TUGAS AKHIR
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan memperoleh gelar Sarjana pada
Program Studi Teknik Geodesi
Disetujui,
i
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kedua orang tua saya tercinta yaitu Bapak Nana Rokhana dan Ibu Wasilah yang selalu
memberikan saya nasehat, kasih sayang, doa, dan semangat untuk meraih kesuksesan.
ii
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir (TA) ini tidak terdapat karya yang
pernah dibuat oleh pihak lain untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik (ST) di suatu
perguruan tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya yang pernah ditulis atau
diterbitkan oleh pihak lain, kecuali secara tertulis yang diacu dalam naskah ini dan disebutkan
dalam daftar pustaka.
iii
ABSTRAK
Teknik pengambilan foto udara yang saat ini sedang berkembang, tidak bisa
dipungkiri lagi bahwa teknologi Unmanned Aerial Vehicle (UAV), khususnya drone
merupakan salah satu teknologi yang sangat efektif dan efisien dalam melakukan kegiatan
mapping (pemetaan). Kegiatan mapping menggunakan drone diperlukan beberapa titik ikat
atau kontrol di permukaan tanah yang disebar di area mapping yang disebut Ground Control
Point (GCP). GCP berfungsi sebagai titik ikat atau kontrol di permukaan tanah. Sebaiknya
GCP disebar merata di permukaan tanah area mapping yang areanya bebas dari obstacles,
dan tidak mengganggu kegiatan orang lain agar hasil dari pengolahan data diharapkan
menghasilkan data orthophoto presisi dan akurat. Kegiatan mapping yang dilakukan di Dusun
Banyuripan, Desa Banyuripan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah.
GCP yang disebar merata di area mapping akan memberikan pengaruh terhadap ketelitian
rektifikasi yang ditunjukkan melalui nilai Root Mean Square Error (RMSE) ketelitian jarak
dan posisi (koordinat).
iv
ABSTRACT
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir denga judul “Pengaruh Posisi Persebaran Titik GCP Pada
Ketelitian Horizontal Foto Udara Menggunakan Drone Quadcopter”. Tugas akhir ini disusun
sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program Studi Teknik
Geodesi, Fakultas Teknik, Perencanaan dan Arsitektur, Universitas Winaya Mukti. Penulis
mengucapkan terimakasih atas dukungan, bantuan, dan doa kepada :
1. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan, dan doa kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan baik.
2. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu yang telah
memberikan dukungan dan doanya hingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
ini dengan baik.
Penulis menyadari dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan,
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis
mohon maaf atas kekurangan tersebut, penulis tidak menutup diri atas kritik dan saran serta
masukan untuk penulisan Tugas Akhir ini lebih baik lagi.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka permasalahan yang
teridentifikasi yaitu jumlah dan lokasi sebaran GCP yang ideal agar peta orthofoto memiliki
ketelitian horizontal yang akurat.
2
BAB 2
DASAR TEORI
3
digunakan. Tenaga yang digunakan dapat berupa variasi distribusi (distribution) daya,
distribusi gelombang bunyi, atau distribusi gelombang elektromagnetik. Data
penginderaan jauh dapat berupa citra (imaginery), grafik, dan data numerik. Data
tersebut dapat dianalisis untuk mendapatkan informasi tentang objek, daerah, atau
fenomena yang diindera atau diteliti. Proses penerjemahan data menjadi informasi
disebut analisis atau interpretasi data. Apabila penerjemahan tersebut dilakukan secara
digital dengan bantuan komputer disebut interpretasi digital (Purwadhi dan Hardiyati
2001).
Analisis data penginderaan jauh memerlukan data rujukan seperti peta tematik,
data statistik, dan data lapangan. Hasil analisis yang diperoleh berupa informasi
mengenai bentang lahan, jenis penutup lahan, kondisi lokasi, dan kondisi sumber daya
daerah yang diindera. Keseluruhan proses mulai dari pengambilan data, analisis data
hingga penggunaan data disebut Sistem Penginderaan Jauh (Purwadhi dan Hardiyati
2001). Dalam penginderaan jauh, dikenal juga istilah resolusi atau resolving power
dimana merupakan kemampuan suatu sistem optik elektronik untuk membedakan
informasi yang secara spasial berdekatan atau secara spektral (Danoedoro 1996). Ada
beberapa jenis resolusi yang umum diketahui dalam penginderaan jauh yaitu resolusi
spasial, resolusi spektral, resolusi temporal, dan resolusi radiometrik, yang dijelaskan
sebagai berikut:
1. Resolusi spasial yaitu ukuran objek terkecil yang mampu direkam, dibedakan
dan disajikan pada citra. Resolusi spasial menunjukkan level dari detail yang
ditangkap oleh sensor. Semakin detail sebuah studi, semakin tinggi pula
resolusi spasial yang diperlukan. Resolusi spasial selalu erat hubungannya
dengan ukuran piksel dari citra yang digunakan. Resolusi biasanya disajikan
sebagai sebuah nilai tunggal yang merepresentasikan panjang dari satu sisi
sebuah bujur sangkar. Misalnya, sebuah resolusi spasial dari 30 meter
mengandung arti bahwa satu piksel mewakili sebuah area 30 x 30 meter di
lapangan. Jika pikselnya berbentuk persegi panjang, maka itu akan diwakili
dengan sebuah dimensi tinggi dan lebar (contoh: 50 x 65 meter).
2. Resolusi spektral adalah daya pisah objek berdasarkan besarnya spektrum
elektromagnetik yang digunakan untuk merekam data. Resolusi spektral
menunjukkan lebar kisaran dari masing–masing band spektral yang diukur
4
oleh sensor. Semakin banyak jumlah saluran atau kanal–kanalnya semakin
tinggi kemampuannya dalam mengenali objek.
3. Resolusi temporal menunjukkan waktu antar pengukuran, atau dalam kata lain
kemampuan suatu sistem untuk merekam ulang daerah yang sama. Satuan
resolusi temporal adalah jam atau hari.
4. Resolusi radiometrik adalah kemampuan sensor dalam mencatat respons
spektral objek atau kemampuan sensor untuk mendeteksi perbedaan pantulan
terkecil.
2.2. Foto Udara
Foto udara merupakan peta foto yang diperoleh dari kegiatan survei udara dengan
menggunakan wahana pesawat udara. Foto udara memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
- Skala pada foto udara sama untuk satu lembar foto
- Sistem proyeksi perspektif
- Semua aspek terlihat
- Tidakada legenda atau symbol
Foto udara dibagi menjadi dua jenis, yaitu foto udara metrik dan foto udara non
metrik. Foto udara metrik merupakan foto udara yang datanya diperoleh dari
kamera udara. Kamera udara adalah kamera metrik yang fokusnya sudah tertentu.
Kamera udara ini berbeda dengan kamera biasa yang non metrik dengan fokus
yang dapat diubah-ubah sesuai dengan keinginan (Sudarsono, B., 2008). Foto
udara metrik ini memiliki ketelitian yang sangat tinggi karena memang
dirancang khusus untuk pemetaan. Foto udara ini memiliki panjang dan lebar
masing-masing adalah 23 cm x 23 cm. Pada foto ini dilengkapi dengan
fiducial mark. Sedangkan,foto udara non metrik merupakan foto yang diperoleh dari
kamera yang umum biasa digunakan.
Berdasarkan jenis tegaknya, foto udara dibedakan atas dua jenis, yaitu foto
tegak dan foto miring. Foto udara tegak merupakan foto yang dihasilkan dari hasil
pengambilan foto di mana pada saat pengambilan foto tersebut sumbu kamera berada
dalam posisi tegak lurus dengan permukaan bumi. Sedangkan foto miring
merupakan foto yang dihasilkan dari hasil pengambilan foto di mana pada saat
pengambilan foto tersebut sumbu kamera berada dalam posisi miring. Jenis foto
udara yang digunakan untuk keperluan pemetaan adalah foto udara tegak. Jenis
foto udara dapat dilihat pada Gambar.2.2 berikut ini.
5
Gambar 2.2. Jenis foto udara (Modifikasi Wolf, 1993)
6
- Tilt
Titl merupakan kesalahan yang diakibatkan oleh angin dari samping yang
membuat pesawat mengalami kemiringan baik condong ke kanan atau ke kiri,
sehingga membentuk sudut roll.
- Tip
Tip merupakan kesalahan yang diakibatkan oleh angin dari depan atau
belakang yang membuat hidung pesawat menukik dan membentuk sudut
pitch.
7
4. Distorsi tangensial, distorsi posisi gambar dengan arah tegak lurus
terhadap garis radial dari titik utama.
5. Faktor skala.
6. Ketidaksimetrisan sensor.
Ilustrasi distorsi radial (a), distorsi tangensial (b), perubahan skala (c), dan
ketidaksimetrisan sensor (d) dapat dilihat pada gambar 2.6 beikut :
8
drone, termasuk di bidang pengiriman data, pemantauan sawah, serta bantuan pencarian
dan penyelamatan. Drone keluaran Titan dapat mengudara hingga mencapai lima tahun
tanpa perlu mendarat atau mengisi ulang bahan bakar. Kemampuan produk drone Titan
ini tepat dengan misi Google untuk menyebarkan layanan internet ke berbagai wilayah.
9
Merupakan titik kontrol tanah yang akan digunakan sebagai titik uji hasil
ortorektifikasi. Syarat persebaran ICP adalah obyek yang digunakan sebagai titik
uji harus memiliki sebaran yang merata di seluruh area yang akan diuji.
2.5. Orthorektifikasi
Ortorektifikasi adalah proses memposisikan kembali citra sesuai lokasi
sebenarnya yang disebabkan karena pada saat peliputan data terjadi pergeseran
(displacement) posisi (Leksono dan Susilowati, 2008). Proses orthorektifikasi
dilakukan untuk mengurangi pengaruh distorsi geometrik objek pada citra (koreksi
geometrik). Ketelitian hasil koreksi geometrik citra sangat bergantung pada jumlah
GCP yang digunakan dalam proses perhitungannya serta ketepatan dalam melakukan
identifikasi posisi GCP di foto. Agar hasil koreksi geometrik memenuhi standar
ketelitian yang diinginkan, maka penggunaan GCP harus dengan jumlah yang cukup
dengan pendistribusiannya tersebar secara merata.
Ortofoto (foto tegak) merupakan sebuah foto yang telah diperbaiki secara
geometrik agar dapat sesuai pada setiap titik di peta, ditambah dengan penyajian grafis
yang nyata. Penambahan ini dapat berasal dari informasi eksternal atau dari interpretasi
foto tersebut. Ortofotografi digital saat ini menjadi produk yang mampu menggantikan
kartografi klasik secara sempurna (Kasser dan Polidori, 2002).
10
BAB 3
METODELOGI PENELITIAN
11
DAFTAR PUSTAKA
Lillesand, T. M. dan Kiefer, R. W., 2000. Remote Sensing and Image Interpretation, 4th ed. New
York : Wiley & Sons.
Danoedoro, P. 1996. Pengolahan Citra Digital (Teori dan Aplikasi Dalam Penginderaan Jauh).
Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM
Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Purwadhi, F. dan Hardiyati, S., 2001. Interpretasi Citra Digital. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Danoedoro, P. 1996. Pengolahan Citra Digital (Teori dan Aplikasi Dalam Penginderaan Jauh).
Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM
Leksono, B.E, dan Susilowati, Y., 2008. The Accuracy Improvement of Spatial Data for Land Parcel and
Building Taxation Objects by Using The Large Scale Ortho Image Data, FIG Working Week,
Stockholen, Sweden.
Kasser, M. dan Polidori, L. (2002). From the aerial image to orthophotography: different levels of
rectification. Dalam Kasser M. & Egels Y. (Ed.) Digital Photogrammetry. London, Taylor & Francis,
2002, p. 282-287.
12
13