Anda di halaman 1dari 25

PENGELOLAAN TANGGAP DARURAT BENCANA

BANJIR KOTA KENDARI TAHUN 2017

NAMA : NASRULLAH
NPM : 214 17 0010

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN BENCANA
Pendahuluan
• Indonesia
• Secara geografis dan struktur geologi
baik bencana alam maupun bencana non alam .
• Indonesia memiliki tingkat kerawanan bencana yang tergolong tinggi.
• kejadian bencana alam banjir masih mendominasi dibandingkan dengan bencana alam lainnya.
• Banjir menimbulkan banyak kerugian, baik kerugian lingkungan, kerugian harta benda, maupun
korban jiwa manusia hingga dampak psikologis dari korban tersebut.
• Kota Kendari adalah salah satu daerah yang rawan terjadi bencana banjir dengan tingkat potensi
bencana yang tinggi. Kota Kendari dilanda banjir setiap tahunnya. Banjir tersebut berasal dari
luapan sungai Wanggu dan mengenangi 10 Kecamatan di Kota Kendari yang menimbulkan 1
korban meninggal, 32 rumah rusak berat, 53 rumah rusak sedang, dan 178 rumah rusak ringan, 3
jembatan rusak, dan 500 hektar sawah terendam dan 9.958 korban selamat. Banjir tersebut juga
mengenangi rumah masyarakat sejumlah 3.369 Kepala Keluarga (KK) sehingga menimbulkan
kerugian materi sebanyak Rp.75.000.000.000,00. Hal ini menunjukkan bahwa bencana banjir
mendatangkan korban dan kerugian yang begitu besar bagi masyarakat. Untuk mengurangi risiko
dampak bencana yang terjadi, maka diperlukan Manajemen Bencana. (BPBD Kota Kendari, 11
Mei 2018).
Lanjutan pendahuluan
• Manajemen Bencana diperlukan untuk mencegah dan mengurangi kerugian
serta risiko yang ditimbulkan dari bencana yang terjadi, baik berupa kerugian
harta benda maupun materi. (khususnya pada masa keadaan tanggap
darurat).
• Sesuai Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor
10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat Bencana.
Dalam penanggulangan bencana perlu adanya koordinasi dan penanganan
yang cepat, tepat, efektif, efisien, terpadu, dan akuntabel agar korban jiwa
dan kerugian harta benda dapat diminimalisir.
• Namun pada masa tanggap darurat bencana di Kota Kendari, sering terjadi
kesimpang-siuran data dan informasi korban maupun kerusakan, sehingga
mempersulit pengambilan kebijakan penanganan darurat.
• Pelaksanaan tanggap darurat juga sering kurang saling mendukung, distribusi bantuan
dan pelayanan kurang cepat, kurang merata, sulit terpantau dengan baik.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana kesiapsiagaan BPBD dalam pengelolaan tanggap darurat bencana banjir di Kota
Kendari?
2. Bagaimana pelaksanaan penentuan status keadaan darurat bencana pada bencana banjir di Kota
Kendari?
3. Bagaimana pembentukan atau aktivasi dan manajemen Pos Komando tanggap darurat bencana
banjir di Kota Kendari?
4. Bagaimana proses pelaksanaan pengkajian dampak dan kebutuhan tanggap darurat bencana banjir
di Kota Kendari?
5. Bagaimana pengelolaan informasi strategis, taktis dan umum pada saat tanggap darurat bencana
banjir di Kota Kendari?
6. Bagaimana pengelolaan bantuan logistik bagi korban bencana banjir di Kota Kendari?
7. Bagaimana pengelolaan sumber daya dari NGO dan Lembaga Usaha pada bencana banjir di Kota
Kendari?
8. Bagaimana proses pelaksanaan pengendalian operasi pertolongan darurat pada bencana banjir di
Kota Kendari?
9. Bagaimana pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi penanganan darurat pada bencana
banjir di Kota Kendari?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kesiapsiagaan BPBD dalam pengelolaan tanggap darurat bencana banjir di
Kota Kendari.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan penentuan status keadaan darurat bencana pada bencana
banjir di Kota Kendari.
3. Untuk mengetahui pembentukan atau aktivasi dan manajemen Pos Komando tanggap darurat
bencana banjir di Kota Kendari.
4. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pengkajian dampak dan kebutuhan tanggap darurat
bencana banjir di Kota Kendari.
5. Untuk mengetahui pengelolaan informasi strategis, taktis dan umum pada saat tanggap darurat
bencana banjir di Kota Kendari.
6. Untuk mengetahui pengelolaan bantuan logistik bagi korban bencana banjir di Kota Kendari.
7. Untuk mengetahui pengelolaan sumber daya dari NGO dan Lembaga Usaha pada bencana
banjir di Kota Kendari.
8. Untuk mengetahui proses pelaksanaan pengendalian operasi pertolongan darurat pada
bencana banjir di Kota Kendari.
9. Untuk mengetahui pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi penanganan darurat pada
bencana banjir di Kota Kendari.
Manfaat penelitian
1. Manfaat Praktis
a) Memperoleh pemecahan masalah dari persoalan pengelolaan tanggap darurat bencana.
b) Memberikan kilas balik yang jelas dan sistematik sehingga dapat menjadi bahan pemikiran dan
pertimbangan oleh para pihak pengambil keputusan dalam rangka peningkatan kemampuan dalam
pengelolaan pada masa tanggap darurat bencana.
c) Sebagai sarana untuk mengaplikasikan beberapa teori sehingga dapat mengembangkan pemahaman,
penalaran, dan pengalaman peneliti khususnya mengenai pengelolaan bencana pada masa tanggap
darurat.
2. Manfaat Teoritis
Memberi informasi acuan atau bahan pembanding bagi peneliti lain yang berminat melakukan telaahan
lebih mendalam pada aspek serupa.
Kajian pustaka
A. Konsep Bencana
 Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, bencana
adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia.
 Menurut United Nation Development Program (UNDP) dalam bukunya Soehatman Ramli, (2010: 10) bencana
adalah suatu kejadian yang ekstrem dalam lingkungan alam maupun manusia yang secara merugikan
mempengaruhi kehidupan manusia, harta benda atau aktivitas sampai pada tingkat yang menimbulkan bencana.
 Menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 pasal 1 tentang Penanggulangan Bencana, bencana dibagi
menjadi 3 macam yaitu :
1. Bencana alam
Bencana alam merupakan bencana yang disebabkan oleh peristiwa alam, seperti gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, angin topan, kekeringan dan tanah longsor.
2. Bencana non alam
Bencana non alam adalah bencana disebabkan oleh peristiwa yang bukan dari alam, yaitu gagal teknologi,
gagal modernisasi, epidemi, kecelakaan industri, kecelakaan transportasi dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial
Bencana sosial adalah bencana yang diakibatkan oleh ulah manusia, seperti konflik sosial antar kelompok
atau antar komunitas masyarakat.
B. Konsep Manajemen Bencana
Manajemen bencana adalah suatu proses dinamis, berlanjut dan terpadu untuk
meningkatkan kualitas langkah-langkah yang berhubungan dengan observasi dan
analisis bencana serta pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini,
penanganan darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi bencana. (UU Nomor 24 Tahun
2007 Tentang Penanggulangan Bencana).
Sedangkan menurut Nurjanah, dkk (2012) manajemen bencana (Disaster
Manajement) adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bencana beserta
segala aspek yang berkaitan dengan bencana, terutamarisiko bencana dan
bagaimana menghindari risiko bencana.
Secara umum manajemen bencana dapat dikelompokkan menjadi 3 tahapan dengan
beberapa kegiatan yang dapat dilakukan mulai dari pra bencana, pada saat tanggap
darurat, dan pasca bencana.
Gambar 2.1 Manajemen Bencana
Sumber :UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana
C. Elemen Sistem Manajemen Bencana
 Menurut Soehatman Ramli, (2010) manajemen bencana memerlukan berbagai elemen yang mendukung
implementasinya antara lain:
1. Kebijakan Manajemen
2. Identifikasi dan Penilaian Risiko Bencana (Disaster Risk Assessment)
3. Perencanaan Awal
4. Prosedur Manajemen Bencana
5. Organisasi dan Tanggung Jawab
6. Sumberdaya Penanganan Bencana
7. Pembinaan dan Pelatihan
8. Komunikasi
9. Investigasi dan Pelaporan
10. Inspeksi dan Audit Manajemen Bencana
D. Pengelolaan Keadaan Darurat
1. Pengertian Keadaan Darurat
 Keadaan darurat adalah berubahnya suatu kegiatan/keadaan atau situasi yang semula
normal menjadi tidak normal sebagai akibat dari suatu peristiwa atau kejadian yang tidak
diduga atau dikehendaki (Jusuf, 1999).
 Sedangkan menurut Soehatman Ramli, (2010) Tanggap darurat adalah tindakan segera
dilakukan untuk mengatasi kejadian bencana misalnya dalam suatu proses kebakaran atau
peledakan di lingkungan industri;
1. Memadamkan kebakaran atau peledakan.
2. Menyelamatkan manusia dan korban (resque).
3. Menyelamatkan harta benda dan dokumen penting (salage).
4. Perlindungan masyarakat umum.
2. Manajemen Tanggap Darurat/Kedaruratan
 Tanggap darurat adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera mungkin
pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan.
Rangkaian kegiatan tersebut terdiri dari penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda,
pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan dan pengurusan pengungsi, penyelamatan
serta pemulihan sarana dan prasarana. (UU Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana).
