Anda di halaman 1dari 23

JUDUL LAPORAN:

PRAKTIKUM SURVEY REKAYASA

PENGUKURAN KAVLING TANAH (METODE POLAR)

Oleh :

Niken Rahayuningtyas 03311640000071


Adelia Rahmadani 03311640000098
Yoga Arief Rohman 03311740000016
Sultan Alifian H 03311740000043
Eko Rostianto 03311740000067
Indigo Aditya Nugraho 03311740000093

DEPARTEMEN TEKNIK GEOMATIKA

FAKULTAS TEKNIK SIPIL, LINGKUNGAN, DAN KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

SURABAYA

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan praktikum tugas mata kuliah Survei
Rekayasa.
Penyusunan laporan praktikum ‘Lengkung Horizontal’ ini merupakan salah satu prasyarat
dalam memenuhi tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Survei
Rekayasa. Dalam penulisan laporan praktikum Survei Rekayasa ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam
menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan kesehatan serta kesempatan untuk membuat
makalah ini.
2. Yanto Budisusanto, ST., M.Eng, selaku dosen mata kuliah Survei Rekayasa kelas B,
3. Bapak Mohammad Rohmaneo Darminto ST, MSc selaku dosen asistensi Survei Rekayasa
Kelas B.
4. Orang tua yang selalu memberikan motivasi dan doa.
5. Semua pihak yang telah membantu dan memberi dukungan sehingga dapat terselesainya
laporan ini.
Akhirnya kata penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
seluruh pembaca. Dalam Penulisan laporan praktikum Survei Rekayasa ini penulis merasa
masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat
akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat
penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.

Surabaya, 15 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL LAPORAN: .................................................................................................................. 1


KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
BAB I ......................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4
1.2 Maksud Praktikum ................................................................................................... 4
1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 4
BAB II........................................................................................................................................ 5
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 5
2.1 Staking Out ................................................................................................................ 5
2.2 Kavling ....................................................................................................................... 9
BAB III .................................................................................................................................... 11
METODOLOGI PENELITIAN............................................................................................... 11
3.1 Pembuat Laporan .................................................................................................... 11
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................... 11
3.3 Pembagian Tugas .................................................................................................... 11
3.4 Alat dan Bahan ........................................................................................................ 11
3.5 Langkah Kerja......................................................................................................... 12
BAB IV .................................................................................................................................... 13
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................ 13
4.1 Hasil .......................................................................................................................... 13
4.2 Pembahasan ............................................................................................................. 14
BAB V ..................................................................................................................................... 19
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................ 19
5.1 Kesimpulan .............................................................................................................. 19
5.2 Saran......................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 22
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Survei rekayasa merupakan bagian dari ilmu Geodesi. Dalam pelaksanaannya survei
teknik sipil ini sangat bergantung pada ilmu geodesi seperti ilmu ukur tanah yang
menerapkan metode-metode pengukuran dan pemetaan, serta perhitungan dan analisa data
hasil pengukuran.
Pada dasarnya pekerjaan survei rekayasa ini diterapkan dalam rencana konstruksi
untuk pembuatan jalan raya, saluran air dan sebagainya yang berhubungan erat dengan
galian dan timbunan.
Pengukuran yang dilakukan untuk keperluan konstruksi tersebut berupa pengukuran
poligon, pengukuran beda tinggi, pengukuran profil memanjang dan melintang. Karena
berkaitan dengan galian dan timbunan, maka perhitungan luas dan volume dari galian dan
timbunan sangat diperlukan.
Dari hasil pengukuran di atas, data hasil pengukurannya diolah (dimasukan dalam suatu
perhitungan) dan disajikan dalam bentuk peta. Selanjutnya pada peta tersebut akan
dilengkapi dengan membuat rancangan pekerjaan konstruksi yang lengkap dengan bidang
persamaan yang memperlihatkan bentuk dari kosntruksi yang akan dibuat. Setelah
rancangan konstruksi selesai dibuat oleh ahli rancang bangunan sehingga menghasilkan
suatu peta rencana(site plan), mka site plan tersebut akan dikembalikan kepada ahli penentu
posisi di atas permukaan bumi (tenaga ahli di bidang teknik geodesi) untuk menentukan
posisi rencana konstruksi di lapangan sesuai dengan sudut dan jarak yang terukur pada site
plan.
Proses pemindahan suatu bentuk rancangan konstruksi diatas peta ke atas permukaan
bumi di sebut setting out atau staking out

1.2 Maksud Praktikum

Maksud dari praktikum Survei Rekayasa ini adalah :


1. Untuk memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang teori-teori yang berkaitan
dengan praktikum survei rekayasa
2. Mahasiswa mengetahui cara staking out dengan metode polar
3. Mahasiswa mengetahui cara pengolahan data

1.3 Tujuan

Tujuan dari praktikum survei rakayasa ini adalah :


1. Dapat menentukan posisi titik-titik di lapangan dari hasil perhitungan
2. Dapat melaksanakan proses pengolahan data
3. Dapat melakukan proses dan metode pengambilan data
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Staking Out


Staking out adalah suatu cara yag digunakan untuk menentukan route dari sebuah
perencanaan jalan, atau untuk menentukan kembali rencana gambar di lapangan. Yang
dimaksud dengan route umumnya adalah suatu lintasan-lintasan seperti lintasan jalan raya
dan kereta api. Bangunan-bangunan linier seperti sungai, saluran untuk pengairan, saluran
pembuangan. Termasuk pula lintasan jalur transmisi listrik.

Staking out dilaksanakan dengan pemasangan patok-patok di lapangan yang telah


ditentukan rencana jalan ataupun posisi daripada rencana bangunan dari titik-titik poligon
yang telah diukur pada saat pengukuran. Pelaksanaan staking out poligon untuk
menentukan titik-titik planimetris yaitu posisi x dan y.

Pematokan (setting out/stake out) adalah suatu model pengukuran yang digunakan
untuk menentukan lokasi koordinat suatu titik dilapangan. Prinsipnya adalah terbalik
dengan konsep pengambilan data lapangan. Kalau pengambilan data lapangan kita
mencari/mengukur koordinat titik dari lapangan, sedangankan stake out adalah
mengembalikan koordinat ke lapangan dari desain.

Telah diketahui bersama bahwa posisi titik atau obyek di suatu daerah, merupakan hasil
pengukuran di lapangan dan aplikasi ‘sistem koordinat’. Dengan demikian, posisi titik yang
akan dipasang di lapangan, merupakan pernyataan koordinat hasil pengukuran yang
sebelumnya. (Ristekdikti n.d.)

Pematokan merupakan pekerjaan tahap awal dalam pelaksanaan pekerjaan


konstruksi, sebelum malaksanakan pengukuran dan pematokan juru ukur perlu
menyiapkan dokumen gambar kerja (gambar rencana, gambar denah ruang dan gambar
denah pondasi). Pada pengukuran dan pematokan bangunan gedung serta bloking dan
kavling perumahan dengan bentuk ruang siku siku dapat dipergunakan 2 (dua) cara yaitu
dengan cara menerapkan rumus Phytagoras untuk menghitung panjang sisi segitiga.

a. Staking Out As (Centre Line)


1. As bangunan dan saluran diukur dan ditandai (uitzet) dengan patok-patok dan yang
perlu diperhatikan oleh pelaksana lapangan adalah sebagai berikut :
2. As pada umumnya ditunjukkan dengan paku 25 mm yang ditancapkan pada patok
kayu dan disisakan 5 mm untuk supaya tidak menjadi bengkok akibat benturan atau
gangguan lainnya.
3. As untuk suatu konstruksi yang waktu pelaksanaannya cukup lama, harus ditandai
dengan patok kayu yang dilindungi dengan beton. Harus diperhatikan agar patok
tersebut tidak berpindah/berubah sewaktu pengecoran beton.
Gambar 1 Patok Tetap

4. As untuk konstruksi berskala besar misalnya bendung dan jembatan, harus diukur
(uitset) permanen dengan tanda as dibuat dari pelat kuningan berukuan 100x100x5
mm yang dipasang pada bagian atas balok beton.
5. Patok harus dikelilingi dengan pagar pengaman untuk melindungi dari kerusakan
yang tidak disengaja oleh gangguan truk, mesin pemindah tanah manusia dan
hewan.

