Anda di halaman 1dari 17

DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL

FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB I
REBAR LOCATOR

I.1. DASAR TEORI


Evaluasi kekuatan dan kelayakan struktur bangunan atau biasa disebut dengan
assessment adalah sebuah metode yang biasa dilakukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya perubahan kualitas struktur akibat kebakaran, gempa, serta
mengetahui indikasi apakah suatu gedung tersebut sudah dikerjakan atau dilaksanakan
sesuai dengan spesifikasi teknis yang telah direncanakan. Dalam pengujian kekuatan
dan kelayakan struktur terdapat 2 jenis pengujian, yaitu pengujian non destruktif yang
besifat tidak merusak elemen struktur eksisting (Non Destructive Test, NDT) dan
pengujian destruktif yang bersifat merusak elemen struktur eksisting (Destructive Test).
Jenis – jenis Non Destructive Test (NDT) adalah Ultrasonic Pulse Velocity, Half Cell
Potential, Resistivity, Rebar Locator (Covermeter), dll.

Pengujian covermeter atau rebar locator test adalah pengujian yang bertujuan untuk
mengetahui tebal selimut beton, serta mengetahui letak tulangan yang terpasang pada
elemen struktur yang ditinjau sehingga dapat diketahui sketsa penulangan serta jarak
antar tulangan yang terpasang. Pengujian rebar locator adalah dengan menggunakan
alat Profometer 5 + Rebar locator.

I.2. TUJUAN PRAKTIKUM


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah

- Mengetahui tebal selimut beton pada elemen beton.


- Mengetahui letak tulangan yang terpasang pada elemen beton.

Praktikum Gedung | 1
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

I.3. STANDART UJI PRAKTIKUM


Standar pengujian pada uji bar locator menggunakan Profometer 5 + Rebar locator
adalah dengan mengacu pada BS 1181 – part 204 (British Standard for testing
concrete, recommendations for the use of electromagnetic covermeter).

I.4. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan praktikum ini adalah

I.5. LANGKAH KERJA


Langkah-langkah cara kerja praktikum rebar locator sebagai berikut :

1. Menyiapkan alat dan bahan yaitu Profometer 5+ dari Proceq dan Plat Beton
berukuran 1m x 0,6m x 0,15m serta spidol.

2. Membersihkan Plat Beton dari debu, kotoran dan benda – benda lain yang
mengganggu selama proses pengujian agar akurasi alat dalam membaca tulangan
dan tebal selimut tidak terganggu.

Praktikum Gedung | 2
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

3. Melakukan pembacaan pada Plat Beton dengan menggunakan Profometer 5+ dari


Proceq, ketika profometer mendeteksi tulangan maka alat akan berbunyi. Tebal
selimut dari beton yang diuji dapat dibaca pada layer yang terdapat pada Profometer
5+ dari Proceq.

4. Menandai tulangan yang terbaca oleh alat dengan menggunakan spidol/crayon


warna. Lakukan pembacaan pada arah x dan arah y dari plat beton yang ditinjau.

5. Ulangi pembacaan pada plat beton beberapa kali dan sketsa ulang tulangan –
tulangan yang tidak terbaca pada pembacaan sebelumnya serta catat jarak antar
tulangan dan tebal selimutnya.

Praktikum Gedung | 3
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

I.6. ANALISA DAN PEMBAHASAN


Dari pengujian bar locator dengan menggunakan Profometer 5+ dari Proceq didapatkan
data sebagai berikut :

Rebar Detector Tebal Selimut


Gambar dx dy x y
No. No.
mm mm mm mm
1 0 0 1 52 58
2 70 240 2 59 57
3 100 180 3 57 59
4 195 90 4 60 42
5 300 5 59
6 130 6 58
7 80 7 57
Rata-Rata 146 170 57 54

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh jarak antar tulangan rata-rata adalah dx = 145,83
mm = 146 mm dan dy = 170 mm. Selain itu juga diperoleh tebal selimut beton yaitu
untuk arah x = 57,43 mm = 57 mm dan untuk arah y = 54 mm.

I.7. KESIMPULAN
Bar locator bertujuan untuk mengetahui jarak antar tulangan serta tebal selimut beton.
Dari hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa jarak antar tulangan dan selimut beton
sebagai berikut :

- Tulangan arah x : tebal selimut = 54 mm & dx = 170mm


- Tulangan arah y : tebal selimut = 57 mm & dy = 146mm

I.8. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Sebelum melaksanakan bar locator, harus membaca as built drawing terlebih
dahulu, agar tahu apabila tidak terbaca, maka selimut beton terlalu tebal.
2. Kemampuan alat yang digunakan tidak dapat membaca tulangan rangkap.
3. Kemampuan alat juga tidak dapat membaca apabila jarak antar tulangan terlalu
dekat.
4. Kemampuan alat tidak dapat mendeteksi diameter tulangan yang digunakan.

Praktikum Gedung | 4
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB II
HAMMER TEST
I.9. DASAR TEORI
Hammer test yaitu suatu alat pemeriksaan mutu beton tanpa merusak beton. Metode
pengujian ini dilakukan dengan memberikan beban intact (tumbukan) pada permukaan
beton dengan menggunakan suatu massa yang diaktifkan dengan menggunakan energi
yang besarnya tertentu. Jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi
tumbukan dengan permukaan beton benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan
juga setelah dikalibrasi. Alat ini sangat berguna untuk mengetahui keseragaman
material beton pada struktur. Berikut ini adalah bagian-bagian alat dari pengujian
hammer:

Besarnya pantulan dari masa baja tersebut sangat dipengaruhi oleh sudut penekanan
terhadap permukaan beton yang diuji. Hal ini dikarenakan energi pukulan yang terjadi
akan tidak sama/berubah, sehinggga pembacaan pantulan yang terjadi harus dikoreksi.
Berikut ini beberapa sudut penekanan yang terdapat pada alat tes hammer:

Alur yang terjadi pada saat pengujian ini dilakukan adalah sebagai berikut (ACI
Committee Report) :

1. Plunger atau batang besi pengontrol diposisikan secara tegak lurus pada permukaan
beton.
2. Ketika badan alat ditekan ke beton, pegas yang menghubungkan antara hammer
(sistem massa) dengan badan alat menjadi memanjang.
3. Dan ketika penekanan terjadi secara sempurna, latch (palang penahan) terlepas, dan
pegas tersebut menarik sistem massa menuju beton.
4. Sistem massa tersebut menumbuk bahu plunger dan kemudian memantul.

Praktikum Gedung | 5
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

5. Sistem massa yang memantul menggerakkan sebuah indikator geser, yang mana
indikator tersebut mencatat nilai rebound.

Pada pengujian hammer, nilai rebound hanya dipengaruhi beton yang berada di dekat
plunger. Plunger yang diletakkan di atas partikel aggregat keras akan menghasilkan
nilai rebound yang tinggi, sedangkan jika plunger diletakkan di atas aggregat lunak dan
mempunyai rongga udara yang besar akan menghasilkan nilai rebound yang rendah.
Dalam mengatasi hal ini, maka disyaratkan mengambil 10 nilai rebound dengan jarak 5
cm untuk tiap tembakan pada tiap tes area. Kelebihan hammer test :

- Murah.
- Pengukuran bisa dilakukan dengan cepat.
- Praktis (mudah digunakan).
- Tidak merusak.

Kekurangan hammer test :

- Hasil pengujian dipengaruhi oleh kerataan permukaan, kelembaban beton, sifat dan
jenis agregat kasar, derajat karbonisasi dan umur beton. Oleh karena itu perlu
diingat bahwa beton yang akan diuji haruslah dari jenis dan kondisi yang sama.
- Hanya memberikan informasi mengenai karakteristik beton pada permukaan.

I.10. TUJUAN PRAKTIKUM


Pengujian hammer bertujuan untuk memeriksa kepadatan pada beton.

I.11. STANDART UJI


Standart uji yang digunakan :

Praktikum Gedung | 6
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

- ASTM C805-85 “Standard test method for rebound number of hardened concrete,
Annual Book of ASTM”
- SNI 03-4430-1997 “ Metode pengujian elemen struktur beton dengan alat palu
beton tipe N dan NR”

I.12. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM


Alat dan bahan yang digunakan saat praktikum adalah sebagai berikut :

1. Silver Schmidt Proceq

2. Plat Beton Bertulang

3. Rol Meter

4. Crayon warna

Praktikum Gedung | 7
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

I.13. LANGKAH KERJA PRAKTIKUM


Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam praktikum Uji Hammer adalah :

1. Plat uji dibagi menjadi 5 daerah.

5 4

2 1

2. Sentuhkan ujung peluncur pada permukaan titik uji dengan posisi tegak lurus
bidang uji.
3. Secara perlahan tekankan palu beton dengan arah tegak lurus bidang uji sampai
terjadi pukulan pada titik uji.

Praktikum Gedung | 8
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

4. Lakukan 10 kali pukulan pada satu lokasi bidang uji dengan jarak terdekat antara
titik - titik pukulan 5 cm.
5. Catat semua nilai pembacaan yang ditunjukkan oleh skala pada alat.
6. Hitung nilai rata-rata pembacaan.
7. Nilai pembacaan yang berselisih lebih dari 6 satuan terhadap nilai rata-rata tidak
boleh diperhitungkan, kemudian hitung nilai rata-rata sisanya.
8. Semua nilai pembacaan harus diabaikan apabila terdapat dua atau lebih nilai
pembacaan yang berselisih 5 satuan terhadap nilai rata-ratanya.
9. Koreksi nilai akhir rata-rata sesuai inkilinasi pukulan bila arah pukulan tidak
horisontal.
10. Hitung perkiraan nilai kuat tekan kubus atau silinder beton dengan menggunakan
tabel atau kurva korelasi yang terdapat pada petunjuk penggunaan palu beton yang
bersangkutan.
11. Iisiskan semua nilai lenting dan perkiraan kuat tekan dalam formulir seperti
lampiran di bawah.

I.14. ANALISA DAN PEMBAHASAN


Data hasil praktikum

N Rebound
Lokasi Sudut
o 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A B C D
20. 19. 18.
1 Plat 2-1 90 19.5 21.0 19.0 22.5 22.5 19.5 19.0
5 0 5
19. 20. 19.
2 Plat 2-2 90 19.0 19.0 22.5 17.5 24.5 20.0 21.0
0 5 5
22. 27. 23.
3 Plat 2-3 90 20.5 21.0 19.0 18.0 18.5 19.0 17.5
0 5 0
21. 20. 20.
4 Plat 2-4 90 18.5 19.0 20.5 21.5 18.0 21.0 19.0
5 5 0
5 Plat 2-5 90 21.5 18.0 16. 30.0 22. 17.0 15.5 18. 23.5 22.0

Praktikum Gedung | 9
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

5 0 0

Perhitungan dan analisa data :

1. Menentukan rata-rata dari tiap satu lokasi pengujian


Contoh lokasi pertama:
20.5+21+22+19+27.5+ 18+18.5+23+19+17.5
Rata – rata=
10
Rata – rata=20.6
2. Menentukan nilai tegangan
Menentukan nilai tegangan menggunakan nilai rebound dengan rebound curve,
Berdasarkan kurva tersebut, didapatkan beberapa parameter sebagai berikut:

Berdasarkan kurva tersebut, didapatkan beberapa parameter sebagai berikut:


a. Garis yang dipilih adalah “garis B” warna kuning sesuai sudut hammer 900
b. Skala vertical = (204 – 201) / 5 = 20.4
c. Rata – rata rebound = 20.60
d. Rebound = 20 → 102 + (2 x 20.6) = 143.2
e. Rebound = 21 → 102 + (2.5 x 20.6) = 153.5
f. Interpolasi linier untuk mendapatkan Rebound 20.60

Praktikum Gedung | 10
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Rebound 20.60 = 153.5 - ((153.5 – 143.2) x (21 – 20.6) / (21 – 20))


= 149.38
3. Rekapitulasi Tegangan

Rata -
Rebound Tegangan σ
No Lokasi Sudut Rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 kg/cm2
A B C D E F
1 Plat 2-1 90 19.5 21.0 20.5 19.0 19.0 22.5 22.5 18.5 19.5 19.0 20.1 112.2
2 Plat 2-2 90 19.0 19.0 19.0 22.5 20.5 17.5 24.5 19.5 20.0 21.0 20.3 127.5
3 Plat 2-3 90 20.5 21.0 22.0 19.0 27.5 18.0 18.5 23.0 19.0 17.5 20.6 163.2
4 Plat 2-4 90 18.5 19.0 21.5 20.5 20.5 21.5 18.0 20.0 21.0 19.0 20.0 96.9
5 Plat 2-5 90 21.5 18.0 16.5 30.0 22.0 17.0 15.5 18.0 23.5 22.0 20.4 142.8

4. Dokumentasi Hasil Pengujian

I.15. KESIMPULAN
Pengujian Hammer bertujuan untuk mengetahui kepadatan beton. Dari hasil praktikum
pengujian plat beton bertulang dilakukan pada 5 titik dengan rata – ratanya adalah
128,52 kg/cm2.

I.16. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam praktikum Uji Hammer adalah

1. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, pernyataan bahwa hammer test bukan
merupakan alternatif metode pengujian kuat tekan beton, tapi sebagai indikator
untuk menilai mutu beton (SNI 03-4430-1997). Pada kenyataan dilapangan,

Praktikum Gedung | 11
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

hammer test digunakan untuk menentukan apakah benda uji memiliki mutu yang
seragam atau presisi.
2. Untuk menentukan arah sudut pengetesan beserta (+/-) ditinjau dari fungsi elemen
tersebut, bukan ditinjau saat pelaksanaan pengujian dilakukan.

Praktikum Gedung | 12
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB III
RESISTIVITY

I.17. DASAR TEORI


Resistivitas adalah salah satu faktor pengontrol utama setelah korosi dimulai.
Korosi membutuhkan aliran ion antara situs anodik dan katodik pada penguatan beton.
Resistivitas mengontrol laju aliran ion tersebut, dan juga secara langsung
mengendalikan laju korosi beton. Yang berarti bahwa dengan mengukur resistivitas
beton. Maka, kita dapat menentukan apakah suatu struktur sedang mengalami laju
korosi cepat atau lambat yang berakibat pada penurunan kualitas beton. Jika ternyata
laju korosi lambat. Maka, gejala ini dapat lebih dulu diketahui dan sesegera mungkin
dilakukan penanganan. Tes ini akan lebih informatif lagi jika dalam analisa hasil dapat
dikombinasikan dengan pengukuran potensi Half-Cell untuk menemukan titik panas
untuk kemungkinan korosi. Menggunakan metode Wenner’s four probe, Resipod
dirancang sebagai resistivitas meter untuk mengukur resistivitas listrik beton atau batu.
Arus diterapkan ke dua probe luar, dan perbedaan potensial diukur antara dua probe
dalam. Arus dibawa oleh ion dalam cairan pori. Resistivitas yang dihitung tergantung
pada jarak dari probe.

Resistivitas ρ = 2πaV / l [kΩcm]

Saat melakukan pengukuran, unit secara otomatis mengubah metode pengukuran


agar sesuai dengan subjek. Biasanya alat akan mencoba untuk menggerakkan arus
200uA melalui beton, jika hal tersebut terhambat karena resistensi yang tinggi. Maka,
akan mendorong 50 uA dan jika masih saja terhambat karena resistensi yang sangat
tinggi. Maka, perangkat akan menggerakkan tegangan melintasi probe luar dan
mengukur arus induksi untuk mendapatkan perkiraan resistivitas. Ini memungkinkan
Resipod untuk mengukur resistivitas yang jauh lebih tinggi daripada metode Wenner
Probe yang biasa.

Cara kerja alat resistivitas.

Praktikum Gedung | 13
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

I.18. TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan dari praktikum uji resistivity adalah untuk mengetahui ketahanan beton
terhadap korosi.

I.19. STANDART UJI PRAKTIKUM


Standart uji yang digunakan adalah AASTHO T 358-17 “Standard Method of Test
for Surface Resistivity Indication of Concrete's Ability to Resist Chloride Ion
Penetration”

I.20. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan praktikum ini adalah

N ALAT DAN BAHAN GAMBAR


O
1. Profometer 5+ Rebar Locator

2. Plat beton bertulang

3. Ember berisi air

I.21. LANGKAH KERJA


Langkah-langkah cara kerja praktikum resistivitas sebagai berikut :

6. Menyiapkan alat dan bahan yaitu Profometer 5+ dari Proceq dan Plat Beton
berukuran 1m x 0,65m x 0,15m serta spidol.
7. Membersihkan plat beton dari debu, kotoran dan benda – benda lain yang
mengganggu selama proses pengujian agar akurasi alat dalam membaca tulangan
dan tebal selimut tidak terganggu.
8. Menandai plat beton di lima titik yang berbeda menggunakan spidol.

Praktikum Gedung | 14
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

9. Membasahi tiap-tiap ujung penekan pada rebar locator serta permukaan plat beton
di titik yang akan ditinjau secukupnya menggunakan alat penyemprot air.

10. Melakukan pengujian pada titik uji dengan alat Resipod – Resistivity meter dengan
cara menekan alat tersebut.

11. Memindahkan alat uji ke titik uji lainnya yang telah ditentukan.
12. Mengulangi langkah no. 5 hingga semua titik uji telah selesai diuji.

I.22. ANALISA DAN PEMBAHASAN


Dari pengujian resistivitas dengan menggunakan Profometer 5+ dari Proceq
didapatkan data sebagai berikut :

No Lokasi Bacaan Resistivitas (kΩcm) Rata-Rata


. 1 2 3 4 5 6 kΩcm
1. Sudut 1 3.5 3.1 3.4 3.6 3.1 3.5 3.37
2. Sudut 2 4.3 4.0 3.9 3.1 3.3 3.2 3.63
3. Sudut 3 3.8 3.7 3.3 3.1 3.2 3.7 3.47
4. Sudut 4 3.9 3.1 3.0 3.2 3.4 3.1 3.28

Praktikum Gedung | 15
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Menurut buku panduan penggunaan alat Resipod – Resistivity meter (Langford and
Broomfield, 1987) telah ditetapkan ketentuan angka hasil pengujian resistivity (untuk
semen Portland biasa pada suhu 20°C) sebagai berikut:

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan diperoleh laju korosi sebesar 3,37 k
Ωcm; 3,63 k Ωcm; 3,47k Ωcm dan 3.28 k Ωcm, sehingga elemen beton yang diuji
tersebut dikategorikan memiliki resiko korosi yang sangat tinggi.

I.23. KESIMPULAN
Uji resistivitas bertujuan untuk mengetahui tingkat korosi beton. Dari hasil
praktikum dapat disimpulkan bahwa plat beton yang diuji memiliki rata-rata laju korosi
sebesar 3,37 k Ωcm; 3,63 k Ωcm; 3,47k Ωcm dan 3.28 k Ωcm, sehingga termasuk
kedalam rentang resistivitas dibawah 5 k Ωcm yang berarti plat beton memiliki resiko
korosi yang sangat tinggi. Sehingga dapat dikatakan pula bahwa plat beton yang diuji
keropos.

I.24. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


5. Selimut beton benda yang akan diuji tidak boleh terlalu tebal, karena kemampuan
alat yang terbatas.
6. Uji resistivity sama dengan uji permeability, perbedaan terdapat pada metode
pelaksanaan, apabila uji permeability benda uji harus divakum terlebih dahulu
sebelum diuji.
7. Apabila hasil pengujian menunjukkan kategori high/very high, artinya benda uji
terebut keropos.
8. Pada pengujian resistivy yang dicari adalah membaca pori pada beton.

Praktikum Gedung | 16
DEPARTEMEN TEKNIK INFRASTRUKTUR SIPIL
FAKULTAS VOKASI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

BAB II
HALF CELL

II.1. DASAR TEORI


Metode pengukuran half-cell potential merupakan salah satu metode yang bisa
digunakan untuk mengindikasikan tingkat korosi dari tulangan yang berada di dalam
beton. Pengukuran yang dilakukan didasarkan pada beda potensial tulangan yang
berada di dalam beton relatif terhadap referensi half-cell yang ditempatkan pada
permukaan beton.
Pengukuran yang dilakukan umumnya didasarkan pada beda potensial tulangan
yang berada di dalam beton relatif terhadap referensi half-cell yang ditempatkan pada
permukaan beton.
Half-cell yang digunakan biasanya tembaga/ tembaga sulfat atau perak/ sel
chloride perak tetapi ada juga yang menggunakan kombinasi bahan lainnya.
Sementara beton berfungsi sebagai elektrolit dan kemungkinan korosi pada tulangan
pada lokasi uji secara empiris terkait dengan perbedaan potensial yang terukur.
Hasil pembacaan berupa beda potensial (mV), semakin tinggi beda potensial
maka semakin tinggi indikasi korosi tulangan di dalam beton.

II.2. TUJUAN PRAKTIKUM


Tujuan dari pengujian half cell potential adalah untuk mengetahui tingkat korosi
dari tulangan yang berada di dalam beton.

II.3. STANDART UJI PRAKTIKUM


Pengukuran didasarkan pada ASTM C876 – 91 Test Method for Half-Cell
Potentials of Uncoated Reinforcing Steel in Concrete (Cara uji untuk Half-Cell
Potentials pada Baja Tulangan yang tidak dicoating dalam Beton).

4.4 ALAT DAN BAHAN


1. Indicate Device

Praktikum Gedung | 17

Anda mungkin juga menyukai