Anda di halaman 1dari 6

TATA KELOLA DISTRIBUSI BANTUAN LOGISTIK KORBAN BENCANA ALAM

(Studi Empiris pada Bencana Banjir di Kabupaten Bojonegoro)

Ischa Mabruris Sahilala, Sarwono, Imam Hanafi


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: ischasahilala2@gmail.com

Abstract: The Logistic Management of Aid Distribution to Natural Disaster Survivors


(Empirical Study of Flood Disaster at Kabupaten Bojonegoro). As informed by news in
beritajatim.com, the survivors from overflow flood of Bengawan Solo River are forced to become
street beggars. They are begging for donation to the users of Bojonegoro-Cepu Highway because
governmental aids are not yet allocated to them. It is ironic because the stock of aids for disaster
survivors is still adequate and stored prominently in BPBD of Kabupaten Bojonegoro. It may be
caused by poor management of aid distribution during emergency. Good management of aid
distribution during emergency requires coordination of all actors engaged within
aid distribution mechanism. Besides coordinating the participant actors, aid distribution
mechanism must also meet Operational Standards of Procedures (OSP). So far, distribution
mechanism has complied with OSP and considered the functions of logistic management.

Keywords: disaster management, logistic management, distribution mechanism

Abstrak: Tata Kelola Distribusi Bantuan Logistik Korban Bencana Alam (Studi Empiris
pada Bencana Banjir di Kabupaten Bojonegoro). Menurut berita yang dilansir oleh
beritajatim.com, korban banjir luapan Sungai Bengawan Solo terpaksa meminta-minta kepada para
pengguna jalan raya jurusan Bojonegoro-Cepu karena belum mendapatkan bantuan dari
pemerintah, sedangkan persediaan barang bantuan untuk korban bencana yang berada di BPBD
Kabupaten Bojonegoro masih mencukupi. Hal ini terjadi dikarenakan lemahnya tata kelola
pendistribusian bantuan pada saat kondisi darurat. Pentingnya tata kelola pendistribusian bantuan
pada saat kondisi darurat, menuntut adanya koordinasi dari berbagai aktor yang terlibat dalam
mekanisme pendistribusian bantuan. Selain adanya koordinasi dari berbagai aktor tersebut,
mekanisme pendistribusian bantuan juga harus memenuhi Standar Operasional Prosedur (SOP),
dimana penyampaian dan penyaluran bantuan dapat terlaksana paling lambat 7 (tujuh) hari kerja
setelah mendapat laporan. Penerapan mekanisme pendistribusian bantuan tersebut telah sesuai
dengan SOP yang berlaku dan fungsi-fungsi manajemen logistik, namun juga terdapat kendala
yang dapat menghambat mekanisme pendistribusian bantuan logistik.

Kata Kunci: manajemen bencana, manajemen logistik, mekanisme pendistribusian


.

Pendahuluan Banjir tersebut berasal dari luapan sungai


Indonesia merupakan negara yang memiliki bengawan solo dan mengenangi 16 Kecamatan di
tingkat kerawanan bencana yang tergolong Kabupaten Bojonegoro yang menimbulkan 6
tinggi. Hampir setiap tahun di Indonesia terjadi korban meninggal dan 21.003 korban selamat.
bencana alam, diantara berbagai macam bencana Banjir tersebut juga mengenangi rumah
alam yang ada di Indonesia, kejadian bencana masyarakat sejumlah 36.346 Kepala Keluarga
alam banjir masih mendominasi dibandingkan (KK). sehingga menimbulkan kerugian materi
dengan bencana alam lainnya. Banjir sebanyak Rp.65.180.542.500,00. Hal ini
menimbulkan banyak kerugian, baik kerugian menunjukkan bahwa bencana banjir mendatang-
lingkungan, kerugian harta benda, maupun kan korban dan kerugian besar bagi masyarakat.
adanya korban jiwa manusia hingga dampak Untuk mengurangi risiko dampak bencana yang
psikologis dari manusia tersebut. terjadi, maka diperlukan Manajemen Bencana.
Kabupaten Bojonegoro menjadi salah satu Manajemen Bencana diperlukan untuk
daerah yang rawan terjadi banjir dengan tingkat mencegah dan mengurangi kerugian yang timbul
potensi bencana yang tinggi. Kabupaten dari bencana yang terjadi, baik berupa kerugian
Bojonegoro dilanda banjir setiap tahunnya. harta benda maupun materi, serta menjamin
terlaksananya bantuan yang memadai bagi

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 5, Hal. 812-817 | 812


korban bencana alam, mulai dari sebelum, saat tribusian bantuan di Kabupaten Bojonegoro. (3)
dan setelah terjadinya bencana. Dalam kondisi Untuk mengetahui, menganalisis dan
darurat bencana, masyarakat sangat membutuh- mendiskripsikan desain mekanisme yang lebih
kan bantuan dari pemerintah, organisasi efektif dalam pendistribusian bantuan logistik.
masyarakat ataupun swasta. Bantuan yang
dibutuhkan sebagian besar masyarakat adalah Tinjauan Pustaka
bantuan logistik, bantuan tersebut mencakup 1. Administrasi Publik
kebutuhan sehari-hari masyarakat, seperti Administrasi publik dahulu dikenal dengan
sembako, mie instant, makanan siap saji, selimut, sebutan administrasi negara, namun konsep
matras dan lainnya. administrasi publik bukanlah konsep baru di
Bantuan Logistik dibutuhkan untuk Indonesia, hanya penamaannya saja yang
penanggulangan bencana khususnya pada saat berbeda. Administrasi publik digunakan Untuk
terjadi bencana. Dukungan bantuan logistik harus mengelola kepemerintahan di Indonesia. Hal ini
tepat waktu, lokasi, sasaran, kualitas, kuantitas, sesuai dengan beberapa pendapat para pakar
dan kebutuhan. Menurut beritajatim.com administrasi publik. Menurut Chandler & Plano
sebagian korban bencana banjir masih meminta yang dikutip oleh Keban dalam Pasolong (2012,
bantuan kepada pengguna jalan yang melewati h.55), bahwa administrasi publik adalah proses
jalan raya Bojonegoro, menurut salah seorang dimana sumber daya dan personel publik
penduduk hal ini dilakukan karena belum adanya diorganisir dan dikoordinasikan untuk memfor-
bantuan dari pemerintah daerah. Sedangkan mulasikan mengimplementasikan dan mengelola
petugas BPBD menuturkan bahwa setiap adanya (manage) keputusan-keputusan dalam kebijakan
permintaan bantuan dari pemerintah desa atau publik.
kecamatan, BPBD selalu memberikan bantuan. Bila dikaitkan dengan bencana alam,
Pemberian bantuan tersebut sesuai permintaan administrasi publik yang dijalankan oleh
dengan melihat ketersediaan stok barang yang pemerintah memiliki tanggung jawab yang
ada. tidak adanya permintaan bantuan yang sangat besar. Dimana bencana alam yang terjadi
melebihi stok barang yang ada, menunjukkan di Indonesia menjadi tanggungjawab pemerintah
bahwa bantuan yang tersedia sangat mencukupi. pusat dan pemerintah daerah, maka diharapkan
Namun kondisi yang terjadi masyarakat penyelenggaraan penanggulangan bencana
mengalami kekurangan bantuan. Hal ini dapat tersebut akan semakin baik.
terjadi dikarenakan lemahnya tata kelola
pendistribusian bantuan pada saat kondisi 2. Manajemen Bencana
upnormal. Manajemen bencana (Disaster Manage-
Kondisi upnormal dan kebutuhan dari ment) sebagai penjamin terlaksananya bantuan
masyarakat yang segera terpenuhi membuat yang segera dan memadai bagi korban bencana,
prosedur permintaan bantuan tidak dapat berjalan hal tersebut dilakukan untuk mencapai
dengan lancar dan lambat. Prosedur yang pemulihan yang cepat dan efektif. Manajemen
hierarki menuntut proses yang seharusnya dapat bencana dibangun dengan maksud terselengga-
berjalan dengan cepat menjadi agak lambat. Oleh ranya normalisasi kehidupan masyarakat yang
karenanya dibutuhkan prosedur yang dapat tercapai dengan waktu yang cepat, serta
diproses dengan cepat, tepat, dapat dipertang- mengurangi korban nyawa dan kerugian harta
gungjawabkan dan menjamin pelayanan publik benda. Hal yang penting dari manajemen
tersalurkan dengan baik. Berdasarkan masalah bencana adalah adanya langkah nyata dalam
yang telah dipaparkan diatas, maka penulis mengendalikan bencana sehingga korban dapat
merumuskan masalah yaitu (1) Bagaimanakah terselamatkan dengan cepat dan tepat serta upaya
mekanisme pendistribusian bantuan logistik bagi pemulihan pasca bencana dapat dilakukan
korban bencana alam di Kabupaten Bojonegoro? dengan cepat (Purnomo dan Sugiantoro, 2010,
(2) Bagaimanakah penerapan mekanisme h.14).
pendistribusian bantuan logistik di Kabupaten
Bojonegoro? (3) Bagaimanakah desain mekanis- 3. Manajemen Logistik
me yang lebih efektif dalam pendistribusian Peraturan Kepala BNPB Nomor 20
bantuan logistik? Tahun 2011 tentang Pedoman Monitoring dan
Tujuan penelitian adalah (1) Untuk Evaluasi Manajemen Logistik Penanggulangan
mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsikan Bencana menjelaskan bahwa manajemen logistik
mekanisme pendistribusian bantuan logistik bagi adalah proses pengelolaan logistik penanggu-
korban bencana alam di Kabupaten Bojonegoro. langan bencana yang meliputi perencanaan/
(2) Untuk mengetahui, menganalisis dan inventarisasi kebutuhan, pengada-an dan/atau
mendiskripsikan penerapan mekanisme pendis- penerimaan, pergudangan dan/atau penyim-

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 5, Hal. 812-817 | 813


panan, pendistribusian, pengangkutan, penerima- interview guide, dan catatan lapangan. Pengujian
an di tujuan dan penghapusan. keabsahan data pada penelitian ini dilakukan
Penerapan fungsi-fungsi manajemen melalui pengujian kredibilitas dengan cara
dalam penyelenggaraan logistik sangat penting perpanjangan pengamatan. Analisis data yang
adanya, H. Subagya MS (1990,h.11-12) fungsi- digunakan yaitu Model Interaktif menurut Miles,
fungsi manajemen yang diterapkan dalam Huberman dan Saldana (2013, h.14). Analisis
penyelenggaraan logistik meliputi: metode interaktif terdiri dari kondensasi data,
1. Fungsi perencanaan dan penentuan penyajian data dan menarik kesimpulan/
kebutuhan verifikasi.
2. Fungsi Penganggaran.
3. Fungsi Pengadaan. Pembahasan
4. Fungsi Penyimpanan dan Penyaluran. 1. Mekanisme Pendistribusian Bantuan
5. Fungsi Pemeliharaan. Logistik bagi Korban Bencana Alam di
6. Fungsi Peng-hapusan. Kabupaten Bojonegoro.
7. Fungsi Pengendalian. Penanganan bencana di Kabupaten
Bojonegoro tidak dapat dilakukan oleh
Metode Penelitian pemerintah Kabupaten Bojonegoro saja, namun
Penelitian ini menggunakan jenis juga dibutuhkan aktor-aktor lain untuk
penelitian deskriptif dengan pendekatan membantu keberlangsungan penanggulangan
kualitatif. Dengan harapan memperolah bencana. Aktor-aktor tersebut terdiri dari BPBD
informasi yang lengkap dalam memaparkan Tata Kabupaten Bojonegoro, Aparatur Kecamatan
Kelola Distribusi Bantuan Logistik Korban Dander, Aparatur Desa Ngulanan dan
Bencana Alam di Kabupaten Bojonegoro. Masyarakat Desa Ngulanan. Kerjasama dan
Penelitian ini mengutamakan penelitian lapangan koordinasi yang dijalin antar stakeholder tersebut
dan wawancara kepada pihak-pihak yang terkait dapat memperlancar terlaksananya mekanisme
dengan pelaksanaan pendistribusian bantuan, pendistribusian bantuan. BPBD Kabupaten
guna memeproleh data primer. Bojonegoro berkoordinasi dengan aparatur-
Fokus penelitian ini yaitu: (1) aparatur Kecamatan Dander dan Desa Ngulanan
Mengidentifikasi mekanisme pendistribusian untuk melancarkan mekanisme pendistribusian
bantuan logistik bagi korban bencana alam di serta mengambil langkah-langkah yang baik
Kabupaten Bojonegoro. Dengan meng- untuk menangani bencana banjir yang terjadi,
gambarkan aktor - aktor atau stakeholders yang koordinasi antar stakeholders tersebut dinilai
terlibat dalam mekanisme pendistribusian memenuhi apa yang seharusnya dilakukan oleh
bantuan logistik, serta mekanisme pendistribu- instansi Administrasi Publik. Proses distribusi
sian bantuan (2) mengidentifikasi penerapan bantuan berdasarkan SOPdapat dilihat pada
mekanisme pendistribusian bantuan di gambar berikut:
Kabupaten Bojonegoro. Dengan mengambarkan Gambar 1. Proses Distribusi Bantuan
dan menganalisis penerapan Fungsi Manajemen berdasarkan SOP.
Logistik serta hambatan-hambatan dalam
pendistribusian bantuan. (3) Desain mekanisme
yang lebih efektif dalam pendistribusian bantuan
logistik.
Adapun lokasi penelitian yang dijadikan
tempat penelitian adalah di wilayah Kabupaten
Bojonegoro, sedangkan situs penelitian yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah Desa
Ngulanan di KecamatanDander. Melihat
lokasinya, lokasi Desa Ngulanan terbilang lebih
dekat dengan pusat pemerintahan, meskipun
wilayah tersebut berdekatan namun acap kali
menemui kesulitan dalam memperoleh distribusi
bantuan. Sumber data yang digunakan adalah
informan dan dokumen, dan jenis data yang Gambar tersebut merupakan gambaran
digunakan adalah data primer dan data sekunder. proses terjadinya distribusi bantuan bagi korban
Teknik pengumpulan data melalui studi pustaka, bencana banjir Bengawan Solo berdasarkan SOP
observasi, wawancara dan dokumentasi. yang berlaku di Kabupaten Bojonegoro. Terdapat
Instrument penelitian yang digunakan yaitu 8 tahapan proses yang dilakukan hingga bantuan
peneliti sendiri, pedoman wawancara atau

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 5, Hal. 812-817 | 814


tersebut diterima oleh korban bencana banjir. 8 baik di gudang BPBD, gudang Bulog, maupun
tahapan tersebut sebagai berikut: Balai Desa.
1) Kepala desa/Kelurahan melaporkan kejadian BPBD memberikan bantuan mulai dari pra
bencana banjir atas informasi dari masyarakat bencana, saat terjadi bencana, hingga paska
kepada Camat setempat. Laporan tersebut bencana. Pada saat pra bencana bantuan yang
selambat-lambatnya 1 jam setelah kejadian diberikan berupa beras, gula dan minyak goreng,
tersebut terjadi dan dapat dilakukan melalui pada saat terjadi bencana barang yang diberikan
telepon yang selanjutnya diikuti laporan berupa kebutuhan-kebutuhan dasar dari
tertulis. masyarakat, baik pangan maupun non pangan,
2) Berdasar laporan dari kepala desa tersebut, dan pada paska bencana bantuan yang diberikan
Camat bersama Muspika mengadakan berupa berupa beras sebanyak 5 kg, minyak
peninjauan lokasi kejadian dan mengambil goring sebanyak 2 lt, gula sebanyak 1 kg, mie
langkah-langkah seperlunya. instan sebanyak 5 bks, kecap sebanyak 1 botol
3) Camat melaporkan kronologis kejadian kecil dan sarden sebanyak 1 kaleng kecil.
bencana banjir dan langkah-langkah yang Bantuan tersebut diberikan per KK (Kartu
telah diambil, serta saran/usulan Keluarga yang berada di wilayah Desa
penanggulangan bencana kepada Bupati. Ngulanan).
Laporan tersebut dapat dilakukan melalui Proses yang dilakukan antara SOP dengan
telepon yang selanjutnya diikuti laporan keadaan di lapangan menunjukkan bahwa
tertulis dengan tembusan Kepala Pelaksana pelaporan dilakukan dengan menggunakan
BPBD. telepon dan selanjutnya akan diikuti laporan
4) Kepala BPBD menugaskan Tim Reaksi Cepat secara resmi, sedangkan pendistribusian bantuan
(TRC) guna mendapatkan data kaji cepat dan dari BPBD diberikan kepada Kepala Desa yang
langkah-langkah yang perlu diambil. diketahui oleh Camat setempat dan selanjutnya
5) Tim Reaksi Cepat (TRC) dan Camat barang tersebut didistribusikan oleh aparatur
melaporkan semua permasalahan/keadaan desa yang dibantu oleh KKPBB. Penerapan
yang terjadi dilapangan kepada Kepala BPBD penanggulangan bencana yang sesuai dengan
untuk mendapatkan petunjuk/langkah- SOP, tidak menutup kemungkinan adanya
langkah strategis selanjutnya. hambatan-hambatan dalam pelaksanaannya.
6) BPBD menindaklanjuti dengan usulan Kurangnya personel BPBD dan rumitnya
pemberian bantuan/santunan dari Badan mekanisme membuat pendistribusian bantuan
Penanggulangan Bencana Daerah melalui terhambat dan kurangnya kesadaran masyarakat,
Nota Dinas kepada Bupati. minimnya transportasi untuk mengevakuasi
7) Diajukan pencairannya (bantuan/santunan) warga, minimnya penerangan di malam hari,
tersebut kepada Badan Pengelolaan serta kurang validnya data korban bencana banjir
Keuangan dan Kekayaan Daerah (BPKKD). menyebabkan pendistribusian bantuan terhambat
8) Selanjutnya bantuan tersebut didistribusikan dan tidak merata.
kepada korban bencana banjir.
3. Desain Mekanisme yang Lebih Efektif
2. Penerapan Mekanisme Pendistri-busian dalam Pendistribusian Bantuan Logistik.
Bantuan di Kabupaten Bojonegoro. Kabupaten Bojonegoro yang menjadi
Dalam kondisi real di lapangan saat kondisi daerah langganan banjir membuat BPBD
darurat, bantuan dari organisasi masyarakat, memberikan dan mendistribusikan bantuan setiap
partai politik,dll lebih cepat datang dibandingkan tahunnya. Pendistribusian bantuan tersebut juga
dengan bantuan yang berasaldari BPBD. diikuti adanya pengeluaran dana setiap tahun
Kecukupan bantuan antara SOP dengan untuk korban bencana alam. Data pengeluaran
pengalaman empiris menunjukkan kesamaan, dana setiap tahun itulah yang menjadi dasar
yaitu kecukupan bantuan makanan 3 (tiga) kali perkiraan dana maksimal untuk tahun
sehari, bahkan dilapangan bantuan tersebut lebih selanjutnya, karena sudah dapat dipastikan
dari cukup. Sebelum bantuan diberikan kepada wilayah-wilayah mana yang sering terdampak
masyarakat, Sebelum bantuan tersebut dibagikan bencana banjir Bengawan Solo.
ke masyarakat, terlebih dahulu personel BPBD Berdasarkan dari perkiraan dana maksimal,
memeriksa kondisi dan tanggal kadaluarsa maka diadakanlah pencairan dana guna persiapan
barang tersebut, namun yang terjadi dilapangan dan pengadaan stok barang bantuan/santunan
beras yang diberikan kurang berkualitas. Hal ini sebelum terjadi bencana. Barang yang diadakan
disebabkan kurang memadainya gudang yang dapat berupa barang konsumtif maupun barang
dimiliki BPBD, serta lamanya penimbunan beras non konsumtif. Untuk barang konsumtif haruslah
dikelola dengan baik sehingga tidak mengalami

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 5, Hal. 812-817 | 815


penimbunan yang terlalu lama, sehingga tidak non konsumtif, seperti selimut, terpal, matras,
mengurangi kualitas dari barang tersebut. peralatan dapur, dll. Dengan tujuan, apabila
pengelolaan barang konsumtif dapat dilakukan barang tersebut ditimbun tidak mengalami
dengan cara bekerjasama dengan toko-toko yang penyusutan kualitas barang. Sedangkan saat
menjual barang-barang konsumtif tersebut di bencana dan paska bencana dapat diberikan
wilayah Kabupaten Bojonegoro. Kerjasama juga barang bantuan yang bersifat konsumtif dan
dapat dilakukan dengan koperasi di desa-desa memiliki kualitas yang baik. Pendistribusian
yang terdampak banjir, sehingga apabila bencana bantuan yang lebih efektif membuat kebutuhan
banjir tersebut datang, barang dapat logistik korban bencana banjir terpenuhi lebih
didistribusikan lebih cepat. Tentunya kerjasama cepat. Selanjutnya barulah diadakan rapat guna
tersebut harus memiliki payung hukum yang membahas pertanggungjawaban dana dan
jelas, baik berupa Perda maupun Perbup dengan penyaluran bantuan bencana alam.
sanksi yang tegas apabila terdapat pertanggungjawaban tersebut diikuti dengan
penyimpangan. adanya dokumentasi, berita acara dan tanda
Barang-barang bantuan tersebut digunakan terima baik dari Kepala Desa dan Camat. Dengan
untuk mencukupi kebutuhan pra bencana, saat demikian pendistribusian bantuan dapat lebih
bencana dan paska bencana. Dalam cepat diterima oleh korban bencana banjir dan
kesiapsiagaan pra bencana, barang bantuan pertanggungjawaban dapat terlaksana dengan
didistribusikan terlebih dahulu kepada desa-desa baik. Gambaran desain alur mekanisme
yang terdampak, namun bukan berupa barang pendistribusian bantuan disajikan dalam Gambar
konsumtif. Barang yang didistribusikan bersifat 1.

Gambar 2. Desain Mekanisme Pendistribusian Bantuan

Daftar Pustaka
Adarrma, Tulus (2013) Banjir Bojonegoro, Pengungsi Terpaksa Mengemis di Jalanan. Beritajatim.com
[Internet], 2 November 2015. Diakses dari: <
http://m.beritajatim.com/peristiwa/192777/banjir_bojonegoro,_pengungsi_terpaksa_mengemis_di_
jalanan.html> [diakses pada tanggal 02 November 2014].
Miles, M.B, Huberman, A.M. & Saldana, J. (2013) Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook
Third Edition [Internet]. SAGe Publications, London. Diakses melalui
http://www.gumtree.com.au/s-st-lucia-brisbane/leguages/k013005912/ [Diakses pada tanggal 17
Januari 2015].
Pasolong, Herbani. (2012) Metode penelitian administrasi publik. Bandung: Alfabeta.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 20 Tahun 2011 tentang
Pedoman Monitoring dan Evaluasi Manajemen Logistik Penanggulangan Bencana. Jakarta,
Badan Nasional Penanggulangan Bencana.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 5, Hal. 812-817 | 816


Purnomo, Hadi dan Sugiantoro, Ronny. (2010) Manajemen Bencana: Respons dan Tindakan
Terhadap Bencana. Yogyakarta: Media Pressindo.
Rekapitulasi Kejadian Korban dan Kerusakan Bencana Banjir Bengawan Solo Tanggal 02 Januari
sampai dengan 31 Desember 2013. Bojonegoro, Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Kabupaten Bojonegoro.
Subagya M.S. (1990) Manajemen Logistik. Jakarta: Sapdodadi.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Jakarta, Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Warfield, Corina. (TT). The Disaster Management Cycle [Internet], Diakses melalui
http://www.gdrc.org/uem/disasters/1-dm_cycle.html [diakses pada tanggal 7 Oktober 2014].

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 5, Hal. 812-817 | 817

Anda mungkin juga menyukai