Anda di halaman 1dari 92

PEDOMAN TEKNIS PRESERVASI BETON

PADA JEMBATAN BETON


Penurunan mutu beton

Identifikasi kerusakan

Penyebab lanjutan
Spalling/retak akibat
Penyebab utama
korosi baja tulangan

Kerusakan lain-lain seperti:


Kemungkinan kerusakan struktural:
 Gerusan pada permukaan
 Retak akibat kuat tarik tidak
 Retak (yang tidak berhubungan dengan
memadai
korosi tulangan atau struktural)
 Retak gaya lintang
 Spalling karena tumbukan atau
 Retak momen
pergerakan struktur
 pergeseran
 Cacat akibat pelaksanaan

Penilaian utama Penilaian utama

“Minor” “Utama” “minor” “Utama”


 Kondisi khusus  Masalah yang menyebar  Kerusakan ringan, retak  Retak atau spalling pada
 Risiko rendah  Indikasi/risiko korosi sedikit, spalling karena daerah momen, gaya
terhadap tulangan atau tulangan atau pengaruh drainase yang tidak baik lintang atau kolom
kinerja struktural terhadap kinerja  Pada elemen sekunder  Berdampak pada kinerja
struktural (railing) struktural
 Korosi pada jembatan di
daerah pantai

Pemeriksaan khusus Perbaikan segera pada


Analisa dan evaluasi terhadap drainase dan elemen yang
kerusakan dan strukturalnya rusak Pemeriksaan khusus
Analisa dan evaluasi
terhadap kerusakan dan
strukturalnya
Pemeriksaan khusus
Analisa dan evaluasi terhadap
kerusakan dan strukturalnya

Penanganan berdasarkan
hasil DED rehabilitasi/
preservasi jembatan
Jenis-jenis kerusakan beton
• KETIDAKSEMPURNAAN PELAKSANAAN/ MUTU
BETON RENDAH (201, 204)
• RETAK (202)
• SPALLING (205)
• SCALLING (205)
• DELAMINASI (201)
• KERUSAKAN AKIBAT KEBOCORAN ATAU
REMBESAN AIR (201)
• LENDUTAN (206)
KETIDAKSEMPURNAAN PELAKSANAAN/ MUTU
BETON RENDAH (201, 204)
• mutu beton rendah,
• keropos,
• selimut beton terlalu tipis, yang semuanya
dapat mengakibatkan korosi pada baja
tulangan
RETAK (202)
• Retak adalah suatu keadaan pecahnya atau pemisahan suatu
struktur tanpa terjadi keruntuhan.
• Yang umum terjadi pada daerah lantai jembatan dan gelagar.
• Dengan adanya retak, dapat terjadi masuknya bahan berbahaya
kimia, polusi, chloride dan lain sebagainya ke dalam struktur lantai
atau gelagar.
• Keparahan kerusakan akibat retak tergantung pada lebar retak,
banyaknya retak, endapan yang ada pada daerah retak.
• Secara umum retakini dapat diidentifikasi pada waktu pemeriksaan
untuk lebar retak sekitar 1.5 mm dengan volume retak yang
mendapai sekitar 30% dari luas permukaan lantai jembatan
Tabel 4-1 Lebar retak yang diizinkan

Klasifikasi Lebar retak maksimum


yang diizinkan (mm)
A 0,20
B1 0,20
B2 0,15
C, U 0,15

Komponen yang langsung berhubungan dengan


Catatan: A tanah dan bukan pada lingkungan yang agresif
B1 Komponen di atas tanah dan dalam lingkungan
terbukadaerah dekat pantai di atas 1 km
B2 Komponen di atas tanah dan dalam lingkungan
terbukadaerah dekat pantai di bawah 1 km
C, U Daerah pasang surut, atau pada daerah alir mengalir,
atau pada daerah dengan pH tanah < 4
SPALLING (205)
• Kerusakan beton akibat terjadinya korosi pada baja tulangan
yang mengakibatkan terjadinya
– kerontokan atau lepasnya bagian beton yang merupakan hasil dari
tegangan yang berlebihan, beban berlebih, tumbukan, pergerakan
yang berlebihan dari satu atau lebih elemen atau akibat kebakaran.
• Spalling pada beton secara umum terjadi karena beton yang
lembab sehingga membuat baja tulangan berkarat dan
mendorong selimut beton sampai lepas.
SCALLING (205)
• Scalling adalah jenis kerusakan pengelupasan atau retak
lokal yang menyebabkan lepasnya permukaan beton.
Permasalahan ini pada umumnya disebabkan karena mutu
beton yang jelek, faktor air semen yang tinggi (umumnya
lebih dari 0,50), sehingga terjadinya bleeding, slump yang
tinggi, curing yang tidak memadai.

• Permasalahan scalling ini sangat erat hubungannya dengan


pelaksanaan yang tidak sempurna dan banyak terjadi pada
daerah dekat atau pantai. Permasalahan pada daerah
dekat pantai, dapat diakibatkan karena menurunnya pH
beton sehingga beton menjadi tidak kedap dan hilangnya
daya proteksi selimut beton yang mengakibatkan suatu
pengelupasan pad selimut beton.
DELAMINASI (201)
• Delaminasi merupakan jenis kerusakan beton yang berbentuk
pengelupasan pada permukaan beton seperti pada kerusakan
scalling tetapi menyerpih.
• Delaminasi yang terjadi pada struktur beton bertulang
disebabkan oleh penyusutan (shrinkage) pada beton.
• Shrinkage disebabkan oleh hilangnya evaporasi atau hidrasi
semen, serta disebabkan oleh karbonasi (Reaksi antara CO2
yang ada di atmosfer dan yang ada di pasta semen).
KERUSAKAN AKIBAT KEBOCORAN ATAU
REMBESAN AIR (201)
• Tanda karat,
• tumbuhan liar pada struktur serta adanya
• penggembungan yang mengindikasikan adanya kebocoran pada
sambungan lantai,
• kurangnya drainase sehingga air di atas lantai menggenang, terlihat
adanya tanda rembesan air pada retakan atau sambungan pelaksanaan,
atau
• tersumbatnya drainase, pipa cucuran dan lubang suling-suling yang
menyebabkan merembesnya air ke dalam retakan.
LENDUTAN (206)

• Lendutan merupakan salah satu indikator kerusakan atau


kurangnya daya dukung suatu struktur.
• Pada saat desain, lendutan merupakan salah satu syarat yang
harus ditentukan, dimana lendutan pada struktur jembatan
akibat beban dinamis adalah L/800 dan L/400 untuk struktur
kantilever.
Jenis Pemeriksaan

Pemeriksaan yang tidak merusak (NDT)

Pemeriksaan Yang merusak (DT)


PEMERIKSAAN VISUAL

14
PEMERIKSAAN VISUAL

15
PEMERIKSAAN VISUAL

16
PEMERIKSAAN VISUAL

17
PEMERIKSAAN VISUAL

18
PEMERIKSAAN VISUAL

19
NON-DESTRUCTIVE TEST (NDT)
NON DESTRUCTIVE TEST (Pengujian Tak Merusak)

• Hammer Test
• Rebar identification (Cover meter)
• Crack depth and concrete homogenity (UPV)
• Half Cell Potential
• Pull of Test
• Kekencangan Baut (Bolt Tension Inspection)
• Brinell Test
• Thickness Gauge

21
Uji pantul beton keras (Hammer test)

• Uji pantul beton keras atau hammer test adalah alat


yang digunakan untuk pengujian untuk mengetahui
keseragaman mutu beton.

• Jenis pengujian ini secara umum dilakukan untuk


semua jenis beton dan menjadi pembanding dengan
jenis uji beton inti

22
Schmidt Rebound Hammer (Concrete Hammer Test)
Pemilihan Permukaan Uji

 Pemilihan permukaan beton yang akan diuji harus memiliki tebal


minimum 100 mm dan menyatu dengan struktur.
 Pengujian tidak boleh dilakukan pada daerah yang menunjukkan
adanya cacat.
 Permukaan beton yang telah mengalami kabonasi juga akan
menghasilkan angka pantul yang lebih tinggi.
 Diameter bidang uji sedikitnya 300 mm (ASTM) – SNI menggunakan
diameter 150 mm
 Permukaan dengan tekstur yang kasar, lunak atau kehilangan mortar
harus digosok dengan batu penggosok.
 Lakukan 10 pengujian pada setiap titik uji dengan jarak masing-masing
pengujian tidak boleh lebih kecil dari 25 mm.
 Perhatikan permukaan beton yang sudah dipalu, dan batalkan
pembacaan jika tumbukan memecahkan atau menghancurkan rongga
udara yang dekat ke permukaan
ANALISIS DAN EVALUASI

Sebelum menganalisa dan mengevaluasi data rekaman, perhatikan


parameter yang mempengaruhi angka pantul, yaitu
1. Arah tumbukan.
2. Kalibrasi alat.
Dalam pengambilan angka pantul diusahakan pada bidang horizontal.
Tetapi jika mengukur pada bidang vertikal atau bidang miring, maka angka
pantul pada rekaman data harus dikoreksi.

25
Kriteria umum kualitas permukaan beton dengan
hammer test

Average of Concrete surface quality


rebound value

>40 Good
35-40 Fair
30-35 Less
20-30 Not good
<20 Crack /delamination
Uji kerapatan beton (UPV-Pundit)
• Uji kerapatan beton (UPV-Pundit) dilakukan
untuk mengetahui mutu beton yang dinyatakan
dengan:
• besaran frekwensi kecepatan pantul beton
untuk kemudian dapat ditentukan mutu beton
struktur tersebut
• serta kerusakan seperti lebar retak dan
kedalaman retak pada struktur.
• Pengujian tersebut dilakukan dengan
menghitung kecepatan gelombang yang
melewati beton yang diamati.
Pengujian Kedalaman Retak dan Homogenitas dengan
Pundit (Ultrasonic Pulse Velocity)
Ultrasonic Pulse Velocity (UPV)

Distance (w/o
crack)
Distance (with
crack)
Time (w/o crack)

Time (with crack)

Calculate crack
depth :
Wave speed Concrete Crack depth (hc) :
(m/s) Quality
>4000 Very good
3500 – 4500 Good
3000 – 3500 Medium
<3000 Not good

29
Cover Meter
• Uji ketebalan selimut beton ini dilakukan untuk mengetahui
tebal selimut beton pada eksisting struktur beton yang diuji.
Pengujian ini dilakukan untuk semua jenis struktur beton
bertulang
• Uji dimensi dan jarak baja tulangan dilakukan untuk semua
jenis struktur beton bertulang, dan dengan alat yang disebut
cover meter atau profo meter akan dicatat dimensi serta jarak
antar baja tulangan terpasang
31
Uji Korosi Pada Tulangan (Half Cell Pontential Test)

• Uji korosi baja tulangan ini digunakan untuk mengetahui tingkat


laju korosi dan kondisi korosi pada baja tulangan akibat adanya
retak dan pengaruh lingkungan

Resistivity Beton Kemungkinan Laju


(ohm.cm) Korosi
> 20.000 Tidak terjadi
10.000 – 20.000 Rendah
5.000 – 10.000 Tinggi
< 5.000 Sangat Tinggi
Pull off Test
Kegunaan dari alat ini adalah untuk mengetahui estimasi kuat Tarik
dan bonding struktur beton

33
DESTRUCTIVE TEST (DT)
Uji Karbonasi
• Uji karbonasi ini digunakan untuk mengetahui kondisi beton
yang ada apakah sudah terjadi karbonasi atau penurunan mutu
akibat terjadinya reaksi lingkungan dengan beton yang ada
PENGUJIAN KARBONASI
• Dilakukan dengan menyemprotkan larutan phenolpthaline 5%
terhadap benda uji hasil pemboran.
• Warna beton setelah disemprot phenolpthaline 5% adalah
violet atau ungu
• Ukur sampai kedalaman hingga muncul warna ungu ketika
disemprotkan phenolpthaline. Kedalaman hingga beton
berwarna ungu merupakan kedalaman karbonasi.
Pengambilan Benda Uji Beton Inti (Core Drill)

• Pengambilan beton ini dengan cara core drill dilakukan untuk


mengetahui mutu beton sesungguhnya di lapangan yang akan menjadi
acuan utama dalam evaluasi kapasitas dan kekuatan struktur beton
pada jembatan
PENYEBAB KERUSAKAN PADA BETON
Kerusakan-kerusakan pada beton sebelum dilakukan perbaikan, perlu
dipahami penyebab kerusakannya, agar hasil perbaikan sesuai dengan kondisi
yang disyaratkan. Kerusakan-kerusakan ini dapat diakibatkan oleh beberapa
hal antara lain:
• Jumlah air yang berlebihan dalam campuran beton
• Kesalahan desain
• Kesalahan pelaksanaan
• Penurunan mutu akibat sulfat
• Reaksi Alkali Agregat
• Kerusakan akibat abrasi
• Keropos
• Korosi pada baja tulangan
• Retak
• Beban berlebih
• Kombinasi kerusakan yang ada
KERUSAKAN TIPIKAL PADA BANGUNAN ATAS
KERUSAKAN TIPIKAL PADA BANGUNAN
BAWAH
KERUSAKAN TIPIKAL PADA PILAR
PRESERVASI JEMBATAN BETON
• Rehabilitasi jembatan adalah suatu kegiatan untuk
mengembalikan kondisi atau kapasitas beban, kapasitas lalu
lintas pada suatu struktur jembatan. Perbaikan atau repair
pada jembatan beton secara umum dapat dibagi menjadi 4
kelompok besar yaitu:
– perbaikan dimensi
– perbaikan retak
– perlindungan dengan cara pengecatan beton
– perkuatan struktur beton
PERBAIKAN DIMENSI
• Perbaikan dimensi pada rehabilitasi struktur beton yaitu
mengembalikan ukuran atau dimensi struktur yang rusak
akibat adanya spalling, scalling atau keropos di dalam beton.
• Kerusakan spalling akan ditangani dengan cara patching,
scalling juga ditangani dengan cara patching tetapi
menggunakan bahan yang berbeda.
• Sedangkan keropos ditangani dengan cara grouting yaitu
memasukkan pasta atau mortar beton ke dalam celah struktur
beton yang keropos menggunakan suatu tekanan tertentu,
sehingga pasta semen dapat masuk ke dalam celah-celah yang
ada di dalam struktur beton.
PATCHING
PATCHING
GROUTING
GROUTING
GROUTING:
GROUTING:
PERBAIKAN RETAK
• Perbaikan retak dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu perbaikan retak dengan
bahan dasar epoksi dan bahan dasar semen. Seperti telah dijelaskan di atas,
untuk perbaikan retak dengan lebar retak ≤ 1 mm menggunakan bahan epoksi
dan untuk lebar retak > 1 mm menggunakan bahan dasar semen.
• Selain itu pada teknik perbaikan, perlu diperhatikan bahwa fungsi elemen juga
menentukan jenis alat penyuntik atau tabung penyuntik yang digunakan yaitu:
– elemen utama struktur jembatan seperti lantai jembatan, struktur bangunan atas, bangunan
bawah, fondasi menggunakan jenis alat suntik perbaikan retak yang bersifat anti gravitasi yaitu
alat yang mendorong bahan epoksi melawan gravitasi atau alat itu sendiri yang menimbulkan
tekanan yang digunakan untuk elemen-elemen jembatan yang diperbaiki dari bagian bawah
jembatan
– elemen sekunder struktur jembatan seperti tembok sayap, kerb, trotoar atau perbaikan yang
dilakukan dari bagian atas struktur jembatan dalam hal ini pelaksanaan perbaikan retaknya
dapat menggunakan jenis alat suntik gravitasi yaitu alat yang berupa fitting yang menempel
pada titik yang akan dimasukkan bahan epoksi tetapi fitting itu sendiri tidak mempunyai daya
untuk memasukkan bahan epoksi, melainkan harus didorong oleh suatu kompressor untuk
memberikan tekanan pada bahan epoksi untuk dapat masuk ke dalam celah retak.
Balloon Injection for
Concrete Structure
(BICS)

Metode yang cukup


sempurna untuk perbaikan
retak
Metoda BICS
Sistem perbaikan retak
beton dengan cara ini
yaitu dengan sistem
penyuntikan sehingga
material epoxy dapat
masuk sampai retak 0,02
mm yang ada di dalam
beton
HUBUNGAN ANTARA DIAMETER LUAR ALAT
SUNTIK DENGAN BERAT MATERIAL GROUTING
METODA KERJA PENYUNTIKAN
BAHAN EPOXY

1.Sebelum grouting (0%)


BICS METHOD

1. PERSIAPAN PERMUKAAN
Pembersihan permukaan yang akan
diperbaiki atau dikerjakan harus
dibersihkan terlebih dahulu dengan
mesin gurinda atau sikat kawat sehingga
bebas dari kotoran – kotoran atau bekas
beton yang tidak sempurna selebar 5
cm disekitar permukaan yang akan
dilakukan perbaikan retak, pembersihan
dilakukan pada sepanjang retakan.
Permukaan beton harus bebas dan
bersih terhadap minyak, oli dan
sejenisnya.

CONSTRUCTION METHOD
BICS METHOD

2. PELEKATAN ALAT PENYUNTIK


Dasar alat penyunitk harus dilekatkan
sedemikian rupa tepat ditengah
permukaan yang retak dengan
menggunakan bahan penutup (seal)
Jarak antara alat penyuntik
tergantung pada lebar dan dalamnya
retakan, sekitar 30 – 40 cm, sehingga
jumlah alat penyuntik dapat seefisien
mungkin.

CONSTRUCTION METHOD
BICS METHOD

3. PENUTUP RETAKAN
Setelah dilakukan pembersihan
seperti yang disebutkan diatas,
kemudian sepanjang jalur
retakan yang ada ditutup
dengan menggunakan bahan
penutup (sealant) selebar 5 cm
dan tebal 3 mm

4. Setelah jalur retakan tertutup semua dengan bahan penutup dan bahan
penutup mengeras maka dapat dilaksanakan tahap berikutnya yaitu :
memasang alat penyuntik (BL INJECTOR)

5. Alat penyuntik harus terpasang melekat dengan baik pada dasar


alat penyuntik dan BL INJECTOR

CONSTRUCTION METHOD
BICS METHOD

6. Setelah alat penyuntik terpasang maka dilakukan pencampuran bahan epoxy (BL
GROUT) yang terdiri atas 2 komponen sesuai persayaratan dari pabrik pembuat.
Bahan epoxy (BL GROUT) yang telah tercampur (dengan perbandingan Base agent :
hardener adalah 2 : 1 ) tersebut dimasukan kedalam alat penyuntik dengan suatu alat
yang khusus sampai penuh dalam batas plastik penutup balon yaitu : sampai balon
penyuntik berdiameter 25 mm dan kemudian tahapan tersebut dilakukan terus sampai
semua alat penyuntik terisi dengan bahan epoxy (BL GROUT).
Pekerjaan tersebut harus terus diawasi dan dilakukan pemeriksaan pada setiap alat
penyuntik apabila balon sudah mulai mengempis maka harus diisi lagi dengan bahan
epoxy dan seterusnya sehingga semua balon terisi dan tidak ada lagi balon yang
mengempis maka hal tersebut mengindikasikan bahwa semua retakan sudah terisi
penuh bahan epoxy ( BL GROUT )

CONSTRUCTION METHOD
BICS METHOD

7. Apabila semua balon telah terisi penuh dan tidak ada lagi yang
mengempis bahan epoxy akan mulai mengikat (setting, menjadi
keras). Proses setting tersebut akan memerlukan waktu sekitar 3 jam.

CONSTRUCTION METHOD
BICS METHOD

8. Pemeriksaan bahan epoxy (BL


GROUT) setelah 3 jam – 6 jam

CONSTRUCTION METHOD
BICS METHOD

9. Penyelesaian akhir dimulai dengan melepas alat penyuntik setelah 1 hari


selesainya pekerjaan penyuntikan bahan epoxy kedalam retakan.
Setelah alat penyuntik dan balon penyuntik dilepas dari tempat retakan
kemudian dilakukan pelepasan atau pembersihan bahan penutup
retakan (sealant) sehingga permukaan beton menjadi rata dan rapi.

CONSTRUCTION METHOD
Pekerjaan selesai (100%)
PERKUATAN STRUKTUR BETON

• Perkuatan struktur beton pada bangunan atas


pada umumnya diakibatkan karena rendahnyua
mutu beton pada gelagar atau lantai jembatan.
• Perkuatan pada struktur beton pada bangunan
atas dapat dilakukan dengan beberapa cara
seperti:
– menggunakan bahan Fibre Reinforced Polymer
– penambahan dimensi struktur
– eksternal stressing
– Penambahan gelagar
Perkuatan Struktur Beton

• Bahan FRP ( e-glass atau Carbon )


• Penambahan Gelagar
• Eksternal stressing
JENIS-JENIS PERKUATAN

Concrete jacketing

Penambahan Dimensi

FRP
PERKUATAN STRUKTUR BETON
• Penambahan dimensi
• Eksternal stressing
• FRP (Fibre Reinforced Polymer)
TAHAPAN PERKUATAN STRUKTUR
JEMBATAN

• Pemeriksaan detail (visual) jembatan sebagai langkah awal


• Pemeriksaan khusus jembatan untuk mengetahui kapasitas
beban / muatan struktur jembatan
• Pemilihan jenis perkuatan
• Desain perkuatan sesuai dengan kapasitas yang disyaratkan
• Pelaksanaan perkuatan
• Uji beban dan getar untuk memastikan kapasitas desain
memenuhi syarat
Penambahan Dimensi
• Dengan cara grouting atau patching
• Penambahan baja tulangan
Penambahan Dimensi

• Perlu tenaga kerja yang cukup banyak


• Agak merusak struktur
• Perlu peralatan yang khusus
• Banyak material terbuang (apabila dilaksana-kan
dengan cara spray)
• Perlu perapihan permukaan
• Penambahan dimensi yang berarti penambah-an
beban mati
Concrete Jacketing

 Memerlukan acuan yang cukup besar


 Memerlukan tenaga kerja yang cukup banyak
 Agak membahayakan
 Masalah ikatan antara beton lama dan beton baru
 Perbedaan sifat susut antara beton lama dan beton
baru
 Penambahan beban mati
 Bentuk atau dimensi yang bertambah besar
FRP
Fiber Reinforced Polymer

FRP adalah suatu bahan serat yang terbuat dari jenis


e-glass, carbon atau aramid yang apabila dicampur
atau dilaminasi dengan epoxy (jenis yang sesuai)
akan menjadi suatu bahan komposit dengan
kekuatan tarik tertentu dan digunakan sebagai
perkuatan struktur beton secara eksternal.
Pengujian

Dilakukan pada:
Bahan sebelum komposit
dan
Bahan setelah komposit

Yang menentukan adalah


pengujian bahan setelah
komposit, karena bahan
yang setelah komposit
adalah bahan yang harus
menahan beban dalam
proses perkuatan struktur
beton
Keuntungan penggunaan FRP Composite
System

• Tidak merusak
• Mudah dalam pemasangan
• Ringan – tidak menambah beban mati
• Kuat tarik cukup besar
• Tidak memerlukan peralatan besar
• Dapat dipasang dibawah air
• Dapat diberi lapisan akhir yang sesuai dengan
keinginan
Keuntungan FRP secara struktural

• Meningkatkan kapasitas momen lentur pada balok


dan lantai
• Meningkatkan kapasitas geser (shear) pada balok
dan dinding
• Meningkatkan kapasitas beban vertikal pada kolom
• Meningkatkan daktilitas pada beban berulang
• Tidak berkarat
• Mechanical Properties of Tyfo® Composites

Tyfo® COMPOSITE SYSTEM TYPE


PROPERTY
WEB SEH25 SEH51 UG WAB SAH51 SCH41 SCH11 UC

Ultimate 309 575 575 896 240 696 876 1062 2790
Tensile
Strength (MPa)

Elongation at 1.6 2.2 2.2 2.2 1.2 1.7 1.2 1.05 1.8
Break (%)

Tensile 19.3 26.1 26.1 41.4 20 40 72.4 102 155


Modulus (GPa)
PERATURAN YANG DIGUNAKAN
dalam design FRP

• ACI 440.2R – 08 – Guide for the design and


construction of externally bonded FRP Systems for
strengthening Concrete Structures

• Peraturan Pembebanan untuk Jembatan

• Peraturan Perencanaan Beton untuk Jembatan


ACI 440.2R – 08
Persyaratan bahan

– Sifat bahan yang bersangkutan


• Resin (primer, putty fillers, saturating resin, adhesive, fibers,
protective coatings)
– Sifat fisik bahan
• density, coefficient of thermal expansion, effect of high
temperatures
– Sifat mekanik bahan
• Perilaku terhadap tarik,
– Perilaku terhadap suhu
• Rangkak dan susut
– Durabilitas
– Kualifikasi FRP
Mata pembayaran vs kerusakan
Satuan
Kode kerusakan Jenis Kerusakan Mata Pembayaran Uraian
Pengukuran
SKh–1.7.28 (1) Penambalan (patching)-furnished m3
Beton keropos
SKh-1.7.28 (2) Perbaikan dengan cara grouting - furnished m3
Beton yang berongga/
SKh-1.7.28 (2) Perbaikan dengan cara grouting - furnished m3
berbunyi
201
Perkuatan struktur dengan bahan FRP m2
SKh-1.7.30 (2) composite jenis e-glass (furnished) per lapis
Mutu beton yang pada daerah kering
rendah Perkuatan struktur dengan bahan FRP m2
SKh-1.7.30 (4) composite jenis carbon (furnished) per lapis
pada daerah kering
SKh – 1 .7.27 (1) Cairan perekat (epoksi resin) Kilogram
202 Retak SKh – 1 .7.27 (2) Bahan penutup (sealant) Kilogram
SKh – 1 .7.27 (3) Tabung Penyuntik Buah
Korosi pada baja
203 7.3.(1) Baja tulangan Kg
tulangan
SKh–1.7.28 (1) Penambalan (patching)-furnished atau m3
SKh-1.7.28 (2) Perbaikan dengan cara grouting - furnished m3
Perkuatan struktur dengan bahan FRP m2
Kerusakan komponen
204 SKh-1.7.30 (2) composite jenis e-glass (furnished) per lapis
karena aus, penuaan,
pada daerah kering
dan pelapukan
Perkuatan struktur dengan bahan FRP m2
SKh-1.7.30 (4) composite jenis carbon (furnished) per lapis
pada daerah kering
SKh–1.7.28 (1) Penambalan (patching)-furnished atau m3
SKh-1.7.28 (2) Perbaikan dengan cara grouting - furnished m3
Perkuatan struktur dengan bahan FRP m2
205 SKh-1.7.30 (2) composite jenis e-glass (furnished) per lapis
Spalling , scalling
pada daerah kering
Perkuatan struktur dengan bahan FRP m2
SKh-1.7.30 (4) composite jenis carbon (furnished) per lapis
pada daerah kering
Perkuatan struktur dengan bahan FRP m2
SKh-1.7.30 (2) composite jenis e-glass (furnished) per lapis
pada daerah kering
206 Lendutan
Perkuatan struktur dengan bahan FRP m2
SKh-1.7.30 (4) composite jenis carbon (furnished) per lapis
pada daerah kering
Contoh AHS Preservasi Jembatan

Anda mungkin juga menyukai