Anda di halaman 1dari 24

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring).Faringitis (dalam bahasa
Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring.
Kadang juga disebut sebagai radang tenggorokan.
Radang tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau bengkak, berwarna lebih
merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila menelan makanan.

B. KLASIFIKASI
Secara umum faringitis dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Faringitis Akut
Faringitis virus atau bakterialis akut adalah penyakit yang sangat penting. Beberapa usaha
dilakukan pada klasifikasi peradangan akut yang mengenai dinding faring. Yang paling logis
untuk mengelompokkan sejumlah infeksi-infeksi ini dibawah judul yang relatif sederhana
“Faringitis Akut”. Disini termasuk faringitis akut yang terjadi pada pilek biasa sebagai akibat
penyakit infeksi akut seperti eksantema atau influenza dan dari berbagai penyebab yang tidak
biasa seperti manifestasi herpesdan sariawan.
2. Faringitis Kronis
a. Faringitis Kronis Hiperflasi
Pada faringitis kronis hiperflasi terjadi perubahan mukosa dinding posterior. Tampak mukosa
menebal serta hipertofi kelenjar limfe di bawahnya dan di belakang arkus faring posterior (lateral
band). Dengan demikian tampak mukosa dinding posterior tidak rata yang disebut granuler.
b. Faringitis Kronis Atrofi (Faringitis sika)
Faring kronis atrofi sering timbul bersama dengan rinitis atrofi.Pada rinitis atrofi udara
pernapasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga menimbulkan rangsangan serta
infeksi faring.
c. Faringitis Spesifik
1) Faringitis Luetika
a) Stadium Primer
Kelainan pada stadium ini terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil, dan dinding faring
posterior.Kelainan ini berbentuk bercak keputihan di tempat tersebut.
b) Stadium Sekunder
Stadium ini jarang ditemukan.Pada stadium ini terdapat pada dinding faring yang menjalar ke
arah laring.
c) Stadium Tersier
Pada stadium ini terdapat guma.Tonsil dan pallatum merupakan tempat predileksi untuk
tumuhnya guma.Jarang ditemukan guma di dinding faring posterior.
2) Faringitis Tuberkulosa
Kuman tahan asam dapat menyerang mukosa palatum mole, tonsil, palatum durum, dasar lidah
dan epiglotis. Biasanya infeksi di daerah faring merupakan proses sekunder dari tuberkulosis
paru, kecuali bila terjadi infeksi kuman tahan asam jenis bovinum, dapat timbul tuberkulosis
faring primer.

C. GEJALA
Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri tenggorokan dan nyeri
menelan. Selaput lendir yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan
tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah. Gejala lainnya adalah:
1. Demam
2. Pembesaran kelenjar getah bening di leher
3. Peningkatan jumlah sel darah putih.
Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri, tetapi lebih
merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.
Kenali gejala umum radang tenggorokan akibat infeksi virus sebagai berikut:
1. Rasa pedih atau gatal dan kering.
2. Batuk dan bersin.
3. Sedikit demam atau tanpa demam.
4. Suara serak atau parau.
5. Hidung meler dan adanya cairan di belakang hidung.
D. ETIOLOGI
1. Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan disebabkan oleh virus,
termasuk virus penyebab common cold, flu, adenovirus, mononukleosis atau HIV. Bakteri yang
menyebabkan faringitis adalah streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium,
Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.
2. Virus, 80 % sakit tenggorokan disebabkan oleh virus, dapat menyebabkan demam .
3. Batuk dan pilek. Dimana batuk dan lendir (ingus) dapat membuat tenggorokan teriritasi.
4. Virus coxsackie (hand, foot, and mouth disease).
5. Alergi. Alergi dapat menyebabkan iritasi tenggorokan ringan yang bersifat kronis
(menetap).
6. Bakteri streptokokus, dipastikan dengan Kultur tenggorok. Tes ini umumnya dilakukan di
laboratorium menggunakan hasil usap tenggorok pasien. Dapat ditemukan gejala klasik dari
kuman streptokokus seperti nyeri hebat saat menelan, terlihat bintik-bintik putih, muntah –
muntah, bernanah pada kelenjar amandelnya, disertai pembesaran kelenjar amandel.

E. PATOFISIOLOGI
Organisme yang menghasilkan eksudat saja atau perubahan kataral sampai yang
menyebabkan edema dan bahkan ulserasi dapat mengakibatkan faringitis.Pada stadium awal,
terdapat hiperemia, kemudian edema dan sekresi yang meningkat.Eksudat mula-mula serosa tapi
menjadi menebal atau berbentuk mukus dan kemudian cenderung menjadi kering dan dapat
melekat pada dinding faring.
Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar. Bentuk sumbatan yang
berwarna putih, kuning atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tidak adanya
tonsilia, perhatian biasanya difokuskan pada faring dan tampak bahwa folikel limfoid atau
bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak lebih ke lateral, menjadi meradang dan
membengkak. Tekanan dinding lateral jika tersendiri disebut faringitis lateral. Hal ini tentu saja
mungkin terjadi, bahkan adanya tonsilia, hanya faring saja yang terkena.
F. KOMPLIKASI
1. Otitis media purulenta bakterialis
Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube eustacius akibat
kontaminasi sekresi dalam nasofaring.
2. Abses Peritonsiler
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami supurasi,
menembus kapsul tonsil.
3. Glomerulus Akut
Infeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah, masuk ke ginjal. Proses
autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh meimbulkan bahan autoimun yang
merusak glomerulus.
4. Demam Reumatik
Infeksi streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok akan menyebabkan
peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-katup jantung, terutama pada katup
mitral dan aorta.
5. Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis maksilaris /
frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan jalan napas bagian atas
(salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan
oleh kuman tunggal dan dapat juga campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus
influenza dan kleb siella pneumoniae.
6. Meningitis
Infeksi bakteri padadaerah faring yang masuk ke peredaran darah, kemudian masuk ke meningen
dapat menyebabkan meningitis. Akan tetapi komplikasi meningitis akibat faringitis jarang
terjadi.

G. PETALAKSANAAN
1. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanomida
a. Faringitis streptokokus paling baik diobati peroral dengan penisilin (125-250 mg penisilin
V tiga kali sehari selama 10 hari)
b. Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125 mg/6 jam untuk usia 0-2 tahun dan
250 mg/6 jam untuk usia 2-8 tahun) atau klindamisin.
2. Tirah Baring
3. Pemberian cairan yang adekuat
4. Diet ringan
5. Obat kumur hangat.
Berkumur dengan 3 gelas air hangat. Gelas pertama berupa air hangat sehingga penderita dapat
menahan cairan dngan rasa enak. Gelas kedua dan ketiga dapae diberikan air yang
lebihhangat.Anjurkan setiap 2 jam. Obatnya yaitu:
a. Cairan saline isotonik (½ sendok teh garam dalam 8 oncesair hangat)
b. Bubuk sodium perbonat (1 sendok teh bubuk dalam 8 ounces air hangat). Hal ini terutama
berguna pada infeksi vincent atau penyakit mulut. (1 ounce = 28 g)
6. Pendidikan Kesehatan.
a. Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai demam hilang. Hindari
penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau dan polutan lain.
b. Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal salin dan pelega
tenggorokan bila perlu.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak,
hiperemis, terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar
submandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.
2. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar faring)
dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop
untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
3. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam diagnosis
etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau inflamasi.
b. Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal diluar paru
seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.

II. KONSEP KEPERAWATAN


A. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
a. Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya: batuk, pilek, demam.
b. Riwayat alergi dalam keluarga
c. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas seperti malnutrisi
d. Anggota keluarga lain yang mengalami sakit saluran pernapasan
e. Ada/tidak riwayat merokok
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pernapasan
Pernapasan dangkal, dipneu, takipneu, tanda bunyi napas ronchi halus dan melemah, wajah pucat
atau sianosis bibir atau kulit
b. Aktivitas atau Istirahat
Kelelahan, malaise, insomnia, penurunan toleransi aktivitas, sirkulasi takikardi, dan pucat
c. Makanan dan cairan
Gejala : Kehilangan nafsu makan, disfagia, mual dan muntah.
Tanda : Hiperaktivitas bunyi usus, distensi abdomen, turgor kulit buruk.
d. Observasi
1) Adanya retraksi atau pernapasan cuping hidung
2) Adanya kepucatan atau sianosis warna kulit
3) Adanya suara serak, stridor, dan batuk
4) Perilaku: gelisah, takut
5) Adanya sakit tenggorok, adanya pembesaran tiroid, pengeluaran sekret, kesulitan menelan.
6) Tanda-tanda: nyeri dada, nyeri abdomen, dyspnea

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN.
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungandengan adanya peradangan
2. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada tenggorokan
3. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan secret
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan
menelan

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosa Intervensi Rasional


1. Ukur tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahui keadaan
2. Monitor temperature tubuh pasien
DX-1 secara teratur 2. Mengetahui perkembangan
3. Identifikasi adanya dehidrasi, suhu tubuh.
peradangan 3. Mengetahui adanya
4. Kolaborasi pemberian dehidrasi dan tingkat
antibiotik, antipiretik 4. Membantu dalam proses
penyembuhan
1. Kaji ulang tingkat nyeri 1. Agar tepat dalam memilih

DX-2 2. Ajarkan teknik relaksasi tindakan untuk mengatasi


nyeri
3. Kaji TTV
2. Meningkatkan relaksasi dan
4. Kolaborasi dalam pemberian
mengurangi nyeri
analgetik
3. Untuk mengetahui keaadaan
umum pasien

4. Untukmenguranginyeri
1. Kaji intake makanan pasien 1. Untuk mengetahui adanya

DX-3 2. Anjurkan pasien untuk makan peningkatan nafsu makan


makanan yang tinggi kalori dan2. Untuk memenuhi kebutuhan
serat nutrisi pasien
1. Identifikasi kualitas atau1. Untuk mengetahui keadaan
DX-4 kedalaman nafas pasien. nafas pasien.
2. Anjurkan untuk minum air2. Untuk mencairkan secret
hangat. agar mudah keluar.
3. Ajari pasien untuk batuk3. Untuk melegakan saluran
efektif. nafas.
4. Kolaborasi untuk pemberian4. Untuk mengencerkan dahak.
terapi

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA An. T DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN
FARINGITIS
DI RUANG PUSPA RST CIREMAI

RUANG RAWAT : Ruang Puspa


TANGGAL MASUK RS : 14 Januari 2013
NO. MEDRECT : 000063765
TANGGAL PENGKAJIAN : 14 Januari 2013

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : An. T
Jenis Kelamin :P
Umur : 8 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : bawah umur
Pendidikan : SD
Alamat : Jln cendana Raya No. 61 Rt 004/009 Kec Talun
Diagnosa Medis : Faringitis

B. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh panas
b. Kronologis keluhan
Klien datang ke UGD RST Ciremai pada tanggal 14 Januari 2013 dengan keluhan panas, sakit
tenggorokan dan filek. Keluhan dirasakan sejak 3 hari yang lalu, sebelumnya klien di bawa
berobat ke puskesmas, namun karena keadaan klien tidak kunjung membaik akhirnya klien di
bawa ke RST Ciremai dan harus dirawat di ruang Puspa Kelas 2A. dengan diagnosa faringitis.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 14 januari 2013 pukul 21.00 WIB, keadaan klien tampak
lemah, klien mengeluh masih panas sakit tenggorokan,dan pilek. Adapun hasil dari pemeriksaan
fisik adalah sebagai berikut:
Suhu : 39,2˚ C
Berat badan : 24 Kg.
Nadi : 92x/menit
Respirasi : 22x/menit
Tekanan darah : Tidak Terkaji
2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan sebelumnya klien belum pernah dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang
sama seperti sekarang, klien tidak pernah menderita penyakit lain, klien juga tidak mempunyai
riwayat alergi terhadap makanan maupun obat.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut klien, dikeluarganya tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien, dan
klien pun tidak memiliki riwayat penyakit kronis.
4. Riwayat psikososial dan spiritual
keluarga klien mengatakan sosialisasi klien dengan keluarga dan orang lain sangat baik, klien
terlihat cemas dengan keadaan yang di alaminya sekarang. Keluarga selalu berharap dan berdoa
agar klien cepat sembuh.

