Anda di halaman 1dari 10

SUNGAI KIKISAN

Oleh:
1. Rachel Euodia Fransy - 325180064
2. Tri Septy Melyana - 325180069
3. Reynaldi Prasetyo Tandean - 325180089
4. Kevin Adriel Sitanaya - 325180091
5. Samuel Yohanes Setiawan - 325180093
6. Ingrid Darmawan - 325180096

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TARUMANAGARA
JAKARTA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sungai merupakan sumber daya alam yang penting bagi kehidupan manusia. Sungai juga
dapat digunakan untuk berbagai keperluan hidup masyarakat yang tinggal di sekitar sungai,
misalnya untuk mengairi sawah, sumber air minum dan untuk berbagai keperluan lainnya.
Dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, dinyatakan bahwa
sungai merupakan salah satu bentuk alur air permukaan yang harus dikelola secara menyeluruh,
terpadu, berwawasan lingkungan hidup dengan mewujudkan kemanfaatan sumber daya air yang
berkelanjutan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Terdapat istilah DAS (Daerah Aliran Sungai) yang adalah suatu wilayah daratan yang
merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya. DAS berfungsi untuk
menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut
secara alami, dengan batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan. Indonesia sendiri memiliki 17.076 DAS
dengan luas 189 juta ha lebih.
Sungai dan anak sungai umumnya terbentuk karena peristiwa alam, tetapi ada juga yang
terbentuk oleh manusia. Terdapat berbagai macam tipe-tipe sungai yang dikelompokan menurut
bentuk aliran sungai, pola aliran sungai, jumlah air, dan sumber airnya. Salah satu dari banyaknya
macam-macam sungai yaitu sungai kikisan.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan pada pembuatan makalah ini adalah
1. Mengetahui pengertian sungai kikisan.
2. Mengetahui proses terbantuknya sungai kikisan.
3. Mengetahui contoh sungai kikisan yang ada di Indonesia.
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Pengertian Sungai


Sungai adalah aliran air di permukaan yang besar dan berbentuk memanjang yang mengalir
secara terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan tempat
mengalirnya air secara gravitasi menuju ke tempat yang lebih rendah, Sungai juga merupakan
salah satu wadah tempat berkumpulnya air dari suatu kawasan. Apabila aktivitas manusia yang
berada di sekitar aliran sungai tidak diimbangi dengan kesadaran melestarikan lingkungan sungai,
maka kualitas air sungai akan buruk. Tetapi jika sebaliknya aktivitas manusia diimbangi oleh
kesadaran menjaga lingkungan sungai, maka kualitas air sungai akan relatif baik. Arah aliran
sungai sesuai dengan sifat air mulai dari tempat yang tinggi ke tempat rendah. Sungai bermula dari
gunung atau dataran tinggi menuju ke danau atau lautan.

Gambar 0.1. Sungai Kapuas

Air sungai dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan, misalnya untuk sumber air
irigasi pertanian, prasarana oleh raga, tempat budidaya perikanan. Selain itu, sungai-sungai besar
digunakan sebagai sarana transportasi yang menghubungkan wilayah satu dengan wilayah lainnya.
Aliran air sungai juga dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Klasifikasi Sungai berdasarkan topografi DAS terbagi menjadi 2, yaitu sungai di
pegunungan dan sungai di dataran banjir. Pada sungai di pegunungan ada sungai kikisan dan
sungai berbatu. Sementara pada sungai di dataran banjir, ada sungai aluvial, sungai teragradasi,
sungai terdegradasi, dan sungai stabil.

2.2 Sungai Kikisan


Sungai Kikisan adalah sungai yang terbentuk akibat erosi dari sungai atau aliran yang jauh
dari permukaan dasarnya. Maka dari itu, sungai kikisan biasanya terdapat di pegunungan tinggi
atau daerah dengan topografi yang tinggi. Tebentuknya sungai kikisan di pegunungan biasanya
dipengaruhi oleh air terjun, vegetasi air, serta komposisi batuan dan tanah yang berada di area
tersebut. Terjadinya pengikisan ini dapat menyebabkan tanah longsor, gerusan di dasar sungai,
serta akan menyebabkan terdapatnya sedimen pada aliran sungai. Sungai kikisan merupakan suatu
proses alamiah akibat dari bagian sungai yang terlepas dan terpisah dari posisi awalnya dan
akhirnya sungai yang ada akan jadi semakin dalam. Meskipun ini adalah proses yang terjadi secara
alami, hal ini dapat pula dipercepat oleh kegiatan manusia seperti pengubahan tata guna lahan,
pemanenan kayu, pertambangan, pertanian, serta pembangunan jalan dan bendungan.

Gambar 0.2. Terkikisnya Sungai

Gambar 0.3. Sungai Kikisan

2.3 Proses Terjadinya Sungai Kikisan


Secara alami sungai selalu mengalami aktivitas. Aktivitas-aktivitas sungai antara lain seperti
mengikis dinding-dinding saluran sungai (erosi), mengangkut material batuan hasil kikisan
(transportasi), dan mengendapkan material-material tersebut (sedimentasi). Aktivitas tersebut
bergantung pada faktor kemiringan, luas daerah aliran sungai, volume air sungai, dan kecepatan
aliran. Aktivitas aliran sungai tersebut menyebabkan terjadinya pendalaman, pelebaran dan
pemanjangan lembah sungai. Lembah sungai adalah bentuk permukaan yang memanjang dan lebih
rendah dari daerah sekitarnya. Pendalaman terjadi di daerah hulu karena erosi yang kuat (erosi
vertikal), pelebaran terjadi karena pengikisan pada dinding sungai (erosi lateral) dan pemanjangan
terjadi di daerah hulu karena adanya erosi mundur. Aktivitas sungai juga dapat mengakibatkan
terbentuknya meander, dataran banjir, dan delta.

Gambar 0.4. Proses Terjadinya Sungai Kikisan


BAB III
STUDI KASUS

3.1 Sungai Grindulu

Sungai Grindulu adalah sungai di Jawa Timur, Pulau Jawa, Indonesia. Mengalir di
wilayah Kabupaten Pacitan, mulai dari Gunung Gembes di perbatasan Desa Jeruk dengan
Desa Bangunsari di Kecamatan Bandar lalu melewati Kecamatan Tegalombo, Kecamatan
Arjosari, Kecamatan Pacitan dan bermuara di Samudera Hindia, tepatnya di Kelurahan Ploso.
Sungai Grindulu memiliki panjang sekira 70 Kilometer mengalir berarah timurlaut-baratdaya lalu
berbelok ke selatan.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Grindulu berada di tiga wilayah yakni Kabupaten
Pacitan, Kabupaten Ponorogo dan Kabupaten Wonogiri dengan luas sekira 655,40 km2 dan 90,6%
atau seluas 593,8 km2 masuk wilayah Kabupaten Pacitan. DAS Grindulu didominasi penguasaan
lahan tegalan oleh penduduk setempat telah berdampak pada perkembangan kondisi tanah
permukaan lahan DAS Grindulu yaitu 61,29% merupakan tanah dengan solum sangat tipis dan
dijumpai singkapan batuan induk litosol. Kondisi demikian mengakibatkan mudah terkikisnya
lapisan top soil yang berdampak pada tingginya tingkat sedimentasi yang terjadi di DAS Grindulu.
Hasil perhitungan erosi secara kasar dengan memperhatikan karakteristik tanah, pola penggunaan
lahan dan pengelolaan lahan serta kondisi topografi menunjukkan bahwa tingkat erosi di DAS
Gridulu sangat tinggi setiap tahun paling tidak akan terangkut tanah kurang lebih 60 ton ha/tahun
(maks yang dapat ditolerir 12,5 ton/ha/th). Disamping aliran permukaan, di Kecamatan Pringkuku
dan Donorojo terdapat aliran bawah permukaan (sungai bawah tanah) yang mengalir melalui
sistem loronng gua atau saluran bawah tanah yang rumit, dan berkembang pada batugamping
(karst) fasies terumbu, berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan debit dari sumber sungai
bawah tanah ini mencapai 176,70 l/detik.
Kikisan Sungai Grindulu, yang melibas tanah-tanah di Kabupaten Pacitan, Jawa Timur, terus
menebar ancaman. Apalagi bagi warga masyarakat yang bermukim di sekitar pinggiran Zona
Grindulu. Jarak antara bibir sungai dengan tanggul tinggi penahan banjir tinggal tersisa 10 meter.
Maka, ancaman dari Sungai Grindulu kini bukanlah sekadar banjir. Tapi juga pengikisan tanah di
sepanjang alirannya, yang lambat laun menjadi momok tersendiri bagi masyarakat sekitar.Setiap
banjir, rata-rata kikisan tanah sekitar 40 sentimeter hingga 1.5 meter. Sejak awal penghujan sampai
sekarang sudah lima kali terkikis. Total tanah di tepi sungai yang tergerus kini mencapai kisaran
300 meter dan juga pendangkalan dasar sungai juga memperparah keadaan.
Tahun 2019, warga setempat gotong royong memasang break water di tengah sungai.
Ratusan ban dari kendaraan bekas ditanam menggunakan tiang pancang untuk membelokan aliran
air. Satu alat berat juga dikerahkan untuk mengeruk pendangkalan. Namun, material penahan yang
menghabiskan biaya 10 juta itu rusak saat diterjang banjir. Mengingat tanah sungai tersebut
gembur dan berpasir, maka pengikisan bibir sungai akan terus terjadi.
BAB IV
ANALISA

4.1 Sebab
Berdasarkan studi kasus pada bab sebelumnya, maka Sungai Grindulu dapat dikelompokkan
sebagai Sungai Kikisan. Oleh karena itu, penyebab ancaman longsor pada perumahan warga di
bantaran Sungai Grindulu dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Besarnya Debit Sungai Grindulu.
Aktivitas Erosi/Pengikisan bergantung pada banyaknya air yang melewati sungai tersebut.
Semakin banyak jumlah airnya, maka tingkat pengikisan akan menjadi semakin cepat.
2. Besarnya Kecepatan Aliran Sungai.
Derasnya aliran Sungai Grindulu menandakan bahwa kecepatan aliran tersebut cukup tinggi.
Kecepatan yang tinggi akan menimbulkan gaya gesek yang lebih besar terhadap dinding
sungai sehingga tingkat pengikisan menjadi lebih cepat.
3. Meluapnya Aliran Sungai.
Air yang mengalir di Sungai Grindulu meluap saat banjir, sehingga arah aliran air
menghantam break water Sungai Grindulu, yang menghancurkan penahan dari tiang pancang
tersebut dan membuat tingkat pengikisan terus terjadi.

4.2 Akibat
Akibat – akibat yang timbul apabila tingkat pengikisan yang tinggi berlanjut adalah sebagai
berikut.
1. Melebarnya badan Sungai Grindulu.
Secara alami, pengikisan dinding sungai akan membuat badan sungai menjadi lebih lebar,
seperti yang telah dijelaskan pada dasar teori.
2. Pendangkalan pada dasar Sungai Grindulu..
Akibat pengikisan dinding sungai, material – material dinding akan terbawa oleh aliran air
dan akan mengendap pada dasar Sungai Grindulu.
3. Terjadinya longsor pada bantaran Sungai Grindulu.
Akibat pengikisan terus – menerus, tanah pada bantaran kali kehilangan daya dukung terhadap
pemukiman warga yang berada di atasnya, sehingga akan terjadi longsor.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :
1. Sungai Grindulu merupakan sungai kikisan
2. Tingkat kikisan yang terjadi pada Sungai Grindulu terlihat cukup cepat.
3. Jika kikisan tidak ditanggulangi dengan baik, maka akan terjadi kelongsoran.

5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan untuk membantu menanggulangi masalah pada Sungai Grindulu
ini adalah :
1. Memindahkan penduduk yang tinggal pada daerah bantaran Sungai Grindulu.
2. Membuat tanggul untuk mengatasi pengikisan.
3. Memperluas lebar sungai, tetapi perluasan dilakukan berlawanan dengan daerah
pemukiman warga.
4. Memperluas daerah resapan air di sekitar daerah sungai.
5. Melakukan pemasangan break water untuk mengurangi tingkat kikisan.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Sungai

https://en.wikipedia.org/wiki/River_incision

Wang ZY., Lee J.H.W., Melching C.S. (2015) Mountain Rivers and Incised Channels. In: River
Dynamics and Integrated River Management. Springer, Berlin, Heidelberg.

https://radarmadiun.co.id/aliran-grindulu-kikis-tanah-semanten-dua-rumah-dikosongkan/

https://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Grindulu

Anda mungkin juga menyukai