PENGETAHUAN KEBENCANAAN
PERANAN GEODESI DALAM MITIGASI BENCANA, TANGGAP
DARURAT, DAN PASCA BENCAN ALAM
Disusun Oleh :
Muhammad Idris Darmawan
NPM. 4122320130027
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan ridhonya
penulis dapat menyelesaikan Makalah tentang Peran Geodesi Mitigasi, Tanggap Bencana, dan
Pasca Bencana Alam. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna. Untuk, itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan berikutnya. Penulis berharap semoga laporan ini dapat berguna bagi
pembaca.
Salatiga
Penulis
PEMBAHASAN
MITIGASI
Menurut UU nomor 24 tahun 2007, Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk
mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana. Mitigasi Bencana merupakan upaya
yang dilakukan untuk mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan oleh bencana terhadap
masyarakat di kawasan rawan bencana, baik itu bencana alam, bencana ulah manusia maupun
gabungan dari keduanya dalam suatu negara atau masyarakat.
Ada empat hal penting yang perlu diperhatikan dalam mitigasi bencana, diantaranya
tersedianya informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap kategori bencana, sosialisasi
dalam meningkatkan pemahaman serta kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana,
mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari serta cara penyelamatan diri jika bencana
terjadi sewaktu-waktu dan pengaturan, penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi
ancaman bencana. Pertimbangan dalam Menyusun Program Mitigasi (khususnya di Indonesia)
diantaranya:
• Mitigasi bencana harus diintegrasikan dengan proses pembangunan
• Fokusnya bukan hanya dalam mitigasi bencana tapi juga pendidikan, pangan, tenaga
kerja, perumahan bahkan kebutuhan dasar lainnya.
• Sinkron terhadap kondisi sosial, budaya serta ekonomi setempat
• Dalam sektor informal, ditekankan bagaimana meningkatkan kapasitas masyarakat
untuk membuat keputusan, menolong diri sendiri dan membangun sendiri.
• Menggunakan sumber daya lokal (sesuai dengan prinsip desentralisasi)
• Mempelajari pengembangan konstruksi rumah yang aman bagi golongan masyarakat
kurang mampu, serta pilihan subsidi biaya tambahan dalam membangun rumah.
• Mempelajari teknik merombak (pola dan struktur) pemukiman.Mempelajari tata guna
lahan untuk melindungi masyarakat yang tinggal di daerah rentan bencana dan
kerugian, baik secara sosial, ekonomi, maupun implikasi politik
• Mudah dimengerti dan diikuti oleh masyarakat.
Tujuan dari mitigasi sendiri adalah mengurangi kerugian pada saat terjadinya bahaya di
masa mendatang, mengurangi risiko kematian dan cedera terhadap penduduk, mencakup
pengurangan kerusakan dan kerugian-kerugian ekonomi yang ditimbulkan terhadap
infrastruktur sektor publik. Mitigasi dibagi menjadi 2 jenis, yakni sebagau berikut :
1. Mitigasi Struktural
Mitigasi struktural merupakan upaya dalam meminimalkan bencana dengan
membangun berbagai prasarana fisik menggunakan teknologi. Misalnya dengan
membuat waduk untuk mencegah banjir, membuat alat pendeteksi aktivitas gunung
berapi, menciptakan early warning sistem untuk memprediksi gelombang tsunami,
hingga membuat bangunan tahan bencana atau bangunan dengan struktur yang
direncanakan sedemikian rupa sehingga mampu bertahan dan tidak membahayakan
para penghuninya jika bencana terjadi sewaktu-waktu.
2. Mitigasi Nonstruktural
Mitigasi non struktural merupakan suatu upaya dalam mengurangi dampak
bencana melalui kebijakan dan peraturan. Contohnya, UU PB atau Undang-Undang
Penanggulangan Bencana, pembuatan tata ruang kota, atau aktivitas lain yang berguna
bagi penguatan kapasitas warga.
TANGGAP DARURAT
Tahap Tanggap Darurat merupakan tahap penindakan atau pengerahan pertolongan
untuk membantu masyarakat yang tertimpa bencana, guna menghindari bertambahnya korban
jiwa. Penyelenggaraan penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat meliputi:
1. Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, kerugian, dan sumber
daya;
2. Penentuan status keadaan darurat bencana;
3. Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana;
4. Pemenuhan kebutuhan dasar;
5. Perlindungan terhadap kelompok rentan; dan
6. Pemulihan dengan segera prasarana dan sarana vital.
2. Rekonstruksi
Rekonstruksi sebagaimana dimaksud dilakukan melalui kegiatan pembangunan yang
lebih baik, meliputi:
a. pembangunan kembali prasarana dan sarana;
b. pembangunan kembali sarana sosial masyarakat;
c. pembangkitan kembali kehidupan sosial budaya masyarakat;
d. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yang lebih baik
dan tahan bencana;
e. partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, dunia usaha,
dan masyarakat;
f. peningkatan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya;
g. peningkatan fungsi pelayanan publik; dan
h. peningkatan pelayanan utama dalam masyarakat.