Anda di halaman 1dari 7

Definisi

Istilah eksim (eczema dari bahasa yunani yang berarti ‘merebus’) dan dermatitis merupakan
sinonim. Eksim bukanlah penyakit spesifik. Dermatitis dan Eksim adalah istilah yang dapat
digunakan bergantian untuk mendeskripsikan sekelompok kelainan dengan penampilan klinik
yang khas (Black Joyce,2014).
Eksim/dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa
efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama) dan keluhan gatal
( Djuanda, Adhi, 2011 ).

Etiologi
Penyebab Dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu

1. Luar ( eksogen ) misalnya bahan kimia ( deterjen, oli, semen, asam, basa ),
fisik ( sinar matahari, suhu ), mikroorganisme ( mikroorganisme, jamur).
2. Dalam ( endogen ) misalnya dermatitis atopik.

Patoflodiagram

Manifestasi klinis
Dermatitis atopik pada banyak klien dimulai pada saat masa bayi. Dermatitis umumnya
memiliki omset akut dengan ruam merah,basah dan berkrusta. Seiring waktu kulit cenderung
memampakkan bentuk kronis dari dermatitis, dengan tekstur kering menebal, warna abu-abu
kecoklatan,dan bersisik. Ruam cenderung lokal pada lipatan-lipatan ekstremitas besar pada
saat klien bertambah usia. Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa di temukan juga
pada lipatan siku, lutut, leher, kelopak mata,serta punggung tangan dan kaki. Dermatitis
tangan dan kaki menjadi masalah signifikan pada sebagian orang dewasa.
Pruritus adalah manifestasi klinis pertama dermatitis artopik dan menyebabkan mordibitas
terbesar. Kondisi ini dapat ringan dan hilang dengan sendirinya atau dapat berat, mendorong
untuk menggaruk yang meyebabkan lesi dengan ekskoriasi, infeksi, dan pembentukan parut.
Klien dengan dermatitis artopik cenderung mengalami infeksi kulit viral, bakterial dan jamur.
Tidak di ketahui apakah infeksi kulit ini timbul sekunder tehadap gangguan fungsi barier
normal atau akibat penurunan imunitas lokal. Krusta bewarna seperti madu,perembesan
cairan, serosa yang banyak,folikulitis,pioderma,dan furonkulosis mengindinkasikan infeksi
bakteri, umumnya sekunder terhadap kolonisasi staphylococcus aureus pada klien dermatitis
atopik (Black Joyce,2014).
Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut terutama
pruritus ( gatal ), kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada muka ( terutama
palpebra dan bibir ), gangguan fungsi kulit dan genitalia eksterna.
a. Stadium akut : kelainan kulit berupa eritema, edema, vesikel atau bula, erosi dan eksudasi
sehingga tampak basah.
b. Stadium subakut : eritema, dan edema berkurang, eksudat mengering menjadi kusta.
c. Stadium kronis : lesi tampak kering, skuama, hiperpigmentasi, papul dan likenefikasi.
Stadium tersebut tidak selalu berurutan, bisa saja sejak awal suatu dermatitis sejak awal
memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kronis.

Pemeriksaan penunjang
a) Percobaan asetikolin ( suntikan dalam intracutan, solusio asetilkolin 1/5000).
b) Percobaan histamin hostat disuntikkan pada lesi

2. Laboratorium
a) Darah : Hb, leukosit, hitung jenis, trombosit, elektrolit, protein total, albumin, globulin
b) Urin : pemerikasaan histopatologi

Tes Diagnostik
1. Uji Tempel Terbuka
Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga karena
daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi hasilnya.
Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang menguap.
2. Uji Tempel Tertutup
Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam plester yang ada
pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan yang
dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita selama 48 jam setelah itu
hasilnya dievaluasi. Hasilnya dicatat seperti berikut :
1= reaksi lemah (nonvesikuler) : eritema,infiltrat,papul (+)
2= reaksi kuat : edema atau vesikel (++)
3= reaksi sangat kuat (ekstrim) :bula atu ulkus (+++)

3. Uji Tempel dengan sinar


Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu
bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar ultra
violet baru akan bersifat sebagai alergen. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah
satu baris dibuka dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi
hasilnya. Untuk menghindari efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test tersebut
dilindungi dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa menembus
bahan tersebut.Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini sebaiknya penderita sudah dalam
keadaan tenang penyakitnya, karena bila masih dalam keadaan akut kemungkinan salah
satu bahan uji tempel merupakan penyebab dermatitis sehingga akan menjadi lebih berat.
4. Uji intrademal
Spuit steril berukuran 0,5 fml atau 1ml dengan jarum intradermal dengan ukuran 26 / 27
digunakan untuk menyuntikan 0,02 hingga 0,03ml alergen intradermal. Jarum ditusukan
dengan jarum menghadap ke atas dan spuit berada dalam posisi agak miring. Kulit di
tembus secra superfisial, dan sejumlah kecil alergen disuntikan untuk menimbulkan suatu
tonjolan kecil yang berdiameter kurang lebih 5mm. Setiap kali penyuntikan harus di
gunakan spuit dan jarum tersendiri.
(Smeltzer, 2002:1763)

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :
a) Terapi sitemik à Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi antihistamin,
antiserotonin, antigraditinin, arit – SRS – A dan pada kasus berat dipertimbangkan pemberian
kortikosteroid.
b) Terapi topical à Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi bedak kocok
bila kronik diberi saleb.
c) Diet Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu, ikan, kacang-
kacangan,jeruk,pisang,dll.
Manajemem keperawatan pada pasien Dermatitis seboroik
a. Sarankan pada pasien untuk menghindari iritasai dari luar, factor pemicu yang
menyebabkan muncul lagi dermatitis seboroik ulangan, dan menyarankan untuk tidak
sering menggaruk area yang gatal.
b. Diskusikan pada pasien untuk menghindari udara ke kulit dan selalu menjaga kebersihan
pelipatan pada kulit dan usahakan supaya tetap kering.
c. Instruksikan untuk menggunakan shampoo dan menghindari kebiasaan yang buruk
d. Beritahu pasien bahwa dermatitis seboroik adalah masalah yang sangat kronik dan tidak
tertutup kemungkinan untuk muncul lagi.
e. Ajarkan pada pasien menempelkan cara-cara untuk mengghindari dermatitis.

Klasifikasi
1. Eksogen
a. Dermatitis kontak iritan primer
Yang termasuk iritan primer yang secara fisik merusak kulit adalah asam, basa, deterjen,
dan produk-produk minyak bumi. Gambaran yang khas dari dermatitis adalah telapak
tangan dan ujung jari kering, sering disertai kulit yang tretak dan terasa sakit pada lipatan
kulit serta pada bagian lunak jari. Secra teoritis, pengobatannya sederhana, baik dengan
mencegah agar tidak terjadi kontak antara pasien dengan iritan atau dengan melindungi
tangan mereka terhadap bahan tersebut. Tetapi pada prakteknya tidak mungkin untuk
menghindari terjadinya kontak dengan iritan.
b. Dermatitis kontak alergi
Penyakit ini timbul akibat terjadinya reaksi hypersensitivitas tipe lambat terhadap suatu
allergen eksternal. Tidak terhitung banyaknya zat kimia yang dapat beraksi sebagai
allergen, tetapi sangat jarang yang menimbulkan masalah. Mungkin saja paparan allergen
telah berlangsung bertahun-tahun namun secara mendadak baru terjadi hipersensitivitas.
Yang sering menyebabkan dermatitis kontak adalah nikel, colophony, bahan-bahan aditif
karet, kromat, cat rambut, dan obat-obatan topical (krim, lotion). Baik sebagai bahan aktif
utama maupun sebagai bahan dasar. Steroid topical yang poten hendaknya digunakan
untuk meredakan eksema sebelum dilakukan tes temple. Begitu suatu allergen sudah
ditemukan sebagai penyebabnya, maka pasien dianjurkan untuk menghindarinya. Apabila
komponen dalam obat-obatan yang menjadi penyebabnya maka dokter keluarga pasien
harus diberi tahu obat-obat apa saja yang tidak boleh dipakai.(Graham Brown,

2. Eksema endogen
a. Eksema atopic
Eksema atopic tidak ditemukan pada bayi baru lahir, tetapi sering timbul pada tahun
pertama kehidupan. Pada anak-anak usia dini eksema sering menyerang keseluruhan
tubuh, tetapi kemudian tampak keseluruhan tubuh, tetapi kemudian tampak menyerang
daerah lipatan yang khas (pergelangan tangan, fosa antekubiti, fosa poplitea, dan dorsum
pedis). Kulit terasa kering dab terasa sangat gatal. Eksema atopic seringkali hilang pada
masa kanak-kanak, tetapi bisaa bertahan sampai usia remaja serta dewasa, dan tidak ada
cara untuk memperkirakan prognosisnya.
b. Dermatitis seboroik
Penyakit ini merupakan kelainan konstitusional, yang pathogenesis pastinya masih belum
diketahui, tetapi pada akhir-akhirnya ini ditekankan adanya peran ragi maslassezia.
Dermatitis seboroik menyerang kulit kepala, wajah, punggung bagian atas, dan daerah-
daerah lipatan. Serangan di daerah lipatan menimbulkan eritema yang sedikit basah dan
berminyak.
c. Eksema discoid
Pada kelainan ini, timbul eksema yang tersebar, terbatas jelas, mengeluarkan eksudat, dan
ditutupi krusta, yang terdapat pada tubuh dan ekstrimitas. Suatu steroid topical yang poten
biasanya diperlukan untuk mengendalikan kondisi ini.
d. Eksema varikosa
Hipertensi vena kronis sering dihubungkan dengan perubahan eksematosa pada tungkai.
Penyebaran sekunder ke bagian depan lengan bisa terjadi. Steroid topical dengan potensi
ringan atau sedang biasanya akan menekan eksema.
e. Eksema asteatotika
Eksema asteatotika ditemukan pada tungkai, tetapi bisa juga terdapat pada perut bagian
bawah, lengan, dan kadang-kadang bisa di seluruh bagian tubuh. Hal ini sering terjadi
pada pasien usia lanjut yang dirawat di rumah sakit dan dimandikan lebih sering dari pada
kalau mandi di rumah.
Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Keluhan utama
misalnya: gatal-gatal,rasa terbakar,rasa baal.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Pola PQRST dapat digunakan untuk menanyakan keluhan klien misalnya pada klien
dengan keluhan klien. Misalnya,pada klien pada keluhan gatal,dapat dikembangkan
pengkajiannya sebagai berikut:
P=Provokatif/Paliatif(pencetus)
Apa penyebab rasa gatal, yang meringankan dan memperberat rasa gatal tersebut?
Q=Quality/quqntity(kualitas)
Bagaimana gambaran rasa gatal tersebut(seperti membakar,hilang timbul atau bercampur
nyeri).
R=Region/radiasi(lokasi)
Rasa gatal tersebut terasa dimana? Apakah menjalar? Jika menjalar sampai dimana?
S=Sevirity Scale/(tingkat keperahan)
Berapa lama berlangsungnya dan apakah mengganggu aktifitas sehari-hari?
T=Timing(waktu)
Kapan pertama kali dirasakan? Apakah timbul setiap saat atau sewaktu-waktu?
b. Riwayat kesehatan dahulu
Untuk informasi riwayat kesehatan yang dahulu, misalnya demam, penyakit kulit yang
pernah diderita penyakit pernapasan atau pencernaan, riwayat alergi, dan lain-lain.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Tentang status kesehatan keluarga, dapat ditanyakan ada tidaknya anggota keluarga yang
menderita gangguan kulit, kapan dimulainya gangguan itu, dan adakah anggota keluarga
yang mempunyai riwayat alergi.
d. Riwayat pengobatan atau terpapar zat
Tanyakan pada klien obat apa saja yang telah dikonsumsi atau pernahkah klien terpapar
factor-faktor yang tidak lazim. Misalnya, terkena zat-zat kimia atau bahan iritan lainya.
e. Riwayat pekerjaan atau aktivitas sehari-hari
Kebiasaan dan aktivitas sehari-hari klien perlu ditanyakan Misalnya, bagaimana pola
tidur klien, sebab pola tidur dan istirahat sangat mempengaruhi kesehatan kulit.
Lingkungan kerja klien juga perlu dikaji untuk mengetahui apakah klien berkontak
dengan bahan-bahan iritan.
f. Riwayat psikososial
Keadaan psikologis klien yang perlu dikaji misalnya, stress yang berkepanjangan yang
akan mempengaruhi kesehatan kulit seseorang , bahkan dapat menimbulkan kelainan
kulit
B. Pemeriksaan fisik
Mengkaji ciri kulit secara keseluruhan:
1. Inspeksi
a. Warna kulit
Perubahan warna kulit juga dipengaruhi oleh banyak variable. Gangguan pada melanin
dapat bersifat menyeluruh atau setempat yang dapt menyebabkan kulit menjadi gelap atau
lebih terang dari pada kulit yang lainnya. Kondisi tanpa pigmentasi terjadi pada kasus
albino.
b. Keadaan kulit
Mengobservasi lokasi lesi, keadaan lesi dan kedalaman lesi.
2. Palpasi
a. Turgor kulit
Turgor kulit umumnya mencerminkan status hidrasi. Pada klien yang dehidrasi dan
lansia, kulit terlihat kering. Pada klien lansia, turgor kulit mencerminkan hilangnya
elastisitas kulit, dan keadaan kekurangan air ekstrsasel.
Perhatikan seberapa mudah kulit kembali ketempat semula. Normalnya, kulit segera
kembali keposisi awal. Pada edema pitting, tekan kuat area tersebut selama 5 detik dan
lepaskan. Catat kedalaman pitting dalam millimeter, edem +1 sebanding dengan
kedalaman dua millimeter, edem+2 sebanding dengan kedalaman 4milimeter.
b. Tekstur kulit
Tekstur kulit pada perubahan menyeluruh perlu dikaji , karena tekstur kulit dapat
berubah-ubah dibawah pengaruh banyak variable. Jenis tekstur kulit dapat meliputi kasar,
kering, atau halus. (Raharyani, 2008, 12)

Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai