Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN CA LARING

OLEH :

NAMA : Yuti Sartika

NIM : 22222080

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI


MUHAMMADIYAH PALEMBANG FAKULTAS ILMU
KESEHATAN STUDI PROFESI NERS
TAHUN 2023
A. Definisi
Kanker laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau daerah
lainnya di tenggorokan. (Cahyadi, 2016).
Karsinoma laring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel laring. Laring
terdiri dari supraglotis, glotis dan subglotis. Laring berperan dalam koordinasi fungsi
menelan dan bernafas, termasuk berbicara, bernafas, aliran makan dan minum.
Karsinoma laring adalah urutan kedua terbanyak keganasan kepala dan leher di seluruh
dunia, dengan kejadian diperkirakan lebih dari 151.000 kasus yang mengakibatkan
sekitar 82.000 kematian setiap tahun. (Cahyadi, 2016).

B. Etiologi
Sunaran, (2015) Belum diketahui secara pasti, adapun faktor predisposisi yang
dapat menyebabkan Ca. laring adalah :
1. Terpapar oleh sinar radioaktif
2. Berhubungan dengan karsinogen: tembakau, alkohol, polusi industri
3. Laringitis kronis
4. Penggunaan suara berlebihan
5. Herediter
6. Laki-laki lebih banyak dari pada wanita
7. Usia 50-70 tahun
8. Squamous cell carsinoma

C. Patofisiologi
Karsinoma laring banyak dijumpai pada usia lanjut diatas 40 tahun. Kebanyakan pada
laki-laki. Hal ini mungkin berkaitan dengan kebiasaan merokok, bekerja dengan debu
serbuk kayu, kimia toksik atau serbuk, logam berat. Bagaimana terjadinya belum
diketahui secara pasti oleh para ahli. Kanker kepala dan leher menyebabkan 5,5% dari
semua penyakit keganasan. Terutama neoplasma laringeal 95% adalah karsinoma sel
skuamosa. Bila kanker terbatas pada pita suara (intrinsik) menyebar dengan lambat.
Pita suara miskin akan pembuluh limfe sehingga tidak terjadi metastase kearah kelenjar
limfe. Bila kanker melibatkan epiglotis (ekstrinsik) metastase lebih umum terjadi.
Tumor supraglotis dan subglotis harus cukup besar, sebelum mengenai pita suara
sehingga mengakibatkan suara sesak. Tumor pita suara yang sejati terjadi lebih dini
biasanya pada waktu pita suara masih dapat digerakkan. (Ernawati, 2013).
D. Pathway
Factor predisposisi (alcohol, rokok, radiasi)

Proliferasi sel laring

Diferesiensi buruk sel laring

Ca. laring

Metastase supraglotik Plica vocalis Menekan/ mengiritasi Obstruksi jalan napas


sreabut syaraf

Obstruksi lumen Suara parau Mengiritasi sel laring


Nyeri dipersepsikan
esophagus

Afonia Infeksi
Disfagia progresif Nyeri kronis

Gangguan Akumulasi sekret


Intake < komunikasi verbal

Bersihan jalan
BB napas tidak efektif

Defisit nutrisi

E. Manifestasi Klinis
a. Kanker laring biasanya berasal dari pita suara, menyebabkan serak. Seseorang yang
mengalami sesak selama lebih dari 2 minggu sebaiknya segera memeriksakan diri.
b. Rasa tidak enak pada tenggorokan seperti ada yang tersangkut.
c. Kesulitan menelan.
d. Kadang sebuah benjolan dileher yang merupakan penyebaran kanker ke kelenjar
getah bening, muncul terlebih dulu sebelum gejala lainnya muncul.
e. Nyeri tenggorokan
f. Nyeri leher
g. Penurunan berat badan
h. Batuk darah
i. Bunyi pernafasan yang abnormal
j. Sesak terjadi pada awal dan di area glotis
k. Nyeri dan rasa terbakar pada tenggorokan ketika minum air panas dan jus jeruk
l. Disfagia, dispnea, dan nafas bau

F. Komplikasi
Cahyadi, (2016) Komplikasi yang paling sering terjadi adalah :
a. Distress pernapasan (hipoksia, obstruksi jalan napas, edema trakea)
b. Hemoragik
c. Infeksi kronis

G. Pemeriksaan Penunjang
a. Laringoskop
Untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor
b. Foto thoraks
Untuk menilai keadaan paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di
paru
c. CT-Scan
Memperlihatkan keadaan tumor/penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan
daerah pre-epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher
d. Biopsi laring
Untuk pemeriksaan patologi anatomik dan dari hasil patologi anatomik yang
terbanyak adalah karsinoma sel skuamosa

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan karsinoma laring dapat berupa kemoterapi, radioterapi maupun
operasi (laringektomi) serta kombinasi ketiganya. Dari data didapatkan sebanyak 14%
penderita menjalani operasi, 6% menjalani radioterapi, sebanyak 44% menjalani
operasi dan radioterapi, sebanyak 28% menjalani operasi, radioterapi dan kemoterapi
dan sebanyak 8% kemoiradiasi. Sebagaian besar penderita mendapatkan operasi total
laringektomi yang dilanjutkan dengan radioterapi (Cahyadi, 2016).
I. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
1. Pengkajian primer
Data awal yang ditemukan pada klien dengan kanker laring adalah suara serak
yang tidak sembuh-sembuh yang disertai dengan adanya pembesaran dan
perubahan pada daerah leher. Menurut Cody D. Thaher, C. Long Barbara,
Harrison, Sjmsuhidayat dan Suddart Bunner pada pengkajian akan didapatkan
data sebagai berikut : Biografi
a) Usia
b) Jenis kelamin : Laki laki lebih banyak dari pada perempuan 2 : 1
c) Pekerjaan:Pekerjaan yang menggunakan suara yang berlebihan, seperti
apenyanyi, penceramah, dosen.
d) Alamat : Tinggal di daerah dengan tingkat pencemaran polusi yang tinggi,
seperti tinggal di wilayah industri. Keluhan utama pada klien Ca. Laring
meliputi nyeri tenggorok. sulit menelan,sulit bernapas,suara
serak,hemoptisis dan batuk, penurunan berat badan, nyeri tenggorok, lemah.
2. Pengkajian sekunder
a) Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
2) Tanda-tanda vital
a. Suhu
b. Tekanan Darah
c. Respirasi
d. Nadi
e. Pengukuran BB
f. Kepala
g. Pembengkakan kelenjar limfe post dan pre aurikel
h. Leher
b) Pemeriksaan Penunjang
1) Laringoskopi : Cara memeriksa laring dengan melakukan inspeksi
terhadap sisi luar laring pada leher dan gerakangerakan pada saat
menelan. Pada kanker laring gerakan menelan akan bergerak ke bawah
saat inspirasi atau tidak bergerak. Pada palpasi ditemukan adanya
pembesaran dan nyeri.
2) Pemeriksaan sinar x jaringan lunak : terdapat penonjolan pada
tenggorokan.
3) Pemeriksaan poto kontras : dengan penelanan borium menunjukkan
adanya lesi-lesi loca
4) Pemeriksaan MRI : identifikasi adanya metastasis dan evaluasi respon
pengobatan.
3. Riwayat penyakit sekarang Biasanya suara serak adalah hal yang akan Nampak
pada pasien dengan kanker pada daerah glottis, pasien mungkin mengeluhkan
nyeri dan rasa terbakar pada tenggorokan, suatu gumpalan mungkin teraba di
belakang leher. Gejala lanjut meiputi disfagia, dispnoe, penurunan berat badan.
4. Riwayat penyakit dahulu Riwayat kesehatan dahulu : adanya riwayat laryngitis
kronis, riwayat sakit tenggorokan, riwayat epiglottis.
5. Riwayat penyakit keluarga Riwayat kesehatan keluarga :Riwayat anggota
keluarga yang terdiagnosa positif kanker laring.

b. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi yang
tertahan
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan pendengaran
3. Nyeri kronis berhubungan dengan penekanan syaraf
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakampuan menelan makanan
c. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa (SDKI) Tujuan & Kriteria Hasil (SLKI) Intervensi Keperawatan (SIKI)
1. Bersihan nafas tidak efektif Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x Manajemen Jalan Nafas
Definisi: ketidakmampuan 24 jam, diharapkan bersihan nafas tidak Tindakan :
membersihkan sekret atau obstruksi efektif menurun dengan kriteria hasil: Observasi :
jalan napas untuk mempertahankan Bersihan Jalan Napas 1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
jalan napas tetap paten 1. Produksi sputum menurun usahanapas)
Penyebab: 2. Mengi menurun 2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis,
fisiologis 3. Wheezing menurun gurgling,mengi, wheezing, ronkhi kering)
1. Spasme jalan nafas 4. Mekonium menurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
2. Hipersekresi jalan napas Teraupeutik :
3. Disfungsi neuromuskuler 4. Pertahankan kapatenan jalan napas dengan
4. Benda asing dalam jalan napas head-tilt dan chin- lift (jaw-thrust jika
5. Adanya jalan napas buatan curigatrauma servikal)
6. Sekresi yang tertahan 5. Posisikan semi-fowler atau fowler
7. Hiperplasia dinding jalan napas 6. Berikan minum hangat
8. Proses infeksi 7. Lakukan fisioterapi dada
9. Respon alergi 8. Lakukan penghisapan lendir kurang dari
10. Efek agen farmakologis (mis. 15detik
anastesi 9. Berikan oksigen , jika perlu
Situasional Edukasi :
1. Merokok aktif 10. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
2. Merokok pasif tidakkontraindikasi
3. Terpajan polutan 11. Ajarkan teknik batuk efektif
Gejala tanda mayor Kolaborasi :
Subjektif : 12. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
Tidak tersedia ekspetoran,mukolitik, jika perlu
Obektif :
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing, dan/atau
ronkhikering
Gejala tanda minor
Subjektif :
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
Objektif :
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi nafas menurun
4. Frekuensi nafas berubah
5. Pola nafas berubah
2. Gangguan Komunikasi Verbal Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x Promosi Komunikasi: Defisit Bicara
Definisi: penurunan, perlambatan, atau 24 jam, diharapkan komunikasi verbal Observasi
ketiadaan kemampuan untuk meningkat dengan kriteria hasil: 1. Monitor proses kognitif, anatomi, dan fisiologis
menerima, memproses, mengirim, Komunikasi Verbal yang berkaitan dengan bicara.
dan/atau menggunakan sistem simbol. 1. Kemampuan berbicara meningkat Terapeutik
Penyebab 2. Kemampuan mendengar meningkat 2. Gunakan metode komunikasi alternatif
1. Penurunan sirkulasi serebral 3. Kesesuaian ekspresi wajah/tubuh 3. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan
2. Gangguan neuromuskuler meningkat bantuan
3. Gangguan pendengaran Edukasi
4. Gangguan muskuloskeletal 4. Anjurkan bicara perlahan
5. Kelainan palatum Kolaborasi
6. Hambatan fisik (mis. Terpasang 5. Rujuk ke ahli patologi atau terapis
trakheostomi, intubasi,
krikotiroidektomi)
7. Hambatan individu (mis.
Katakutan, kecemasan merasa
malu, emosional, kurang privasi)
8. Hambatan psikologis (mis.
Gangguan psikotik, gangguan
konsep diri, harga diri rendah,
gangguan emosi)
9. Hambatan lingkungan (mis.
Ketidakcukupan informasi,
ketiadaan orang terdekat,
ketidaksesuaian budaya, bahasa
asing)
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Tidak mampu berbicara atau
mendengar
2. Menunjukkan respon tidak sesuai
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Afasia
2. Disfasia
3. Apraksia
4. Disleksia
5. Disrtria
6. Afonia
7. Dislalia
8. Pelo
9. Gagap
10. Tidak adanya kontak mata
11. Sulit memahami komunikasi
12. Sulit mempertahankan
komunikasi
13. Sulit menggunakan ekspresi
wajah atau tubuh
3. Nyeri kronis Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Manajemen Nyeri
Pengertian: 3x24jam diharapkan tingkat nyeri menurun, Observasi
Pengalaman sensorik atau emosional dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
yang berkaitan dengan kerusakan Tingkat Nyeri frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
jaringan actual atau fungsional, dengan 1. Frekuensi nadi membaik 2. Identifikasi skala nyeri
onset mendadak atau lambat dan 2. Pola nafas membaik 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
berintensitas ringan hingga berat dan 3. Keluhan nyeri menurun 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan
konstan, yang berlangsung lebih dari 3 4. Meringis menurun memperingan nyeri
bulan 5. Gelisah menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
Penyebab 6. Kesulitan tidur menurun nyeri
1. Kondisi muskuloskeletal kronis 6. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
2. Kerusakan sistem saraf 7. Monitor efek samping penggunaan analgetik
3. Penekanan saraf Teraupetik
4. Infiltrasi tumor 8. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
5. Ketidakseimbangan mengurangi nyeri
neurotransmiter, neuromodulator, 9. Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
dan reseptor 10. Fasilitasi istirahat dan tidur
6. Gangguan imunitas (mis, neuropati 11. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
terkait HIV, virus varicella-zoster) pemilihan strategi meredakan nyeri
7. Gangguan fungsi metabolik Edukasi
8. Riwayat posisi kerja statis 12. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
9. Peningkatan indeks massa tubuh 13. Jelaskan strategi meredakan nyeri.
10. Kondisi pasca trauma 14. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk
11. Tekanan emosional mengurangi rasa nyeri
12. Riwayat penganiayaan (mis. Fisik, Kolaborasi
psikologi, seksual) 15. Kolabrorasi pemberian analgetik, jika perlu.
13. Riwayat penyalahgunaan obat/zat
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Mengeluh nyeri
2. Merasa depresi (tertekan)
Objektif
1. Tampak meringis
2. Gelisah
3. Tidak mampu menuntaskan
aktivitas
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif
1. Merasa takut mengalami cedera
berulang
Objektif
1. Bersikap protektif (mis. Posisi
menghindari nyeri)
2. Waspada
3. Pola tidur berubah
4. Anoreksia
5. Fokus menyempit
4. Defisit Nutrisi Setelah diberikan asuhan keperawatan 3x 24 Manajemen Nutrisi
Definisi: Asupan nutrisi tidak cukup jam, diharapkan defisit nutrisi membaik Observasi
untuk memenuhi kebutuhan dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi status nutrisi
metabolisme Status Nutrisi 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Penyebab 1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat 3. Identifikasi makanan yang disukai
1. Ketidakmampuan menelan 2. Berat badan membaik 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
makanan 3. Indeks massa tubuh (IMT) membaik 5. Identifikasi perlunya penggunaan
2. Ketidakmampuan mencerna selangnasogastrik
makanan 6. Monitor asupan makanan
3. Ketidakmampuan 7. Monitor berat badan
mengabsorbsi nutrien 8. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
4. Peningkatan kebutuhan Terapeutik
metabolisme 9. Lakukan oral hygiene sebelum makan,
5. Faktor ekonomi (mis, jika perlu
finansial tidakmencukupi) 10. Fasilitasi menentukan pedoman diet
6. Faktor psikologis (mis, stres, (mis. Piramida makanan)
keengganan untuk makan) 11. Sajikan makanan secara menarik dan suhu
Gejala dan Tanda yangsesuai
Mayor 12. Berikan makan tinggi serat untuk
Subjektif : (tidak tersedia) mencegahkonstipasi
Objektif : 13. Berikan makanan tinggi kalori dan
1. Berat badan menurun minimal tinggi protein
10% dibawah rentang ideal 14. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Gejala dan Tanda Minor 15. Hentikan pemberian makan melalui selang
Subjektif : nasigastrik jika asupan oral dapat
1. Cepat kenyang setelah makan ditoleransi
2. Kram/nyeri abdomen Edukasi
3. Nafsu makan menurun 16. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Objektif : 17. Ajarkan diet yang diprogramkan
1. Bising usus hiperaktif Kolaborasi
2. Otot pengunyah lemah 18. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
3. Otot menelan lemah makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
4. Membran mukosa pucat perlu
5. Sariawan 19. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
6. Serum albumin turun jumlah kalori dan jenis nutrient yang
7. Rambut rontok berlebihan dibutuhkan, jika perlu
8. Diare
DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, I. (2016). Karekteristik Penderita Karsinoma Laring Di Departemen Ilmu Kesehatan


Telinga Hidung Tenggorokan Bedah Kepala Leher Rumah Sakit Dr Hasan Sadikin
Bandung Periode Januari 2013-Juli 2015. Tunas Medikal Jurnal Kedokteran &
Kesehatan 3 (1).

Ernawati, I. (2013). karakter penderita tumor ganas laring di rsup h. adam malik medan tahun
2010-2011. universitas sumatra utara.

Sunaran, G. D. (2015). Gambaran Penderita Karsinoma Laring Di Departement THT-KL Rsup


Haji Adam Malik Medan Periode Januari 2011-Desember 2013. Universitas Sumatra
Utara.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Selatan: DPP PPNI.

TIM Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:
DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai