel muda limfoblas dan biasanya ada leukositosis, kadang-
kadang leukopenia (25%). Jumlah leukosit neutrifil seringkali rendah,
demikian pula kadar haemoglobin dan trombosit. Hasil pemeriksaan
sumsum tulang bisanya menunjukan sel- sel blas yang dominan.
Pematangan limfosit B dimulai dari sel stem pluripoten kemudian sel stem
limfoid, pre-B early B, sel B intermedia, sel B matang, sel plasmasitosis
dan sel plasma. Limfosit T juga berasal dari system pluripotein
berkembang menjadi sel stem limfoid, sel timosit imatur.
Peningkatan produksi leukosit juga melibatkan tempat-tempat
esktramedular sehingga anak-anak menderita pembesaran limfe dan
hepatoplenemgali. Sakit tulang sering dijumpai juga timbul serangan pada
susunan saraf pusat, yaitu sakit kepala, muntah, dan gangguan penglihatan.
5. KOMPLIKASI
a. perdarahan
akibat defisiensi trombosit (trombositopenia) angka trombosit yang
rendah ditandai dengan :
1. memar (ekimosis)
2. patekia ( bintik perdarahan kemerahan atau keabuan sebesar ujung
jarum dipermukaan kulit)
perdarahan berat jika angka trombosit <2000 mm3 darah, demam
dan infeksi dapat memperbesar perdarahan.
b. Infeksi
Akibat kekurangan granulosit matur dan normal, meningkat sesuai
derajat netropenia dan disfungsi imun
c. Pembentukan batu ginjal dan kolik ginjal
Akibat penghancuran sel besar-besaran saat kemoterapi meningkatkan
kadar asam urat sehingga perlu asupan cairan yang tinggi.
d. Anemia
e. Masalah gastrointestinal
- Mual
- Muntah
- Anoreksia
- Diare
- Lesi mukosa mulut
Terjadi akibat infiltrasi lekosit abnormal ke organ abdominal,
selain akbiat kemoterapi.
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang mengenai leukemia:
a. Hitung darah lengkap menunjukkan normositik, anemia normositik
b. Haemoglobin : dapat kurang dari 10 g/100 ml
c. Retikulosit : jumlah biasanya rendah
d. Jumlah trombosit : mungkin sangat rendah
e. Copper serum meningkat
f. Zinc serum meningkat
g. Biopsy sumsum tulang: SDM abnormal biasanya lebih dari 50 % atau
lebih dari SDP pada sumsum tulang.
h. Foto dada dan biopsy nodus limfe: dapat mengindikasi derajat
keterlibatan
7. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis
1. Leukemia limfoblastik akut
Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan total dengan
menghancurkan sel-sel leukemic sehingga sel normal bisa tumbuh
kembali didalam sumsum tulang. Penderita yang menjalani kemoterapi
perlu dirawat dirumah sakit selama beberapa hari atau beberapa
minggu, tergantung kepada respon yang ditunjukan oleh sumsum
tulang.
2. Pengobatan leukeumia limfositik kronik
Berkembang dengan lambat, sehingga banyak penderita yang tidak
memerlukan pengobatan selama bertahun- tahun sampai jumlah limfosit
sangat banyak, kelenjar getah bening membesar atau terjadi penurunan
jumlah eritrosit atau trombosit. Anemia diatasi dengan transfuse darah
dan suntikan eritropoietin (obat yang merangsang pembentukan sel-sel
darah merah). Jika jumlah trombosit sangat menurun, diberikan
transfuse trombosit, infeksi diatasi dengan antibiotik.
3. Kemoterapi
Sebagian besar pasien leukemia menjalani kemoterapi. Jenis
pengobatan kanker ini menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-
sel leukemia. Tergantung pada jenis leukemia, pasien bisa mendapatkan
satu jenis obat atau kombinasi dari dua obat atau lebih.
Pasien leukemia bisa mendapatkan kemoterapi dengan berbagai cara:
a. Melalui mulut
b. Dengan suntikan langsung ke pembuluh darah balik (atau intravena)
c. Melalu kateter ( tabung kecil yang fleksibel)
d. Dengan suntikan langsung ke cairan cerebrospinal
Pengobatan umumnya terjadi secara bertahap, meskipun tidak semua
fase yang digunakan untuk semua orang.
a. Tahap 1 ( terapi induk)
Tujuan pengobatan untuk membunuh sebagian besar sel-sel
leukemia didalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi
kemoterapi biasanya memerlukan perawatan dirumah sakit yang
panjang karena obat mengancurkan banyak sel darah normal dalam
proses membunuh sel leukemia.
b. Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Terapi ini dilakuka setelah 6 bulan kemudian.
c. Tahap 3 (profiklasi SPP)
Profiklasi SPP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SPP.
Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada
dosis yang lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat
kemoterapi yang berbeda, kadang-kadang dikombinasikan dengan
terapi radiasi, untuk mencegah leukemia memasuki otak dan system
saraf pusat.
d. Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimasukkan untuk mempertahankan masa remisi.
Tahap ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun. Angka harapan
hidup yang membaik dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak
hanya 95% anak dapat mencapai remisi penuh, tetapi 60% menjadi
sembuh.
Penatalaksanaan keperawatan
Masalah pasien yang perlu diperhatikan umumnya sama dengan pasien
lain yang menderita penyakit darah. Tetapi karena prognosis pasien pada
umumnya kurang baik, maka pendekatan psikologis harus diutamakan.
Diagnosis leukemia cenderung menimbulkan rasa cemas pada keluarga
dan pasien. Perawat merupakan sarana untuk memberikan dukungan dan
menentramkan perasaan cemas, selain memberi penjelasan yang akurat
mengenai pemeriksaan diagnostik, prosedur dan rencana terapi.
a. Mempersiapkan anak dan keluarganya dalam menghadapi prosedur
diagnostik dan terapeutik. Anak memerlukan penjelasan mengenai
prosedur dan hasil yang diharapkan dari prosedur tersebut.
Mencegah komplikasi mielosupresi, proses leukemia sebagian besar
agens kemoterapi menyebabkan supresi sumsum tulang
(mielosupresi). Jumlah sel darah merah yang menurun menimbulkan
permasalahan sekunder berupa infeksi, kecenderungan perdarahan
dan anemia. Komplikasi yang sering ditemukan dalam terapi kanker
dimasa anak – anak adalah infeksi berat sebagai akibat sekunder
karena neutropenia. Pencegahan infeksi dapat dilakukan dengan cara
mengendalikan penularan infeksi.
Cara ini meliputi pemakaian ruang rawat pribadi, membatasi
Poltekkes Kemenkes Padang pengunjung dan petugas kesehatan yang
menderita infeksi aktif dan mencuci tangan dengan larutan antiseptik.
Keadaan anak perlu dievaluasi untuk menemukan lokasi yang
berpotensi menjadi tempat infeksi dan dipantau setiap kenaikan suhu
tubuh anak. Komplisai lain yang sering ditemukan adalah perdarahan.
Perdarahan dapat dicegah dengan pemberian transfusi trombosit.
Kemudian perawatan mulut yang seksama merupakan tindakan
esensial karena karena sering terjadi perdarahan gusi. Anak – anak
dianjurkan untuk menghindari aktivitas yang menibulkan trauma
seperti bersepeda, memanjat pohon, dan bermain sepatu roda.
b. Melaksanakan tindakan kewaspadaan dalam memberi dan menangani
agens kemoterapi. Banyak agens kemoterapi bersifat vesikan
(menimbulkan sklerosis) yang dapat menimbulkan kerusakan sel
yang berat. Untuk mengatasi ektravasasi dengan cara obat – obatan
kemoterapi harus diberikan melalui slang infus. Pemberian
dihentikan apabila terlihat tanda – tanda infiltrasi seperti nyeri, rasa
tersengat, pembengkakan atau kemerahan pada tempat pemasangan
kanula infus.
c. Memberikan perawatan fisik dan dukungan emosional secara
berkesinambungan (Apriany, 2016).