Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

Asuhan Keperawatan pada pasien Eksim


Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III


Dosen Pembimbing:
Ns. Martha K Silalahi, S.Kep., M.Kep

Disusun oleh :
Kelompok
Putri Mayang Sari (1032161013)
Kristina Br Pasaribu (1032161032)

FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI SARJANA


KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMAD HUSNI THAMRIN
TAHUN 2018/2019
Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Keperawatan Medikal Bedah III berjudul “Asuhan Keperawatan pada pasien
eksim”

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari itu, kami menyadari bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah Keperawatan Medikal Bedah III yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada pasien eksim ” ini bermanfaat bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Penyusun
DAFTAR ISI

Contents
Kata Pengantar .............................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................................................. 3
BAB 1 ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 4
1. Latar belakang..................................................................................................................................... 4
2. Tujuan ................................................................................................................................................. 5
3. Manfaat............................................................................................................................................... 5
BAB II ........................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 6
Definisi ...................................................................................................................................................... 6
Etiologi ...................................................................................................................................................... 6
Patoflodiagram .......................................................................................................................................... 7
Manifestasi klinis ...................................................................................................................................... 7
Pemeriksaan Penunjang ............................................................................................................................ 8
Penatalaksanaan........................................................................................................................................ 9
Klasifikasi ................................................................................................................................................. 12
Asuhan keperawatan............................................................................................................................... 14
A. Pengkajian .......................................................................................................................................... 14
B. Diagnosa Keperawatan....................................................................................................................... 16
C. Intervensi ............................................................................................................................................ 16
Satuan Acara Penyuluhan ............................................................................................................................ 19
BAB III .......................................................................................................................................................... 22
KESIMPULAN ............................................................................................................................................... 22
Kesimpulan dan Saran ............................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................ 23
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Kulit adalah organ terbesar dan paling terlihat pada tubuh. Kelainan kulit memberikan
kesempatan bagi perawat untuk memberikan perawatan yang memperlihatkan perbedaan
jelas pada klien. Ada banyak sekali penyakit yang menyerang kulit manusia, salah
satunya adalah Eksim . Eksim merupakan sebuah kelainan kulit dengan gejala subyektif
rasa gatal. Penyakit ini biasanya ditandai dengan ruam yang polimorfi dan umumnya
berbatas dengan tegas. Kulit tampak meradang dan iritasi. Peradangan ini bisa terjadi
dimana saja namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki.

Penyakit dermatitis ini memang tidak pandang bulu, semua orang baik tua maupun muda
“berpeluang” terkena penyakit ini. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak anak
terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan
menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita
seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan dengan
baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.

Menurut Bakhtiar, 2010 kejadian eksim menunjukkan peningkatan baik pada negara maju
dan berkembang. Di Amerika, insiden dermatitis atopisebesar 0,7 – 2,4% dari populasi
yang dominan dalam golongan bayi dan anak. Di negara Eropa, insiden dermatitis atopi
hingga 7 tahun yang lahir sebelum tahun 1960 kurang dari 3%, pada tahun antara 1960 –
1970 sebesar 4 – 8% dan setelah tahun 1970 sebesar 8 – 12%, hingga sekarang dimana
penelitian menunjukkan bahwa prevalensi dermatitis atopi di Eropa mencapai 15%. Pada
negara berkembang menunjukkan bahwa 10 – 20% bayi dan anak menderita dermatitis
atopi. Pada tahun 2000 ditemukan terdapat 23,67% kasus baru dermatitis atopi pada anak
dari 611 kasus baru penyakit kulit lainnya.Prevalensi penyakit dermatitis atopi berbeda
tergantung dari lokasi geografi dan iklim. Pada Civilek et al.,2012 juga dinyatakan bahwa
kejadian eksim pada negara maju dengan gaya hidup kebaratan lebih umum terjadi
dibandingkan pada Turkey, meskipun iklim menjadi faktor yang lebih penting
dibandingkan dengan gaya hidup kebaratan.

2. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi eksim.
2. Mahasiswa dapat mengetahui etiologii eksim.
3. Mahasiswa dapat mengetahui patoflodiagram eksim.
4. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinik eksim.
5. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang eksim.
6. Mahasiswa dapat mengetahui penatalaksanaan eksim.
7. Mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi eksim.
8. Mahasiswa dapat mengetahui Asuhan Keperawatan eksim.

