Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

COMMON COLD

A. Definisi

Common Cold adalah suatu infeksi virus pada selaput hidung, sinus dan saluran udara
yang besar. Common cold dikenal juga dengan istilah"pilek"
Anak dan bayi sering terjadi common cold dibandingkan orang dewasa. Bayi lebih
rentan terkena common cold dibandingkan anak yang lebih besar. Dalam 1 tahun bayi
bisa terkena common cold hingga 7 kali atau bahkan lebih.penyebabnya adalah bayi
lebih mudah tertular oleh saudaranya atau orang dewasa di sekitarnya selain itu daya
tahan tubuh bayi relatif lebih rendah. oleh karena itu,penting untuk mencegah penularan
ke bayi dan anak ketika ada orang dewasa di sekitarnya sedang sakit.
Common cold adalah suatu infeksi virus dan faktor pendukung lainnya yang
menyebabkan iritasi atau peradangan pada selaput lendir hidung (Tjay dan Rahardja,
2010). Common cold merupakan penyakit akut yang menyerang daerah pernapasan
bagian atas, yang disebabkan oleh virus, dan bersifat menular. Secara umum common
cold dikenal dengan pilek (Tietze, 2004). Common cold sering dialami oleh banyak
orang dari waktu ke waktu dan sulit dihindari. Penyakit ini dapat sembuh dengan
sendirinya (self-limiting) tanpa diobati apabila tidak ada komplikasi dan sering kali
tidak disertai demam (Tjay dan Rahardja, 2007).
Common cold berbeda dengan influenza ataupun rhinitis alergi. Perbedaan tersebut
terletak pada penyebab dan intensitas gejala. Common cold disebabkan oleh virus
selesma, influenza disebabkan oleh virus influenza, sedangkan rhinitis alergi disebabkan
karena adanya reaksi alergi dari antibodi pada mukosa hidung terhadap antigen yang
terhisap, penyebabnya antara lain debu, benang sari atau alergi terhadap udara dingin.
Meskipun gejala ketiganya hampir sama yaitu hidung tersumbat dan keluar cairan nasal,
namun pada influenza intensitasnya lebih berat, terkadang disertai nyeri otot dan sendi,
serta demam tinggi (Tjay dan Rahardja, 2007).
Common cold adalah suatu infeksi virus yang menyebabkan iritasi atau peradangan
pada selaput lendir hidung (Tjay dan Rahardja, 2010). Common cold merupakan
kondisi sakit yang dapat sembuh dengan sendirinya (self- limiting), sehingga tidak
memerlukan penggunaan antibiotik karena dapat memicu terjadinya resistensi (Fashner
et al., 2012)
B. Etiologi

Belum diketahui apa yang menyebabkan seseorang lebih mudah tertular pilek.
Berbagai virus yang menyebabkan terjadinya common cold:
1.  Rhinovirus
2.  Virus influenza A, B, C
3.  Virus Parainfluenza
4.  Virus sinsisial pernafasan.
Semuanyanya mudah ditularkan melalui ludah yang dibatukkan atau dibersinkan
oleh penderita lewat udara,yang kemudian masuk melalui saluran pernapasan orang yang
ditularkan lalu menginfeksi pada bagian tubuh yang pertahanannya melemah.
Common  cold biasanya tidak berbahaya dan kebanyakan dapat sembuh dengan
sendirinya. pada suatu saat dibandingkan waktu lain.
Dalam keadaaan dingin tidak menyebabkan common cold akan tetapi karena
menghirup udara dingin tingkat produksi lendir naik secara signifikan, dan menyebabkan
beberapa lendir atau cairan keluar dari hidung anda. Ketika udara dingin, tubuh akan
memberi respon dengan meningkatkan suplai darah ke hidung anda untuk
menghangatkan area di sekitar hidung.Meningkatnya aliran darah ke hidung ini tidak
hanya membantu untuk menghangatkan udara yang dingin, namun juga secara tidak
langsung menyebabkan efek samping dimana kelenjar yang menghasilkan lendir di
hidung anda mendapatkan suplai darah yang lebih banyak dari biasanya.
Hal ini akan menyebabkan kelenjar-kelenjar tersebut memproduksi lendir atau
cairan lebih banyak dari keadaan normal dan sebagian cairan yang berlebihan tersebut
akan meluber keluar dari hidung.
Setelah anda kembali ke lingkungan dengan udara yang hangat, pembuluh darah
kecil di hidung anda akan kembali menyempit dan kelenjar yang menghasilkan lendir
akan kembali memproduksi lendir dalam tingkat normal.
Kedinginan tidak menyebabkan pilek atau meningkatkan resiko untuk tertular
penyakit common cold, tetapi common cold bisa tertular jika kondisi tubuh kurang sehat
sehingga rentan terhadap penyakit.

