menyerang tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorokan. Radang
tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau bengkak, berwarna lebih merah, ada
dengan lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita akibat batuk kronik,
2) Atrofik ( tahap lanjut dari jenis pertama : membran tipis, keputihan, licin dan
waktunya berkerut ).
infeksi. Beberapa gejala yang bisa timbul saat seseorang menderita faringitis, antara lain:
Selain itu, gejala lain yang bisa timbul adalah suara parau dan batuk. Jika infeksi meluas ke
amandel atau tonsil bisa terjadi peradangan dan pembengkakan pada amandel.
D. Pohon Masalah
Patofisiologi
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung
menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi
lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi,
terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium
awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula
serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat
pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar.
Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau
jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring
posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus
seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa
faring akibat sekresi nasal.
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan
extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat
karena fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama
dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan
kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena
fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.
Pathway
Proses inflamasi
Hiperemia
hipertermi
BB menurun
Defisit nutrisi
E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan
(sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan
diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri
atau virus.
b. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam
diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang
berharga.
c. Pemeriksaan Laboratorium
1. Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya
infeksi atau inflamasi.
2. Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal
diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.
F. Penatalaksanaan Medis
a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanomida
2) Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125 mg/6 jam untuk usia 0-2 tahun
dan 250 mg/6 jam untuk usia 2-8 tahun) atau klindamisin.
b. Tirah Baring
d. Diet ringan
dapat menahan cairan dngan rasa enak.Gelas kedua dan ketiga dapae diberikan air yang
1) Cairan saline isotonik (½ sendok teh garam dalam 8 oncesair hangat)
2) Bubuk sodium perbonat (1 sendok teh bubuk dalam 8 ounces air hangat). Hal ini
f. Pendidikan Kesehatan
1) Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai demam hilang.
2) Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal salin dan pelega
G. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien
2. Riwayat Kesehatan
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pernapasan
Pernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi halus dan
dan pucat
c. Makanan dan cairan
d. Observasi
kesulitan menelan.
Bersihan jalan napas L.01001 bersihan jalan Manajemen Jalan Nafas (I.
tidak efektif b.d napas 01011)
sekresi yang tertahan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ...x24 1. Observasi
jam didapatkan hasil : Monitor pola
napas (frekuensi,
a. Gelisah menurun kedalaman, usaha
b. Frekuensi napas napas)
membaik Monitor
c. Pola napas membaik bunyi napas
tambahan (mis.
Gurgling, mengi,
weezing, ronkhi
kering)
Monitor
sputum (jumlah,
warna, aroma)
2. Terapeutik
Pertahankan
kepatenan jalan
napas dengan
head-tilt dan chin-
lift (jaw-thrust jika
curiga trauma
cervical)
Posisikan
semi-Fowler atau
Fowler
Berikan
minum hangat
Lakukan
fisioterapi dada,
jika perlu
Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15
detik
Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
Penghisapan
endotrakeal
Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan
forsepMcGill
Berikan
oksigen, jika perlu
3. Edukasi
Anjurkan
asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
Ajarkan
teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.
Barbieri, et al. (2019). Antibiotic Prescriptions in Acute Otitis Media and Pharyngitis in Italian
Pediatric Outpatients. Italian Journal of Pediatrics, 45(1), 103.
http://aineni.blogspot.co.id/2013/04/asuhan-keperawatan-faringitis.html
Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta: EGC
Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis.
Yogyakarta : Media Action Publlishing