 Manajemen kedaruratan adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan
penanganan kedaruratan, pada saat menjelang, saat darurat dan sesudah terjadi keadaan
darurat, yang mencakup kesiapsiagaan darurat, tanggap darurat dan pemulihan darurat,
termasuk di dalamnya adalah transisi dari darurat ke pemulihan khususnya pemulihan
dini (early recovery). (Nurjanah, dkk., 2012).
 Menurut Pasal 48 Undang-Undang No. 24 Tahun 2017 tentang Penanggulangan
Bencana menyebutkan bahwa penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat
tanggap darurat meliputi:
1) pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dan sumber daya;
2) penentuan status keadaan darurat bencana;
3) penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
4) pemenuhan kebutuhan dasar;
5) perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
6) pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
3. Tahapan Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana
 Menurut PERKA BNPB Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando
Tanggap Darurat, menjelaskan bahwa terbentuknya Komando Tanggap Darurat
Bencana meliputi tahapan yang terdiri dari:
1. Informasi Kejadian Awal
2. Penugasan Tim Reaksi Cepat (TRC)
3. Penetapan Status/Tingkat Bencana
4. Pembentukan Komando Tanggap Darurat Bencana
4. Organisasi dan Tata Kerja Komando Tanggap Darurat Bencana
 Menurut PERKA BNPB Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat, organisasi dan
tata kerja komando tanggap darurat bencana dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Organisasi
Struktur organisasi komando tanggap darurat terdiri atas Komandan yang dibantu oleh staf komando dan
staf umum, secara lengkap terdiri dari:
a) Komandan Tanggap Darurat Bencana
b) Wakil Komandan Tanggap Darurat Bencana
c) Staf Komando:
Sekretariat
Hubungan Masyarakat
Keselamatan dan Keamanan
Perwakilan instansi/lembaga
d) Staf Umum:
Bidang Operasi
Bidang Perencanaan
Bidang Logistik dan Peralatan
Bidang Administrasi Keuangan
2. Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi
 Berdasarkan PERKA BNPB Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat
menjelaskan bahwa Komando Tanggap Darurat Bencana memiliki tugas pokok yaitu sebagai berikut:
1. Merencanakan operasi penanganan tanggap darurat bencana.
2. Mengajukan permintaan kebutuhan bantuan.
3. Melaksanakan dan mengkoordinasikan pengerahan sumberdaya untuk penanganan tanggap
darurat bencana secara cepat tepat, efisien dan efektif.
4. Melaksanakan pengumpulan informasi dengan menggunakan rumusan pertanyaan, sebagai
dasar perencanaan Komando Tanggap Darurat Bencana tingkat
kabupaten/kota/provinsi/nasional.
5. Menyebarluaskan informasi mengenai kejadian bencana dan pananganannya kepada media
massa dan masyarakat luas.
 Sedangkan fungsi Komando Tanggap Darurat Bencana adalah mengkoordinasikan, mengintegrasikan
dan mensinkronisasikan seluruh unsur dalam organisasi komando tanggap darurat untuk
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan
pengurusan pengungsi, penyelamatan serta pemulihan sarana dan prasarana dengan segera pada saat
kejadian bencana.
E. Penanganan Masyarakat Korban Bencana
 Menurut UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, korban bencana adalah orang atau
sekelompok orang yang menderita atau meninggal dunia akibat bencana.
 Menurut Warto dkk., (2002) Korban Bencana pada dasarnya dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu
sebagai berikut:
1. Korban primer, yaitu semua orang di daerah bencana yang kehilangan sanak keluarga, luka berat
atau meninggal, serta kerugian harta benda. Korban primer ini menjadi fokus pemberian bantuan
sosial pada tahap darurat.
2. Korban sekunder, yaitu semua orang yang berada di daerah bencana atau rawan bencana yang
mengalami kerugian ekonomi akibat bencana ataupun akibat bantuan sosial yang tidak
menggunakan potensi ekonomi setempat.
3. Korban tertier, yaitu semua orang yang berada di luar daerah bencana tetapi ikut menderita akibat
bencana, misalnya terganggunya proses produksi, distribusi, maupun pemasaran barang dagangan.
 Menurut UU No. 24 Tahun 2007 Pasal 54 bahwa penanganan masyarakat dan pengungsi yang terkena
bencana dilakukan dengan kegiatan meliputi pendataan, penempatan pada lokasi yang aman, dan
pemenuhan kebutuhan dasar.
Metode Penelitian
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.
Pemilihan lokasi di Kota Kendari sebagai tempat penelitian karena di Daerah tersebut
dalam pengelolaan tanggap darurat bencana banjir masih ditemukan berbagai
permasalahan. Oleh karena itu perlu adanya penelitian untuk mengetahui bagaimana
pengelolaan tanggap darurat bencana banjir kota kendari tahun 2017.
B. Sifat penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu memberi gambaran dan informasi yang nyata
mengenai bagaimana pengelolaan tanggap darurat bencana banjir kota kendari tahun
2017.
C. Informan Penelitian
 Informan penelitian dalam penelitian ini berjumlah 9 orang, masing-masing adalah
 1 orang Walikota
 1 orang dari Dinas Sosial
 1 orang Kepala BPBD
 1 orang Komandan Tanggap Darurat
 1 orang Bidang Perencanaan
 1 orang Bidang Operasi
 1 orang Kepala Bidang Penanganan Darurat dan Logistik
 1 orang seksi Penyelamatan, Evakuasi dan Penanganan Pengungsi, dan
 1 orang seksi Sarana dan Prasarana Darurat dan Logistik.
D. Jenis dan Sumber Data
 Jenis dan Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Penelitian kepustakaan (Library Research), yaitu penelusuran terhadap literatur
sebagai sumber untuk menelaah berbagai teori yang berkaitan dengan
permasalahan dalam penelitian ini.
2. Penelitian lapangan (Field Research), yaitu pengumpulan data dan informasi secara
langsung di lapangan dengan teknik:
 wawancara (interview)
 Dokumentasi
F. Teknik Analisis Data
Data dan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis
secara deskriptif kualitatif, yaitu data disajikan dengan menjelaskan dan
menggambarkan keadaan yang sesungguhnya terjadi di lokasi penelitian.
Dimulai dari pengumpulan data (data collection) yang relevan dengan
tema penelitian, setelah itu dilakukan pemilahan dan penyederhanaan
data untuk memfokuskan pada masalah penelitian (data reduction),
kemudian data tersebut disajikan dalam bentuk teks (data display) dan
selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan (conclution drawing and
verifying) dari data yang disajikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Carter W. Nick, 1991. Manajemen Penanggulangan Bencana. Manila: Perpustakaan Nasional
Data CIP.
2. Carter. W. Nick, 1991. Disaster Management A Disaster Manager’s Handbook, Manila; ABD.
3. David A.Colling, 1990. Industrial Safety and Health Management . New Jersey: Prentice
Hall
4. Effendi, F & Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktek Dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba medika.
5. Emaliyawati dkk., 2016. Manajemen Mitigasi Bencana dengan Teknologi Informasi di Kabupaten
Ciamis.
6. Erkins, Jh, 1998. Emergency Planning and Response, Majalah Hiperkes dan Keselamatan
Kerja,Volume XXXI No 3.
7. FEMA 141, 1993. Emergency Management Guide for Business and Industry. Maryland; FEMA
Publications Internasional Loss Control Institute.1996. Internasional Sefety Reating System
Sixth Revised Edition. DNV
8. Koentjaraningrat, 1994. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
9. Nurjanah, dkk., 2012. Manajemen Bencana. Bandung: Alfabeta.
10. R. M. S. Jusuf, 1999. Keadaan Tanggap Darurat. Jakarta: Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja
Volume XXXII No. 4.
11. Sukandarrumidi, 2010. Bencana Alam dan Bencana Anthropogene. Yogyakarta: Kanisius.
12. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
13. Okleqs, 2008. Tanggap Darurat Kecelakaan Industri. http://www.google.com. Diakses pada tanggal
3 Maret 2010.
14. Pearce, 2000. Hazards, Disaster, and U.S Emergency Management and Introduction (Student Reading
Assignment Session 2). Canada: The University of British Columbia.
15. Pusat Data dan Analisa, 2006. Indonesia Rawan Bencana. Jakarta: Tempo.
16. Peraturan Pemerintah Nomor. 21 tahun 2008 tentang tentang Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana.
17. Peraturan Kepala BNPB Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pedoman Komando Tanggap Darurat.
18. Ramli, Soehatman, 2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja OHSAS 18001. Jakarta
: Dian Rakyat.
19. Ramli, Soehatman. 2010. Pedoman Praktis Manajemen Bencana. Jakarta: Dian Rakyat.
20. Robert B. Kelly, 1998. Emergency Industrial Preparedness. New York: Van Nostrand Nost
Reindhold.
21. Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 10 Tahun 2008 tentang
Pedoman Komando Tanggap Darurat Bencana.
22. Warto dkk., 2002. Pengkajian Manajemen Penanggulangan Korban Bencana Pada Masyarakat di Daerah
Rawan Bencana Alam dalam Era Otonomi Daerah. Yogyakarta: B2P3KS.
23. World Health Organization, 2002. Itregrated Management of Chilhood Illness Technical Basis for
Adapting the Clinical Guidelines, Feeding Recommendations, and Local Terms. World Health
Organization, Switzerland

Anda mungkin juga menyukai