C. Patofisiologi
Proses infeksi virus common cold meliputi beberapa tahap yaitu, virus masuk sel
induk (host) pada hidung dan mengeluarkan asam nukleat, kemudian terjadi duplikasi
genom dan sintesis protein virus dengan menggunakan fasilitas sel induk,
dilanjutkan dengan penyusunan partikel virus baru, kemudian dilepaskan dan
akan menginfeksi sel induk yang lain, kemudian terjadi peradangan (Tietze, 2004).
Selaput lendir yang meradang akan memproduksi banyak lendir dan mengembang
sehingga hidung menjadi tersumbat, kemudian mulai pilek, mengeluarkan banyak air
mata, kepala pusing dan sering kali demam ringan. Lendir yang terbentuk ini
menyebabkan batuk dan bersin (Tjay dan Rahardja, 2010).
D. Manifestasi Klinis

Gejala mulai timbul dalam waktu 1-3 hari setelah terinfeksi.


Biasanya gejala awal berupa:
1. Rasa tidak enak di hidung
2. Rasa tidak enak di tenggorokan
3. Bersin-bersin
4.   Tenggorokan gatal
5. Hidung meler
6. Batuk
7. Suara serak
8. Cemas
9. Sakit kepala
10. Demam (biasanya ringan)
11. Sesak nafas
Biasanya tidak timbul demam, tetapi demam yang ringan bisa muncul pada
saat terjadinya gejala.Hidung mengeluarkan cairan yang encer dan jernih dan pada
hari-hari pertama jumlahnya sangat banyak sehingga mengganggu penderita.
Selanjutnya sekret hidung menjadi lebih kental, berwarna kuning-hijau dan jumlahnya
tidak terlalu banyak.Gejala biasanya akan menghilang dalam waktu 4-10 hari,
meskipun batuk dengan atau tanpa dahak seringkali berlangsung sampai minggu
kedua.

E. Penatalaksanaan medis

Common cold merupakan penyakit yang disebabkan oleh rhinovirus yang bersifat
akan sembuh dengan sendirinya saat virus mati karena masa hidup virus terbatas atau
disebut self limiting disease bergantung pada daya tahan tubuhnya. Namun, karena
belum ditemukan antivirus khususnya untuk rhinovirus ini, maka hanya gejala-gejala
yang muncul saja yang diobati jika dirasakan mengganggu penderita. Jadi pengobatan
hanya bersifat meringankan atau menghilangkan gejala saja, tanpa membunuh virus
penyebabnya.

Terapi Selesma

Tidak ada obat khusus untuk pilek. Tujuan terapi ini adalah untuk mengurangi gejala
yang muncul dan dirasa mengganggu. Terdapat 2 terapi pada selesma yaitu farmakologi
dan non farmakologi.
1. Terapi Non Farmakologi

Terapi tanpa obat untuk anak mencakup peningkatan retensi cairan, istirahat
cukup, makan bernutrisi, termasuk hati-hati membersihkan saluran hidung,
meningkatkan kelembaban udara atau penguapan hangat, larutan garam, dan larutan
nasal. Larutan garam dapat membantu membran mukosa mengeluarkan mukus.
Makanan dan minuman seperti teh dengan lemon dan madu, sop ayam, dan air daging
hangat membantu meredakan pilek dan meningkatkan retensi cairan.
2. Terapi Farmakologi

Dekongestan merupakan pilihan terapi untuk pilek. Hidung tersumbat diobati


dengan dekongestan topikal atau oral. Antihistamin dapat mengurangi bersin,
sedangkan batuk biasanya sembuh sendiri, tetapi dapat diobati dengan
dextromethorpan atau antitusif, dan demam diobati dengan antipiretik.
a. Dekongestan

Dekongestan adalah stimulan reseptor alpha-1 adrenergik. Mekanisme kerja


dekongestan (nasal decongestant) melalui vasokonstriksi pembuluh darah hidung
sehingga mengurangi sekresi dan pembengkakan membran mukosa saluran hidung.
Mekanisme ini membantu membuka sumbatan hidung. Namun, dekongestan juga
dapat menyebabkan vasokonstriksi di tempat lainnya pada tubuh, sehingga
dikontraindikasikan bagi penderita hipertensi yang tidak terkontrol, hipertiroid serta
penderita penyakit jantung.
Untuk farmakokinetiknya, dekongestan sistemik dengan cepat dimetabolisme oleh
monoamine oxidase dan katekol-O- methyltransferase di gastrointestinal (GI) mukosa,
hati, dan jaringan lain. Pseuodoephedrine diserap dengan baik setelah pemberian oral,
penylephrine memiliki bioavailabilitas oral rendah. Pseuodoephedrine dan penylephrine
memiliki distribusi volume besar (2,6-5 L/kg) dan durasi pendek (6 jam untuk
pseudoefedrin dan 2,5 jam untuk phenylephrine), konsentrasi puncak untuk kedua obat
terjadi pada 0,5 jam sampai 2 jam setelah pemberian oral. Indikasi dari dekongestan
untuk mengurangi rasa sakit dari hidung serta untuk hidung tersumbat. Efek samping
yang ditimbulkan dekongestan seperti takikardi (frekuensi denyut janting
berlebihan,aritmia (penyimpangan irama jantung), peningkatan tekanan darah atau
stimulasi susunan saraf pusat.
b. Antihistamin

Antihistamin digunakan karena adanya efek antikolinergik, yang antara lain dapat
mengurangi sekresi mukus. Obat ini digunakan untuk mengatasi gejala bersin,
rhinorrhoea, dan mata berair. Efek samping yang paling mengganggu dari antihistamin
generasi pertama ini adalah sedasi atau mengantuk.
Mekanisme kerja antihistamin adalah antagonis reseptor H1 berikatan dengan H1
tanpa mengaktivasi reseptor, sehingga mencegah terjadi ikatan dan kerja histamin. Efek
sedatif antihistamin tergantung dari kemampuan melewati sawar darah otak.
Kebanyakan antihistamin bersifat larut lemak dan melewati sawar otak dengan mudah.
Mengantuk adalah efek samping yang paling sering ditimbulkan oleh antihistamin.
Selain juga hilang nafsu makan, mual, muntah, dan gangguan ulu hati. Antihistamin
lebih efektif jika dimakan 1-2 jam sebelum diperkirakan terjadinya paparan pada
allergen. Beberapa antihistamin yang dapat diperoleh tanpa resep dokter antara lain:
klorfeniramin maleat (CTM®), promethazin, triprolidin, dll. Dosis CTM untuk anak
umur 2-6 tahun 1 mg dan untuk anak umur 6-12 tahun 2 mg, dan triprolidin untuk anak
4-6 tahun 0,9 mg 3-4 kali sehari.
c. Analgesik dan Antipiretik

Parasetamol adalah analgesik-antipiretik yang terdapat dalam komposisi produk


obat flu untuk mengatasi nyeri dan demam, dan umumnya dapat ditoleransi dengan
baik. Dosis yang dapat diberikan untuk anak 2 – 6 tahun adalah 1 – 2 sendok teh atau
120 – 250 mg dan untuk anak 6–12 tahun di minum setiap 4 atau 6 jam. Dengan efek
samping kerusakan hati (jika digunakan jangka lama dan penggunaan dalam dosis
besar), selain itu juga dapat menimbulkan tukak lambung.

d. Antitusif
Antitusif adalah obat batuk yang digunakan untuk batuk tidak berdahak atau
batuk kering. Obat tersebut bekerja dan menaikkan ambang rangsang batuk. Ketika
batuk tidak produktif dapat ditekan dengan antitusif yang bekerja dengan menekan
sistem saraf pusat. Beberapa antitusif dapat diperoleh tanpa resep dokter diantaranya,
difenhidramin HCl dan dextrometorpan yang efektif untuk pilek. Dosis yang diberikan
pada anak usia 2 – 12 tahun, 2,5 – 5 ml, 3 – 4 kali sehari.
e. Ekspektoran dan Mukolitik

Ekspektoran umumnya diberikan untuk mempermudah pengeluaran dahak


pada batuk kering (nonproduktif) agar menjadi lebih produktif. Ekspektoran bekerja
dengan cara membasahi saluran napas sehingga mukus (dahak) menjadi lebih cair dan
mudah dikeluarkan (dibatukkan). Beberapa contoh ekspektoran yang dapat digunakan
pada swamedikasi, antara lain amonium klorida, gliseril guaiakolat, dan succus
liquiritiae yang merupakan salah satu komponen dari obat batuk hitam (OBH).
Mukolitik, mirip dengan ekspektoran, diberikan untuk mempermudah pengeluaran
dahak, namun dengan mekanisme kerja yang berbeda. Mukolitik memecahkan ikatan
protein mukus, sehingga mukus menjadi cair dan mudah dikeluarkan. Beberapa contoh
mukolitik yang dapat digunakan dalam swamedikasi, antara lain bromheksin dan
asetilsistein.
f. Vitamin

Suplemen yang dapat diberikan seperti vitamin C, jus lemon, teh herbal,
bioflavonoid, betakaroten. Vitamin C pada dosis tinggi (1-1,5 mg) berkhasiat
meringankan gejala, mempersingkat lamanya infeksi dan sebagai stimulan sistem
imun. Pada dosis tinggi limfosit dirangsang perbanyakan aktivitasnya sehingga
pembasmian virus berlangsung lebih cepat. Dosis yang dapat diberikan 50- 75 mg.
F. Komplikasi

Common cold di sebabkan infeksi virus. Antibiotic tidak bermanfaat dalam


pengobatan common cold. Anti biotic hanya berfungsi pada infeksi bakteri. efektif
mempercepat penyembuhan. Pemberian obat batuk pilek pada bayi justru mempunyai
resiko timbulnya efek samping obat.
Common cold dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak memerlukan
pengobatan khusus,yang lebih penting di perlukan anak dan bayi adalah pemberian
cairan atau imun lebih banyak dan pemantauan kondisi emergensi.
Komplikasi bisa memperpanjang terjadinya gejala:
1. Infeksi saluran udara (trakea) disertai sesak di dada dan rasa terbakar
2. Gangguan pernafasan yang lebih berat terjadi pada penderita bronkitis atau asma yang
menetap
3. Infeksi bakteri pada telinga, sinus atau saluran udara (infeksi trakeobronkial).
4. Otitis media (infeksi telinga). Sekitar 5-15% anak yang terkena common cold terjadi
infeksi pada telinga bagian tengah.penyebabnya adalah adanya saluran yang
menghubungkan antara tenggorokan dan rongga telinga.
5. Komplikasi tersebut lebih sering terjadi pada anak atau bayi dengan factor resikao
tertentu :
a. Anak berusia kurang dari 2 tahun, karena daya tahan tubuh rendah
b. Anak menderita penyakit immunodefisiensi (daya tahan tubuh rendah)
c. Anak mendapatkan pengobatan kortikosteroid jangka panjang
d. Anak menderita penyakit kronik seperti jantung

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah dilakukan apabila gejala sudah berlangsung selama lebih 10


hari atau dengan demam > 37,8°C.      pemeriksaan darah ini dilakukan untuk melihat
leukositis.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA COMMON COLD

I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
 Identitas Klien

Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status


perkawinan, agama, suku / bangsa, alamat, tanggal dan jam masuk rumah sakit,
diagnosa medik.

 Keluhan utama

Keluhan Ibu dengan anak batuk pilek biasanya anak rewel, susah makan, dan
demam.

 Riwayat penyakit sekarang

Anak mengalami batuk pilek sejak kapan, dan obat apa yang telah di berikan.

 Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya anak pernah menderita sakit seperti ini, berapa lama, selain
itu sakit apa yang pernah di derita anak.

 Riwayat penyakit keluarga

Adakah anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini, atau menderita
penyakit lain yang bisa menular, contohnya TBC.

POLA KESEHATAN FUNSIONAL GORDON

1. Pola persepsi kesehatan / penanganan kesehatan


Biasanya sabagian orang tua kurang begitu peduli terhadapnya bila terkena CC
2. Pola nutrisi – metabolisme
Anak biasanya mengalami anoreksia
3. Pola eliminasi
Eliminasi urine / BAK
Terjadi penurunan
Eliminasi alvi / BAB
Terjadi penuruan
4. Pola aktivitas-latihan
Sebagian anak akan mengurangi aktivitasnya.
5. Pola istirahat tidur
Anak akan sering bangun saat tidur.

B. Data Objektif
PEMERIKSAAN UMUM
o Keadaan umum : Cukup
o Kesadaran : CM
o TTV : TD
N
RR
S

PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE

1. Kepala
Inspeksi : Lihat warna rambut berwarna, kulit kepal
Palpasi : ada benjolan apa tidak
2. Mata
Inspeksi : Berair, sclera putih, konjungtiva pucat
3. Hidung
Inspeksi : Keluar cairan encer hingga purulen, pernapasan cuping hidung.
4. Telinga
Inspeksi : Ada serumen apa tidak
Palpasi : Tekstur pina, helix kenyal.
5. Mulut
Inspeksi : Lidah putih, mukosa bibir kering,
6. Leher
Inspeksi : Simetris apa tidak
Palpasi : Kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar tiroid tidak membesar.
7. Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan kiri sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Ronchi Basah +
8. Jantung
Inspeksi : Ictus kordis terlihat
Palpasi : PMI teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 S2 bunyi tunggal
9. Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada luka bekas operasi
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Suepel
Perkusi : Timpani
10. Ekstremitas
Inspeksi : Atas /bawah simetris, jari lengkap, tidak ada gangguan pergerakan.
11. Integumen
Turgor kulit kurang, kulit terasa panas.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


a) Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
b) Ketidakefektivan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan atau
akumulasi secret.
c) Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan;
mencerna makanan; mengabsorpsi nutrient.
d) Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar Informasi
e) Kelemahan b.d oksigen jaringan menurun.
f) Reskoi infeksi b.d masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh.

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi
Keperawatan hasil
1. Hipertermi Setelah dilakukan Observasi
berhubungan dengan asuhan keperawatan
1. Identifikasi penyebab hipertermi
proses penyakit selama 1 x 24 jam.
2. Monitor suhu tubuh
Diharapkan
3. Monitor kadar elektrolit
termoregulasi
4. Monitor haluaran urine
membaik dengan
5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
kriteria hasil :
Termoregulasi 1.
Terapeutik
Menggigil menurun
2. Kulit merah 1. Sediakan lingkungan yang dingin
menurun. 2. Longgarkan atau lepaskam pakaian
3. Pucat menurun. 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Suhu tubuh 4. Berikan cairan oral
membaik. 5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering
5. Suhu kulit jika mengalami hiperhidrosis(keringat
membaik. berlebih)
6. Tekanan darah 6. Lakukan pendinginan
membaik. eksternal(mis,kompres Anjurkan tirah
baring

Kolaborasi:

7. Kolaborasi pemberian dingin pada


dahi, dada, abdomen, aksila)
8. Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
9. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:

10.cairan dan elektrolit intravena, jika


perlu

2. Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen jalan nafas


nafas tidak efektif implementasi Observasi
berhubungan keperawatan 1. Monitor pola nafas
peningkatan atau selama 1x24 jam (frekuensi,kedalaman,usaha napas)
akumulasi secret. bersihan
jalan napas 2. Monitor bunyi nafas

meningkat‘' tambahan(mis.gurgling,mengi,wheezing,ron

dengan kriteria khi kering)

hasil: 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)


1 . Batuk efektif
Terapeutik
meningkat
2. Produksi sputum 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika
menurun curiga trauma servikal)

2. Posisikan semi-fowler atau fowler


3. Mengi menurun
3. Berikan minum hangat
4. Frekuensi napas
4. Lakukan fisioterapi dada,jika perlu

membaik 5. Lakukan penghisapan lender kurang


dari 15 detik
5. Pola
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum
Membaik
penghisapan endotrakeal

7. Keluarkan sumbatan benda padat


dengan forseb McGill

8. Berikan oksigen,jika perlu

Edukasi

9. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari


jika tidak kontraindikasi

10. Ajarkan teknik batuk efektif


Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran, mokulitik, jika perlu
3. Deficit nutrisi Setelah dilakukan Intervensi Utama: Manajemen Nutrisi
berhubungan implementasi
Observasi
dengan keperawatan
1. Identifikasi status nutrisi
ketidakmampuan selama 1x24 jam
2. Identifikasi alergi dan intoleransi
menelan makanan; status nutrisi
makanan
mencerna membaik dengan
3. Identifikasi makanan yang disukai
makanan; Criteria hasil:
4. Kebutuhan kalori dan jenis nutrien
mengabsorpsi 1. Porsi makanan
5. Identifikasi perlunya penggunaan
nutrien yang
selang nasogastrik
dihabiskan
6. Monitor asupan makanan
meningka
7. Monitor berat badan
2. Berat badan
8. Monitor hasil pemeriksaan
membaik
laboratorium
3. Indeks masa
Terapeutik
tubuh
9. Lakukan oral hygiene sebelum
membaik
makan, jika perlu
4. Frekuensi
10. Fasilitasi menentukan
makan
pedoman diit (mis., piramida makanan)
membaik
11. Sajikan makanan secara menarik dan
5. Nafsu makan
suhu yang sesuai
membaik
12. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
13. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
14. Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makanan melalui
selang nasogastrik
15. Monitor asupan makanan
16. Monitor berat badan Monitor hasil
pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
17. Lakukan oral hygiene sebelum
makan, jika perlu
18. Fasilitasi
Menentukan pedoman diit (mis., piramida
makanan)
19. Sajikan makanan secara menarik dan
suhu yang sesuai
20. Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
21. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
22. Berikan suplemen makanan, jika perlu
23. Hentikan pemberian makanan melalui
selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi
24. Anjurkan posisis duduk, jika mampu
25. Ajarkan diit yang diprogramkan

Kolaborasi
26. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis., pereda nyeri,
antimetik) jika perlu
27. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kaloi dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu

4. Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Intervensi Utama: Edukasi Kesehatan


berhubungan implementasi
Observasi
dengan kurang keperawatan selama
1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
terpapar 1x24 jam tingkat
menerima informasi
Informasi pengetahuan
2. Identifikasi faktor- faktor yang dapat
peningkat dengan
meningkatkan
kriteria hasil: motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
1.Pertanyaan Rentang
Terapeutık
masaläh yang hadapi
menurun
3. Sediakan materi dan media pendidikan
2. Persepsi yang
kesehatan
keliru terhadap
4. Jadwalkan
masalah menurun
pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
5. Berikan kesempatan
untuk bertanya

Edukasi

6. Jelaskan faktor resiko Yang dapat


mempengaruhi kesehatan
7. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
Ajarkan strategi yang dapat digunakan unuk
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
5. Keletihan Setelah dilakukan  Manajemen Energi
berhubungan dengan implementasi
Observasi
kondisi fisiologis keperawatan
1 Identifikasi gangguan fungsi tubuh
selama 1x24 jam
yang mengakibatkan kelelahan
tingkat
pengetahuan 2 Monitor kelelahan fisik dan emosional

meningkat 3 Monitor pola dan jam tidur


dengan kriteria
hasil: 4 Monitor lokasi dan ketidaknyamanan

1. Klien tidak selama melakukan aktivitas

mengalami kelelahan
Terapeutik
2. Klien tidak
5 Sediakan lingkungan nyaman dan
mengalami kelesuan
rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
3. Klien tidak
kunjungan)
mengalami
6 Lakukan latihan rentang gerak pasif
kehilangan selera
makan
dan/atau aktif
4. Klien tidak
7 Berikan aktivitas distraksi yang
mengalami penurunan
menenangkan
motivasi
8 Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
5. Klien tidak
tidak dapat berpindah atau berjalan
mengalami sakit
Edukasi
kepala 6. Klien tidak
9 Anjurkan tirah baring
mengalami nyeri otot
10 Anjurkan melakukan aktivitas secara
7. Kuliatas tidur klien
bertahap
tidak terganggu
11 Anjurkan menghubungi perawat jika
8. Kualitas istirahat
tanda dan gejala kelelahan tidak
klien tidak terganggu
berkurang
12 Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
13 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

 Pencegahan Infeksi
Observasi :

- Monitor tanda dan gejala infeksi local dan


sistemik

Terapeutik

- Batasi jumlah pengunjung

- Berikan perawatan kulit pada area edema

- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak


dengan pasien dan lingkungan pasien

- Pertahankan teknik aseptic pada pasien


berisiko tinggi
Edukasi :

- Jelaskan tanda dan gejala infeksi

- Ajar lancar mencuci tangan dengan benar

- Ajarkan etika batuk

- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau


luka operasi

- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

- Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika


perlu

6. Resiko infeksi b.d Setelah dilakukan


Observasi :
masuknya asuhan keperawatan
mikroorganisme ke selama 1 x 24 jam - Monitor tanda dan gejala infeksi local dan
dalam tubuh. diharapkan resiko sistemik
infeksi dapat
berkurang. Dengan Terapeutik

kriteria hasil sebagai


- Batasi jumlah pengunjung
berikut :
1. Mengenali tanda - Berikan perawatan kulit pada area edema
dan gejala yang
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
mengindikasikan
dengan pasien dan lingkungan pasien
risiko dalam
penyebaran infeksi - Pertahankan teknik aseptic pada pasien
2. Mengetahui cara
berisiko tinggi
mengurangi penularan
infeksi
3. Mengetahui
Edukasi :
aktivitas yang dapat
meningkatkan infeksi - Jelaskan tanda dan gejala infeksi

- Ajar lancar mencuci tangan dengan benar

- Ajarkan etika batuk

- Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau


luka operasi

- Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi

- Anjurkan meningkatkan asupan cairan

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian imunisasi, jika


perlu

IV. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tindakan pelaksanaan dari intervensi yang telah dibuat
untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang telah ada.
V. EVALUASI

Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
Cara untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atau muncul
masalah baru adalah membandingkan antara SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang
telah ditetapkan. Format evaluasi menggunakan:
S : Berisi keluhan pasien, berasal dari pasien sendiri atau orang tua pasien
O : Data yang diambil dari hasil observasi
A : Pernyataan masalah sudah teratasi atau sebagian atau belum teratasi
P : Rencana tindakan untuk mengatasi keluhan pasien
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah,2003.Perawatan Anak Sakit edisi 2.EGC:Jakarta

Sacharing, Rosa M.1996.Prinsip Keperawatan Pediatrik.Jakarta:EGC

Sheila S.R dan Taylor Cyntia M.2003.Diagnosa Keperawatan dengan Rencana


Asuhan.Jakarta:EGC

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Implementasi Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
http://askepdangue.blogspot.com/2012/10/askep-dengue.html

http://sauyunankomunika.blogspot.com/2011/05/pilek-penanganan-common-cold-pada-
anak.html

Anda mungkin juga menyukai