PEMANTAUAN KONDISI
BANGUNAN SIPIL
Dosen Pengajar :
Nur Achmad Husin, S.T., M.T.
Disusun oleh :
Sasmita Purwa Hastuti
10111610000022
A 2016
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL..................................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 1
BAB II BAR LOCATOR........................................................................................................... 2
BAB III UJI RESISTIVITY.......................................................................................................6
BAB IV UJI ULTRASONIC PULSE VELOCITY................................................................. 10
BAB V UJI HAMMER............................................................................................................ 17
BAB VI UJI CORE DRILL......................................................................................................24
BAB VII UJI HALF CELL POTENTIAL............................................................................... 31
BAB VIII UJI KUAT TARIK BAJA TULANGAN................................................................37
BAB IX PERHITUNGAN KAPASITAS PENAMPANG PLAT........................................... 47
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Plat tipe A.............................................................................................................. 1
Gambar 7.1. Skema Arah Pengujian Half Cell Potential pada Benda Uji...............................33
Gambar 7.2. Setting Alat untuk Mengatur Jarak Titik............................................................. 34
Gambar 7.3. Pemasangan Kabel yang Terhubung dengan Indicate Device.............................34
Gambar 7.4. Pengujian Half Cell Potential pada Benda Uji....................................................34
Gambar 7.5. Kriteria Korosi berdasar Hasil Uji Half Cell Potential....................................... 35
Gambar 8.1. Grafik Hubungan Regangan dan Tegangan Kuat Tarik Baja Tulangan..............38
Gambar 8.2. Berat Nominal per meter Tulangan Polos........................................................... 42
Gambar 8.3. Toleransi Berat per Batang Tulangan..................................................................43
Gambar 8.4. Asumsi lo.............................................................................................................43
Gambar 8.5. Toleransi Diameter yang Diijinkan..................................................................... 44
Gambar 8.6. Grafik antara Beban dan Perbuhan Posisi Baja Tulangan untuk Sampel 1.........45
Gambar 8.7. Grafik antara Beban dan Perbuhan Posisi Baja Tulangan untuk Sampel 2.........46
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Jenis Pengujian yang Dilakukan................................................................................1
Tabel 6.1. Alat dan Bahan yang Digunakan untuk Core Drill................................................. 25
Tabel 6.2. Langah Kerja Pelaksanaan Uji Core Drill...............................................................27
Tabel 6.3. Hasil Praktikum Core Drill......................................................................................29
Tabel 7.1. Alat dan Bahan yang Digunakan untuk Pengujian Half-cell Potential...................31
Tabel 7.2. Data Hasil Pengujian Half Cell Potential................................................................35
Tabel 7.3. Hasil Pengujian Half Cell Potential........................................................................36
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Lokasi Praktikum
Lokasi praktikum dilakukan adalah di halaman parkiran mobil dosen ITS bagian depan
dan Laboratorium
1.2. Waktu Praktikum
Waktu praktikum, yaitu : Rabu, 27 Maret 2019 – Rabu, 8 Mei 2019
1
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB II
BAR LOCATOR
2.1. Tujuan
Mengetahui tebal selimut beton pada elemen beton.
Mengetahui letak tulangan yang terpasang pada elemen beton.
2.2. Standart Uji
Standar pengujian pada uji bar locator menggunakan Profometer 5 + Rebar locator
adalah dengan mengacu pada BS 1181 – part 204 (British Standard for testing concrete,
recommendations for the use of electromagnetic covermeter).
2.3. Dasar Teori
Evaluasi kekuatan dan kelayakan struktur bangunan atau biasa disebut dengan
assessment adalah sebuah metode yang biasa dilakukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya perubahan kualitas struktur akibat kebakaran, gempa, serta mengetahui indikasi
apakah suatu gedung tersebut sudah dikerjakan atau dilaksanakan sesuai dengan
spesifikasi teknis yang telah direncanakan. Dalam pengujian kekuatan dan kelayakan
struktur terdapat 2 jenis pengujian, yaitu pengujian non destruktif yang besifat tidak
merusak elemen struktur eksisting (Non Destructive Test, NDT) dan pengujian destruktif
yang bersifat merusak elemen struktur eksisting (Destructive Test). Jenis – jenis Non
Destructive Test (NDT) adalah Ultrasonic Pulse Velocity, Half Cell Potential,
Resistivity, Rebar Locator (Covermeter), dll.
Pengujian covermeter atau rebar locator test adalah pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui tebal selimut beton, serta mengetahui letak tulangan yang terpasang pada
elemen struktur yang ditinjau sehingga dapat diketahui sketsa penulangan serta jarak
antar tulangan yang terpasang. Pengujian rebar locator adalah dengan menggunakan alat
Profometer 5 + Rebar locator.
2.4. Alat dan Bahan
Tabel 2.1. Alat dan Bahan yang Digunakan
2
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
3. Penanda (Spidol)
Gambar 2. 1PembacaaanHasil
3
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
I.2. Kesimpulan
Bar locator bertujuanuntukmengetahuijarakantartulangansertatebaliselimutbeton. Dari
hasilpraktikumdapatdisimpulkanbahwajarakantartulangandanselimutbetonsebagaiberikut :
Tulanganarah x : tebalselimut = 54 mm & dx = 170 mm
Tulanganarah y : tebalselimut = 57 mm &dy = 146 mm
4
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
5
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB III
UJI RESISTIVITY
3.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum uji resistivity adalah untuk mengetahui ketahanan beton
terhadap korosi.
3.2. Standart Uji
Standart uji yang digunakan adalah AASTHO T 358-17 “Standard Method of Test for
Surface Resistivity Indication of Concrete's Ability to Resist Chloride Ion Penetration”
3.3. Dasar Teori
Resistivitas adalah salah satu faktor pengontrol utama setelah korosi dimulai. Korosi
membutuhkan aliran ion antara situs anodik dan katodik pada penguatan beton. Resistivitas
mengontrol laju aliran ion tersebut, dan juga secara langsung mengendalikan laju korosi
beton. Yang berarti bahwa dengan mengukur resistivitas beton. Maka, kita dapat
menentukan apakah suatu struktur sedang mengalami laju korosi cepat atau lambat yang
berakibat pada penurunan kualitas beton. Jika ternyata laju korosi lambat. Maka, gejala ini
dapat lebih dulu diketahui dan sesegera mungkin dilakukan penanganan. Tes ini akan lebih
informatif lagi jika dalam analisa hasil dapat dikombinasikan dengan pengukuran potensi
Half-Cell untuk menemukan titik panas untuk kemungkinan korosi.
Menggunakan metode Wenner’s four probe, Resipod dirancang sebagai resistivitas
meter untuk mengukur resistivitas listrik beton atau batu. Arus diterapkan ke dua probe
luar, dan perbedaan potensial diukur antara dua probe dalam. Arus dibawa oleh ion
dalam cairan pori. Resistivitas yang dihitung tergantung pada jarak dari probe.
Resistivitas ρ = 2πaV / l [kΩcm]
Saat melakukan pengukuran, unit secara otomatis mengubah metode pengukuran agar
sesuai dengan subjek. Biasanya alat akan mencoba untuk menggerakkan arus 200uA
melalui beton, jika hal tersebut terhambat karena resistensi yang tinggi. Maka, akan
mendorong 50 uA dan jika masih saja terhambat karena resistensi yang sangat tinggi. Maka,
perangkat akan menggerakkan tegangan melintasi probe luar dan mengukur arus induksi
untuk mendapatkan perkiraan resistivitas. Ini memungkinkan Resipod untuk mengukur
resistivitas yang jauh lebih tinggi daripada metode Wenner Probe yang biasa.
6
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
7
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
8
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
9
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB IV
UJI ULTRASONIC PULSE VELOCITY
4.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah:
a. Mengetahui kepadatan pada beton.
b. Mengetahui keseragaman kualitas beton.
c. Mengetahui kualitas struktur beton setelah umur beberapa tahun.
4.2. Standart Uji
Standart uji yang dilakukan pada penelitihan ini adalah SNI ASTM C597:2012
Metode Uji Kecepatan Rambat Gelombang Melalui Beton.
4.3. Dasar Teori
Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) adalah pengujian kekuatan tekan beton secara non
destruktif atau tanpa merusak benda uji (beton). Pengujian UPV adalah cara untuk
memperkirakan kekerasan beton yang didasarkan pada hubungan cepat-rambat
gelombang melalui media beton dengan kekuatan tekan (International Atomic Energy
Agency). Cara kerja alat UPV, dengan memberi getaran gelombang longitudinal melalui
tranduser elektro-akustik, melalui cairan perangkai yang berupa pasta selulose yang
dioleskan permukaan beton sebelum tes dimulai. Saat gelombang merambat melalui
media yang berbeda, yakni pasta selulose dan beton, akan terjadi pantulan gelombang
yang merambat tegak lurus lintasan dan gelombang longitudinal merambat sejajar
lintasan. Pengujian ini dapat dilakukan dengan tiga cara, diantaranya:
a. UPV Metode Direct
Metode Direct yaitu dimana pengukuran dilakukan dengan cara receiver
transducer dan transmitter transducer diletakkan saling berhadapan.
10
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Dimana,
v = Kecepatan gelombang longitudinal (m/detik)
L = Panjang Lintasan beton yang dilewati (m)
T = Waktu tempuh gelombang longitudinal ultrasonik pada lintasan L (detik)
11
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
KECEPATAN GELOMBANG
LONGITUDINAL KUALITAS BETON
3
Km/(detik.10 ) Ft/detik
> 4,5 > 15 Sangat Bagus
3,50-4,50 12-15 Bagus
3,00-3,50 10-12 Diragukan
2,00-3,00 7-10 Jelek
<2,00 <7 Sangat Jelek
3 Pasta Selulase
12
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
4 Penggaris
5 Spidol/Crayoon
6 Kapi/Scraper
13
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
14
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
15
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Jadi dapat disimpulkan bahwa elemen beton tersebut dikategorikan kualitas beton
3
jelek, dikarenakan kecepatan rata-rata gelombang diantara 2-3km/detik.10 .
4.7. Kesimpulan
Pengujian Ultrasonic Pulse Velocity bertujuan untuk mengetahui kepadatan beton.
Berdasarkan analisa dan pembahasan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa elemen
beton tersebut memiliki kualitas yang jelek dikarenakan pada ASTM C597:2012 bahwa
3
kecepatan rata-rata gelombang diantara 2-3km/detik.10 masuk dalam kategori kualitas
beton jelek.
4.8. Hal yang Perlu Diperhatikan
1. Berdasarkan hasil praktikum apabila menunjukkan kategri kualitas beton sangat
bagus, bukan berarti beton tersebut memiliki mutu yang bagus pula atau memiliki
kekuatan yang bagus. Hal tersebut dikarenakan bisa saja beton yang memiliki
kepadatan bagus berisi agregat saja pada permukaan dan pada bagian tengah beton
kosong. Sehingga indeks pengujian kepadatan beton tidak dapat diartikan sebagai
indeks kekuatan beton itu sendiri.
2. Perbedaan permintaan owner saat test antara pengujian 16 titik dan 16 kali pada satu
area. Apabila 16 titik artinya akan dilakukan pengujian untuk 12kali dalam satu area.
Sedangkan pengujian 16 kali artinya dibutuhkan 25 titik dalam satu area.
16
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB V
UJI HAMMER
5.1. Tujuan
Pengujian hammer bertujuan untuk memeriksa kepadatan pada beton.
5.2. Standart Uji
Standart uji yang digunakan :
ASTM C805-85 “Standard test method for rebound number of hardened
concrete, Annual Book of ASTM”
SNI 03-4430-1997 “ Metode pengujian elemen struktur beton dengan alat palu
beton tipe N dan NR”
5.3. Dasar Teori
Hammer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton.
Metode pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban intact (tumbukan) pada
permukaan beton dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan
menggunakan energi yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa
tersebut pada saat terjadi tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat
memberikan indikasi kekerasan juga setelah dikalibrasi. Alat ini sangat berguna untuk
mengetahui keseragaman material beton pada struktur. Berikut ini adalah bagian-
bagian alat dari pengujian hammer:
Gambar 5.2. Arah Sudut Penekanan yang terdapat pada Alat Tes Hammer
17
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Alur yang terjadi pada saat pengujian ini dilakukan adalah sebagai berikut (ACI
Committee Report) :
1. Plunger atau batang besi pengontrol diposisikan secara tegak lurus pada
permukaan beton.
2. Ketika badan alat ditekan ke beton, pegas yang menghubungkan antara hammer
(sistem massa) dengan badan alat menjadi memanjang.
3. Dan ketika penekanan terjadi secara sempurna, latch (palang penahan) terlepas,
dan pegas tersebut menarik sistem massa menuju beton.
4. Sistem massa tersebut menumbuk bahu plunger dan kemudian memantul.
5. Sistem massa yang memantul menggerakkan sebuah indikator geser, yang mana
indikator tersebut mencatat nilai rebound.
18
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
4 1
5
3 2
19
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
3. Secara perlahan tekankan palu beton dengan arah tegak lurus bidang uji sampai terjadi
pukulan pada titik uji.
Sudut Rebound
No Lokasi
(°) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A B C D
1 2921 -90 16.5 28.5 32.5 26.5 28 27.5 33 21 21 21
2 2931 -90 26.5 30 26.5 30 22.5 28.5 28 35.5 27.5 28
3 2941 -90 39.5 17.5 14 29.5 26 15.5 26 29.5 27.5 25.5
4 2951 -90 22 32.5 29 27 27 45.5 21.5 20.5 15.5 27
5 1961 -90 25 31 24.5 30 26.5 31 30 25.5 24.5 26
Perhitungan
1. Menentukan rata-rata dari tiap satu lokasi pengujian
Contoh lokasi pertama:
Rata-rata = 16.5+28.5+32.5+26.5+28+27.5+33+21+21+21 = 25,6 10
20
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2
= 231.2 kg/cm
3. Rekapitulasi Tegangan
Tabel 5.3. Hasil Rekapitulasi Tegangan
21
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
22
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
23
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB VI
UJI CORE DRILL
6.1. Tujuan
Tujuan dari Uji Core Drill adalah untuk mendapatkan nilai estimasi kuat tekan
beton pada struktur yang sudah dilaksanakan.
6.2. Standart Uji
SNI 3403-1994 tentang Metode Pengujian Kuat Tekan Beton Inti Pemboran.
6.3. Dasar Teori
Core Drill merupakan salah satu pengujian yang bersifat destructive atau merusak.
Hal ini bertujuan untuk mendapatkan kuat tekan material beton pada struktur yang telah
dilaksanakan.
Kuat tekan beton dari uji Core Drill dapat dirumuskan sebagai berikut: ′ = ′
adalah kuat tekan beton inti yang dihitung menurut rumus berdasarkan
Dimana ′
0 adalah faktor pengali yang berhubungan dengan arah pengambilan benda uji beton inti pada struktur beton. Nilai 0 dapat dilihat pada SNI 3403-1994 Tabel 1 :
24
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
2 adalah faktor pengali karena adanya tulangan yang terangkat oleh Core Drill yang letaknya tegak lurus dengan sampel uji. Nilai 2dapat dihitung dengan rumus sesuai SNI
Dimana:
= Diameter batang tulangan (mm) Ø = Diameter benda uji (mm)
ℎ = Jarak terpendek antara sumbu batang tulangan dengan ujung benda uji (mm) = Tinggi benda uji sebelum diberi kaping (mm)
Sedangkan apabila terdapat dua batang tulangan yang terangkat, maka nilai 2 dapat dihitung dengan rumus sesuai SNI 3403-1994
pasal 3.12:
∑ ℎ
2 = 1 + 1,5 ( )
Dimana:
= Diameter batang tulangan (mm)
Ø = Diameter benda uji (mm)
ℎ = Jarak terpendek antara sumbu batang tulangan dengan ujung benda uji (mm)
25
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
3. Ring Capping
5. Timbangan
6. Jangka Sorong
26
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
7. Benda Uji
8. Belerang
9. Oli
27
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
5. Ambil benda uji yang telah di core drill, lalu ukur tinggi
dan diameter benda uji serta tulangan melintang.
28
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
29
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Perhitungan :
= (150 7853,98) 10
9 3
3
= 3,3 ton/m
2. Kuat tekan (f’c) =
=
4
3,7 10
2
7.853,98
= 4,71 MPa
3. C0 = 0,92 (Arah pengambilan sampel vertikal)
4. C1 = 0,96 (Rasio L/Ø = 1,5)
5. C2 = 1 + 1,5 (
ℎ
)
10 37
= 1 + 1,5 ( )
100 150
= 1,037
6. f’cc = Co . C1 . C2 . f’c
= 0,92 x 0,96 x 1,037 x 4,71 MPa
= 4,31 MPa
6.7. Kesimpulan
Pengujian core drill bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton yang ada di
lapangan. Dari hasil praktikum di lapangan, didapatkan estimasi kuat tekan rata-rata
sebesar 4,14 MPa.
6.8. Hal yang Perlu Diperhatikan
1. Diameter bor untuk core drill tergantung dengan besar agregat yang digunakan,
dikarenakan apabila menggunakan diameter bor yang kecil namun ukuran agregat
digunakan besar, maka pengujian bukan untuk mengetahui kuat tekan beton
melainkan kuat tekan agregat.
2. Diameter core drill besarnya minimal 3 kali dari ukuran agregat yang digunakan.
3. Pengambilan core drill harus tegak lurus dengan posisi tulangan, apabila sejajar
dengan tulangan maka yang didapatkan adalah kuat tekan dari tulangan bukan dari
beton itu sendiri.
30
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB VII
UJI HALF CELL POTENTIAL
7.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum uji half cell potential adalah Untuk mengetahui tingkat
korosi dari tulangan yang berada di dalam beton.
7.2. Standart Uji
Pengukuran didasarkan pada ASTM C876 – 91 Test Method for Half-Cell
Potentials of Uncoated Reinforcing Steel in Concrete (Cara uji untuk Half-Cell
Potentials pada Baja Tulangan yang tidak dicoating dalam Beton).
7.3. Dasar Teori
Metode pengukuran half-cell potential merupakan salah satu metode yang bisa
digunakan untuk mengindikasikan tingkat korosi dari tulangan yang berada di dalam
beton. Pengukuran yang dilakukan didasarkan pada beda potensial tulangan yang berada
di dalam beton relatif terhadap referensi half-cell yang ditempatkan pada permukaan
beton.
Pengukuran yang dilakukan umumnya didasarkan pada beda potensial tulangan
yang berada di dalam beton relatif terhadap referensi half-cell yang ditempatkan pada
permukaan beton.
Half-cell yang digunakan biasanya tembaga/ tembaga sulfat atau perak/ sel chloride
perak tetapi ada juga yang menggunakan kombinasi bahan lainnya. Sementara beton
berfungsi sebagai elektrolit dan kemungkinan korosi pada tulangan pada lokasi uji
secara empiris terkait dengan perbedaan potensial yang terukur.
Hasil pembacaan berupa beda potensial (mV), semakin tinggi beda potensial maka
semakin tinggi indikasi korosi tulangan di dalam beton.
7.4. Alat dan Bahan
Satu set alat uji half-cell potential (Profometer 5+ Proced)
Tabel 7.1. Alat dan Bahan yang Digunakan untuk Pengujian Half-cell Potential
NO NAMA GAMBAR
1. Indicate Device
31
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
4. Kabel 25m
32
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
8. Crayon
9. Penggaris
Gambar 7.1. Skema Arah Pengujian Half Cell Potential pada Benda Uji
33
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
4. Siapkan profometer, setting pada menu display untuk mengatur jarak titik pada
layar dan pengaturan untuk menyimpan hasil bacaan pada indicate layer.
34
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
9. Catat hasil bacaan pada form yang tersedia. Analisa hasil dari bacaan alat lalu
sesuaikan dengan peraturan yang dipakai.
10. Ambil kesimpulan dari tes yang telah dilakukan.
7.6. Analisa dan Pembahasan
Dari hasil pengetesan yang dilakukan di lapangan yang dicatat pada laporan
sementara, berikut hasil dari pembacaan alat:
Tabel 7.2. Data Hasil Pengujian Half Cell Potential
Pembacaan
No Lokasi mV
5 4 3 2 1
-47 -55 -52 -39 -42
-56 -61 -52 -46 -51
1 104 -58 -61 -69 -58 -63
-50 -43 -64 -23 -68
-32 -30 -28 -44 -30
Gambar 7.5. Kriteria Korosi berdasar Hasil Uji Half Cell Potential
35
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Pembacaan Rata-rata
No Lokasi mV daya/ Ket
5 4 3 2 1 baris
Korosi
-47 -55 -52 -39 -42 -47 rendah
Korosi
-56 -61 -52 -46 -51 -53.2 rendah
Korosi
1 104 -58 -61 -69 -58 -63 -61.8 rendah
Korosi
-50 -43 -64 -23 -68 -49.6 rendah
Korosi
-32 -30 -28 -44 -30 -32.8 rendah
7.7. Kesimpulan
Half-cell potential test adalah sebuah metode pengetesan yang bertujuan untuk
mengetahui tingkat korosi pada tulangan dengan menggunakan alat berupa profometer.
Hasil dari pengetesan, berdasarkan peraturan ASTM C-876-91, plat yang ditinjau
memiliki tingkat korosivitas yang rendah.
7.8. Hal yang Perlu Diperhatikan
1. Indicate device pada alat pengujian harus tepat pada tulangan agar dapat terbaca
pada alat.
36
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB VIII
UJI KUAT TARIK BAJA TULANGAN
8.1. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
a. Mengetahui standar prosedur pengujian kuat Tarik baja tulangan dengan baik.
b. Mengetahui tegangan leleh, tegangan ultimate, dan regangan pada kuat Tarik baja.
8.2. Standard Uji
Standar uji yang digunakan adalah SNI 07-2529-1991 tentang Metode Pengujian
Kuat Tarik Baja Tulangan serta SNI 07-2052-2002 tentang Baja Tulangan Beton.
8.3. Dasar Teori
Pengertian dari :
a. Baja Beton, adalah baja yang digunakan sebagai penulangan dalam konstruksi
beton bertulang.
b. Nilai Kuat Tarik Leleh, adalah besarnya gaya tarik yang bekerja pada saat benda
uji mengalami leleh pertama.
c. Nilai Kuat Tarik Putus, adalah besarnya gaya tarik maksimum yang bekerja pada
saat benda uji putus.
Kekuatan atau tegangan yang dapat dikerahkan oleh baja tergantung dari mutu
baja, tegangan leleh dan tegangan dasar dari baja itu sendiri.
Tabel 8.1. Sifat Mekanik Baja Tulangan
Sumber : SNI-07-2052-2002
Untuk mengetahui sifat-sifat mekanis dari baja, terutama mengenai batas leleh,
kuat tarik dan regangannya, biasanya dilakukan pengujian kuat tarik. Umumnya hasil
pengujian tersebut dapat digambarkan dalam suatu diagram yang menyatakan hubungan
37
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
antara tegangan dan regangan yang terdiri atas beberapa daerah, seperti tampak pada
gambar berikut :
Gambar 8.1. Grafik Hubungan Regangan dan Tegangan Kuat Tarik Baja Tulangan
Terdapat empat fase kurva tegangan-regangan dari baja tulangan, dimulai dari titik
awal (tegangan = 0, regangan= 0), kemudian secara kontinue beban terus ditingkatkan
hingga akhirnya baja mengalami keruntuhan (putus).
1. Fase Elastis
Fase dimana baja masih panjang batang dapat kembali ke bentuk semula apabila
beban dihilangkan.
2. Fase Plastis
Fase dimana baja mulai meleleh, tetapi naja masih memiliki kekuatan (mampu
memberi gaya perlawanan) untuk menerima beban. Fase tersebut ditandai dengan
pertambahan regangan tanpa pertambahan tegangan dan di fase ini baja tidak
dapat kembali ke bentuk semula.
3. Fase Strain Hardening
Fase dimana mulai terjadi perkuatan tegangan sampai tercapai kuat tarik (Tensile
Strength).
4. Fase Necking
Fase dimana tegangan baja mulai menurun hingga patah pada titik tertentu.
Parameter pengujian dihitung dengan rumus-rumus sebagai berikut :
1. Tegangan Tarik Putus (fu)
fu =
2. Tegangan Tarik Leleh (fy)
fy =
38
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Keterangan :
fu : Tegangan tarik putus (MPa)
Pu : Kuat tarik putus (N)
fy : Tegangan tarik leleh (MPa)
Py : Kuat tarik leleh (N)
2
Aso : Luas penampang benda uji semula (mm )
2
Asu : Luas penampang benda uji setelah pengujian (mm )
lo : Panjang benda uji semula (mm)
lu : Panjang benda uji setelah pengujian (mm)
Πmaks : Elongasi / Regangan Maksimum (%)
s : Kontraksi/reduksi Penampang Benda Uji (%)
8.4. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan adalah :
Tabel 8.2. Alat yang DIgunakan untuk Uji Kuat Tarik Baja Tulangan
3. Timbangan
39
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
4. Jangka Sorong
5. Penggaris
40
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
41
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
= 122,30
287,8
= 0,425 gram/mm
= 0,425 kg/m
Berat nominal tulangan D 8 = 0,395 kg/m (SNI 07-2052-2002)
42
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Berikut adalah toleransi berat per batang berdasarkan SNI 07-2052-2002 tentang
Baja Tulangan Beton :
7850 = 2
.
d =√
..
0,122
d =√
⁄
3
. 7850 . 0,288
= 8,30 mm
43
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
=
37000
2
54,13
= 683,59 MPa
fu dari hasil komputer adalah 683,79 MPa.
6. Perhitungan Tegangan Tarik Leleh (Fy)
fy = , dimana Py = 37 kN
= 27000
2
54,13
= 498,8 MPa
fy dari hasil komputer adalah 498,8 MPa.
44
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
= , − x 100 %
= 24,06 %
Πmaks dari hasil komputer adalah 24,06%.
Berdasarkan Hasil Praktikum :
Berdasarkan data yang diperoleh, dapat dikategorikan bahwa tulangan yang diuji adalah
tulangan dengan kualitas BjTP 24.
Hasil Grafik :
Gambar 8.6. Grafik antara Beban dan Perbuhan Posisi Baja Tulangan untuk Sampel 1
45
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
Gambar 8.7. Grafik antara Beban dan Perbuhan Posisi Baja Tulangan untuk Sampel 2
8.7. Kesimpulan
- Diameter tulangan yang diuji memenuhi toleransi diameter.
- Berat diameter yang diuji memenuhi toleransi berat tulangan per batang.
- Dari hasil pengujian, diperoleh mutu baja :
a. Tegangan Tarik Putus (fu) : 683,79 MPa dan 663,99 MPa
b. Tegangan Tarik Leleh (fy) : 498,98 MPa dan 492,64 MPa
c. Elongasi (Πmaks) : 24,06% dan 31,02%
d. Kelas Baja Tulangan : BjTP 24
8.8. Hal yang perlu Diperhatikan saat Pengujian
1. Cek dahulu diameter dilapangan pada permukaan tulangannya kemudian diukur
diameternya, dan dicek toleransi diameter.
2. Cek untuk berat tulangan dilapangan apakah sudah memenuhi toleransi berat/meter
nya.
46
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
BAB IX
PERHITUNGAN KAPASITAS PENAMPANG PLAT
9.1. Data Eksiting
f’c = 4,43 MPa
fy lentur = 449 MPa
Es = 200.000 MPa
b = 1000 mm
h = 150 mm
Tul. Transversal = Ø 8 - 100
d’ = 40 mm
dx = 106,4 mm
dy = 92,2 mm
9.2. Perhitungan
1. Menghitung besar nilai As
1
As = 4
2
=
1 1000
(8 )2
4 100
2
= 502,65 mm
2. Menghitung besar nilai a
.
a = 0,85 .
′
.
502,65 . 449
= 66,69 mm
3. Menghitung Kapasitas Momen
ØMnx = . . ( − 2)
= 502,65 . 449 . (106,4 − 66,692)
= 16.491.993 N.mm
= 16,491 kN.m
ØMny = . . ( − 2)
= 502,65 . 449 . (92,2 − 66,692)
= 13.286.452 N.mm
= 13,286 kN.m
47
10111610000022 –Sasmita Purwa Hastuti