Anda di halaman 1dari 13

FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

Laporan pendahuluan memuat point-point sebagai berikut:

A. Masalah Kesehatan : (Faringitis)


B. Pengertian
Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorokan atau hulu
kerongkongan. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorokan. Radang ini bisa
disebabkan oleh virus atau bakteri streptococcus (Hasibuan, P. S., & Batubara, M. I. (2019)).

Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang

menyerang tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorokan. Radang

tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau bengkak, berwarna lebih merah, ada

bintik-bintik putih dan terasa sakit bila menelan makanan.

Faringitis kronik umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja/tinggal

dengan lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita akibat batuk kronik,

penggunaan habitual alkohol dan tembakau. Ada 3 jenis faringitis :

1) Hipertrofik ( penebalan umum dan kongesti membrane mukosa faring ).

2) Atrofik ( tahap lanjut dari jenis pertama : membran tipis, keputihan, licin dan

waktunya berkerut ).

3) Granular kronik (pembengkakan folikel limfe pada dinding faring).

C. Gejala dan Tanda


Faringitis biasanya baru menimbulkan gejala sekitar 2-5 hari setelah penderita terkena

infeksi. Beberapa gejala yang bisa timbul saat seseorang menderita faringitis, antara lain:

 Nyeri atau sakit tenggorokan.


 Gatal pada tenggorokan.
 Sulit menelan.
 Demam.
 Sakit kepala.
 Pegal linu.
 Mual muntah.
 Pembengkakan di leher depan.

Selain itu, gejala lain yang bisa timbul adalah suara parau dan batuk. Jika infeksi meluas ke

amandel atau tonsil bisa terjadi peradangan dan pembengkakan pada amandel.

D. Pohon Masalah
Patofisiologi
Pada faringitis yang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung
menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi
lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi,
terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Pada stadium
awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula
serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat
pada dinding faring. Dengan hiperemi, pembuluh darah dinding faring menjadi lebar.
Bentuk sumbatan yang berwarna kuning, putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau
jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring
posterior, atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus
seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa
faring akibat sekresi nasal.
Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan pelepasan
extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang hebat
karena fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama
dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan
kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena
fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.
Pathway

Virus, bakteri masuk melalui droplet ke


saluran pernafasan

Proses inflamasi

Kuman menginfiltrasi lapisan epitel

Lapisan epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi

Terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit


oleh organisme yang menghasilkan eksudat

Edema sampai ulserasi

Faringitis Rangsangan termoregulasi


hipotalamus

Hiperemia
hipertermi

Pembuluh darah dinding faring menjadi lebar dan menebal

Kesulitan saat menelan Edema tenggorokan

Nyeri akut Peningkatan sekresi penumpukan


Sulit makan dan
sputum di jalan nafas
minum

Anoreksia Bersihan jalan nafas


tidak efektif

BB menurun

Defisit nutrisi
E. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan
(sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan
diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri
atau virus.
b. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam
diagnosis etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang
berharga.
c. Pemeriksaan Laboratorium
1. Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya
infeksi atau inflamasi.
2. Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal
diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.

F. Penatalaksanaan Medis
a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanomida

1) Faringitis streptokokus paling baik diobati peroral dengan penisilin (125-250 mg

penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari)

2) Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125 mg/6 jam untuk usia 0-2 tahun

dan 250 mg/6 jam untuk usia 2-8 tahun) atau klindamisin.

b. Tirah Baring

c. Pemberian cairan yang adekuat

d. Diet ringan

e.   Obat kumur hangat


Berkumur dengan 3 gelas air hangat. Gelas pertama berupa air hangat sehingga penderita

dapat menahan cairan dngan rasa enak.Gelas kedua dan ketiga dapae diberikan air yang

lebihhangat.Anjurkan setiap 2 jam. Obatnya yaitu:

1) Cairan saline isotonik (½  sendok teh garam dalam 8 oncesair hangat)

2) Bubuk sodium perbonat (1 sendok teh bubuk dalam 8 ounces air hangat). Hal ini

terutama berguna pada infeksi vincent atau penyakit mulut. (1 ounce = 28 g)

f. Pendidikan Kesehatan

1) Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai demam hilang.

Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau dan polutan lain.

2) Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal salin dan pelega

tenggorokan bila perlu.

G. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas pasien

2. Riwayat Kesehatan

a. Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya: batuk, pilek, demam.

b. Riwayat alergi dalam keluarga

c. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi

d. Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan

3. Pemeriksaan Fisik

a. Pernapasan

Pernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi halus dan

melemah, wajah pucat atau sianosis bibir atau kulit

b. Aktivitas atau Istirahat

Kelelahan, malaise, insomnia, penurunan toleransi aktivitas, sirkulasi takikardi,

dan pucat
c. Makanan dan cairan

Gejala :        Kehilangan nafsu makan, disfagia, mual dan muntah.

Tanda :        Hiperaktivitas bunyi usus, distensi abdomen, turgor kulit buruk.

d. Observasi

1) Adanya retraksi atau pernapasan cuping hidung

2) Adanya kepucatan atau sianosis warna kulit

3) Adanya suara serak, stridor, dan batuk

4) Perilaku: gelisah, takut

5) Adanya sakit tenggorok, adanya pembesaran tiroid, pengeluaran sekret,

kesulitan menelan.

6) Tanda-tanda: nyeri dada, nyeri abdomen, dyspnea

H. Daftar Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut b.d agen pencendera fisiologis d.d nafsu makan berubah
b. Hipertermi b.d proses penyakit faringitis d.d kulit terasa hangat
c. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d sekresi yang tertahan
d. Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan d.d otot menelan lemah
I. Intervensi Keperawatan

SDKI SLKI SIKI


Nyeri akut b.d agen L.08066 tingkat nyeri MANAJEMEN NYERI (I.
pencendera fisiologis Setelah dilakukan tindakan 08238)
d.d nafsu makan keperawatan selama ...x24
berubah jam didapatkan hasil : 1. Observasi
 lokasi,
a. Gelisah menurun karakteristik,
b. Tekanan darah durasi, frekuensi,
membaik kualitas, intensitas
c. Perilaku membaik nyeri
d. Nafsu makan  Identifikasi
membaik skala nyeri
 Identifikasi
respon nyeri non
verbal
 Identifikasi
faktor yang
memperberat dan
memperingan nyeri
 Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
 Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
 Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
 Monitor
keberhasilan terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
 Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
2. Terapeutik
 Berikan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain)
 Control
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi
istirahat dan tidur
 Pertimbangka
n jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
3. Edukasi
 Jelaskan
penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
 Jelaskan
strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan
memonitor nyri
secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
 Ajarkan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
4. Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

Hipertermi b.d L.14134 termoregulasi MANAJEMEN


proses penyakit Setelah dilakukan tindakan
faringitis d.d kulit keperawatan selama ...x24 HIPERTERMIA (I.15506)
terasa hangat jam didapatkan hasil :
1. Observasi
a. Suhu tubuh  Identifkasi
membaik penyebab
b. Suhu kulit membaik hipertermi (mis.
c. Tekanan darah dehidrasi terpapar
membaik lingkungan panas
penggunaan
incubator)
 Monitor suhu
tubuh
 Monitor
kadar elektrolit
 Monitor
haluaran urine
2. Terapeutik
 Sediakan
lingkungan yang
dingin
 Longgarkan
atau lepaskan
pakaian
 Basahi dan
kipasi permukaan
tubuh
 Berikan
cairan oral
 Ganti linen
setiap hari atau
lebih sering jika
mengalami
hiperhidrosis
(keringat berlebih)
 Lakukan
pendinginan
eksternal (mis.
selimut hipotermia
atau kompres
dingin pada dahi,
leher, dada,
abdomen,aksila)
 Hindari
pemberian
antipiretik atau
aspirin
 Batasi
oksigen, jika perlu
3. Edukasi
 Anjurkan
tirah baring
4. Kolaborasi
 Kolaborasi
cairan dan
elektrolit intravena,
jika perlu

Bersihan jalan napas L.01001 bersihan jalan Manajemen Jalan Nafas (I.
tidak efektif b.d napas 01011)
sekresi yang tertahan Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ...x24 1. Observasi
jam didapatkan hasil :  Monitor pola
napas (frekuensi,
a. Gelisah menurun kedalaman, usaha
b. Frekuensi napas napas)
membaik  Monitor
c. Pola napas membaik bunyi napas
tambahan (mis.
Gurgling, mengi,
weezing, ronkhi
kering)
 Monitor
sputum (jumlah,
warna, aroma)
2. Terapeutik
 Pertahankan
kepatenan jalan
napas dengan
head-tilt dan chin-
lift (jaw-thrust jika
curiga trauma
cervical)
 Posisikan
semi-Fowler atau
Fowler
 Berikan
minum hangat
 Lakukan
fisioterapi dada,
jika perlu
 Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15
detik
 Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum
 Penghisapan
endotrakeal
 Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan
forsepMcGill
 Berikan
oksigen, jika perlu
3. Edukasi
 Anjurkan
asupan cairan 2000
ml/hari, jika tidak
kontraindikasi.
 Ajarkan
teknik batuk efektif
4. Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.

Defisit nutrisi b.d L.06052 status menelan Terapi menelan (1.03144)


ketidakmampuan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
menelan makanan keperawatan selama ...x24  Monitor tanda dan
d.d otot menelan jam didapatkan hasil : gejala aspirasi
lemah  Monitor gerakan
a. Reflek menelan lidah saat makan
meningkat  Monitor tanda
b. Kemampuan kelelahan saat
mengosongkan makan, minum dan
mulut meningkat menelan
c. Usaha menelan 2. Terapeutik
meningkat  Berikan lingkungan
yang nyaman
 Jaga privasi pasien
 Gunakan alat bantu,
jika perlu
 Hindari penggunaan
sedotan
 Posisikan duduk
 Fasilitasi
meletakkan
makanan dibelakan
mulut
 Berikan perawatan
mulut, sesuai
kebutuhan
3. Edukasi
 Informasikan
manfaat terapi
menelan kepada
pasien dan keluarga
 Anjurkan membuka
dan menutup mulut
saat memberikan
makanan
 Anjurkan tidak
bicara saat makan
4. Kolaborasi
 Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan
lain dalam
memberikan terapi
(mis. Terapis
okupasi, ahli
patologi bicara, dan
ahli gizi) dalam
mengatur program
rehabilitasi pasien
J. Referensi
Hasibuan, P. S., & Batubara, M. I. (2019). Penerapan Metode Dempster Shafer Dalam Mendiagnosa
Penyakit Faringitis. J. Media Inform. Budidarma, 3(1), 59-64.

Barbieri, et al. (2019). Antibiotic Prescriptions in Acute Otitis Media and Pharyngitis in Italian
Pediatric Outpatients. Italian Journal of Pediatrics, 45(1), 103.

http://aineni.blogspot.co.id/2013/04/asuhan-keperawatan-faringitis.html

(Diakses tanggal 9 November 2015 Jam 19.00 WITA)

Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta: EGC
Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis.
Yogyakarta : Media Action Publlishing

Anda mungkin juga menyukai