5. Pola Kebiasaan Sehari-Hari


No Jenisaktivitas Saatsehat / di rumah Saatsakit / di RS
1. Nutrisi
makan
a. Frekuensi 3x sehari 3x sehari
b. Jenismakanan Nasi,lauk Bubur +lauk
pauk,makanan pauk
ringan,
c. Porsi makan 1 porsi habis Tidak habis
d. Nafsu makan Baik Kurang Baik
e. Kesulitan/ gangguan Tidak ada Kesulitan
menelan
Minum
a. Jenis air minum Susu, Es, air putih Air putih
b. Jumlah 4 gelas/hari 4-5 gelas/ hari
c. Kesulitan / gangguan - Kesulitan
menelan
2. Eliminasi
a. Eliminasi fecal
1) Frekuensi 1-2x/hari 1x/hari
2) Warna Kuning khas Tidak terkaji
3) Konsistansi Lembek Tidak terkaji
4) Kesulitan / gangguan Tidak ada Tidak ada
b. Eliminasi urine
1) Frekuensi 3-4x/hari 1x
2) Warna, bau urine Kuning jernih, khas Kuning, khas
3) Apakah terpasang kateter Tidak Tidak

Personal hygiene
3. a. Mandi
b. Oral hygiene 2x sehari Di seka
c. Cuci rambut 1-2x sehari 1x/hari
d. Potong kuku 2x sehari 1x/hari
Istirahat / tidur 1x dalam seminggu 1x/minggu
4. a. Waktu tidur
b. Durasi tidur Malam hari Malam hari
c. Bangun malam hari 8 jam 6 jam
d. Gangguan dalam tidur Tidak Ya
Tidak ada ↑↓ Panas

C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kesadaran : compos mentis
2. Tanda-tanda vital
Suhu : 39,2˚ C
Berat badan : 24 Kg.
Nadi : 92x/menit
Respirasi : 22x/menit
Tekanan Darah : Tidak Terkaji
3. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata normal, konjungtiva an anemis, seklerea an ikhterik, pupil
isokor, kornea normal, otot-otot mata baik, lapang pandang baik, fungsi penglihatan baik (klien
bisa melihat dan membaca papan nama perawat)
4. Sistem pendengaran
Posisi telinga normal, aurikel baik tidak nyeri tekan, kondisi telingan terdapat serumen, fungsi
pendengaran baik dengan klien selalu menjawab pertanyaan yang di berikan perawat.
5. Sistem pernafasan
Frekuensi: 22 x/menit, posisi hidung simetris, pernafasan normal, terdapat sumbatan sekret, ada
batuk, suara nafas tidak baik (ronchi (+), wheezing -/-), fungsi penciuman baik klien bisa
mencium bau dari aroma kayu putih.
6. Sistem kardiovaskuler
Irama jantung reguler, tidak terdapat bunyi jantung tambahan, temperatur kulit hangat.
7. Sistem pencernaan
Gigi lengkap, keadaan sedikit kotor, nafas sedikit berbau, nafsu makan baik, bab 1x/hari, bising
usus 8x/menit, abdomen tidak kembung, flatus baik, tidak ada gejala susah BAB.
8. Sistem genetalia
Klien tidak bersedia untuk di periksa pada daerah genitaliany
9. Sistem saraf pusat
Tingkat kesadaran : compos mentis
GCS:
Respon membuka mata : 4 (membuka secara spontan)
Respon verbal : 5 (orientasi baik)
Respon motorik : 6 (melakukan perintah baik)
4 + 5 + 6 = 15 compos mentis
NI(olfaktorius) :klien dapat mencium bau kayu putih
NII(optikus) :klien dapat membaca papan nama perawat
NIII(okulomotorius) : reflek pupil bereaksi terhadap cahaya
NIV(troclearis) : otot otot mata klien dapat mengikuti pergerakan yg di
perintahkan perawat.
NV(trigeminus) : klien mampu menggigit
NVI(abducen) : mata klien dapat bergerak
NVII(facial) : fungsi pengacap klien baik
NVIII(auditorius) : fungsi pendengaran klien baik(klien menjawab
pertanyaan)
NIX(glosofaringeus) : klien dapat berbicara
NX(vagus) : klien tidak menelan dengan baik
NX1(asesorius) : klien dapat menggerakan bahu dengan baik
NXII(hipoglosus) : klien mampu menggerakan lidah.
10. Sistem Muskuloskletal
Terpasang infus di tangan kanan, ,kekuatan tonus otot :

5 5
5 5
11 Sistem integumen
Turgor kulit baik, warna kulit coklat gelap.

D. DATA PENUNJANG
1. Pemeriksaan laboratorium tanggal 14 januari 2013
Jenispemeriksaan Hasil Rujukan
I. HEMATOLOGI
DARAH RUTIN
- Hemoglobin 12,2 gr% W 12-16 gr%
- Leukosit 11,5ribu / mm³ 4.0-10.0 ribu / mm³
- Erytrosit 5,16 juta / mm³ W 4-4,5 juta/mm³
- Haematokrit 36 % W 37-43 %
- Trombosit 158ribu / mm³ 150-390 ribu / mm³
II. SEROLOGI
WIDAL
- S.TY.H + 1 / 160
- S.PA.H -- / NEG
- S.PB.H + 1 / 160
- S.PC.H -- / NEG
- S.TY.O + 1 / 160
- S.PA.O + 1 / 160
- S.PB.O + 1 / 160
- S.PC.O + 1 / 160

2. Pemeriksaan laboratorium tanggal 15 januari 2013


Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal
I. HEMATOLOGI
DARAH RUTIN
- Hemoglobin 11,6 gram % 10,12-16 gram %
- Leukosit 8,1 ribu/mm³ 4,0-10,0 ribu/mm³
- Erytrosit 5,18 juta 4-4,5 juta
- Haematokrit 35,8 % 37-43 %
- Trombosit 150 ribu/mm³ 150-390 ribu/mm³

URINE LENGKAP
- Warna
- BD 1,020 KUNING
- PH 6,5 KUNING
- Keton --/NEG NEGATIF
- Nitrit --/NEG NEGATIF
- Albumin +/POSI NEGATIF
- Reduksi --/NEG NEGATIF
- Urobilin --/NEG NEGATIF
- Bilirubin --/NEG NEGATIF

SEDIMEN
- Leukosit 3 0-4/LPB
- Erytrosit 2--3 0-4LPB
- Silinder 0- -1 NEGATIF
- Epitel cel +/POSI POSITIF
- Kristal --/NEG NEGATIF

3. Pemeriksaan Hasil Laboratorium tanggal 16 Januari 2013


Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Normal
I. HEMATOLOGI
DARAH RUTIN
- Hemoglobin 11,5 gram 10,12-16 gram %
- Leukosit 5,0 ribu / mm³ 4,0-10,0 ribu/mm³
- Haematokrit 36,1 % 37-43 %
- Trombosit 145 ribu / mm³ 150-390 ribu/mm³

E. PENATALAKSANAAN / THERAPY
- Infus RL 20 tts/ menit
- Cefotaxim 2x 1/ 600 mg
- Antrain 2x1 250 mg

II. ANALISA DATA


No Analisa Data Etiologi Masalah
1.DS : klien mengeluh badannya Virus / Bakteri Peningkatan suhu
panas tubuh
DO: klien tampak lemah Lapisan epitel dinding faring
S = 39.2 ˚ C
N = 92x/menit proses inflamasi radang
R : 22x/menit

bakteri melepas endotoksi


merangsang tubuh untuk
melepas zat pathogen oleh
leukosit

Impuls disampaikan ke
hypothalamus bagian
termoregulator

Hiperthermi

Peningkatan suhu tubuh

2 DS: klien mengeluh nyeri Virus / Bakteri Nyeri menelan


tenggorokan
Lapisan epitel dinding faring
DO : klien tampak rewel
Skala nyeri 3 (0-5) Faringtis
S = 39.2 ˚ C
N = 92x/menit
Proses Inflamasi
R : 22x/menit

Sakit Tenggorok
Nyeri menelan
3 DS : Klien tidak mau makan Virus / Bakteri Gangguan nutrisi
karena sakit saat menelan (kurang dari

DO : Klien tampak lemas Lapisan epitel dinding faring kebutuhan)

porsi makan tidak habis


Faringtis

Disfagia,

Gangguan Nutrisi Kurang dari


keb. Tubuh

4. DS: klien mengatakan saluran Virus / Bakteri Bersihan jalan nafas


hidung tersumbat karena adanya tidak efektif
secret Lapisan epitel dinding faring
DO: Terdengar suara ronchi

Faringtis

Penumpukan
secret

Bersihan jalan napas tidak


efektif

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


No Diagnosa Keperawatan
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya peradangan
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan
3. Gangguan nutrisi (kurang dari kebutuhan) berhubungan dengan intake
yang kurang dengan kesulitan menelan
4. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan
secret
IV. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Tujuan dan
No Dx. Kep Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 I Setelah dilakukan tindakan
1. Ukur tanda-tanda vital 1. Untuk mengetahu
keperawatan selama 3 x 24 jam
2. Monitor temperature tubuh secara
2. Mengetahui perk
Suhu tubuh dalam batas normal, teratur 3. Membantu dalam
dengan kriteria hasil : 3. Kolaborasi pemberian antibiotik,
- Suhu: 36,8-37,2 C antipiretik

2. II Setelah dilakukan tindakan


1. Kaji ulang tingkat nyeri 1. Agar tepat dal
keperawatan selama 3 x 24 jam untuk mengatasi nye
nyeri berkurang dengan kriteria
2. Ajarkan teknik relaksasi 2. Meningkatka
hasil: mengurangi nyeri
- nyeri klien berkurang dari
3. Kaji TTV 3. Untuk mengeta
skala 3 menjadi 1 klien
- klien tidak tampak rewel 4. Kolaborasi dalam pemberian
4. Untuk menguran
- TTV normal analgetik
Suhu : 36 ˚C
Nadi:60-100 x /menit
3 III Setelah dilakukan tindakan
1. Kaji intake makanan klien 1. Untuk mengetah
keperawatan selama 3 x 24 jam, nafsu makan
kebutuhan nutrisi terpenuhi
2. Anjurkan klien untuk makan
2. Untuk memen
dengan kriteria hasil : makanan yang tinggi kalori dan serat klien
- klien mengatakan tidak
3. Anjurkan makan sedikit tapi
sakit dalam menelan makanan sering dan dalam keadaan hangat. 3. Untuk mengu
- klien makan dengan lahap makanan bias masuk
- Nafsu makan klien
meningkat
- klien nampak lebih segar
4 IV Setelah dilakukan tindakan
1. Identifikasi kualitas atau
1. Untuk mengetahui
keperawatan selama 3x24 jam kedalaman nafas klien. 2. Untuk mencairka
diharapkan klien dapat bernafas
2. Anjurkan untuk minum air hangat. keluar.
dengan lancer/efektif dengan
3. Ajari klien untuk batuk efektif. 3. Untuk melegakan
kriteria hasil : 4. Kolaborasi untuk pemberian terapi
- klien dapat mengeluarkan 4. Untuk mengencerk
sputum

- klien mengatakan dapat


bernapas dengan lancar

V. IMPLEMENTASI
Tanggal No.
No Dx. Kep Implementasi Respon
1. I Mengukur tanda-tanda Klien bersedia dengan hasil s: 37
vital N: 94x/menit R: 20x/menit
Memonitor temperature Klien bersedia dan mau di p
tubuh secara teratur dalam jangka waktu
- Malam : 37,0°C
- Pagi : 37,6° C
- Sore : 37,0° C

Kolaborasi pemberian Klien bersedia saat dilak


antibiotik, antipiretik pemberian terapi injeksi
Cefotaxim 2x600mg
antrain 2 x 250 mg
2 15-01-2013 II Mengkaji ulang tingkat klien mengatakan masih terasa
nyeri tenggorokan bila klien makan
berbicara
Mengajarkan teknik klien mengerti dan mencoba
relaksasi melakukan tehnik relaksasi( tarik
dalam, mengatur posisi menjadi
mengkaji TTV powler)
klien kooperatif dengan hasil
S: 37,7˚ C
N: 94x/menit
R: 20x/menit
berkolaborasi dalam klien bersedia untuk di i
pemberian analgetik (thorasix) dengan terapi : antrai
250mg

3 III mengkaji intake makanan klien terlihat makan tiga kali


klien dengan menu bubur, sayur dan buah.

menganjurkan keluarga Keluarga klien mengerti


klien untuk memberimakanan melakukannya.
yang tinggi kalori dan serat
kepada klien

4 IV Mengidentifikasi kualitas Klien kooperatif saat dilak


atau kedalaman nafas klien. identifikasi kedalaman nafas
Megnjurkan untuk minum
air hangat. Klien bersedia dan mau minum
Mengajarkan klien untuk hangat
batuk efektif. Klien mengerti cara batuk efektif
VI. EVALUASI
Ttd&
No Tgl, DX Evaluasi NamaPer
awat
1. 15-01- I S : klien mengatakan badannya sudah
2013 tidak panas
O: keadaan klien sedang
S = 36,6 ˚ C
A : masalah teratasi
P : pertahankan intervensi
2. 15-01- II S:klien mengeluh masih nyeri
2013 tenggorokan
O : klien tampak rewel
A: masalah belum teratasi
P :lanjutkan intervensi
3. 15-01- III S : klien mengatakan masih saki tpada
2013 saat menelan makanan
O : - Nafsu makan menurun
- Klien tampak lemas
A : masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
4. 15-01- IV S : klien mengatakan saluran hidung
2013 tersumbat karena adanya secret
O : terdengar suara ronchi
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

1 16-01- II S:klien mengatakan sudah tidak nyeri


2013 tenggorokan
O : keadaan klien sedang
A: masalah teratasi sebagian
P :lanjutkan intervensi

2 16-01- III S : klien mengatakan sudah tidak sakit


2013 saat menelan
O : klien mengatakan nafsu makan
agak membaik
- Keadaan klien sedang
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
3 16-01- IV S: klien mengatakan saluran
2013 hidungnya sudah tidak tersumbat
O : sudah tidak terdengar suara ronchi
A: masalah teratasi
P: hentikan intervensi
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring).Faringitis (dalam bahasa
Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau
faring.Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok.
Radang tenggorokan berarti dinding tenggorokan menebal atau bengkak, berwarna lebih
merah, ada bintik-bintik putih dan terasa sakit bila menelan makanan.
Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada klien dengan faringitis yaitu:
1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya peradangan
2. Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi pada tenggorokan
3. Gangguan nutrisi (kurangdarikebutuhan) berhubungan dengan intake yang kurang dengan
kesulitan menelan
4. Bersihan jalnan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan secret
B. SARAN
Kami selaku penulis berharap kepada pembaca khususnya kami sendiri agar dapat
meningkatkan lagi ilmu dan pengetahuan yang dimiliki khususnya dibidang Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai