KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN BENCANA Pendahuluan • Indonesia • Secara geografis dan struktur geologi baik bencana alam maupun bencana non alam . • Indonesia memiliki tingkat kerawanan bencana yang tergolong tinggi. • kejadian bencana alam banjir masih mendominasi dibandingkan dengan bencana alam lainnya. • Banjir menimbulkan banyak kerugian, baik kerugian lingkungan, kerugian harta benda, maupun korban jiwa manusia hingga dampak psikologis dari korban tersebut. • Kota Kendari adalah salah satu daerah yang rawan terjadi bencana banjir dengan tingkat potensi bencana yang tinggi. Kota Kendari dilanda banjir setiap tahunnya. Banjir tersebut berasal dari luapan sungai Wanggu dan mengenangi 10 Kecamatan di Kota Kendari yang menimbulkan 1 korban meninggal, 32 rumah rusak berat, 53 rumah rusak sedang, dan 178 rumah rusak ringan, 3 jembatan rusak, dan 500 hektar sawah terendam dan 9.958 korban selamat. Banjir tersebut juga mengenangi rumah masyarakat sejumlah 3.369 Kepala Keluarga (KK) sehingga menimbulkan kerugian materi sebanyak Rp.75.000.000.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa bencana banjir mendatangkan korban dan kerugian yang begitu besar bagi masyarakat. Untuk mengurangi risiko dampak bencana yang terjadi, maka diperlukan Manajemen Bencana. (BPBD Kota Kendari, 11 Mei 2018). Lanjutan pendahuluan • Manajemen Bencana diperlukan untuk mencegah dan mengurangi kerugian serta risiko yang ditimbulkan dari bencana yang terjadi, baik berupa kerugian harta benda maupun materi. (khususnya pada masa keadaan tanggap darurat). • Sesuai Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat Bencana. Dalam penanggulangan bencana perlu adanya koordinasi dan penanganan yang cepat, tepat, efektif, efisien, terpadu, dan akuntabel agar korban jiwa dan kerugian harta benda dapat diminimalisir. • Namun pada masa tanggap darurat bencana di Kota Kendari, sering terjadi kesimpang-siuran data dan informasi korban maupun kerusakan, sehingga mempersulit pengambilan kebijakan penanganan darurat. • Pelaksanaan tanggap darurat juga sering kurang saling mendukung, distribusi bantuan dan pelayanan kurang cepat, kurang merata, sulit terpantau dengan baik. Rumusan Masalah 1. Bagaimana kesiapsiagaan BPBD dalam pengelolaan tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari? 2. Bagaimana pelaksanaan penentuan status keadaan darurat bencana pada bencana banjir di Kota Kendari? 3. Bagaimana pembentukan atau aktivasi dan manajemen Pos Komando tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari? 4. Bagaimana proses pelaksanaan pengkajian dampak dan kebutuhan tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari? 5. Bagaimana pengelolaan informasi strategis, taktis dan umum pada saat tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari? 6. Bagaimana pengelolaan bantuan logistik bagi korban bencana banjir di Kota Kendari? 7. Bagaimana pengelolaan sumber daya dari NGO dan Lembaga Usaha pada bencana banjir di Kota Kendari? 8. Bagaimana proses pelaksanaan pengendalian operasi pertolongan darurat pada bencana banjir di Kota Kendari? 9. Bagaimana pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi penanganan darurat pada bencana banjir di Kota Kendari? Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui kesiapsiagaan BPBD dalam pengelolaan tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan penentuan status keadaan darurat bencana pada bencana banjir di Kota Kendari. 3. Untuk mengetahui pembentukan atau aktivasi dan manajemen Pos Komando tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari. 4. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pengkajian dampak dan kebutuhan tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari. 5. Untuk mengetahui pengelolaan informasi strategis, taktis dan umum pada saat tanggap darurat bencana banjir di Kota Kendari. 6. Untuk mengetahui pengelolaan bantuan logistik bagi korban bencana banjir di Kota Kendari. 7. Untuk mengetahui pengelolaan sumber daya dari NGO dan Lembaga Usaha pada bencana banjir di Kota Kendari. 8. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pengendalian operasi pertolongan darurat pada bencana banjir di Kota Kendari. 9. Untuk mengetahui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi penanganan darurat pada bencana banjir di Kota Kendari. Manfaat penelitian 1. Manfaat Praktis a) Memperoleh pemecahan masalah dari persoalan pengelolaan tanggap darurat bencana. b) Memberikan kilas balik yang jelas dan sistematik sehingga dapat menjadi bahan pemikiran dan pertimbangan oleh para pihak pengambil keputusan dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pengelolaan pada masa tanggap darurat bencana. c) Sebagai sarana untuk mengaplikasikan beberapa teori sehingga dapat mengembangkan pemahaman, penalaran, dan pengalaman peneliti khususnya mengenai pengelolaan bencana pada masa tanggap darurat. 2. Manfaat Teoritis Memberi informasi acuan atau bahan pembanding bagi peneliti lain yang berminat melakukan telaahan lebih mendalam pada aspek serupa. Kajian pustaka A. Konsep Bencana Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia. Menurut United Nation Development Program (UNDP) dalam bukunya Soehatman Ramli, (2010: 10) bencana adalah suatu kejadian yang ekstrem dalam lingkungan alam maupun manusia yang secara merugikan mempengaruhi kehidupan manusia, harta benda atau aktivitas sampai pada tingkat yang menimbulkan bencana. Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 pasal 1 tentang Penanggulangan Bencana, bencana dibagi menjadi 3 macam yaitu : 1. Bencana alam Bencana alam merupakan bencana yang disebabkan oleh peristiwa alam, seperti gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, angin topan, kekeringan dan tanah longsor. 2. Bencana non alam Bencana non alam adalah bencana disebabkan oleh peristiwa yang bukan dari alam, yaitu gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, kecelakaan industri, kecelakaan transportasi dan wabah penyakit. 3. Bencana sosial Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh ulah manusia, seperti konflik sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat. B. Konsep Manajemen Bencana Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini, penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. (UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana). Sedangkan menurut Nurjanah, dkk (2012) manajemen bencana (Disaster Manajement) adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bencana beserta segala aspek yang berkaitan dengan bencana, terutamarisiko bencana dan bagaimana menghindari risiko bencana. Secara umum manajemen bencana dapat dikelompokkan menjadi 3 tahapan dengan beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari pra bencana, pada saat tanggap darurat, dan pasca bencana. Gambar 2.1 Manajemen Bencana Sumber :UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana C. Elemen Sistem Manajemen Bencana Menurut Soehatman Ramli, (2010) manajemen bencana memerlukan berbagai elemen yang mendukung implementasinya antara lain: 1. Kebijakan Manajemen 2. Identifikasi dan Penilaian Risiko Bencana (Disaster Risk Assessment) 3. Perencanaan Awal 4. Prosedur Manajemen Bencana 5. Organisasi dan Tanggung Jawab 6. Sumberdaya Penanganan Bencana 7. Pembinaan dan Pelatihan 8. Komunikasi 9. Investigasi dan Pelaporan 10. Inspeksi dan Audit Manajemen Bencana D. Pengelolaan Keadaan Darurat 1. Pengertian Keadaan Darurat Keadaan darurat adalah berubahnya suatu kegiatan/keadaan atau situasi yang semula normal menjadi tidak normal sebagai akibat dari suatu peristiwa atau kejadian yang tidak diduga atau dikehendaki (Jusuf, 1999). Sedangkan menurut Soehatman Ramli, (2010) Tanggap darurat adalah tindakan segera dilakukan untuk mengatasi kejadian bencana misalnya dalam suatu proses kebakaran atau peledakan di lingkungan industri; 1. Memadamkan kebakaran atau peledakan. 2. Menyelamatkan manusia dan korban (resque). 3. Menyelamatkan harta benda dan dokumen penting (salage). 4. Perlindungan masyarakat umum. 2. Manajemen Tanggap Darurat/Kedaruratan Tanggap darurat adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera mungkin pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan. Rangkaian kegiatan tersebut terdiri dari penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan dan pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan sarana dan prasarana. (UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana). Manajemen kedaruratan adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanganan kedaruratan, pada saat menjelang, saat darurat dan sesudah terjadi keadaan darurat, yang mencakup kesiapsiagaan darurat, tanggap darurat dan pemulihan darurat, termasuk di dalamnya adalah transisi dari darurat ke pemulihan khususnya pemulihan dini (early recovery). (Nurjanah, dkk., 2012). Menurut Pasal 48 Undang-Undang No. 24 Tahun 2017 tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi: 1) pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya; 2) penentuan status keadaan darurat bencana; 3) penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana; 4) pemenuhan kebutuhan dasar; 5) perlindungan terhadap kelompok rentan; dan 6) pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital. 3. Tahapan Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana Menurut PERKA BNPB Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat, menjelaskan bahwa terbentuknya Komando Tanggap Darurat Bencana meliputi tahapan yang terdiri dari: 1. Informasi Kejadian Awal 2. Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC) 3. Penetapan Status/Tingkat Bencana 4. Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana 4. Organisasi dan Tata Kerja Komando Tanggap Darurat Bencana Menurut PERKA BNPB Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat, organisasi dan tata kerja komando tanggap darurat bencana dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Organisasi Struktur organisasi komando tanggap darurat terdiri atas Komandan yang dibantu oleh staf komando dan staf umum, secara lengkap terdiri dari: a) Komandan Tanggap Darurat Bencana b) Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencana c) Staf Komando: Sekretariat Hubungan Masyarakat Keselamatan dan Keamanan Perwakilan instansi/lembaga d) Staf Umum: Bidang Operasi Bidang Perencanaan Bidang Logistik dan Peralatan Bidang Administrasi Keuangan 2. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi Berdasarkan PERKA BNPB Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat menjelaskan bahwa Komando Tanggap Darurat Bencana memiliki tugas pokok yaitu sebagai berikut: 1. Merencanakan operasi penanganan tanggap darurat bencana. 2. Mengajukan permintaan kebutuhan bantuan. 3. Melaksanakan dan mengkoordinasikan pengerahan sumberdaya untuk penanganan tanggap darurat bencana secara cepat tepat, efisien dan efektif. 4. Melaksanakan pengumpulan informasi dengan menggunakan rumusan pertanyaan, sebagai dasar perencanaan Komando Tanggap Darurat Bencana tingkat kabupaten/kota/provinsi/nasional. 5. Menyebarluaskan informasi mengenai kejadian bencana dan pananganannya kepada media massa dan masyarakat luas. Sedangkan fungsi Komando Tanggap Darurat Bencana adalah mengkoordinasikan, mengintegrasikan dan mensinkronisasikan seluruh unsur dalam organisasi komando tanggap darurat untuk penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan sarana dan prasarana dengan segera pada saat kejadian bencana. E. Penanganan Masyarakat Korban Bencana Menurut UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, korban bencana adalah orang atau sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana. Menurut Warto dkk., (2002) Korban Bencana pada dasarnya dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut: 1. Korban primer, yaitu semua orang di daerah bencana yang kehilangan sanak keluarga, luka berat atau meninggal, serta kerugian harta benda. Korban primer ini menjadi fokus pemberian bantuan sosial pada tahap darurat. 2. Korban sekunder, yaitu semua orang yang berada di daerah bencana atau rawan bencana yang mengalami kerugian ekonomi akibat bencana ataupun akibat bantuan sosial yang tidak menggunakan potensi ekonomi setempat. 3. Korban tertier, yaitu semua orang yang berada di luar daerah bencana tetapi ikut menderita akibat bencana, misalnya terganggunya proses produksi, distribusi, maupun pemasaran barang dagangan. Menurut UU No. 24 Tahun 2007 Pasal 54 bahwa penanganan masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana dilakukan dengan kegiatan meliputi pendataan, penempatan pada lokasi yang aman, dan pemenuhan kebutuhan dasar. Metode Penelitian A. Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Pemilihan lokasi di Kota Kendari sebagai tempat penelitian karena di Daerah tersebut dalam pengelolaan tanggap darurat bencana banjir masih ditemukan berbagai permasalahan. Oleh karena itu perlu adanya penelitian untuk mengetahui bagaimana pengelolaan tanggap darurat bencana banjir kota kendari tahun 2017. B. Sifat penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran dan informasi yang nyata mengenai bagaimana pengelolaan tanggap darurat bencana banjir kota kendari tahun 2017. C. Informan Penelitian Informan penelitian dalam penelitian ini berjumlah 9 orang, masing-masing adalah 1 orang Walikota 1 orang dari Dinas Sosial 1 orang Kepala BPBD 1 orang Komandan Tanggap Darurat 1 orang Bidang Perencanaan 1 orang Bidang Operasi 1 orang Kepala Bidang Penanganan Darurat dan Logistik 1 orang seksi Penyelamatan, Evakuasi dan Penanganan Pengungsi, dan 1 orang seksi Sarana dan Prasarana Darurat dan Logistik. D. Jenis dan Sumber Data Jenis dan Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelusuran terhadap literatur sebagai sumber untuk menelaah berbagai teori yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini. 2. Penelitian lapangan (Field Research), yaitu pengumpulan data dan informasi secara langsung di lapangan dengan teknik: wawancara (interview) Dokumentasi F. Teknik Analisis Data Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu data disajikan dengan menjelaskan dan menggambarkan keadaan yang sesungguhnya terjadi di lokasi penelitian. Dimulai dari pengumpulan data (data collection) yang relevan dengan tema penelitian, setelah itu dilakukan pemilahan dan penyederhanaan data untuk memfokuskan pada masalah penelitian (data reduction), kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk teks (data display) dan selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan (conclution drawing and verifying) dari data yang disajikan. DAFTAR PUSTAKA 1. Carter W. Nick, 1991. Manajemen Penanggulangan Bencana. Manila: Perpustakaan Nasional Data CIP. 2. Carter. W. Nick, 1991. Disaster Management A Disaster Manager’s Handbook, Manila; ABD. 3. David A.Colling, 1990. Industrial Safety and Health Management . New Jersey: Prentice Hall 4. Effendi, F & Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba medika. 5. Emaliyawati dkk., 2016. Manajemen Mitigasi Bencana dengan Teknologi Informasi di Kabupaten Ciamis. 6. Erkins, Jh, 1998. Emergency Planning and Response, Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja,Volume XXXI No 3. 7. FEMA 141, 1993. Emergency Management Guide for Business and Industry. Maryland; FEMA Publications Internasional Loss Control Institute.1996. Internasional Sefety Reating System Sixth Revised Edition. DNV 8. Koentjaraningrat, 1994. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 9. Nurjanah, dkk., 2012. Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta. 10. R. M. S. Jusuf, 1999. Keadaan Tanggap Darurat. Jakarta: Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja Volume XXXII No. 4. 11. Sukandarrumidi, 2010. Bencana Alam dan Bencana Anthropogene. Yogyakarta: Kanisius. 12. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana 13. Okleqs, 2008. Tanggap Darurat Kecelakaan Industri. http://www.google.com. Diakses pada tanggal 3 Maret 2010. 14. Pearce, 2000. Hazards, Disaster, and U.S Emergency Management and Introduction (Student Reading Assignment Session 2). Canada: The University of British Columbia. 15. Pusat Data dan Analisa, 2006. Indonesia Rawan Bencana. Jakarta: Tempo. 16. Peraturan Pemerintah Nomor. 21 tahun 2008 tentang tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana. 17. Peraturan Kepala BNPB Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat. 18. Ramli, Soehatman, 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta : Dian Rakyat. 19. Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Bencana. Jakarta: Dian Rakyat. 20. Robert B. Kelly, 1998. Emergency Industrial Preparedness. New York: Van Nostrand Nost Reindhold. 21. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat Bencana. 22. Warto dkk., 2002. Pengkajian Manajemen Penanggulangan Korban Bencana Pada Masyarakat di Daerah Rawan Bencana Alam dalam Era Otonomi Daerah. Yogyakarta: B2P3KS. 23. World Health Organization, 2002. Itregrated Management of Chilhood Illness Technical Basis for Adapting the Clinical Guidelines, Feeding Recommendations, and Local Terms. World Health Organization, Switzerland