Gambar 2 Pagar Pengaman Patok

6. Patok atau tugu beton yang menandai titik referensi harus sering diperiksa, karena
bisa rusak di tempat pekerjaan yang sempit/sesak. Mengganti satu patok adalah
mudah, tetapi jika tidak segera dilaksanakan dan menunggu sampai beberapa patok
rusak atau hilang, akan menghadapi saat krisis karena sebagian besar titik kontrol
telah hilang dan pekerjaan terpaksa harus dihentikan untuk memasang kembali
patok tersebut.

b. Staking Out untuk Timbunan dan Galian Saluran

Dalam pelaksanaan uitset timbunan dan galian saluran ada beberapa hal yang harus
diperhatikan :
1. Memberi tanda patok pada as untuk tiap interval 20 m.
2. Disebelah luar dari patok tersebut dan tegak lurus pada as, dipancangkan patok lain
untuk memberi tanda batas dari talud.
3. Apabila sulit menempatkan patok karena keadaan tanah, patok tersebut ditempatkan
lebih dekat pada as sedemikian rupa, lalu dipasang paku pada titik perpotongan
talud dan patok tersebut.

Gambar 3 Tanda Kemiringan Akhir Timbunan dengan paku

4. Menggunakan kayu untuk menetapkan profil permukaan untuk timbunan dapat


dilihat pada gambar di bawah ini. Profil kayu didirikan setelah bahan timbunan
cukup untuk bisa memancang bagian atas patok kayu

Gambar 4 Tanda Kemiringan akhir timbunan dengan kayu

5. Setelah semua patok sisi dipancang, maka patok as dapat dibongkar


6. Patok-patok batas lebar kemudian diikat pada patok petunjuk yang dipasang di luar
batas, sehingga tidak terganggu dan untuk menghindarkan keharusan penempatan
ulang.
7. Dalam hal timbunan yang besar dan pembangunannya akan memakan waktu
beberapa tahun, dibuat patok-patok beton dengan jarak tertentu diluar patok-patok
batas lebar, sehingga patok-patok dapat dipasang ulang secara teliti pada waktu
diperlukan untuk membentuk talud.
8. Cara semacam itu dapat digunakan sama untuk pekerjaan galian, hanya bedanya
bahwa patok batas lebar harus dibuat di luar tempat munculnya talud dari tanah.

Gambar 5 Patok Batas Timbunan


Gambar 6 Patok Batas Galian

c. Staking Out Galian untuk Bangunan


Biasanya garis-garis staking out dan patok sering terganggu pada waktu
mengerjakan galian dan konstruksi. Maka perlu ada titik yang tetap dibuat agak jauh
dari titik aslinya, sehingga tidak terganggu oleh mesin-mesin atau para pekerja dan
lainlainnya. Selama pekerjaan berlangsung, uitset dapat diulang berkali-kali dan hal ini
dilakukan dengan mengukur dari titik-titik tetap.
Titik tetap pada papan acuan konstruksi/bouwplank lazimnya dipasang dengan cara
seperti berikut :
1. Bouwplank dibuat dari papan kayu mendatar ukuran 10cm x 2cm (panjang sesuai
keperluan). Ditopang dengan tiang-tiang tegak (ukuran 5 x 5 cm).
2. Bouwplank dipasang 2 sampai 3 m diluar batas konstruksi jika penggalian
dilakukan dengan mesin dan 1,0 sampai 1,5 m dari lokasi diluar batas konstruksi
jika penggalian oleh tenaga kerja. Hal ini dimaksudkan agar bouwplank tidak
rusak/terganggu.
3. Staking out yang penting diberi tanda pada papan horizontal dengan paku atau irisan
gergaji

Gambar 7 Papan acuan bangunan

4. Bagian atas dari papan menunjukkan elevasi, elevasi terkontrol ini ditulis pada
papan horizontal tersebut.
5. Tanda dengan warna sering digunakan untuk menunjukkan jenis dan ukuran
konstruksi pada bouwplank.

Apabila patok staking out telah dipasang dan diperiksa, maka ditarik benang
melalui patok-patok untuk menunjukkan garis konstruksi yang penting.
1. Garis-garis as ditandai dengan menaburkan bubuk kapur atau pasir kering pada tali
benang, sehingga terbentuk garis-garis lurus pada tanah. Benang dilepas dan
penggalian dapat dilaksanakan. Benang dapat dipasang kembali untuk memeriksa
penggalian selama pekerjaan berlangsung.
2. Garis sumbu dapat dialihkan lebih rendah dengan bantuan unting-unting atau water
pass.
3. Untuk garis konstruksi yang tetap dapat dipasang paku baja sebagai titik tetap dan
ditarik tali benang.
4. Kedalaman galian harus di staking out dengan cermat dari elevasi referensi
sementara terdekat

Gambar 8 Benang Sebagai Garis Konstruksi pada Profil

Gambar 9 Benang Sebagai Garis Konstruksi pada Papan Acuan (bouwplank)

2.2 Kavling
Dalam kamus Bahasa Indonesia, kavling adalah bagian tanah yang sudah dipetak-petak
dengan ukuran tertentu yang akan dijadikan bangunan atau tempat tinggal. Dalam sebuah
kompleks perumahan, terdapat bermacam-macam bentuk tanah kavling, sesuai letak atau
posisinya di dalam perumahan tersebut. Menurut pengamat properti Panangian
Simanungkalit yang ditulis dalam bukunya yang berjudul “Menjadi Kaya melalui Properti”
menjelaskan bahwa ada enam bentuk kavling, yaitu :

1. Cul De Sac Lot


Ini berasal dari bahasa Perancis, Cul De Sac yang memiliki arti jalan buntu.
Berdasarkan arti dari namanya, tipe kavling ini terletak di ujung jalan buntu.
2. Interior Lot
Interior lotmerupakan jenis tanah kavling yang paling sering digunakan dalam sebuah
cluster. Jenis ini terletak di tengah deretan kavling dalam satu blok.
3. T-Intersection Lot
Di Indonesia tipe ini lebih dikenal dengan istilah “tusuk sate”. Bagi yang percaya dalam
perhitungan feng shui, kavling tipe ini memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri
yang tidak dimiliki di tipe tanah kavling lain.
4. Corner Lot
Tipe kavling ini, lebih sering kita kenal sebagai kavling sudut atau hoek. Sebagian
orang menghindari tipe ini, namun ada sebagian yang lain justru mencari kavling sudut,
karena secara umum kavling tipe ini memiliki tanah yang lebih luas dibanding tipe
interior.
5. Key Lot
Kavling tipe ini terletak di tengah-tengah kavling lain, sehingga dari atas terlihat seperti
mengunci kavling-kavling di sekelilingnya.
6. Flag Lot
Disebut flag lot atau kavling bendera, karena kavling ini berbentuk “L” layaknya
bendera yang sedang berkibar. Mungkin bentuk kavling sangat jarang ditemukan dalam
sebuah cluster perumahan.

Gambar 10 Jenis-jenis tanah kavling


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pembuat Laporan


Praktikan : Kelompok 2

Anggota Kelompok :

1. Niken Rahayuningtyas 03311640000071


2. Adelia Rahmadani 03311640000098
3. Yoga Arief Rohman 03311740000016
4. Sultan Alifian H 03311740000043
5. Eko Rostianto 03311740000067
6. Indigo Aditya Nugraho 03311740000093
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Hari, tanggal : Selasa, 14 Mei 2019
Tempat : Lapangan depan Perpustakaan ITS

3.3 Pembagian Tugas

No. Nama Anggota Tugas


1 Niken Rahayuningtyas Praktikum dan membuat laporan
2 Adelia Rahmadani Praktikum dan membuat laporan
3 Yoga Arief Rohman Praktikum dan membuat laporan
4 Sultan Alifian H Praktikum dan membuat laporan
5 Eko Rostianto Praktikum dan membuat laporan
6 Indigo Aditya Nugraho Praktikum dan membuat laporan

3.4 Alat dan Bahan

• Theodolite
• Statif
• Pita Ukur
• Payung
• Jalon
• Prisma
3.5 Langkah Kerja

1. Pertama, menempatkan alat di tempat yang diinginkan lalu atur theodolit hingga
senter dan bisa digunakan.
2. Mengarahkan theodolit ke arah utara dan memghidupkan theodolit supaya sudut
utaranya nol.
3. Melekkan jalon dan prisma ditempat yang sudah ditentukan
4. Membaca sudut pada theodolite
5. Membaca batas tengah, atas dan bawah
6. Setelah itu jalon dipindahkan ke titik lain.
7. Dan tidak lupa untuk mencatat semua hasil yang didapat yaitu jarak dan sudut.
8. Memasang patok berupa paku payung atau tipeX cair apabila tidak bisa
ditancapkan paku pada titik-titik yang telah ditandai
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun sketsa awal yang dibuat dengan software autocad untuk pemasangan
kavling berukuran 18x12 meter adalah sebagai berikut:

Karena pada praktikum kali ini menggunakan metode polar dalam pemasangan
patok, maka rencana pemasangan sebagai berikut:

Jarak Nilai Jarak Nilai Jarak Nilai


(m) (m) (m)
K-K1 6 L-L1 6 K-L 12
K-K1 6 L-L2 6 K1-L1 12
K-K1 6 L-L3 6 K2-L2 12
K-K3 18 L-L3 18 K3-L3 12

Dari gambar rencana diatas, kavling bisa dibagi menjadi 3 bagian, yaitu kavling 1
yang berada di bagian kanan, kavling 2 berada di tengah, kavling 3 berada di kiri. Sehingga
luas pada masing-masing kavling sebesar 6m x 12m = 36m2
Sudut yang dibentuk patok dengan titik berdiri (K) alat untuk pemasang patok bagian
atas yaitu L, L1, L2, L3 adalah sebagai berikut:

Sudut Nilai Jarak Nilai


(⁰) (m)
LK 0 K-L 12
LKL1 27 K-L1 13.416
LKL2 45 K-L2 16.9706
LKL3 56 K-L3 21.6333

Untuk pemasang patok bagian bawah yaitu K1, K2, K3 dengan K sebagai titik
berdiri alat, karena berada pada satu garis lurus, sehingga sudut yang dibentuk titik LKK3,
LKK2, LKK1 adalah 90⁰ dengan jarak KK3, KK2, KK1 berturut-turut 18, 12, 6 meter.
Maka bentuk yang dihasilkan kavling adalah persegi panjang dengan sudut 90⁰ pada setiap
sudut dalamnya.

4.2 Pembahasan

Pada pengukuran dilapangan menggunakan total station didapat data pengukuran


sebagai berikut:
• Untuk kavling pertama, didapat hasil data pengukuran sebagai berikut:
Sudut Nilai Jarak Nilai Luas Nilai
(⁰) (m) (m2)
KL1 27⁰ 0’0” K-L 11.996 Lapangan 72.3690026

K 90⁰ 0’0” K-L1 13.4114 Rencana 72


K1 90⁰ 25’30” L-L1 6.0887 Selisih 0.36900255
L1 90⁰ 0’40” L1- 11.95
K1
L 89⁰ 33’50” K1- 6
K

Didapat nilai sudut dari data pengukuran yang bisa dikatakan sesuai dengan rencana,
namun data pengukuran jarak K-L, K-L1, L-L1, L1-L1, K1-K didapat dengan nilai
berturut-turut 11.996, 13.4114, 6.0887, 11.95, 6 meter. Dan luas yang pada kavling satu
diperoleh 72.3690026 m2 sehingga beda 0.36900255 m2 dari luas rencana

• Untuk kavling kedua, didapat hasil data pengukuran sebagai berikut:

Sudut Nilai Jarak Nilai Luas Nilai


(⁰) (m) (m2)
KL2 45⁰ 0’0” K1-L1 11.9500 Lapangan 71.2636

K1 89⁰ 34’30” K-L2 16.9645 Rencana 72.0000


K2 89⁰ 59’38” L1-L2 5.9072 Selisih -0.7364
L2 89⁰ 33’34” L2-K2 11.9957
L1 90⁰ 52’19” K2-K1 5.9970
Didapat nilai sudut dari data pengukuran yang berbeda dengan rencana yaitu pada
sudut L1, lalu data pengukuran jarak K1-L1, K-L2, L1-L2, L2-L2, K2-K1 didapat dengan
nilai berturut-turut 11.95, 16.9645, 5.9072, 11.9957, 5.997 meter. Dan luas yang pada
kavling dua diperoleh 71.2636 m2 sehingga beda -0.7364 m2 dari luas rencana

• Untuk kavling ketiga, didapat hasil data pengukuran sebagai berikut:

Sudut Nilai Jarak Nilai Luas Nilai


(⁰) (m) (m2)
KL3 56⁰ 0’0” K2-L2 11.9957 Lapangan 72.0387

K2 90⁰ 0’22” K-L3 21.6320 Rencana 72.0000

K3 89⁰ 42’1” L2-L3 5.9389 Selisih 0.0387


L3 89⁰ 19’39” L3-K3 12.0965
L2 90⁰ 57’57” K3-K2 6.0216

Didapat nilai sudut dari data pengukuran yang berbeda dengan rencana yaitu pada
sudut L3 dan L2, lalu data pengukuran jarak K2-L2, K-L3, L2-L3, L3-L3, K3-K2 didapat
dengan nilai berturut-turut 11.9957, 21.632, 5.9389, 12.0965, 6.0216 meter. Dan luas yang
pada kavling tiga diperoleh 72.0387 m2 sehingga beda 0.0387 m2 dari luas rencana
Dari tiga bagian kavling tadi maka diperoleh luas masing-masing sebagai berikut:

Kavling Luas Luas Selisih


Rencana Pengukuran (m2)
(m2) (m2)

1 (K-L-L1-K1) 72 72.3690 0.3690

2 (K1-L1-L2- 72 71.2636 -0.7364


K2)
3 (K2-L2-L3- 72 72.0387 0.0387
K3)
Total 216 215.6713 -0.32871

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengukuran yang kami ukur dilapangan,
diperoleh ukuran jarak, sudut, dan luas yang berbeda-beda, terkadang nilai kurang dari
rencana atau bisa jadi lebih dari rencana. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, yaitu:

a. Untuk menentukan jarak dengan total station, diperlukan mengatur posisi


prisma agar sesuai dengan jarak yang diinginkan, hal ini butuh waktu lama
untuk mencapai ketelitian mm.
b. Bidikan ke titik hanya menggunakan sudut biasa, tidak dengan sudut luar biasa,
hal ini juga dapat mempengaruhi kesalahan kolimasi
c. Pengukuran dilakukan di tengah siang hari, sehingga menimbulkan efek refraksi
saat pembacaan lensa pada total station
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari praktikum Staking Out Desain Kavling ini didapatkan data selisih luasan setiap
kavling desain dengan sebagai berikut :
1. Luas kavling 1 = 72.3690026 m2
Selisih = 0.36900255 m2
2. Luas kavling 2 = 71.2636 m2
Selisih = -0.7364 m2
3. Luas kavling 3 = 72.0387 m2
Selisih = 0.0387 m2
4. Luas total kavling = 215.6713 m2
Selisih = -0.32871 m2
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut, kelompok kami
menyimpulkan bahwa pengukuran kami tidak ada yang berhasil memperoleh luas yang
sesuai dengan rencana. Luas kavling yang memiliki selisih terkecil adalah kavling ketiga
dengan selisih sebesar 0.0387 m2 dengan luas kavling rencana, sedangkan kavling yang
memiliki selisih terbesar adalah kavling kedua dengan luas selisih mencapai -0.7364 m2
dari luas kavling rencana. Dan luas total ketiga kavling tersebut yang terukur adalah
215.6713 m2 dengan selisih sebesar -0.32871 m2 dari rencana.

5.2 Saran

Dari praktikum didapatkan berbagai saran seperti :


1. Teliti dalam mengukur sudut maupun jarak agar didapatkan ketelitian yang baik.
2. Melakukan cek kesalahan kolimasi indeks dan absis untuk memastikan ketelitian.
3. Melakukan pengukuran jarak dengan 2 cara yaitu menggunakan pengukuran dengan
roll meter dan jarak optis dengan alat ukur sebagai perbandingan.
DAFTAR PUSTAKA

Erawan, Anto. 2012. Mengenal Enam Bentuk Tanah Kavling. https://www.rumah.com/berita-


properti/2012/1/113/mengenal-enam-bentuk-tanah-kavling . Diakses pada 16 Mei 2019.

Lesmana, Fanny. 2017. Pematokan/Stake out adalah memindahkan atau mentransfer titik-titik
yang ada dipeta perencanaan kelapangan (permukaan bumi). https://docplayer.info/38388979-
Pematokan-stake-out-adalah-memindahkan-atau-mentransfer-titik-titik-yang-ada-dipeta-
perencanaan-kelapangan-permukaan-bumi.html . Diakses pada 16 Mei 2019
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai