COMMON COLD
A. Definisi
Common Cold adalah suatu infeksi virus pada selaput hidung, sinus dan saluran udara
yang besar. Common cold dikenal juga dengan istilah"pilek"
Anak dan bayi sering terjadi common cold dibandingkan orang dewasa. Bayi lebih
rentan terkena common cold dibandingkan anak yang lebih besar. Dalam 1 tahun bayi
bisa terkena common cold hingga 7 kali atau bahkan lebih.penyebabnya adalah bayi
lebih mudah tertular oleh saudaranya atau orang dewasa di sekitarnya selain itu daya
tahan tubuh bayi relatif lebih rendah. oleh karena itu,penting untuk mencegah penularan
ke bayi dan anak ketika ada orang dewasa di sekitarnya sedang sakit.
Common cold adalah suatu infeksi virus dan faktor pendukung lainnya yang
menyebabkan iritasi atau peradangan pada selaput lendir hidung (Tjay dan Rahardja,
2010). Common cold merupakan penyakit akut yang menyerang daerah pernapasan
bagian atas, yang disebabkan oleh virus, dan bersifat menular. Secara umum common
cold dikenal dengan pilek (Tietze, 2004). Common cold sering dialami oleh banyak
orang dari waktu ke waktu dan sulit dihindari. Penyakit ini dapat sembuh dengan
sendirinya (self-limiting) tanpa diobati apabila tidak ada komplikasi dan sering kali
tidak disertai demam (Tjay dan Rahardja, 2007).
Common cold berbeda dengan influenza ataupun rhinitis alergi. Perbedaan tersebut
terletak pada penyebab dan intensitas gejala. Common cold disebabkan oleh virus
selesma, influenza disebabkan oleh virus influenza, sedangkan rhinitis alergi disebabkan
karena adanya reaksi alergi dari antibodi pada mukosa hidung terhadap antigen yang
terhisap, penyebabnya antara lain debu, benang sari atau alergi terhadap udara dingin.
Meskipun gejala ketiganya hampir sama yaitu hidung tersumbat dan keluar cairan nasal,
namun pada influenza intensitasnya lebih berat, terkadang disertai nyeri otot dan sendi,
serta demam tinggi (Tjay dan Rahardja, 2007).
Common cold adalah suatu infeksi virus yang menyebabkan iritasi atau peradangan
pada selaput lendir hidung (Tjay dan Rahardja, 2010). Common cold merupakan
kondisi sakit yang dapat sembuh dengan sendirinya (self- limiting), sehingga tidak
memerlukan penggunaan antibiotik karena dapat memicu terjadinya resistensi (Fashner
et al., 2012)
B. Etiologi
Belum diketahui apa yang menyebabkan seseorang lebih mudah tertular pilek.
Berbagai virus yang menyebabkan terjadinya common cold:
1. Rhinovirus
2. Virus influenza A, B, C
3. Virus Parainfluenza
4. Virus sinsisial pernafasan.
Semuanyanya mudah ditularkan melalui ludah yang dibatukkan atau dibersinkan
oleh penderita lewat udara,yang kemudian masuk melalui saluran pernapasan orang yang
ditularkan lalu menginfeksi pada bagian tubuh yang pertahanannya melemah.
Common cold biasanya tidak berbahaya dan kebanyakan dapat sembuh dengan
sendirinya. pada suatu saat dibandingkan waktu lain.
Dalam keadaaan dingin tidak menyebabkan common cold akan tetapi karena
menghirup udara dingin tingkat produksi lendir naik secara signifikan, dan menyebabkan
beberapa lendir atau cairan keluar dari hidung anda. Ketika udara dingin, tubuh akan
memberi respon dengan meningkatkan suplai darah ke hidung anda untuk
menghangatkan area di sekitar hidung.Meningkatnya aliran darah ke hidung ini tidak
hanya membantu untuk menghangatkan udara yang dingin, namun juga secara tidak
langsung menyebabkan efek samping dimana kelenjar yang menghasilkan lendir di
hidung anda mendapatkan suplai darah yang lebih banyak dari biasanya.
Hal ini akan menyebabkan kelenjar-kelenjar tersebut memproduksi lendir atau
cairan lebih banyak dari keadaan normal dan sebagian cairan yang berlebihan tersebut
akan meluber keluar dari hidung.
Setelah anda kembali ke lingkungan dengan udara yang hangat, pembuluh darah
kecil di hidung anda akan kembali menyempit dan kelenjar yang menghasilkan lendir
akan kembali memproduksi lendir dalam tingkat normal.
Kedinginan tidak menyebabkan pilek atau meningkatkan resiko untuk tertular
penyakit common cold, tetapi common cold bisa tertular jika kondisi tubuh kurang sehat
sehingga rentan terhadap penyakit.
C. Patofisiologi
Proses infeksi virus common cold meliputi beberapa tahap yaitu, virus masuk sel
induk (host) pada hidung dan mengeluarkan asam nukleat, kemudian terjadi duplikasi
genom dan sintesis protein virus dengan menggunakan fasilitas sel induk,
dilanjutkan dengan penyusunan partikel virus baru, kemudian dilepaskan dan
akan menginfeksi sel induk yang lain, kemudian terjadi peradangan (Tietze, 2004).
Selaput lendir yang meradang akan memproduksi banyak lendir dan mengembang
sehingga hidung menjadi tersumbat, kemudian mulai pilek, mengeluarkan banyak air
mata, kepala pusing dan sering kali demam ringan. Lendir yang terbentuk ini
menyebabkan batuk dan bersin (Tjay dan Rahardja, 2010).
D. Manifestasi Klinis
E. Penatalaksanaan medis
Common cold merupakan penyakit yang disebabkan oleh rhinovirus yang bersifat
akan sembuh dengan sendirinya saat virus mati karena masa hidup virus terbatas atau
disebut self limiting disease bergantung pada daya tahan tubuhnya. Namun, karena
belum ditemukan antivirus khususnya untuk rhinovirus ini, maka hanya gejala-gejala
yang muncul saja yang diobati jika dirasakan mengganggu penderita. Jadi pengobatan
hanya bersifat meringankan atau menghilangkan gejala saja, tanpa membunuh virus
penyebabnya.
Terapi Selesma
Tidak ada obat khusus untuk pilek. Tujuan terapi ini adalah untuk mengurangi gejala
yang muncul dan dirasa mengganggu. Terdapat 2 terapi pada selesma yaitu farmakologi
dan non farmakologi.
1. Terapi Non Farmakologi
Terapi tanpa obat untuk anak mencakup peningkatan retensi cairan, istirahat
cukup, makan bernutrisi, termasuk hati-hati membersihkan saluran hidung,
meningkatkan kelembaban udara atau penguapan hangat, larutan garam, dan larutan
nasal. Larutan garam dapat membantu membran mukosa mengeluarkan mukus.
Makanan dan minuman seperti teh dengan lemon dan madu, sop ayam, dan air daging
hangat membantu meredakan pilek dan meningkatkan retensi cairan.
2. Terapi Farmakologi
Antihistamin digunakan karena adanya efek antikolinergik, yang antara lain dapat
mengurangi sekresi mukus. Obat ini digunakan untuk mengatasi gejala bersin,
rhinorrhoea, dan mata berair. Efek samping yang paling mengganggu dari antihistamin
generasi pertama ini adalah sedasi atau mengantuk.
Mekanisme kerja antihistamin adalah antagonis reseptor H1 berikatan dengan H1
tanpa mengaktivasi reseptor, sehingga mencegah terjadi ikatan dan kerja histamin. Efek
sedatif antihistamin tergantung dari kemampuan melewati sawar darah otak.
Kebanyakan antihistamin bersifat larut lemak dan melewati sawar otak dengan mudah.
Mengantuk adalah efek samping yang paling sering ditimbulkan oleh antihistamin.
Selain juga hilang nafsu makan, mual, muntah, dan gangguan ulu hati. Antihistamin
lebih efektif jika dimakan 1-2 jam sebelum diperkirakan terjadinya paparan pada
allergen. Beberapa antihistamin yang dapat diperoleh tanpa resep dokter antara lain:
klorfeniramin maleat (CTM®), promethazin, triprolidin, dll. Dosis CTM untuk anak
umur 2-6 tahun 1 mg dan untuk anak umur 6-12 tahun 2 mg, dan triprolidin untuk anak
4-6 tahun 0,9 mg 3-4 kali sehari.
c. Analgesik dan Antipiretik
d. Antitusif
Antitusif adalah obat batuk yang digunakan untuk batuk tidak berdahak atau
batuk kering. Obat tersebut bekerja dan menaikkan ambang rangsang batuk. Ketika
batuk tidak produktif dapat ditekan dengan antitusif yang bekerja dengan menekan
sistem saraf pusat. Beberapa antitusif dapat diperoleh tanpa resep dokter diantaranya,
difenhidramin HCl dan dextrometorpan yang efektif untuk pilek. Dosis yang diberikan
pada anak usia 2 – 12 tahun, 2,5 – 5 ml, 3 – 4 kali sehari.
e. Ekspektoran dan Mukolitik
Suplemen yang dapat diberikan seperti vitamin C, jus lemon, teh herbal,
bioflavonoid, betakaroten. Vitamin C pada dosis tinggi (1-1,5 mg) berkhasiat
meringankan gejala, mempersingkat lamanya infeksi dan sebagai stimulan sistem
imun. Pada dosis tinggi limfosit dirangsang perbanyakan aktivitasnya sehingga
pembasmian virus berlangsung lebih cepat. Dosis yang dapat diberikan 50- 75 mg.
F. Komplikasi
G. Pemeriksaan Penunjang
I. PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
Identitas Klien
Keluhan utama
Keluhan Ibu dengan anak batuk pilek biasanya anak rewel, susah makan, dan
demam.
Anak mengalami batuk pilek sejak kapan, dan obat apa yang telah di berikan.
Apakah sebelumnya anak pernah menderita sakit seperti ini, berapa lama, selain
itu sakit apa yang pernah di derita anak.
Adakah anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini, atau menderita
penyakit lain yang bisa menular, contohnya TBC.
B. Data Objektif
PEMERIKSAAN UMUM
o Keadaan umum : Cukup
o Kesadaran : CM
o TTV : TD
N
RR
S
1. Kepala
Inspeksi : Lihat warna rambut berwarna, kulit kepal
Palpasi : ada benjolan apa tidak
2. Mata
Inspeksi : Berair, sclera putih, konjungtiva pucat
3. Hidung
Inspeksi : Keluar cairan encer hingga purulen, pernapasan cuping hidung.
4. Telinga
Inspeksi : Ada serumen apa tidak
Palpasi : Tekstur pina, helix kenyal.
5. Mulut
Inspeksi : Lidah putih, mukosa bibir kering,
6. Leher
Inspeksi : Simetris apa tidak
Palpasi : Kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar tiroid tidak membesar.
7. Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi : Vokal fremitus kanan kiri sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Ronchi Basah +
8. Jantung
Inspeksi : Ictus kordis terlihat
Palpasi : PMI teraba
Perkusi : Pekak
Auskultasi : S1 S2 bunyi tunggal
9. Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ada luka bekas operasi
Auskultasi : Bising usus normal
Palpasi : Suepel
Perkusi : Timpani
10. Ekstremitas
Inspeksi : Atas /bawah simetris, jari lengkap, tidak ada gangguan pergerakan.
11. Integumen
Turgor kulit kurang, kulit terasa panas.
Kolaborasi:
meningkat‘' tambahan(mis.gurgling,mengi,wheezing,ron
Edukasi
Kolaborasi
26. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis., pereda nyeri,
antimetik) jika perlu
27. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kaloi dan jenis
nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
Edukasi
mengalami kelelahan
Terapeutik
2. Klien tidak
5 Sediakan lingkungan nyaman dan
mengalami kelesuan
rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
3. Klien tidak
kunjungan)
mengalami
6 Lakukan latihan rentang gerak pasif
kehilangan selera
makan
dan/atau aktif
4. Klien tidak
7 Berikan aktivitas distraksi yang
mengalami penurunan
menenangkan
motivasi
8 Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika
5. Klien tidak
tidak dapat berpindah atau berjalan
mengalami sakit
Edukasi
kepala 6. Klien tidak
9 Anjurkan tirah baring
mengalami nyeri otot
10 Anjurkan melakukan aktivitas secara
7. Kuliatas tidur klien
bertahap
tidak terganggu
11 Anjurkan menghubungi perawat jika
8. Kualitas istirahat
tanda dan gejala kelelahan tidak
klien tidak terganggu
berkurang
12 Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
13 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
Pencegahan Infeksi
Observasi :
Terapeutik
Kolaborasi :
Kolaborasi :
IV. IMPLEMENTASI
Implementasi merupakan tindakan pelaksanaan dari intervensi yang telah dibuat
untuk mengatasi diagnosa keperawatan yang telah ada.
V. EVALUASI
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.
Cara untuk menentukan masalah teratasi, teratasi sebagian, tidak teratasi atau muncul
masalah baru adalah membandingkan antara SOAP dengan tujuan, kriteria hasil yang
telah ditetapkan. Format evaluasi menggunakan:
S : Berisi keluhan pasien, berasal dari pasien sendiri atau orang tua pasien
O : Data yang diambil dari hasil observasi
A : Pernyataan masalah sudah teratasi atau sebagian atau belum teratasi
P : Rencana tindakan untuk mengatasi keluhan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Implementasi Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria
Hasil Keperawatan. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI.
http://askepdangue.blogspot.com/2012/10/askep-dengue.html
http://sauyunankomunika.blogspot.com/2011/05/pilek-penanganan-common-cold-pada-
anak.html