Anda di halaman 1dari 65

Bimbingan Teknis

Penilaian Bangunan dalam Pengawasan


Hasil Pekerjaan Bangunan

Pemeriksaan Keandalan Struktur


Pemeriksaan Struktur Terpasang dan
Pengujian Laboratorium

Adhi Yudha Mulia, ST., MDM.

Bandung, 11 Mei 2023

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA
DIREKTORAT BINA TEKNIK PERMUKIMAN DAN PERUMAHAN
BALAI BAHAN DAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG
about me
Adhi Yudha Mulia, ST., MDM.
Balai Bahan dan Struktur Bangunan Gedung,
Direktorat Bina Teknik Permukiman dan Perumahan,
Direktorat Jenderal Cipta Karya,
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

https://youtu.be/ZpXrMCSLkF4

For further information and discussion:


https://linktr.ee/pupr_adhiym
(+62) 81334830570
adhi.y@pu.go.id

2
Pemeriksaan Keandalan Struktur
Pemeriksaan Struktur Terpasang dan
Pengujian Laboratorium

1. Pemeriksaan Struktur Terpasang


a. Pemeriksaan Nondestruktif
b. Pemeriksaan Destruktif
2. Pengujian Laboratorium
a. Pengujian Beton Mengeras
b. Pengujian Baja Tulangan
Pemeriksaan Struktur Terpasang

a. Pemeriksaan Nondestruktif
b. Pemeriksaan Destruktif
Pendahuluan
SNI 2847:2019 Pasal R27.1.1
Evaluasi kekuatan struktur eksisting diperlukan jika
a. material dianggap kurang berkualitas
b. terdapat bukti yang menunjukkan terjadi kesalahan dalam konstruksi
c. bangunan akan digunakan untuk fungsi baru
d. keseluruhan atau sebagian struktur tampak tidak memenuhi persyaratan standar

Metode evaluasi (SNI 2847:2019 Pasal 27.3 dan 27.4) :


a. Analisis
Analisis terhadap struktur terpasang berdasarkan gambar struktur yang telah
diverifikasi. Estimasi kekuatan beton ekuivalen harus berdasarkan hasil uji silinder
dari struktur asli atau uji beton inti yang diambil dari bagian struktur yang
kekuatannya meragukan
a. Uji beban
Pemeriksaan Nondestruktif
 ACI 301M-20 sect. 1.7.4.2 “Use of the rebound hammer in accordance with ASTM C805/C805M or the pulse-
velocity method in accordance with ASTM C597 may be specified by Architect/Engineer to evaluate uniformity
of in-place concrete or to select areas to be cored. These methods shall not be used to evaluate in-place
strength.”
 ACI 301M-20 sect. 1.7.5.3(a) “Results of in-place strength tests will be evaluated by Architect/Engineer and are
valid only if tests are conducted using properly calibrated equipment in accordance with recognized standard
procedures and an acceptable correlation between test results and concrete compressive strength is
established and submitted.”
 ACI CODE 562-21 sect. 6.4.3.2 “Nondestructive strength testing to evaluate in-place strength of concrete shall
be permitted if a valid correlation is established with core sample compressive strength test results and
nondestructive test results. Quantifications of concrete compressive strength by NDT alone shall not be
permitted as a substitute for core sampling and testing”
 SNI 2847:2019 pasal 26.12.4: metode NDT di tempat seperti uji penetrasi (ASTM C803M), hammer rebound
(ASTM C805M), atau uji cabut (ASTM C900) dapat digunakan untuk memprediksi nilai kuat tekan di tempat
(terpasang) jika dibuat suatu korelasi yang valid antara hasil pengukuran non-destruktif terhadap nilai kuat
tekan beton
Pemeriksaan Nondestruktif
1. Pemeriksaan Nondestruktif (NDT) hanya digunakan untuk menggambarkan
keseragaman mutu beton
2. NDT dapat digunakan untuk mengevaluasi kekuatan beton eksisting/
terpasang, jika:
a. dilakukan dengan alat yang terkalibrasi dan prosedur sesuai standar
b. dilakukan korelasi antara hasil uji NDT dengan uji kuat tekan beton inti
Pemeriksaan Nondestruktif
Tujuan pemeriksaan:
 Untuk memperoleh perkiraan mutu beton terpasang (harus dikorelasikan dengan hasil
uji beton inti)
 Untuk memperoleh gambaran keseragaman mutu beton terpasang
 Untuk memperoleh perkiraan dimensi beton terpasang atau penulangan terpasang,
untuk dibandingkan dengan dokumen teknis
 Untuk memperoleh perkiraan potensi kerusakan pada beton maupun perkiraan
parameter kerusakan pada beton
Jenis Pemeriksaan Nondestruktif Pemeriksaan penulangan (rebar scanning)

Ultrasounds
Uji UPV through transmission Electrical
Uji Half-cell
resistivity
potentiometer

Ultrasonic echo/ pulse echo Infrared thermography

Surface waves Radiography

Impact echo Rebound


Palu pantul
hammer
(rebound hammer)

Impulse response Pull-out testing

Ground penetrating radar Pull-off testing

Source:
 Non-Destructive Assessment of Concrete Structures: Reliability and Limits of
Penetration resistance Single and Combined Techniques (Springer, 2012)
 ACI 228.1R-19
Pengujian Palu Pantul / Rebound Hammer Test
Acuan: SNI ASTM C805: 2012 Metode uji angka pantul beton keras (ASTM C 805-02, IDT)
Catatan: edisi terbaru ASTM C805/C805M-18
Ketentuan pengujian palu pantul:
 mengukur angka pantul alat (R) yang merepresentasikan kekerasan permukaan beton
 dapat digunakan untuk menilai keseragaman beton di lapangan, menggambarkan bagian dari
struktur yang mempunyai kualitas jelek atau beton yang mengalami kerusakan, serta memperkirakan
perkembangan kekuatan beton di lapangan.
 dapat juga digunakan untuk memperkirakan kekuatan beton  dibutuhkan korelasi antara kekuatan
beton dan angka pantul
 dipengaruhi oleh beberapa faktor: kelembapan pada permukaan bidang uji, metode yang digunakan
untuk memperoleh permukaan bidang uji (tipe bahan cetakan dan tipe penyelesaian akhir/finishing),
dan kedalaman karbonasi
 Palu pantul yang berbeda dengan desain nominal beton rencana yang sama dapat memberikan
angka pantul yang berbeda antara 1 satuan sampai dengan 3 satuan
 tidak dapat digunakan sebagai dasar penerimaan atau penolakan beton
Pengujian Palu Pantul / Rebound Hammer Test
palu beton

SCHMIDT HAMMER TYPE L/N SCHMIDT HAMMER TYPE LR/NR

Type L : untuk beton yang getas (brittle) atau memiliki ketebalan ≤ 100 mm
Type N : untuk beton dengan ketebalan > 100 mm Prinsip kerja palu pantul
Pengujian Palu Pantul / Rebound Hammer Test
Pelaksanaan Pengujian:
1. Area pengujian min. berdiameter 150 mm
2. Kupas/chipping plesteran/acian hingga permukaan beton
3. Permukaan dengan tekstur yang kasar, lunak atau terkelupas
mortarnya harus diratakan dengan batu penggosok
4. Bagi dan tandai areal pengujian untuk minimal 10 titik dengan jarak
antar titik minimal 25 mm
5. Elemen beton yang akan diuji harus memiliki tebal minimum 100 mm
dan menyatu dengan struktur
6. Hindari pengujian pada daerah yang menunjukkan adanya keropos
(honeycomb), permukaan beralur (scaling), permukaan kasar atau
daerah dengan porositas yang tinggi
7. Pengujian tidak diijinkan pada selimut beton < 20 mm
8. Perhatikan arah pengambilan data (horizontal, vertikal) dan koreksi
datanya
9. Buang data dengan nilai bacaan yang berselisih > 6 unit dari nilai rata-
rata; dan bila > 2 bacaan yang dibuang maka uji ulang
Pengujian Palu Pantul / Rebound Hammer Test
Output: Angka pantul / rebound hammer ( R )
Perhitungan:
Hasil pembacaan yang berbeda lebih dari 6 satuan dari rata-rata 10 titik
bacaan diabaikan dan tentukan nilai rata-rata dihitung dari pembacaan
data yang memenuhi syarat.
Bila lebih dari 2 titik bacaan memiliki perbedaan lebih dari 6 satuan dari
nilai rata-rata, maka seluruh rangkaian pembacaan harus dibatalkan dan
tentukan angka pantul pada 10 titik bacaan baru pada daerah pengujian.
Contoh:
Pengujian Kecepatan Rambat Gelombang Ultrasonik (UPV)
Acuan: SNI ASTM C597:2012 Metode uji kecepatan rambat gelombang melalui beton (ASTM C 597 - 02,
IDT)
Catatan: edisi terbaru ASTM C597-16
Prinsip Kerja:
Metode ini mengukur cepat rambat gelombang longitudinal (yang dipancarkan dari transduser alat)
melalui beton yang merepresentasikan keseragaman dan mutu relatif beton.
Kegunaan:
a. menilai atau mengetahui keseragaman dan mutu relatif beton
b. mendeteksi adanya rongga dan retak
c. memperkirakan tingkat kerusakan atau retakan pada beton
d. mengevaluasi efektivitas perbaikan retak
e. mengetahui adanya perubahan sifat-sifat beton

Hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode uji ini tidak boleh dianggap sebagai pengukur kekuatan beton ataupun pengujian
yang memadai untuk menentukan kesesuaian modulus elastisitas beton di lapangan dengan yang diasumsikan dalam perancangan.
The results obtained by the use of this test method are not to be considered as a means of measuring strength nor as an adequate test for establishing compliance of the
modulus of elasticity of field concrete with that assumed in the design.
Pengujian Kecepatan Rambat Gelombang Ultrasonik (UPV)
Metode pengujian:
Pengujian Kecepatan Rambat Gelombang Ultrasonik (UPV)
Prinsip kerja untuk pemeriksaan retak atau kerusakan pada beton:

Hubungan antara cepat rambat gelombang (𝑣) vs kuat


tekan beton (𝑓𝑐) memiliki sifat nonlinear yang sangat tinggi
(ACI 228.1R-19 Ch 3.6)

Ket : gambar di atas hanya ilustratif, kuantifikasi 𝑓𝑐


berdasarkan 𝑣 tetap harus melalui hubungan korelasi yang
dibuat spesifik
Pengujian Kecepatan Rambat Gelombang Ultrasonik (UPV)
Faktor yang mempengaruhi hasil pengujian:
 The coupling conditions highly change the amplitude of the wave, they can disturb the attenuation evaluation and
sometimes the velocity estimation.
 The lateral boundaries of the tested structure can generate a new type of waves that modifi es the velocity of the
apparent P-wave analyzed (reflected or Lamb waves).
 The presence of reinforcing steel bars can accelerate the wave if they are in the same direction as the waves. They
can also scatter the waves and decrease their velocity when they are perpendicular.
 The moisture, the porosity and the temperature of the concrete modify the velocity up to 20 %.
 The choice of the transducers (mainly frequency and size) can modify the velocity by 15 or 20 %.
 The concrete nature (aggregate size, cement nature, porosity rate and density) modify the velocity from 5 to 20 %
Pengujian Kecepatan Rambat Gelombang Ultrasonik (UPV)
Contoh formulir pengujian UPV
Pengujian Pemindaian Penulangan (Rebar Scanning)
Alat yang digunakan:
 Concrete scanner HILTI PS 300 Ferroscan System
 Proceq Profometer 6xx AI

Kegunaan:
 Memperkirakan jumlah, ukuran serta posisi tulangan terpasang
 Memperkirakan tebal selimut beton
 Memperkirakan konfigurasi penulangan

Prinsip kerja: menggunakan gelombang elektromagnet untuk mendeteksi baja tulangan

Data hasil pemindaian digunakan sebagai input untuk menganalisa ulang kehandalan struktur bangunan
secara keseluruhan
Pengujian Pemindaian Penulangan (Rebar Scanning)
Keterbatasan:
 Dipengaruhi oleh ketebalan selimut beton
 Finishing permukaan (plesteran, acian, penutup keramik) mempengaruhi pembacaan alat 
sebaiknya pengujian dilakukan pada permukaan beton
 Tidak dapat mendeteksi penulangan 2 lapis
Pengujian Pemindaian Penulangan (Rebar Scanning)

Dilakukan sampling dengan


membobok (chipping) selimut beton
pada lokasi yang dipilih acak
Pengujian Pemindaian Penulangan (Rebar Scanning)
Contoh hasil pembacaan menggunakan rebar
scanner Proceq – Profometer 5
Pengujian Potensi Korosi Tulangan menggunakan Potensial Setengah Sel

Acuan: SNI 03-6444-2000 Metode pengujian untuk potensial setengah sel baja tulangan tidak dilapisi
bahan dielektrik dalam beton
Catatan: edisi terbaru ASTM C876-22b

Prinsip kerja:
 Menghitung estimasi potensial elektrikal setengah sel baja tulangan yang tidak dilapisi (uncoated)
pada beton, sehingga dapat diperkirakan aktivitas korosi pada tulangan
 Dapat digunakan pada komponen struktur beton tanpa dipengaruhi ukuran atau tebal selimut beton
 Dapat digunakan setiap saat selama umur komponen struktur beton.
 Hasil yang didapat tidak boleh dipertimbangkan sebagai alat untuk mengestimasi sifat struktural
dari baja atau komponen struktur beton bertulang

Penggunaan:
Untuk bangunan beton yang rawan korosi (bangunan tepi pantai, bangunan di kawasan industri)
maupun beton pada bangunan yang berusia lama
Pengujian Potensi Korosi Tulangan menggunakan Potensial Setengah Sel

Pelaksanaan Pengujian:
a. Persiapkan peralatan sesuai manual alat.
b. Buat grid dengan jarak tertentu.
Jarak antar pengukuran harus konsisten dengan komponen yang akan diselidiki dan
tujuan akhir pengukuran. Umumnya jarak yang besar meningkatkan kemungkinan
tempat korosi tidak terdeteksi. Pengukuran boleh dilakukan dengan pola kisi-kisi atau
pola acak. Jika tempat pembacaan yang berdekatan menunjukkan perbedaan 150
mV (daerah-daerah aktivitas korosi yang tinggi). Jarak minimum antar pembacaan
umumnya harus diambil paling sedikit setiap 100 mV.
c. Hubungkan probe positif ke baja tulangan yang terekspose.
d. Lakukan pembacaan pada tiap titik sesuai grid.
e. Dari beda potensial yang terbaca (dalam mV), perkirakan tingkat korosi tulangan di
dalamnya.
f. Tampilkan hasil dalam bentuk kontur, dengan menginterpolasi beda potensial antara
nilai pada titik-titik pengukuran.
Pengujian Potensi Korosi Tulangan menggunakan Potensial Setengah Sel
Hasil pembacaan:

Pembacaan Potensial
Kemungkinan aktivitas korosi
(mV CSE)

> ( -200) < 10%

( -200) – ( -350) Uncertain

< ( -350) > 90%

Kondisi Nilai potensial (mV/CSE)

Humid, chloride free concrete -200 to +100

Wet, chloride contaminated concrete -600 to -400

Water saturated concrete without


-1000 to -900
oxygen

Humid, carbonated concrete -400 to +100

Dry, carbonated concrete 0 to +200


Perkiraan nilai potensial untuk berbagai kondisi beton
(adaptasi dari RILEM TC-154, 2003) Dry concrete 0 to +200
Pengujian Potensi Korosi Tulangan menggunakan Potensial Setengah Sel

Contoh peta kontur hasil pengukuran potensi


korosi tulangan
Pemeriksaan Destruktif
(Pengambilan dan Pengujian Beton Inti)
Standar Acuan: SNI 2492:2018 Metode pengambilan dan pengujian inti
beton hasil pemboran dan balok beton hasil pemotongan (ASTM
C42/C42M-13, IDT)

Hal-hal yang harus diperhatikan:


 Bersifat destruktif, sehingga penentuan titik pengambilan harus
mempertimbangkan keutuhan struktur.
 Sebisa mungkin menghindari tulangan. Untuk itu, penentuan titik bisa
dibantu dengan rebar scanner.
 Setelah dilakukan pengeboran dan pengambilan beton inti, lubang bor
harus segera ditutup. Campuran beton yang digunakan adalah sama
atau lebih tinggi mutunya daripada beton awal.
Pemeriksaan Destruktif
(Pengambilan dan Pengujian Beton Inti)
Peralatan:
a. Core drill, dengan mata core diamond bits
b. Mesin potong beton, dengan ujung pemotong berbentuk diamond
atau silicon-carbide
c. Timbangan
Pemeriksaan Destruktif
(Pengambilan dan Pengujian Beton Inti)
Persyaratan benda uji:
a. Diameter benda uji ≥ 94 mm atau dua kali ukuran nominal maksimum
agregat kasar (ambil yang terbesar). Apabila tidak memungkinkan, maka
dapat menggunakan diameter < 94 mm dan dilaporkan alasannya.
b. Umur beton tidak boleh kurang dari 14 hari
c. Rasio panjang terhadap diameter (L/D) beton inti yang sudah dikaping
antara 1,9 dan 2,1. Apabila rasio dibawah 1,75, maka perlu koreksi
terhadap kuat tekan.
d. Titik pengambilan:
a. Beton inti harus dibor tegak lurus permukaan dan berjarak minimum
150 mm dari sambungan atau tepi ujung.
b. Beton inti yang mengandung tulangantidak boleh digunakan untuk
menentukan kekuatan beton.
e. Setelah beton inti dibor, seka air di permukaan beton dan biarkan sisa air
menguap. Masukkan beton inti ke dalam kantong plastic maksimum 1
jam setelah pengambilan.
Pemeriksaan Destruktif
(Pengambilan dan Pengujian Beton Inti)
Penandaan dan Identifikasi
Segera setelah pengeboran, pada setiap beton inti harus dibersihkan
dan diberi tanda. Lokasi dan orientasi pada elemen beton tempat
pengeboran harus dicatat. Bila telah dihasilkan sejumlah benda uji
beton inti secara berturut-turut, harus diberi tanda pada setiap benda
uji yang menunjukan posisi dan orientasinya.

Pengujian Beton Inti


a. Beton inti diuji sesuai ASTM C39/C39M (SNI 1974:2011)
b. Pengujian dilakukan antara 2 hingga 7 hari setelah pengambilan
sampel
Uji Kekerasan Baja
Alat yang digunakan
Portable hardness tester

Prinsip kerja
 Digunakan untuk mengukur kekerasan baja
 Permukaan baja yang akan diukur harus bersih dari cat dan
korosi. Apabila terdapat cat dan korosi, harus diampelas dan
dibersihkan terlebih dahulu
 Menghitung energi kinetik yang hilang akibat benturan antara alat
ukur dengan permukaan baja

Acuan konversi hasil pengukuran


ASTM E140 – 12b (Reapproved 2019)

Output
Perkiraan nilai kekerasan baja (dalam Brinell, Vickers, Rockwell, atau
Leeb). Nilai ini dapat dikonversi sebagai nilai kuat tarik baja (tensile
strength)
Pengujian Laboratorium

a. Pengujian beton mengeras


b. Pengujian baja tulangan
Jenis Pengujian Beton Mengeras
No. Pengujian Kegunaan SNI Acuan Keterangan
1 Uji kuat tekan Memperoleh kuat tekan beton SNI 1974:2011 - Untuk beton dengan densitas > 800
(MPa) kg/m3
- SNI dilengkapi faktor koreksi untuk
berbagai diameter silinder dengan
rasio L/D = 2
2 Uji kuat tarik belah Memperoleh T (MPa) SNI 2491:2014 T = 2P / (p .l. D)
3 Uji kuat lentur dengan Memperoleh Modulus Runtuh SNI 4154:2014 R = 3 PL/ (2 . b . d2)
beban terpusat (R) (MPa)
4 Uji kuat lentur dengan 2 Memperoleh Modulus Runtuh SNI 4431:2011 Terdapat tiga kemungkinan kondisi
(dua) titik pembebanan (R) (MPa) keruntuhan
5 Uji Modulus Elastisitas Memperoleh E dan m SNI 03-4169-1996 Menggunakan kompresometer
Statis (MOE) dan rasio Mengukur tegangan dan regangan pada:
- 40% beban maksimum
Poisson
- Regangan 0,000050
6 Uji rangkak Memperoleh ε SNI 4811:2016 - Untuk beton dengan ukuran agregat
kasar ≤ 50 mm
- Rangkak adalah proporsional terhadap
tegangan dari 0% sampai 40%
kekuatan tekan beton.

33
Uji kuat tekan beton silinder
• ACUAN: SNI 1974:2011 Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder

• RUANG LINGKUP: pengujian kuat tekan beton benda uji berbentuk silinder yang dicetak baik di
laboratorium maupun di lapangan, serta benda uji beton inti. Cara uji ini dibatasi untuk beton yang
memiliki berat isi (unit weight) lebih besar dari 800 kg/m3.

• WAKTU PENGUJIAN: Umur uji Waktu yang diijinkan


12 jam ± 15 menit atau 2,1 %
24 jam ± 30 menit atau 2,1 %
3 hari ± 2 jam atau 2,8 %
7 hari ± 6 jam atau 3,6 %
28 hari ± 20 jam atau 3,0 %
90 hari ± 2 hari atau 2,2 %
Uji kuat tekan beton silinder
KETENTUAN ALAT UJI:
1) Alat uji tekan yang memiliki landasan kaku pada bagian bawah dan landasan yang dapat berputar
pada bagian atas. Ukuran landasan minimum 3% lebih besar dari penampang benda uji.
2) Landasan bawah memiliki tebal minimum 25 mm.
Uji kuat tekan beton silinder
KETENTUAN BENDA UJI:
1. Berpenampang bundar. Perbedaan diameter pada bagian yang sama dari benda uji adalah ≤ 2%.
2. Permukaan rata dan dan tegak lurus sumbu (≤ 0,5%). Ketidakrataan ujung benda uji < 0,050 mm.
3. Benda uji standar memiliki rasio panjang terhadap diameter (L/D) antara 1,8 – 2,2. Apabila L/D < 1,8,
maka dikalikan dengan faktor koreksi.

D1
D2
D
≤ 0,5%

L
Uji kuat tekan beton silinder
PELAKSANAAN PENGUJIAN:
1. Lakukan pembebanan secara terus menerus dan tanpa kejutan. Kecepatan pembebanan adalah 1,3
mm/menit (untuk mesin tipe ulir) atau 0,15 – 0,35 MPa/detik. Kecepatan pembebanan adalah
minimum untuk setengah terakhir dari fase pembebanan.
2. Jangan membuat perubahan pada kecepatan gerak dari dasar mendatar kapanpun saat benda uji
kehilangan kekakuan secara cepat sesaat sebelum hancur.
3. Catat beban maksimum yang diterima benda uji selama pembebanan (saat benda uji hancur).
4. Catat tipe kehancuran dan kondisi visual benda uji beton.

Perkiraan durasi pengujian (detik)


fc' (MPa)
min. maks.
17 81 113
20 95 133
25 119 167
30 143 200
35 167 233
40 190 267
Uji kuat tekan beton silinder
Uji kuat tekan beton silinder
CONTOH PELAKSANAAN PENGUJIAN:
Uji kuat tekan beton silinder
Uji kuat tekan beton silinder
LAPORAN HASIL PENGUJIAN:
a) Nomor identifikasi;
b) Diameter (dan panjang, jika di luar rentang 1,8 D dan 2,2 D) dalam mm;
c) Luas penampang melintang, dalam mm2;
d) Beban maksimum, dalam kN;
e) Kuat tekan yang dihitung mendekati 0,1 MPa;
f) Bentuk kehancuran, jika berbeda dari kerucut biasa;
g) Cacat pada benda uji atau pada lapisan perata permukaan tekan;
h) Umur benda uji.
Uji kuat tekan beton silinder
Uji kuat tekan beton silinder
Contoh Formulir Pengujian

40
Uji kuat tekan beton silinder
Uji kuat tekan beton silinder
Contoh Hasil Pengujian
Dimensi (mm) Luas
*)
Tanggal Tanggal Umur Densitas Beban maks. Kuat Tekan
No. Kode *) penampang 3
Cetak Uji (hari) diameter tinggi (kg/m ) (N) (N/mm 2)
(mm 2)
1 1A 21/05/2021 18/06/2021 28 150,36 301,19 17.756,4 2.312,4 596.448,0 33,59

2 1B 21/05/2021 18/06/2021 28 149,77 300,92 17.616,1 2.338,7 591.543,0 33,58

3 2A 20/05/2021 18/06/2021 29 149,46 302,83 17.543,3 2.341,3 711.225,0 40,54

4 2B 20/05/2021 18/06/2021 29 151,84 303,41 18.106,5 2.277,2 642.555,0 35,49

5 3A 20/05/2021 18/06/2021 29 150,05 301,22 17.683,2 2.255,3 728.883,0 41,22

6 3B 20/05/2021 18/06/2021 29 151,49 301,77 18.023,1 2.245,5 450.279,0 24,98

7 3C 20/05/2021 18/06/2021 29 151,77 300,82 18.089,8 2.233,8 685.719,0 37,91

41
Uji kuat tekan beton silinder
Uji kuat tekan beton silinder
Contoh Laporan Hasil Pengujian

42
Uji kuat tekan beton silinder
Uji kuat tekan beton silinder
Contoh Laporan Hasil Pengujian
(Lampiran Hasil Pengujian)

43
Uji kuat tekan beton silinder
KESALAHAN saat PENGUJIAN:
1. Benda uji tidak rata atau miring
2. Pengujian terlalu cepat/ terlalu lambat
3. Lapisan kaping terlalu tebal
4. Benda uji cacat/ retak
5. Kesalahan saat preparasi (pada beton inti)
Uji Kuat Lentur Balok Beton
Metode Satu titik pembebanan Dua titik pembebanan
Acuan SNI 4154:2014 Metode uji kekuatan lentur beton SNI 4431:2011 Cara uji kuat lentur beton normal
(menggunakan balok sederhana dengan beban terpusat di dengan dua titik pembebanan
tengah bentang) (ASTM C293/C293M-10, IDT)

Skema
pembebanan

Balok dengan penampang persegi, dengan lebar Balok dengan penampang persegi, dengan lebar 15
Dimensi benda L/3, tinggi L/3, dan jarak antar tumpuan L. Ujung cm, tinggi 15 cm dan panjang 53 cm
uji kantilever minimum 25 mm
Uji Kuat Lentur Balok Beton

Metode Satu titik pembebanan Dua titik pembebanan

Diagram
pembebanan
Uji Kuat Lentur Balok Beton

Metode Satu titik pembebanan Dua titik pembebanan

Diagram momen
dan gaya lintang
Uji Kuat Lentur Balok Beton
Metode Satu titik pembebanan Dua titik pembebanan
Kecepatan
0,9 – 1,2 MPa/menit 8 – 10 kg/cm2/menit
pembebanan

Kuat lentur (σl)


bidang patah terletak di daerah pusat (daerah 1/3
jarak titik perletakan bagian tengah):
𝑃 𝐿
𝜎 =
𝑏 ℎ
Modulus runtuh (R)
Perhitungan 3𝑃𝐿 Bidang patahnya ada diluar pusat (daerah 1/3 jarak titik
𝑅= perletakan bagian tengah), dan jarak antara titik pusat dan
2𝑏𝑑
titik patah kurang dari 5% dari jarak antara titik perletakan:
𝑃 𝑎
𝜎 =
𝑏 ℎ
dengan a: jarak rata-rata antara tampang lintang patah dan
tumpuan luar yang terdekat, diukur pada 4 tempat pada
sudut dari bentang (mm)
Uji Kuat Lentur Balok Beton

Metode Satu titik pembebanan Dua titik pembebanan


1) Nomor identifikasi, 1) Tanggal pembuatan dan tanggal pengujian.
2) Lebar rata-rata di daerah runtuh, 2) Identifikasi benda uji.
3) Tinggi rata-rata di daerah runtuh, 3) Hasil uji:
4) Panjang bentang, a) Umur benda uji
5) Beban maksimum yang diterapkan, b) Panjang benda uji
6) Modulus runtuh (dalam MPa), c) Berat benda uji
7) Catat kondisi perawatan dan kelembapan d) Volume benda uji
spesimen pada waktu pengujian, e) Berat volume
Pelaporan 8) Jika spesimen menggunakan kaping, diratakan, f) Beban maksimum
atau jika bantalan (shim) kulit digunakan, g) Jarak bentang
9) Cacat pada spesimen, dan h) Lebar tampak lintang (b)
10)Umur spesimen. i) Tinggi tampak lintang (h)
j) Kuat lentur uji (MPa)
k) Kuat lentur rata-rata (MPa)
4) Nama petugas uji, pengawas dan penanggung
jawab pengujian dengan dibubuhkan tanda
tangan.
Uji kuat lentur beton
Uji Kuat Tarik Belah Beton Silinder
ACUAN: SNI 2491:2014 Metode uji kekuatan tarik belah spesimen beton silinder (ASTM C496/C496M-
04, IDT)

RUANG LINGKUP: pengujian untuk menentukan kekuatan tarik belah spesimen beton silinder, seperti
silinder yang dicetak dan beton inti.

RINGKASAN: pemberian gaya tekan sepanjang diameter spesimen beton silinder pada kisaran laju yang
ditentukan sampai batas keruntuhan. Kekuatan tarik belah digunakan dalam mendesain elemen struktur
beton, untuk mengevaluasi ketahanan geser beton, dan untuk menentukan panjang penyaluran dari
tulangan.

50
Jenis Pengujian untuk Baja Tulangan Beton

Dilakukan secara visual tanpa bantuan alat untuk memeriksa


Uji sifat tampak
adanya cacat

BjTP: diameter dan kebundaran


Uji ukuran, berat
BjTS: jarak sirip, tinggi sirip, lebar sirip membujur, sudut sirip
dan bentuk
melintang, berat

Uji sifat mekanis Uji tarik dan uji lengkung


Uji Kuat Tarik Baja Tulangan
ACUAN:
1. SNI 2052:2017 Baja tulangan beton
2. SNI 8389:2017 Cara uji tarik logam

PRINSIP KERJA: Pemberian beban tarik pada spesimen logam hingga mencapai leleh, dan putus. Titik
pada saat spesimen mulai leleh dan pada saat putus dicatat sebagai kuat leleh/ luluh dan kuat tarik.

BENDA UJI:
berbentuk batang, dengan panjang ukur (gauge length) 200 mm dan jarak antar grip minimal 225 mm
Baja Tulangan Polos (BjTP)
Karakteristik Fisis nominal
Diameter Luas penampang Berat nominal per meter*
CATATAN:
Penamaan 2 1. Berat nominal hanya digunakan sebagai referensi
(mm) nominal (mm ) (kg/m)
2. Kuat tarik dihitung menggunakan luas penampang nominal
P6 6 28 0,222
P8 8 50 0,395
P 10 10 79 0,617
P 12 12 113 0,888
P 14 14 154 1,208 Diameter (mm) Toleransi (mm)
Penyimpangan
kebundaran maks. (mm)
P 16 16 201 1,578
6 ± 0,3 0,42
P 19 19 284 2,226
8 ≤ d ≤ 14 ± 0,4 0,56
P 22 22 380 2,984
16 ≤ d ≤ 25 ± 0,5 0,70
P 25 25 491 3,853
28 ≤ d ≤ 34 ± 0,6 0,84
P 28 28 616 4,834
d ≥ 36 ± 0,8 1,12
P 32 32 804 6,313
Toleransi = d – daktual
P 36 36 1.018 7,990 Penyimpangan kebundaran = dmaks - dmin
P 40 40 1.257 9,865
P 50 50 1.964 15,413
53
Baja Tulangan Sirip (BjTS)
CATATAN:
Karakteristik Fisis
Diameter nominal Luas penampang
Tinggi sirip (H)
Jarak sirip melintang Lebar sirip Berat nominal per
1. Diameter nominal hanya dipergunakan
(d) nominal (A) (P) Maks membujur (T) Maks meter
Penamaan min maks
2
untuk perhitungan parameter nominal
mm mm mm mm mm m kg/m
lainnya dan tidak perlu diukur
S6 6 28 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222
2. Toleransi berat per m’ panjang:
S8 8 50 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395
S 10 10 79 0,5 1,0 7,0 7,9 0,617
S 13 13 133 0,7 1,3 9,1 10,2 1,042
Diameter
Toleransi berat (%)
S 16 16 201 0,8 1,6 11,2 12,6 1,578 nominal (mm)
S 19 19 284 1,0 1,9 13,3 14,9 2,226
6≤d≤8 ±7
S 22 22 380 1,1 2,2 15,4 17,3 2,984
S 25 25 491 1,3 2,5 17,5 19,7 3,853 10 ≤ d ≤ 14 ±6

S 29 29 661 1,5 2,9 20,3 22,8 5,185 16 ≤ d ≤ 29 ±5


S 32 32 804 1,6 3,2 22,4 25,1 6,313
d > 29 ±4
S 36 36 1.018 1,8 3,6 25,2 28,3 7,990
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 − 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙
S 40 40 1.257 2,0 4,0 28,0 31,4 9,865 𝑡𝑜𝑙𝑒𝑟𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 = × 100%
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙
S 50 50 1.964 2,5 5,0 35,0 39,3 15,413
S 54 54 2.290 2,7 5,4 37,8 42,3 17,978
S 57 57 2.552 2,9 5,7 39,9 44,6 20,031
54
Baja Tulangan Beton
Uji tarik (SNI 8389:2017) Uji lengkung (SNI 0410:2017) Karakteristik Mekanis
Regangan dalam 200 Rasio TS/YS
Kelas baja tulangan kuat luluh/leleh (YS) kuat tarik (TS) diameter plunger Kode Warna
mm, Min. sudut lengkung (Hasil Uji)
MPa MPa % mm

Min. 280 11 (d ≤ 10 mm) 180° 3,5d (d ≤ 16 mm)


BjTP 280 Min. 350 -
Maks. 405 12 (d ≥12 mm) 180° 5d (d ≥ 19 mm)

Min. 280 11 (d ≤ 10 mm) 180° 3,5d (d ≤ 16 mm)


BjTS 280 Min. 350 Min. 1,25
Maks. 405 12 (d ≥13 mm) 180° 5d (d ≥ 19 mm)
9 (d ≤ 19 mm) 180° 3,5d (d ≤ 16 mm )

Min. 420 8 (22 ≤ d ≤ 25 mm) 180° 5d (19 ≤ d ≤ 25 mm)


BjTS 420A Min. 525 Min. 1,25
Maks. 545 180° 7d (29 ≤ d ≤ 36 mm)
7 (d ≥ 29 mm)
90° 9d (d > 36 mm)
14 (d ≤ 19 mm) 180° 3,5d (d ≤ 16 mm )

Min. 420 12 (22 ≤ d ≤36 mm) 180° 5d (19 ≤ d ≤ 25 mm)


BjTS 420B Min. 525 Min. 1,25
Maks. 545 180° 7d (29 ≤ d ≤ 36 mm)
10 (d > 36 mm)
90° 9d (d > 36 mm) Keterangan:
7 (d ≤ 25 mm) 180° 5d (d ≤ 25 mm) 1. d adalah diameter nominal
Min. 520 baja tulangan beton
BjTS 520 Min. 650 180° 7d (29 ≤ d ≤ 36 mm) Min. 1,25
Maks. 645 6 (d ≥ 29 mm) 2. hasil uji lengkung tidak
90° 9d (d > 36 mm)
boleh menunjukan retak
7 (d ≤ 25 mm) 180° 5d (d ≤ 25 mm)
pada sisi luar lengkungan
Min. 550
BjTS 550 Min. 687,5 180° 7d (29 ≤ d ≤ 36 mm) Min. 1,25 benda uji lengkung
Maks. 675 6 (d ≥ 29 mm)
90° 9d (d > 36 mm)
7 (d ≤ 25 mm) 180° 5d (d ≤ 25 mm)
Min. 700
BjTS 700 Min. 805 180° 7d (29 ≤ d ≤ 36 mm) Min. 1,15
Maks. 825 6 (d ≥ 29 mm)
90° 9d (d > 36 mm) 55
Baja Tulangan Beton
Pemeriksaan Kualitas:
1. Uji tarik dan uji lengkung
2. Syarat penandaan (SNI 2052:2017 Pasal 10 hal. 12):
a. Tanda timbul (emboss marking)  merek pabrik pembuat dan diameter nominal
b. Tanda warna
c. Label:
i. Nama dan merek dari pabrik pembuat
ii. Ukuran (diameter dan panjang)
iii. Kelas baja
iv. Nomor leburan (No. Heat)
v. Tanggal, bulan dan tahun produksi

56
Uji Kuat Tarik Logam
Uji Kuat Tarik Baja Tulangan
KETENTUAN DIMENSI BENDA UJI: baja tulangan beton

57
Uji Kuat Tarik Logam
Uji Kuat Tarik Baja Tulangan
CONTOH FORMULIR PENGUJIAN

Keterangan:
LT : panjang total benda uji
L0 : panjang ukur awal, ditetapkan 200 mm
LC : jarak antar grip, ditetapkan 250 mm
d0 : diameter nominal (sesuai kode pada baja tulangan
Berat : berat benda uji, diukur dengan ketelitian 0,1 gram
Beban luluh dan beban tarik : hasil pembacaan alat
Lu : panjang ukur akhir, diukur pada sampel yang sudah
putus
Lokasi putus: lokasi putus di dalam atau di luar panjang ukur

58
Uji Kuat Tarik Logam
Contoh Pengujian Kuat Tarik Baja Tulangan
Alat uji : UTM merek Tokyosokki
Kapasitas : 200 tf
Benda uji : BJTS 25

59
Uji Kuat Tarik Baja Tulangan
KESALAHAN saat PENGUJIAN:
1. Kesalahan saat preparasi (cacat/ retak mikro pada benda uji dan penggunaan panas pada
pembuatan benda uji)
2. Benda uji tidak lurus/ sejajar arah pembebanan
3. Grip tidak menjepit dengan baik atau grip menjepit terlalu kuat

NOTE: Pengujian tarik logam adalah valid apabila bidang putus berada pada panjang ukur (gauge length).
Apabila bidang putus berada diluar panjang ukur, maka pengujian adalah valid jika persen elongasi
setelah putus adalah sama dengan atau lebih besar dari yang disyaratkan (JIS Z 2241:2011 20.1 and
20.2)

60
Uji Kuat Tarik Baja Tulangan
Mill Certificate: baja tulangan beton

jenis dan ukuran

hasil uji tarik hasil uji lengkung

61
Uji Kuat Tarik Baja Tulangan
Mill Certificate: baja tulangan beton

62
Uji Lengkung Logam
ACUAN: SNI 410:2021 Cara uji lengkung logam

PRINSIP: benda uji dilengkungkan tanpa mengubah arah beban sehingga terdeformasi plastis hingga
mencapai sudut lengkung tertentu tercapai. Kemudian ditentukan apakah ada retak atau cacat-cacat lain
pada permukaan luar lengkungan pada benda uji

JENIS BENDA UJI:


1) Baja tulangan beton
2) Baja lembaran/ pelat, batang, dan pipa
3) Sambungan las

Sumber gambar: https://www.youtube.com/watch?v=_Dl4mbtTCs0

63
Uji Lengkung Logam
Cara pengujian:

Cara tekan lengkung (press bending) Cara lengkung kontak rapat (close contact bending)

Cara lilit (winding) Cara V-Block


64
Terima Kasih
Adhi Yudha Mulia
https://linktr.ee/pupr_adhiym
(+62) 81334830570
adhi.y@pu.go.id

65

Anda mungkin juga menyukai