https://youtu.be/ZpXrMCSLkF4
2
Pemeriksaan Keandalan Struktur
Pemeriksaan Struktur Terpasang dan
Pengujian Laboratorium
a. Pemeriksaan Nondestruktif
b. Pemeriksaan Destruktif
Pendahuluan
SNI 2847:2019 Pasal R27.1.1
Evaluasi kekuatan struktur eksisting diperlukan jika
a. material dianggap kurang berkualitas
b. terdapat bukti yang menunjukkan terjadi kesalahan dalam konstruksi
c. bangunan akan digunakan untuk fungsi baru
d. keseluruhan atau sebagian struktur tampak tidak memenuhi persyaratan standar
Ultrasounds
Uji UPV through transmission Electrical
Uji Half-cell
resistivity
potentiometer
Source:
Non-Destructive Assessment of Concrete Structures: Reliability and Limits of
Penetration resistance Single and Combined Techniques (Springer, 2012)
ACI 228.1R-19
Pengujian Palu Pantul / Rebound Hammer Test
Acuan: SNI ASTM C805: 2012 Metode uji angka pantul beton keras (ASTM C 805-02, IDT)
Catatan: edisi terbaru ASTM C805/C805M-18
Ketentuan pengujian palu pantul:
mengukur angka pantul alat (R) yang merepresentasikan kekerasan permukaan beton
dapat digunakan untuk menilai keseragaman beton di lapangan, menggambarkan bagian dari
struktur yang mempunyai kualitas jelek atau beton yang mengalami kerusakan, serta memperkirakan
perkembangan kekuatan beton di lapangan.
dapat juga digunakan untuk memperkirakan kekuatan beton dibutuhkan korelasi antara kekuatan
beton dan angka pantul
dipengaruhi oleh beberapa faktor: kelembapan pada permukaan bidang uji, metode yang digunakan
untuk memperoleh permukaan bidang uji (tipe bahan cetakan dan tipe penyelesaian akhir/finishing),
dan kedalaman karbonasi
Palu pantul yang berbeda dengan desain nominal beton rencana yang sama dapat memberikan
angka pantul yang berbeda antara 1 satuan sampai dengan 3 satuan
tidak dapat digunakan sebagai dasar penerimaan atau penolakan beton
Pengujian Palu Pantul / Rebound Hammer Test
palu beton
Type L : untuk beton yang getas (brittle) atau memiliki ketebalan ≤ 100 mm
Type N : untuk beton dengan ketebalan > 100 mm Prinsip kerja palu pantul
Pengujian Palu Pantul / Rebound Hammer Test
Pelaksanaan Pengujian:
1. Area pengujian min. berdiameter 150 mm
2. Kupas/chipping plesteran/acian hingga permukaan beton
3. Permukaan dengan tekstur yang kasar, lunak atau terkelupas
mortarnya harus diratakan dengan batu penggosok
4. Bagi dan tandai areal pengujian untuk minimal 10 titik dengan jarak
antar titik minimal 25 mm
5. Elemen beton yang akan diuji harus memiliki tebal minimum 100 mm
dan menyatu dengan struktur
6. Hindari pengujian pada daerah yang menunjukkan adanya keropos
(honeycomb), permukaan beralur (scaling), permukaan kasar atau
daerah dengan porositas yang tinggi
7. Pengujian tidak diijinkan pada selimut beton < 20 mm
8. Perhatikan arah pengambilan data (horizontal, vertikal) dan koreksi
datanya
9. Buang data dengan nilai bacaan yang berselisih > 6 unit dari nilai rata-
rata; dan bila > 2 bacaan yang dibuang maka uji ulang
Pengujian Palu Pantul / Rebound Hammer Test
Output: Angka pantul / rebound hammer ( R )
Perhitungan:
Hasil pembacaan yang berbeda lebih dari 6 satuan dari rata-rata 10 titik
bacaan diabaikan dan tentukan nilai rata-rata dihitung dari pembacaan
data yang memenuhi syarat.
Bila lebih dari 2 titik bacaan memiliki perbedaan lebih dari 6 satuan dari
nilai rata-rata, maka seluruh rangkaian pembacaan harus dibatalkan dan
tentukan angka pantul pada 10 titik bacaan baru pada daerah pengujian.
Contoh:
Pengujian Kecepatan Rambat Gelombang Ultrasonik (UPV)
Acuan: SNI ASTM C597:2012 Metode uji kecepatan rambat gelombang melalui beton (ASTM C 597 - 02,
IDT)
Catatan: edisi terbaru ASTM C597-16
Prinsip Kerja:
Metode ini mengukur cepat rambat gelombang longitudinal (yang dipancarkan dari transduser alat)
melalui beton yang merepresentasikan keseragaman dan mutu relatif beton.
Kegunaan:
a. menilai atau mengetahui keseragaman dan mutu relatif beton
b. mendeteksi adanya rongga dan retak
c. memperkirakan tingkat kerusakan atau retakan pada beton
d. mengevaluasi efektivitas perbaikan retak
e. mengetahui adanya perubahan sifat-sifat beton
Hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode uji ini tidak boleh dianggap sebagai pengukur kekuatan beton ataupun pengujian
yang memadai untuk menentukan kesesuaian modulus elastisitas beton di lapangan dengan yang diasumsikan dalam perancangan.
The results obtained by the use of this test method are not to be considered as a means of measuring strength nor as an adequate test for establishing compliance of the
modulus of elasticity of field concrete with that assumed in the design.
Pengujian Kecepatan Rambat Gelombang Ultrasonik (UPV)
Metode pengujian:
Pengujian Kecepatan Rambat Gelombang Ultrasonik (UPV)
Prinsip kerja untuk pemeriksaan retak atau kerusakan pada beton:
Kegunaan:
Memperkirakan jumlah, ukuran serta posisi tulangan terpasang
Memperkirakan tebal selimut beton
Memperkirakan konfigurasi penulangan
Data hasil pemindaian digunakan sebagai input untuk menganalisa ulang kehandalan struktur bangunan
secara keseluruhan
Pengujian Pemindaian Penulangan (Rebar Scanning)
Keterbatasan:
Dipengaruhi oleh ketebalan selimut beton
Finishing permukaan (plesteran, acian, penutup keramik) mempengaruhi pembacaan alat
sebaiknya pengujian dilakukan pada permukaan beton
Tidak dapat mendeteksi penulangan 2 lapis
Pengujian Pemindaian Penulangan (Rebar Scanning)
Acuan: SNI 03-6444-2000 Metode pengujian untuk potensial setengah sel baja tulangan tidak dilapisi
bahan dielektrik dalam beton
Catatan: edisi terbaru ASTM C876-22b
Prinsip kerja:
Menghitung estimasi potensial elektrikal setengah sel baja tulangan yang tidak dilapisi (uncoated)
pada beton, sehingga dapat diperkirakan aktivitas korosi pada tulangan
Dapat digunakan pada komponen struktur beton tanpa dipengaruhi ukuran atau tebal selimut beton
Dapat digunakan setiap saat selama umur komponen struktur beton.
Hasil yang didapat tidak boleh dipertimbangkan sebagai alat untuk mengestimasi sifat struktural
dari baja atau komponen struktur beton bertulang
Penggunaan:
Untuk bangunan beton yang rawan korosi (bangunan tepi pantai, bangunan di kawasan industri)
maupun beton pada bangunan yang berusia lama
Pengujian Potensi Korosi Tulangan menggunakan Potensial Setengah Sel
Pelaksanaan Pengujian:
a. Persiapkan peralatan sesuai manual alat.
b. Buat grid dengan jarak tertentu.
Jarak antar pengukuran harus konsisten dengan komponen yang akan diselidiki dan
tujuan akhir pengukuran. Umumnya jarak yang besar meningkatkan kemungkinan
tempat korosi tidak terdeteksi. Pengukuran boleh dilakukan dengan pola kisi-kisi atau
pola acak. Jika tempat pembacaan yang berdekatan menunjukkan perbedaan 150
mV (daerah-daerah aktivitas korosi yang tinggi). Jarak minimum antar pembacaan
umumnya harus diambil paling sedikit setiap 100 mV.
c. Hubungkan probe positif ke baja tulangan yang terekspose.
d. Lakukan pembacaan pada tiap titik sesuai grid.
e. Dari beda potensial yang terbaca (dalam mV), perkirakan tingkat korosi tulangan di
dalamnya.
f. Tampilkan hasil dalam bentuk kontur, dengan menginterpolasi beda potensial antara
nilai pada titik-titik pengukuran.
Pengujian Potensi Korosi Tulangan menggunakan Potensial Setengah Sel
Hasil pembacaan:
Pembacaan Potensial
Kemungkinan aktivitas korosi
(mV CSE)
Prinsip kerja
Digunakan untuk mengukur kekerasan baja
Permukaan baja yang akan diukur harus bersih dari cat dan
korosi. Apabila terdapat cat dan korosi, harus diampelas dan
dibersihkan terlebih dahulu
Menghitung energi kinetik yang hilang akibat benturan antara alat
ukur dengan permukaan baja
Output
Perkiraan nilai kekerasan baja (dalam Brinell, Vickers, Rockwell, atau
Leeb). Nilai ini dapat dikonversi sebagai nilai kuat tarik baja (tensile
strength)
Pengujian Laboratorium
33
Uji kuat tekan beton silinder
• ACUAN: SNI 1974:2011 Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder
• RUANG LINGKUP: pengujian kuat tekan beton benda uji berbentuk silinder yang dicetak baik di
laboratorium maupun di lapangan, serta benda uji beton inti. Cara uji ini dibatasi untuk beton yang
memiliki berat isi (unit weight) lebih besar dari 800 kg/m3.
D1
D2
D
≤ 0,5%
L
Uji kuat tekan beton silinder
PELAKSANAAN PENGUJIAN:
1. Lakukan pembebanan secara terus menerus dan tanpa kejutan. Kecepatan pembebanan adalah 1,3
mm/menit (untuk mesin tipe ulir) atau 0,15 – 0,35 MPa/detik. Kecepatan pembebanan adalah
minimum untuk setengah terakhir dari fase pembebanan.
2. Jangan membuat perubahan pada kecepatan gerak dari dasar mendatar kapanpun saat benda uji
kehilangan kekakuan secara cepat sesaat sebelum hancur.
3. Catat beban maksimum yang diterima benda uji selama pembebanan (saat benda uji hancur).
4. Catat tipe kehancuran dan kondisi visual benda uji beton.
40
Uji kuat tekan beton silinder
Uji kuat tekan beton silinder
Contoh Hasil Pengujian
Dimensi (mm) Luas
*)
Tanggal Tanggal Umur Densitas Beban maks. Kuat Tekan
No. Kode *) penampang 3
Cetak Uji (hari) diameter tinggi (kg/m ) (N) (N/mm 2)
(mm 2)
1 1A 21/05/2021 18/06/2021 28 150,36 301,19 17.756,4 2.312,4 596.448,0 33,59
41
Uji kuat tekan beton silinder
Uji kuat tekan beton silinder
Contoh Laporan Hasil Pengujian
42
Uji kuat tekan beton silinder
Uji kuat tekan beton silinder
Contoh Laporan Hasil Pengujian
(Lampiran Hasil Pengujian)
43
Uji kuat tekan beton silinder
KESALAHAN saat PENGUJIAN:
1. Benda uji tidak rata atau miring
2. Pengujian terlalu cepat/ terlalu lambat
3. Lapisan kaping terlalu tebal
4. Benda uji cacat/ retak
5. Kesalahan saat preparasi (pada beton inti)
Uji Kuat Lentur Balok Beton
Metode Satu titik pembebanan Dua titik pembebanan
Acuan SNI 4154:2014 Metode uji kekuatan lentur beton SNI 4431:2011 Cara uji kuat lentur beton normal
(menggunakan balok sederhana dengan beban terpusat di dengan dua titik pembebanan
tengah bentang) (ASTM C293/C293M-10, IDT)
Skema
pembebanan
Balok dengan penampang persegi, dengan lebar Balok dengan penampang persegi, dengan lebar 15
Dimensi benda L/3, tinggi L/3, dan jarak antar tumpuan L. Ujung cm, tinggi 15 cm dan panjang 53 cm
uji kantilever minimum 25 mm
Uji Kuat Lentur Balok Beton
Diagram
pembebanan
Uji Kuat Lentur Balok Beton
Diagram momen
dan gaya lintang
Uji Kuat Lentur Balok Beton
Metode Satu titik pembebanan Dua titik pembebanan
Kecepatan
0,9 – 1,2 MPa/menit 8 – 10 kg/cm2/menit
pembebanan
RUANG LINGKUP: pengujian untuk menentukan kekuatan tarik belah spesimen beton silinder, seperti
silinder yang dicetak dan beton inti.
RINGKASAN: pemberian gaya tekan sepanjang diameter spesimen beton silinder pada kisaran laju yang
ditentukan sampai batas keruntuhan. Kekuatan tarik belah digunakan dalam mendesain elemen struktur
beton, untuk mengevaluasi ketahanan geser beton, dan untuk menentukan panjang penyaluran dari
tulangan.
50
Jenis Pengujian untuk Baja Tulangan Beton
PRINSIP KERJA: Pemberian beban tarik pada spesimen logam hingga mencapai leleh, dan putus. Titik
pada saat spesimen mulai leleh dan pada saat putus dicatat sebagai kuat leleh/ luluh dan kuat tarik.
BENDA UJI:
berbentuk batang, dengan panjang ukur (gauge length) 200 mm dan jarak antar grip minimal 225 mm
Baja Tulangan Polos (BjTP)
Karakteristik Fisis nominal
Diameter Luas penampang Berat nominal per meter*
CATATAN:
Penamaan 2 1. Berat nominal hanya digunakan sebagai referensi
(mm) nominal (mm ) (kg/m)
2. Kuat tarik dihitung menggunakan luas penampang nominal
P6 6 28 0,222
P8 8 50 0,395
P 10 10 79 0,617
P 12 12 113 0,888
P 14 14 154 1,208 Diameter (mm) Toleransi (mm)
Penyimpangan
kebundaran maks. (mm)
P 16 16 201 1,578
6 ± 0,3 0,42
P 19 19 284 2,226
8 ≤ d ≤ 14 ± 0,4 0,56
P 22 22 380 2,984
16 ≤ d ≤ 25 ± 0,5 0,70
P 25 25 491 3,853
28 ≤ d ≤ 34 ± 0,6 0,84
P 28 28 616 4,834
d ≥ 36 ± 0,8 1,12
P 32 32 804 6,313
Toleransi = d – daktual
P 36 36 1.018 7,990 Penyimpangan kebundaran = dmaks - dmin
P 40 40 1.257 9,865
P 50 50 1.964 15,413
53
Baja Tulangan Sirip (BjTS)
CATATAN:
Karakteristik Fisis
Diameter nominal Luas penampang
Tinggi sirip (H)
Jarak sirip melintang Lebar sirip Berat nominal per
1. Diameter nominal hanya dipergunakan
(d) nominal (A) (P) Maks membujur (T) Maks meter
Penamaan min maks
2
untuk perhitungan parameter nominal
mm mm mm mm mm m kg/m
lainnya dan tidak perlu diukur
S6 6 28 0,3 0,6 4,2 4,7 0,222
2. Toleransi berat per m’ panjang:
S8 8 50 0,4 0,8 5,6 6,3 0,395
S 10 10 79 0,5 1,0 7,0 7,9 0,617
S 13 13 133 0,7 1,3 9,1 10,2 1,042
Diameter
Toleransi berat (%)
S 16 16 201 0,8 1,6 11,2 12,6 1,578 nominal (mm)
S 19 19 284 1,0 1,9 13,3 14,9 2,226
6≤d≤8 ±7
S 22 22 380 1,1 2,2 15,4 17,3 2,984
S 25 25 491 1,3 2,5 17,5 19,7 3,853 10 ≤ d ≤ 14 ±6
56
Uji Kuat Tarik Logam
Uji Kuat Tarik Baja Tulangan
KETENTUAN DIMENSI BENDA UJI: baja tulangan beton
57
Uji Kuat Tarik Logam
Uji Kuat Tarik Baja Tulangan
CONTOH FORMULIR PENGUJIAN
Keterangan:
LT : panjang total benda uji
L0 : panjang ukur awal, ditetapkan 200 mm
LC : jarak antar grip, ditetapkan 250 mm
d0 : diameter nominal (sesuai kode pada baja tulangan
Berat : berat benda uji, diukur dengan ketelitian 0,1 gram
Beban luluh dan beban tarik : hasil pembacaan alat
Lu : panjang ukur akhir, diukur pada sampel yang sudah
putus
Lokasi putus: lokasi putus di dalam atau di luar panjang ukur
58
Uji Kuat Tarik Logam
Contoh Pengujian Kuat Tarik Baja Tulangan
Alat uji : UTM merek Tokyosokki
Kapasitas : 200 tf
Benda uji : BJTS 25
59
Uji Kuat Tarik Baja Tulangan
KESALAHAN saat PENGUJIAN:
1. Kesalahan saat preparasi (cacat/ retak mikro pada benda uji dan penggunaan panas pada
pembuatan benda uji)
2. Benda uji tidak lurus/ sejajar arah pembebanan
3. Grip tidak menjepit dengan baik atau grip menjepit terlalu kuat
NOTE: Pengujian tarik logam adalah valid apabila bidang putus berada pada panjang ukur (gauge length).
Apabila bidang putus berada diluar panjang ukur, maka pengujian adalah valid jika persen elongasi
setelah putus adalah sama dengan atau lebih besar dari yang disyaratkan (JIS Z 2241:2011 20.1 and
20.2)
60
Uji Kuat Tarik Baja Tulangan
Mill Certificate: baja tulangan beton
61
Uji Kuat Tarik Baja Tulangan
Mill Certificate: baja tulangan beton
62
Uji Lengkung Logam
ACUAN: SNI 410:2021 Cara uji lengkung logam
PRINSIP: benda uji dilengkungkan tanpa mengubah arah beban sehingga terdeformasi plastis hingga
mencapai sudut lengkung tertentu tercapai. Kemudian ditentukan apakah ada retak atau cacat-cacat lain
pada permukaan luar lengkungan pada benda uji
63
Uji Lengkung Logam
Cara pengujian:
Cara tekan lengkung (press bending) Cara lengkung kontak rapat (close contact bending)
65