3. Manfaat
Mahasiswa dapat memahami penyakit eksim dan asuhan keperawatan eksim.
BAB II

PEMBAHASAN
Definisi

Istilah eksim (eczema dari bahasa yunani yang berarti ‘merebus’) dan dermatitis merupakan
sinonim.Eksim bukanlahpenyakit spesifik. Dermatitis dan Eksim adalah istilah yang dapat
digunakan bergantian untuk mendeskripsikan sekelompok kelainan dengan penampilan klinik
yang khas (Black Joyce M ,2014).

Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang mengalami
peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis, terutama kulit yang
kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada kulit (Widhya, 2011).

Eksim/dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan gatal
(Muttaqin, 2011 ).

Etiologi
Penyebab Eksim secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu

1. Luar ( eksogen ) misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen, asam, basa ),
fisik ( sinar matahari, suhu ), mikroorganisme ( mikroorganisme, jamur).
2. Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.
Patoflodiagram
Luar (Eksogen)

Bahan Kimia fisik Mikroorganisme

(detergen,oli,semen,asam,basa) (sinar matahari,suhu) (mikroorganisme,Jamur)

Iritan Primer

Kerusakan
Mengiritasi Kulit Intergritas kulit

Peradangan Kulit (Lesi)

Resiko Gangguan pola Nyeri


infeksi tidur

Manifestasi klinis
Dermatitis atopik pada banyak klien dimulai pada saat masa bayi. Dermatitis umumnya
memiliki omset akut dengan ruam merah,basah dan berkrusta. Seiring waktu kulit cenderung
memampakkan bentuk kronis dari dermatitis, dengan tekstur kering menebal, warna abu-abu
kecoklatan,dan bersisik. Ruam cenderung lokal pada lipatan-lipatan ekstremitas besar pada
saat klien bertambah usia. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa di temukan juga
pada lipatan siku, lutut, leher, kelopak mata,serta punggung tangan dan kaki. Dermatitis
tangan dan kaki menjadi masalah signifikan pada sebagian orang dewasa.

Pruritus adalah manifestasi klinis pertama dermatitis artopik dan menyebabkan mordibitas
terbesar. Kondisi ini dapat ringan dan hilang dengan sendirinya atau dapat berat, mendorong
untuk menggaruk yang meyebabkan lesi dengan ekskoriasi, infeksi, dan pembentukan parut.

Klien dengan dermatitis artopik cenderung mengalami infeksi kulit viral, bakterial dan jamur.
Tidak di ketahui apakah infeksi kulit ini timbul sekunder tehadap gangguan fungsi barier
normal atau akibat penurunan imunitas lokal. Krusta bewarna seperti madu,perembesan
cairan, serosa yang banyak,folikulitis,pioderma,dan furonkulosis mengindinkasikan infeksi
bakteri, umumnya sekunder terhadap kolonisasi staphylococcus aureus pada klien dermatitis
atopik (Black Joyce M ,2014).

Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis atau Eksim adanya tanda-tanda radang akut
terutama pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka (
terutama palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.

a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi
sehingga tampak basah.
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul danlikenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak
awalmemberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

Pemeriksaan Penunjang
1.Pemeriksaan
a) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).
b) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi
2. Laboratorium
a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin
b) Urin : pemerikasaan histopatologi

Tes Diagnostik
1. Uji Tempel Terbuka
Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga karena
daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi hasilnya.
Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang menguap.
2. Uji Tempel Tertutup
Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam plester yang ada
pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan yang
dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita selama 48 jam setelah itu
hasilnya dievaluasi. Hasilnya dicatat seperti berikut :
1= reaksi lemah (nonvesikuler) : eritema,infiltrat,papul (+)
2= reaksi kuat : edema atau vesikel (++)
3= reaksi sangat kuat (ekstrim) :bula atu ulkus (+++)
3. Uji Tempel dengan sinar
Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu
bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar ultra
violet baru akan bersifat sebagai alergen. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah
satu baris dibuka dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi
hasilnya. Untuk menghindari efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test tersebut
dilindungi dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa menembus
bahan tersebut.Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini sebaiknya penderita sudah dalam
keadaan tenang penyakitnya, karena bila masih dalam keadaan akut kemungkinan salah
satu bahan uji tempel merupakan penyebab dermatitis sehingga akan menjadi lebih berat.
4. Uji intrademal
Spuit steril berukuran 0,5 fml atau 1ml dengan jarum intradermal dengan ukuran 26 / 27
digunakan untuk menyuntikan 0,02 hingga 0,03ml alergen intradermal. Jarum ditusukan
dengan jarum menghadap ke atas dan spuit berada dalam posisi agak miring. Kulit di
tembus secra superfisial, dan sejumlah kecil alergen disuntikan untuk menimbulkan suatu
tonjolan kecil yang berdiameter kurang lebih 5mm. Setiap kali penyuntikan harus di
gunakan spuit dan jarum tersendiri.
(Smeltzer, 2002:1763

