Pada grafik diatas terlihat beberapa hubungan korelasi antara Nilai Hammer
Rebound, yang tergantung dari arah beban impact ke struktur beton, A, B atau C.
Berikut adalah beberapa dokumentasi aplikasi uji Schmidt Hammer dengan beberapa
arah impact hammer ke beton.
1. Arah A (0 derajat)
Ultrasonic Pulse Velocity Test dilaksanakan berdasarkan (BS 1881-203; ASTM C597).
Pengukuran dapat dilakukan dengan beberapa metode berikut:
Direct Method yaitu transmitter dan receiver berada pada dua permukaan yang paralel.
Semi-direct Method, yaitu transmitter dan receiver berada pada dua permukaan yang
saling tegak lurus.
Indirect Method dimana kedua transducer berada pada permukaan yang sama.
Seperti ditunjukkan pada gambar berikut:
Dimana:
X1 = jarak antar tranducer (transmitter dan receiver) pada pengukuran pertama
X2 = jarak antar tranducer (transmitter dan receiver) pada pengukuran kedua
t1 = waktu yang perambatan gelombang dari transmitter ke receiver pada pengamatan
pertama
t2 = waktu yang perambatan gelombang dari transmitter ke receiver pada pengamatan
kedua
Jika pada pengukuran pertama jarak antara posisi retak dengan transmitter adalah b,
dan jarak antara receiver dengan posisi retak juga b dengan arah yang berlawanan,
maka X1 = 2b.
Selanjtnya jika pada pengukuran kedua jarak antara posisi retak dengan transmitter
adalah 2b, dan jarak antara receiver dengan posisi retak juga 2b dengan arah yang
berlawanan, maka X2 = 4b. Maka ilustrasi pengukuran dapat digambarkan menjadi:
1. Core Test
Core drill adalah suatu metoda pengambilan sampel beton pada suatu struktur bangunan.
Sampel yang diambil (bentuk silinder) selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dilakukan
pengujian seperti Kuat tekan, Karbonasi dan Pullout test. Pengujian kuat tekan(ASTM C-39)
dari sampel tersebut diatas biasanya lebih dikenal dengan pengujian “Beton Inti”. Alat uji yang
digunakan adalah mesin tekan dengan kapasitas dari 2000 kN sampai dengan 3000 kN.
Uji core drill atau bor inti ialah cara uji beton keras dengan cara mengambil contoh
silinder beton dari daerah yang kuat tekannya diragukan. Pengambilan contoh dilakukan
dengan alat bor yang mata bornya berupa “pipa” dari intan, sehingga diperoleh contoh beton
berupa silinder. Silinder beton yang diperoleh tergantung ukuran diameter mata-bornya,
umumnya antara 50mm sampai 150 mm. Namun sebaiknya diameter silinder tidak kurang dari
3 kali ukuran maksimum agregat betonnya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk Core
Drill Test:
Jika uji bor inti dipilih maka beberapa hal yang perlu diperhatikan (SK SNI-61-1990-03):
1 Umur beton minimal 14 hari.
2 Pengambilan contoh silinder beton dilakukan di daerah yang kuat tekannya diragukan,
biasanya berdasarkan data hasil uji contoh beton dari masing-masing bagian struktur.
Dari satu daerah beton diambil satu titik pengambilan contoh.
3 Dari satu pengambilan contoh (daerah beton yang diragukan mutunya) diambil 3 titik
pengeboran. Pengeboran harus ditempat yang tidak membahayakan struktur, misalnya
jangandekat sambungan tulangan, momen maksimum, dan tulangan utama.
4 Pengeboran harustegak lurus dengan permukaan beton.
5 Lubang bekas pengeboran harus segera diisi dengan beton yang mutunya minimal
sama.
Bila beton yang diambil berada dalam kondisi kering selama masa layannya, benda
ujisilinder beton (hasil bor inti) harus diuji dalam kondisi kering. Bila beton yang diambil
berada dalam kondisi sangat basah selama masa layannya, maka silinder harus direndam
dahulu minimal 40 jam dan diuji dalam kondisi basah.
Kuat tekan beton pada titik pengambilan contoh (daerah beton yang diragukan)
dapatdinyatakan tidak membahayakan jika kuat tekan 3 silinder beton (minimum 3 silinder
beton)yang diambil dari daerah beton tersebut memenuhi 2 (dua) persyaratan sebagai berikut:
1 Kuat tekan rata-rata dari 3 silinder betonnya tidak kurang dari 0,85 fc’
2 Kuat tekan masing-masing silinder betonnya tidak kurang dari 0,75 fc’
Mengambil Sampel Perkerasan dengan Core Drill Test
Untuk menentukan atau mengambil sebuah sampel pada perkererasan di lapangan
sehingga dapat diketahui tebal perkerasannya serta untuk dapat mengetahui karakteristik
sebuah campuran perkerasan.
Perlengkapan Core Drill Test Yang Dibutuhkan
1 Mesin Core Drill Test
2 Alat untuk menutup lubang bekas pengeboran
Pelaksanaan Core Drill Test Yang Dilakukan:
1 Alat akan diletakan pada lapisan perkerasan sebuah beton atau aspal yang akan
dilakukan pengujian dengan posisi datar.
2 Lalu kemudian harus menyediakan air dengan alat yang ada sistem pompanya.
3 Kemudian air tersebut dimasukkan ke alat Core Drill dengan selang kecil pada tempat
yang sudah disediakan pada alat tersebut yang digunakan sehingga alat tersebut tidak
akan mengalami kerusakan terutama pada mata bor yang berbentuk silinder selama
masa proses pengujian coring beton atau coring aspal.
4 Jika semua sudah siap lalu dihidupkan dengan alat tersebut dengan menggunakan tali
yang dililitkan pada starter alat dan ditarik hingga hidup.
5 Kemudian alat tersebut akan hidup mata bor diturunkan secara perlahan pada titik yang
sudah ditentukan sebelumnya hingga kedalaman tertentu, kemudian setelah masuk pada
kedalaman yang sudah ditentukan maka alat dimatikan dan mata bor dinaikkan keatas.
6 Lalu hasil dari pengeboran yang sudah dilakukan diambil dengan menggunakan
penjapit yang sudah tersedia, dan setelah itu dilakukan pengukuran tebal dan
dimensinya serta diamati sampel tersebut apakah perkerasan tersebut sudah layak untuk
digunakan atau tidak.
Pemeriksanaan diatas dilakukan bertujuan untuk mengetahui secara tepat dan detail
susunan struktur dari sebuah konstruksi jalan, jenis perkerasan, persentase susunan atau dapat
juga untuk memeriksa perubahan dari struktur jalan, serta cara kerja alat dari mesin coring.
Dalam melakukan uji alat atau core drill test atau seperti jasa coring beton dan jasa coring
aspal perlu diperhatikan kontinuitas dari pemakaian air karena jika ada keterlambatan dari
pemberian air pada ujung mata bor maka akan menyebabkan terjadinya kerusakan dari mesin
coring beton atau mesin coring aspal tersebut. Dari hasil pengeboran tersebut juga dapat
diketahui komposisi dari lapisan perkerasan.
Menurut Malhotra (1991) kuat tekan beton yang dihasilkan oleh pull out test adalah ± 20%
dari kuat tekan yang dihasilkan oleh uji compression. Compressive Strength, Mpa 24 Standar
atau prosedur dalam menggunakan metode ini dapat dilihat pada ASTM C 900, dimana
disyaratkan :
1. Kedalaman penanaman logam (embement depth) dan ukuran diameter head (d1)
haruslah sama, tetapi tidak ada persyaratan mengenai berapa besarnya.
2. Besarnya diameter antara kedua reaction ring (d2) bisa antara 2 sampai 2,4 kali dari
besarnya head.
3. Dari kedua syarat di atas, dapat diketahui bahwa apex anglenya berkisar antara 540 dan
700.
Ilustrasi pull out test
REFERENSI