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan Eksim melalui terapi yaitu :
1. Non farmakologi
Pengobatan yang tepat didasarkan kausa yaitu menyingkirkan penyebabnya. Seperti yang
diketahui penyebab dermatitis multifaktor, kadang juga tidak diketahui dengan pasti. Jadi
pengobatan bersifat simtomatis yaitu dengan menghilangkan atau mengurangi keluhan
dan gejala dan menekan peradangan.
a. Kompres yang sejuk dan basah
Dilakukan pada daerah dermatitis vesikuler yang kecil. Remukan halus es yang di
tambahkan pada air kompres kerap kali memberikan efek anti pruritus. Kompres basah
biasanya membantu membersihkan lesi eksema yang meneluarkan secret.
b. Balutan oklusif
Balutan oklusif dapat dibuat atau diproduksi secara komersial dari potongan kain
penutup atau kasa yang steril atau nonsteril dan harganya tidak begitu mahal. Kasa ini
dipakai untuk menutup obat topikal yang dioleskan pada dermatosis (lesi kulit
abnormal). Daerah lesi dibuat kedap udara dengan memakai lembaran plastik yang tipis
(seperti plastik pembalut). Lembaran plastik itu tipis dan mudah beradaptasi dengan
semua ukuran tubuh, bentuk tubuh serta permukaan kulit. Plester bedah dari plastik yang
mengandung kortikosteroid pada lapisan perekat dapat dipotong menjadi ukuran tertentu
dan ditempelkan pada setiap lesi. Umumnya plastik pembalut ini tidak boleh digunakan
lebih 12 jam dalam sehari.
Untuk memasang kasa ini dirumah, pasien harus mendapatkan instruksi berikut:
1) Mencuci daerah yang sakit, kemudian mengeringkannya;
2) Mengoleskan obat pada lesi ketika kulit tersebut berada dalam keadaan basah;
3) Menutupi dengan lembaran plastik (misalnya, plastik pembalut, sarung tangan vinil,
kantong plastik);
4) Menutupi dengan pembalut elastic, kasa atau plester kertas agar bagian tepinya
tersegel. Kasa harus dilepas selama 12 jam dari setiap 24 jam untuk mencegah penipisan
kulit (atrofi), striae (guratan mirip sabuk), telangiektasia(lesi yang merah dan kecil akibat
pelebaran pembuluh darah).
c. Mandi terapeutik (balneoterapi)
Rendaman yang dikenal dengan istilah balneoterapi dapat digunakan jika lesi mengenai
daerah kulit yang luas; bentuk terapi ini dilakukan untuk menghilangkan krusta, skuama
serta obat lama dan untuk meredakan inflamasi serta rasa gatal yang menyertai
dermatosis akut. Suhu air rendaman harus nyaman bagi pasien, dan lama tetapi rendaman
tidak boleh lebih dari 30 menit karena perendaman dan pencelupan cenderung
menimbulkan maserasi kulit. Untuk berbagai tipe terapi rendaman dan pemakaiannya.
(Smeltzer, 2002 : 1845)

2. Farmakologi
Pengobatan secara farmakologi dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Pengobatan topical
Hidrasi kulit. Kulit kering, mudah retak, sehingga mempermudah masuknya
mikroorganisme patogen, bahan iritan dan allergen. Pada kulit yang demikian diperlukan
pelembab misal, losion dan krim untuk stadium akut, dan salep ketika inflamasi menjadi
kronik dan kulit menjadi likenifikasi( penebalan kulit).
1) Losion
Losin memiliki dua tipe : suspensi yang terdiri atas serbuk dalam air yang perlu dikocok
sebelum digunakan, dan larutan jernih yang mengndung-unsur-unsur aktif yang bisa
dilarutkan sepenuhnya. Losion biasanya dioleskan langsung pada kulit tetapi kasa yang
dicelupkan ke dalam losion dapat ditempelkan pada daerah yang sakit. Losion dioleskan
setiap 3-4 jam.
2) Krim
Dapat berupa suspensi minyak air atau emulsi air dalam minyak dengan unsure-unsur
mencegah pertumbuhan bakteri hingga jamur. Emulsi air dalam minyak lebih terasa
berminyak dan lebih disukai untuk mengeringkan serta mengelupaskan dermatosis. Krim
oleskan pada kulit pada tangan. Preparat ini dipakai untuk memberikan efek pelembabdan
emolion.
3) Salep
Bersifat menahan kehilangan air dan melumasi serta melindungi kulit,prerarat ini unuk
kelainan kulit yang kronis. Dioleskan dengan tangan yang memakai sarung tangan.
(Smeltzer, 2002 :1843 )
b. Pengobatan sistemik
1) Kortikosteroid
Digunakan untuk eksaserbasi akut dalam jangka pendek. Pemakaian jangka panjang
menimbulkan eferk samping yaitu lesi akan bertambah berat.
2) Antihistamin
Membantu mengurangi rasa gatal yang hebat terutama malam hari, sehingga menggangu
tidur dengan dosis 10-75 mg secara oral pada malam hari.
3) Anti infeksi eritromisin, asitromisin, atau klaritromisin, dikloksasilin, oksasilin, atau
generasi pertama sefalosporin ( Marwali, 2007 : 145)

Klasifikasi
1. Eksema Eksogen
a. Dermatitis kontak iritan primer
Yang termasuk iritan primer yang secara fisik merusak kulit adalah asam, basa, deterjen,
dan produk-produk minyak bumi. Gambaran yang khas dari dermatitis adalah telapak
tangan dan ujung jari kering, sering disertai kulit yang tretak dan terasa sakit pada lipatan
kulit serta pada bagian lunak jari. Secra teoritis, pengobatannya sederhana, baik dengan
mencegah agar tidak terjadi kontak antara pasien dengan iritan atau dengan melindungi
tangan mereka terhadap bahan tersebut. Tetapi pada prakteknya tidak mungkin untuk
menghindari terjadinya kontak dengan iritan.
b. Dermatitis kontak alergi
Penyakit ini timbul akibat terjadinya reaksi hypersensitivitas tipe lambat terhadap suatu
allergen eksternal. Tidak terhitung banyaknya zat kimia yang dapat beraksi sebagai
allergen, tetapi sangat jarang yang menimbulkan masalah. Mungkin saja paparan allergen
telah berlangsung bertahun-tahun namun secara mendadak baru terjadi hipersensitivitas.
Yang sering menyebabkan dermatitis kontak adalah nikel, colophony, bahan-bahan aditif
karet, kromat, cat rambut, dan obat-obatan topical (krim, lotion). Baik sebagai bahan aktif
utama maupun sebagai bahan dasar. Steroid topical yang poten hendaknya digunakan
untuk meredakan eksema sebelum dilakukan tes temple. Begitu suatu allergen sudah
ditemukan sebagai penyebabnya, maka pasien dianjurkan untuk menghindarinya. Apabila
komponen dalam obat-obatan yang menjadi penyebabnya maka dokter keluarga pasien
harus diberi tahu obat-obat apa saja yang tidak boleh dipakai.

2. Eksema endogen
a. Eksema atopic
Eksema atopic tidak ditemukan pada bayi baru lahir, tetapi sering timbul pada tahun
pertama kehidupan. Pada anak-anak usia dini eksema sering menyerang keseluruhan
tubuh, tetapi kemudian tampak keseluruhan tubuh, tetapi kemudian tampak menyerang
daerah lipatan yang khas (pergelangan tangan, fosa antekubiti, fosa poplitea, dan dorsum
pedis). Kulit terasa kering dab terasa sangat gatal. Eksema atopic seringkali hilang pada
masa kanak-kanak, tetapi bisaa bertahan sampai usia remaja serta dewasa, dan tidak ada
cara untuk memperkirakan prognosisnya.
b. Dermatitis seboroik
Penyakit ini merupakan kelainan konstitusional, yang pathogenesis pastinya masih belum
diketahui, tetapi pada akhir-akhirnya ini ditekankan adanya peran ragi maslassezia.
Dermatitis seboroik menyerang kulit kepala, wajah, punggung bagian atas, dan daerah-
daerah lipatan. Serangan di daerah lipatan menimbulkan eritema yang sedikit basah dan
berminyak.
c. Eksema discoid
Pada kelainan ini, timbul eksema yang tersebar, terbatas jelas, mengeluarkan eksudat, dan
ditutupi krusta, yang terdapat pada tubuh dan ekstrimitas. Suatu steroid topical yang poten
biasanya diperlukan untuk mengendalikan kondisi ini.
d. Eksema varikosa
Hipertensi vena kronis sering dihubungkan dengan perubahan eksematosa pada tungkai.
Penyebaran sekunder ke bagian depan lengan bisa terjadi. Steroid topical dengan potensi
ringan atau sedang biasanya akan menekan eksema.
e. Eksema asteatotika
Eksema asteatotika ditemukan pada tungkai, tetapi bisa juga terdapat pada perut bagian
bawah, lengan, dan kadang-kadang bisa di seluruh bagian tubuh. Hal ini sering terjadi
pada pasien usia lanjut yang dirawat di rumah sakit dan dimandikan lebih sering dari pada
kalau mandi di rumah
(Graham Brown, 2005)
Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Keluhan utama
misalnya: gatal-gatal,rasa terbakar,rasa baal.

2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pola PQRST dapat digunakan untuk menanyakan keluhan klien misalnya pada klien
dengan keluhan klien. Misalnya,pada klien pada keluhan gatal,dapat dikembangkan
pengkajiannya sebagai berikut:
P = Provokatif/Paliatif(pencetus)
Apa penyebab rasa gatal, yang meringankan dan memperberat rasa gatal
tersebut?
Q = Quality/quqntity(kualitas)
Bagaimana gambaran rasa gatal tersebut(seperti membakar,hilang timbul atau
bercampur nyeri).
R = Region/radiasi(lokasi)
Rasa gatal tersebut terasa dimana? Apakah menjalar? Jika menjalar sampai
dimana?
S = Sevirity Scale/(tingkat keperahan)
Berapa lama berlangsungnya dan apakah mengganggu aktifitas sehari-hari?
T = Timing(waktu)
Kapan pertama kali dirasakan? Apakah timbul setiap saat atau sewaktu-waktu?
b. Riwayat kesehatan dahulu
Untuk informasi riwayat kesehatan yang dahulu, misalnya demam, penyakit kulit
yang pernah diderita penyakit pernapasan atau pencernaan, riwayat alergi, dan lain-
lain.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tentang status kesehatan keluarga, dapat ditanyakan ada tidaknya anggota keluarga
yang menderita gangguan kulit, kapan dimulainya gangguan itu, dan adakah anggota
keluarga yang mempunyai riwayat alergi.
d. Riwayat pengobatan atau terpapar zat
Tanyakan pada klien obat apa saja yang telah dikonsumsi atau pernahkah klien
terpapar factor-faktor yang tidak lazim. Misalnya, terkena zat-zat kimia atau bahan
iritan lainya.
e. Riwayat pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
Kebiasaan dan aktivitas sehari-hari klien perlu ditanyakan Misalnya, bagaimana pola
tidur klien, sebab pola tidur dan istirahat sangat mempengaruhi kesehatan kulit.
Lingkungan kerja klien juga perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien berkontak
dengan bahan-bahan iritan.
f. Riwayat psikososial
Keadaan psikologis klien yang perlu dikaji misalnya, stress yang berkepanjangan
yang akan mempengaruhi kesehatan kulit seseorang , bahkan dapat menimbulkan
kelainan kulit

3. Pemeriksaan fisik
Mengkaji ciri kulit secara keseluruhan:
1. Inspeksi
a. Warna kulit
Perubahan warna kulit juga dipengaruhi oleh banyak variable. Gangguan pada melanin
dapat bersifat menyeluruh atau setempat yang dapt menyebabkan kulit menjadi gelap atau
lebih terang dari pada kulit yang lainnya. Kondisi tanpa pigmentasi terjadi pada kasus
albino.
b. Keadaan kulit
Mengobservasi lokasi lesi, keadaan lesi dan kedalaman lesi.
2. Palpasi
a. Turgor kulit
Turgor kulit umumnya mencerminkan status hidrasi. Pada klien yang dehidrasi dan
lansia, kulit terlihat kering. Pada klien lansia, turgor kulit mencerminkan hilangnya
elastisitas kulit, dan keadaan kekurangan air ekstrsasel.
Perhatikan seberapa mudah kulit kembali ketempat semula. Normalnya, kulit segera
kembali keposisi awal. Pada edema pitting, tekan kuat area tersebut selama 5 detik dan
lepaskan. Catat kedalaman pitting dalam millimeter, edem +1 sebanding dengan
kedalaman dua millimeter, edem+2 sebanding dengan kedalaman 4milimeter.
b. Tekstur kulit
Tekstur kulit pada perubahan menyeluruh perlu dikaji , karena tekstur kulit dapat
berubah-ubah dibawah pengaruh banyak variable. Jenis tekstur kulit dapat meliputi kasar,
kering, atau halus.(Raharyani, 2008, 12)

B. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barrier kulit

b. Resiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak-bercak merah padakulit

c. Nyeri berhubungan dengan lesi kulit

C. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan KriteriaHasil Rencana Tindakan


Keperawatan
1 Kerusakan Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Anjurkan pasien meng-
Intergritas Kulit keperawatan selama 2 x 24 jam gunakan pakaian yang
berhubungan diharapkan integritas kulit longgar.
dengan perubahan membaik dengan 2. Jaga kebersihan kulit
fungsi barrier Kriteria Hasil : agar tetap bersih dan kering.
kulit. 1. Intergritas kulit yang baik 3. Monitor kulit akan adanya
bisa di perhatankan kemerahan
(sensasi,elatisitas,temperatu 4. Oleskan lotion atau minyak/
re,hidrasi,pigmentasi). baby oil pada daerah yang
2. Tidak ada luka/lesi pada tertekan
kulit.
3. Perfusi jaringan baik.
4. Menunjukkan pemahaman
dalam proses perbaikan
kulit dan mencegah
terjadinya cedera berulang.
5. Mampu melindungi kulit
dan mempertahankan
kelembaban kulit dan
perawatan alami.
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
Keperawatan
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan asuhan 1. Bersihkan lingkungan
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 jam setelah di pakai pasien lain.
dengan diharapkan tidak adanya tanda- 2. Batasi pengunjung bila
lesi,bercak-bercak tanda infeksi dengan perlu.
merah pada kulit Kriteria Hasil : 3. Gunakan sabun anti
1. Klien bebas dari tanda dan mikrobia untuk mencuci
gejala infeksi. tangan.
2. Menunjukkan kemampuan 4. Cuci tangan setiap sebelum
untuk mencegah timbulnya dan sesudah tindakan
infeksi. keperawatan.
3. Jumlah leukosit dalam batas 5. Berikan terapi antibiotic
normal. bila di perlukan.
4. Menunjukkan perilaku 6. Berikan perawatan kulit
hidup sehat. pada area epidema.
7. Inspeksi kondisi luka/insisi
bedah.
8. Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi.
9. Ajarkan cara menghindari
infeksi.

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan


Keperawatan
3 Nyeri Setelah dilakukan tindakan asuhan
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri
dengan lesi diharapkan nyeri berkurang atau secara komperehensif,
kulit hilang dengan termasuk lokasi, karakteristik,
Kriteria Hasil : durasi,frekuensi,kualitas dan
1. Mampu mengontrol nyeri ( factor presipitasi.
atau penyebab nyeri, mampu 2. Observasi reaksi non verbal
menggunakkan teknik non dari ketidaknyamanan.
farmakologi untuk 3. Kurangi factor persipitasi
mengurangi nyeri, mencari nyeri.
bantuan). 4. Kaji tipe dan sumber nyeri
2. Melaporkan bahwa nyeri untuk menentukan intervensi.
berkurang dengan 5. Berikan analgetik untuk
menggunakan manajemen mengurangi nyeri.
nyeri.
3. Menyatakan rasa nyaman
setelah nyeri berkurang.
Satuan Acara Penyuluhan
(SAP)

Pertemuan ke : 1 (satu)
Waktu pertemuan : 30 menit
Pokok bahasan : Eksim
Sasaran : Kelompok
Tempat : Kelas 206 Universitas MH Thamrin

A. Latar Belakang

Eksim atau Dermatitis adalah istilah kedokteran untuk kelainan kulit yang mana kulit
tampak meradang dan iritasi. Keradangan ini bisa terjadi dimana saja namun yang paling
sering terkena adalah tangan dan kaki. Jenis eksim yang paling sering dijumpai adalah
eksim atopik atau dermatitis atopik. Gejala eksim akan mulai muncul pada masa anak
anak terutama saat mereka berumur diatas 2 tahun. Pada beberapa kasus, eksim akan
menghilang dengan bertambahnya usia, namun tidak sedikit pula yang akan menderita
seumur hidupnya. Dengan pengobatan yang tepat, penyakit ini dapat dikendalikan
dengan baik sehingga mengurangi angka kekambuhan.

Dimanapun lokasi timbulnya eksim, gejala utama yang dirasakan pasien adalah gatal.
Terkadang rasa gatal sudah muncul sebelum ada tanda kemerahan pada kulit. Gejala
kemerahan biasanya akan muncul pada wajah, lutut, tangan dan kaki, namun tidak
menutup kemungkinan kemerahan muncul di daerah lain.

Daerah yang terkena akan terasa sangat kering, menebal atau keropeng. Pada orang kulit
putih, daerah ini pada mulanya akan berwarna merah muda lalu berubah menjadi cokelat.
Sementara itu pada orang dengan kulit lebih gelap, eksim akan mempengaruhi pigmen
kulit sehingga daerah eksim akan tampak lebih terang atau lebih gelap.
B. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 25 menit, diharapkan kelompok dapat
menginformasikan dan mengetahui tentang eksim sehingga dapat menjaga kesehatan
dan lingkungan sekitar.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan pembelajaran selama 25 menit, diharapkan kelompok mampu
untuk:
a. Menjelaskan pengertian eksim
b. Menjelaskan penyebab eksim
c. Menyebutkan tanda dan gejala eksim
C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
D. Media
1. Slide Power Point
E. Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan
Media
Tahap Pengajar Kegiatan
Pembukaan 1. Memberi salam Menjawab salam Slide Power Point
(5 menit) 2. Perkenalan
3. Menjelaskan cakupan materi Mendengarkan
pada pertemuan kali ini
4. Menjelaskan tujuan Mendengarkan
pembelajaran
5. Menanyakan pengetahuan Menjawab
tentang kusta sepengetahuan
tentang kusta

Penyajian 1. Menjelaskan pengertian Memperhatikan Slide Power Point


(15 menit) eksim penjelasan yang
2. Menjelaskan penyebab eksim disampaikan oleh
penyaji
3. Menyebutkan tanda dan
gejala eksim.
4. Menjelaskan pencegahan
eksim Bertanya

Penutup 1. Melakukan evaluasi dengan Memperhatikan Slide Power Point


(5 menit) memberikan pertanyaan pada
audience tentang kusta. Mendengarkan
2. Menyimpulkan materi Menjawab salam
3. Salam penutup

EVALUASI
1. EVALUASI STRUKTUR:
Penyuluh dapat memberikan materi penyuluhan terbaik
Media dan alat memadai
Setting sesuai dengan kegiatan
2. EVALUASI PROSES:
Melaksanakan dengan alokasi waktu
Peserta mengikuti dengan aktif materi penyuluhan
Peserta menanyakan hal-hal yang tidak mengerti pada saat diskusi
3. EVALUASI HASIL:
Peserta diharapkan menjelaskan kembali tentang pengertian eksim.
Peserta diharapkan menjelaskan kembali tentang penyebab eksim.
Peserta diharapkan menjelaskan kembali tentangtandadan gejala eksim.
BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan dan Saran


A. Kesimpulan
Kulit adalah organ terbesar dan paling terlihat pada tubuh. Kelainan kulit memberikan
kesempatan bagi perawat untuk memberikan perawatan yang memperlihatkan perbedaan
jelas pada klien. Ada banyak sekali penyakit yang menyerang kulit manusia, salah
satunya adalah Eksim . Eksim merupakan sebuah kelainan kulit dengan gejala subyektif
rasa gatal. Penyakit ini biasanya ditandai dengan ruam yang polimorfi dan umumnya
berbatas dengan tegas. Kulit tampak meradang dan iritasi. Peradangan ini bisa terjadi
dimana saja namun yang paling sering terkena adalah tangan dan kaki.

B. Saran
Mahasiswa Keperawatan perlu untuk mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada
pasien eksim. Menyadari penulis masih jauh dari kata sempurna, diharapkan kedepannya
dengan berbagai sumber dan penelitian terbaru makalah dapat disempurnaakan dengan
sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Salemba
Medika.
Brown, Robin Graham dan Tony Burns. 2005. Dermatologi. Jakarta : Erlangga.
FKUI. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Black,Joyce M & Hawks.2014.Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8.Jakarta:EGC.
Smeltzer, Suzanne C. 2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 3.
Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai