Anda di halaman 1dari 180

PERENCANAAN JEMBATAN

Oleh
Setyo Hardono

PUSAT PENGMBANGAN KOMPETENSI JALAN, PERUMAHAN


DAN PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR WILAYAH
BPSDM, KEMENTERIAN PUPR
MATERI PERANCANGAN TEKNIS JEMBATAN

1 Pendahuluan Perancangan
Teknis

2 Survei Pendahuluan dan Detail Jembatan

3 Pembebanan Jembatan

4 Perancangan Jembatan Terhadap Beban Gempa

5 Perancangan Bangunan Atas

6 Perancangan Bangunan Bawah

7 Perancangan Pondasi
Dasar Perancangan
Peraturan terkait Perancangan Teknis:

• Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 2006 Tentang Jalan


• Peraturan Menteri PU No 19/PRT/M/2011 Tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria
Perencanaan Teknis Jalan
• Peraturan Menteri PUPR No 05/PRT/m/2015 tentang Pedoman Umum Implementasi Konstruksi
Berkelanjutan Pada Penyelenggaraan Infrastruktur Bidang Pekerjaan Umum Dan Permukiman
• Peraturan Menteri PUPR No 41/PRT/M/2015 tentang Penyelenggaraan Keamanan Jembatan Dan
Terowongan Jalan
• UU No. 02 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
• Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2020 Tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 2 Tahun 2017
Tentang Jasa Konstruksi
• UU No. 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
• Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2021 Tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 22
Tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 2 Tahun 2017 Tentang Jasa Konstruksi.
• Peraturan Menteri PUPR No. 8 Tahun 2021 Tentang Penilai Ahli, Kegagalan Bangunan, dan
Penilaian Kegagalan Bangunan.
Dasar Perancangan
Peraturan terkait Perancangan Teknis:
• SE Menteri PUPR No 07/SE/M/2015 Pedoman Persyaratan Umum Perencanaan Jembatan telah di perbarui
dengan
• Panduan No. 02/M/BM/2021 Panduan Praktis Perencanaan Teknis Jembatan (1500 halaman lebih)
• SE Direktur Jenderal Bina Marga No. 05/SE/Db/2017 Tentang Perubahan Surat Edaran Direktur Jenderal Bina
Marga Nomor Um.Ol.03-db/242 Tentang Penyampaian Ketentuan Desain Dan Revisi Desain Jalan Dan
Jembatan, Serta Kerangka Acuan Kerja Pengawasan Teknis Untuk Dijadikan Acuan Di Lingkungan Ditjen Bina
Marga
• SNI 1725 – 2016 Pembebanan Untuk Jembatan
• SNI 2833 – 2016 Perencanaan Jembatan Terhadap Beban Gempa
• SNI 03-2850-1992 Tata Cara Pemasangan Utilitas di Jalan
• SNI 8460 – 2017 Persyaratan Perancangan Geoteknik
• RSNI T-03-2005 Standar perencanaan struktur baja untuk jembatan
• RSNI T-12-2004 Standar perencanaan struktur beton untuk jembatan
○ Pedoman No. 009/BM/2008 tentang Manual Perencanaan Struktur Beton Bertulang Untuk Jembatan
• BMS 92 Bridge Design Code vol 1 dan 2
• BMS 92 Bridge Manual Design vol 1 dan 2
• AASHTO LRFD Bridge Design Specifications 2017
• Peraturan lain yang belum tersedia dalam SNI dll
Dasar Perancangan
UU No. 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi
Jangka Waktu dan Pertanggungjawaban Kegagalan Bangunan

Pasal 65
1) Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan dalam jangka waktu yang ditentukan
sesuai dengan rencana umur konstruksi.
2) Dalam hal rencana umur konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih dari 10 (sepuluh) tahun,
Penyedia Jasa wajib bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan dalam jangka waktu paling lama 10
(sepuluh) tahun terhitung sejak tanggal penyerahan akhir layanan Jasa Konstruksi.
3) Pengguna Jasa bertanggung jawab atas Kegagalan Bangunan yang terjadi setelah jangka waktu yang
telah ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dan ayat (2).
4) Ketentuan jangka waktu pertanggungjawaban atas Kegagalan Bangunan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (2) harus dinyatakan dalam Kontrak Kerja Konstruksi.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban dan pertanggungjawaban Penyedia Jasa atas Kegagalan
Bangunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
MATERI 1
Pendahuluan Perencanaan
Jembatan
Perencanaan Teknis

Perencanaan teknis adalah kegiatan yang


berupa proses pemikiran, kreasi, dan
perekayasaan dalam rangka mewujudkan
infrastruktur.
Sumber: Peraturan Menteri PUPR No. 05/PRT/M/2015

Perencanaan teknis merupakan kegiatan


penyusunan dokumen rencana teknis yang berisi
gambaran produk yang ingin diwujudkan yang
harus dilakukan secara optimal dengan
memperhatikan aspek lingkungan hidup.
Sumber: Peraturan Pemerintah No 34 Tahun 2006
Perencanaan Teknis
Perencanaan teknis melibatkan:
• Konsultan Perencana
• P2JN (Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional)
• Komisi Keselamatan Jembatan, dan Terowongan Jalan
(L > 100 meter, khusus, 3 km)
Perancangan Teknis
Latar Belakang

1. Tertib penyelenggaraan jalan yang


meliputi pengaturan, pembinaan,
pembangunan, dan pengawasan
Jalan
Perancangan Teknis
dibuat agar
penyelenggara jalan
dapat mewujudkan:
2. Tersedianya Jalan yang
mewujudkan keselamatan,
keamanan, kelancaran, ekonomis,
kenyamanan, dan ramah lingkungan

Sumber: Peraturan Menteri PU No 19/PRT/M/2011


Pengertian Jembatan

• Jembatan adalah suatu konstruk yang dibangun untuk melewatkan massa (lalu
lintas, air dll) melewati suatu penghalang (sungai, danau, lembah dll)
• Konstruksi dibedakan atas Bangunan Atas dan Bangunan Bawah
• Nomenklatur, penamaan konstruksi jembatan ditentukan oleh jenis bangunan
atas dan material (Gelagar Beton, Komposit, Pelengkung Beton, Prestressed,
Rangka Baja, Gantung, Cable Stayed)
Pokok-pokok Perancangan Jembatan
(SE Menteri PUPR No. 07/SE/M/2015)

Kekuatan dan stabilitas struktur


(structural safety) Ekonomis

Keawetan dan kelayakan


Kemudahan pelaksanaan
jangka panjang(durability)

Kemudahan pemeriksaan (inspectability) Estetika

Kemudahan pemeliharaan (maintainability) Dampak lingkungan pada tingkat yang


wajar dan cenderung minimal
Kenyamanan bagi pengguna
jembatan(rideability)
Tahapan Perancangan Teknis

Perancangan TEKNIS
AKHIR
KAJIAN • Desain pendahuluan terpilih hasil
KELAYAKAN JALAN kajian kelayakan jalan
• Perencanaan teknis rinci (detail
PERANCANGAN TEKNIS • Kajian kelayakan teknis dan kajian
engineering design)
AWAL kelayakan finansial untuk setiap
• Audit keselamatan jalan (AKJ)
alternatif alinemen jalan keluaran
• Alternatif alinyemen jalan dan • Perancangan teknis akhir
perencanaan teknis awal
jembatan yang akan dibangun
• Pertimbangan teknis, ekonomis, • Menetapkan pilihan alternatif yang
paling layak baik secara teknis maupun
lingkungan, dan keselamatan
finansial, serta keselamatan lalu lintas
jalan

Sumber: Peraturan Menteri PU No 19/PRT/M/2011


Prinsip Umum Perencanaan

Sumber: Peraturan Menteri PU No 19/PRT/M/2011


Dasar Perancangan
Umur Rencana Jembatan
Jembatan Standar:
75 Tahun
Umur Rencana
Jembatan
Jembatan Khusus:
100 Tahun

Perkiraan umur rencana tidak berarti bahwa struktur jembatan tidak dapat
berfungsi lagi di akhir umur rencana, atau tidak juga berarti bahwa jembatan
masih dapat dilalui selama selang waktu tersebut tanpa perlu diperiksa,
dipelihara secara teratur dan memadai dan pemanfaatan yang benar

Sumber: SE Menteri PUPR No 7/SE/M/2015


Wisata Badui Banten, Coba Menyeberang di
Jembatan Akar dan Bambu - Travel
Tempo.co

Berwisata ke Jembatan Akar Bayang,


Jembatan Alami Penghubung Dua Kampung
(kompas.com)
Dasar Perancangan
Rencana Keadaan Batas

Definisi

Rencana keadaan batas adalah pendekatan perencanaan dimana semua fungsi


dan bentuk struktur telah diperhitungkan.
Pada saat mencapai keadaan batas, pada jembatan diasumsikan terdapat jumlah
reaksi yang sedemikian besarnya sehingga mengakibatkan jembatan
runtuh/tidak layak layan atau telah terjadi kegagalan (Failure)

Rencana Keadaan Batas

Faktor Reduksi Kekuatan x Kapasitas Nominal ≥ Faktor Beban x Beban Nominal

Sumber: SE Menteri PUPR No 7/SE/M/2015


Dasar Perancangan
Keadaan Batas Ultimit Keadaan Batas Layan
Aksi-aksi yang menyebabkan sebuah jembatan
Keadaan batas layan akan tercapai ketika reaksi
menjadi tidak aman disebut aksi-aksi ultimit dan
jembatan sampai pada suatu nilai sehingga:
reaksi yang diberikan jembatan terhadap aksi
1. mengakibatkan jembatan tidak layak pakai, atau
tersebut disebut dengan keadaan batas ultimit:
2. menyebabkan kekhawatiran umum terhadap
1. Kehilangan keseimbangan statis karena
keamanan jembatan, atau
sebagian atau seluruh bagian jembatan longsor.
3. secara signifikan mengurangi kekuatan atau masa
2. Terguling atau terangkat ke atas
layan jembatan.
3. Kerusakan sebagian jembatan akibat lelah/fatik
dan atau korosi hingga suatu keadaan yang
Keadaan batas layan adalah suatu kondisi pada saat
memungkinkan terjadi kegagalan.
terjadi:
4. Keadaan paska elastik atau purnatekuk yaitu
1. perubahan bentuk (deformasi) yang permanen
satu bagian jembatan atau lebih mencapai
pada pondasi, atau pada sebuah elemen
kondisi runtuh.
penyangga utama
5. Kehancuran bahan fondasi yang menyebabkan
2. kerusakan permanen akibat korosi, retak, atau
pergerakan yang berlebihan atau
kelelahan
6. Kehancuran bagian utama jembatan
3. getaran, dan
4. banjir pada daerah sekitar jembatan yang
mengakibatkan gerusan pada dasar, tepi sungai
dan badan jalan
Gambar Rencana
1. Standar pendetailan, khususnya untuk baja dan beton bertulang, harus konsisten untuk seluruh
gambar.
2. Komponen jembatan harus digambar sebagaimana tampak sebenarnya, hindari gambar bayangan
dan pandangan dari sisi yang berlawanan.
3. Tiap dimensi ukuran ditunjukkan hanya satu kali saja.
4. Tiap komponen jembatan harus digambarkan secara detail sebisa mungkin pada 1 lembar kertas.
5. Seluruh gambar harus memiliki skala dan skala tersebut tercantum dalam gambar (misalnya skala
1:100 untuk potongan melintang dan denah jembatan serta skala 1:20 untuk gambar detail).
6. Prosedur standar (SOP) harus digunakan dalam menggambar jembatan dan membuat dimensi
komponen termasuk format ukuran gambar, sampul, daftar isi, petunjuk arah, daftar simbol,
rangkuman volume
Gambar Rencana
Pengantar Perencanaan Jembatan Spesifikasi dan gambar-gambar harus dapat menjelaskan pekerjaan
dengan jelas, menyeluruh, dan tanpa ada interpretasi ganda. Spesifikasi harus menjelaskan
metode-metode pelaksanaan, prosedur-prosedur dan toleransi-toleransi agar pembuatan dan
pengawasan mutu terjamin.
Dasar Perancangan
Bentang Jembatan
Desain atau rencana yang baik akan memperhatikan faktor ekonomis untuk pelaksanaan
jembatan tersebut. Pemilihan tipe bangunan atas, penentuan jumlah dan panjang
bentang menentukan biaya yang diperlukan untuk membangun jembatan tersebut.
Dasar Perancangan
Bentang Jembatan

Akashi-Kaikyo, Jepang, Panjang bentang utama 1991 m, 1915 Canakkale, Turki, Panjang bentang utama 2023 m,
selesai April 1988 Closing Span Ceremony 13 November 2021
Rencana dibuka 18 Maret 2022
Sumber: Daily Sabah
Dasar Perancangan
Bentang Jembatan

Panjang bentang utama 470 m


Panjang bentang utama 902 m
Peresmian 22 September 2001
Peresmian 24 April 1997
Runtuh 26 November 2011
Sumber: Instagram @foldingbike_southkalimanatan
Persyaratan Geometrik
Persyaratan
Geometrik

jalan, atau
Lebar Struktur • bangunan Ruang Bebas Ruang Bebas
berada di
kereta api. horizontal Vertikal

ditentukan berdasarkan Yang termasuk ruang bebas horizontal Yang termasuk ruang bebas vertikal
kebutuhan rata-rata lalu lintas adalah : adalah:
harian (LHR) dan standar lajur • bagian–bagian dari bangunan atas ● bagian-bagian dari bangunan atas yang
lalu lintas. yang berada di atas permukaan jalan, berada diatas permukaan jalan, atau
atau ● bagian-bagian dari jembatan yang berada
• bangunan bawah jembatan yang berada di atas jalan atau lintasan kereta api.
di atas jalan atau lintasan kereta api.

Sumber: SE Menteri PUPR No 7/SE/M/2015


Persyaratan Geometrik
Lebar Struktur Jembatan
Lebar jembatan harus memenuhi standar lebar lajur lalu lintas sebesar n*(2,75-3,50) meter, dimana n
= jumlah lajur lalu lintas.
Lebar lantai jembatan ditentukan sebagai berikut:

∙ Lebar jembatan minimum jalan nasional kelas A = 1 + 7 + 1


(meter);
∙ Lebar jembatan minimum jalan nasionak kelas B = 0,5 + 6
+ 0,5 (meter);
∙ Lebar jembatan harus lebih besar dari lebar jalan raya
yang terhubung ke jembatan;

Sumber: SNI 1725:2016


Lebar Struktur Jembatan

Berdasarkan Lebar Lalulintas


● Kelas A = 1,0 + 7,0 + 1,0 m Lebar minimum untuk jembatan pada jalan nasional
● Kelas B = 0,5 + 6,0 + 0,5 m (SE DBM 21 Maret 2008)
● Kelas C = 0,5 + 3,5 + 0,5 m
Persyaratan Geometrik
Ruang Bebas Horizontal

Ruang bebas Pengaman Kaku minimum sebesar 0,5 m antara muka pengaman dan tepi
untuk lalu lintas luar dari lajur lalu lintas yang berdekatan
Ruang bebas pada penghalang Ruang bebas minimum di antara bangunan/struktur yang
fleksibel untuk lalu lintas dilindungi dan bagian belakang Pengaman lalu lintas adalah
2 m untuk jagaan terhadap perilaku pascadefleksi
Ruang bebas pada penghalang Ruang bebas minimum pada bangunan/struktur yang tidak
yang tidak terlindung terlindung harus sesuai dengan peraturan yang yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang
Ruang bebas pada lintasan kereta Ruang bebas minimum pada bangunan/struktur yang tidak
api terlindung harus sesuai dengan peraturan yang yang
diterbitkan oleh instansi yang berwenang
Persyaratan Geometrik
Ruang Bebas Vertikal
• Ruang Bebas vertikal untuk lalu lintas minimal 5,1 meter
• Ruang bebas vertikal dan horisontal di bawah jembatan mengikuti standar/ketentuan
perancangan terhadap karakteristik/
❖ pola lalu lintas kapal dengan ruang bebas
❖ minimal 0,5 meter (untuk aliran yang dapat dikontrol/saluran irigasi)
❖ minimal 1,0 meter (untuk aliran sungai yang tidak membawa hanyutan)
❖ minimal 1,5 meter (untuk aliran sungai yang membawa hanyutan) dari muka air
banjir dengan periode ulang 50 tahun
Persyaratan Geometrik
Ruang Bebas Vertikal
Persyaratan Geometrik
Ruang Bebas Vertikal
Persyaratan Geometrik
Lokasi dan Tata Letak Jembatan
• Lokasi jembatan sebisa mungkin menghindari tikungan
sungai atau pun bukit.
• Pada tikungan sungai dapat terjadi perubahan kecepatan air
yang dapat mengikis struktur jembatan
• Jembatan dibuat mengikuti geometrik jalan
• Untuk jembatan yang belum ada jalan eksistingnya, sebisa
mungkin tegak lurus terhadap sungai
• Untuk meminimalisir panjang bentang jembatan
• Untuk meminimalisir pengikisan pada pilar akibat aliran
sungai
• Pada beberapa kasus seperti faktor geografis lokasi atau bentuk
rintangan yang harus dilewati oleh jembatan di mana jembatan
tidak dapat dibuat tegak lurus sungai, maka jembatan dapat
dibuat bersudut (skew).
Klasifikasi Jembatan
Berdasarkan Kegunaan/Fungsi

Klasifikasikan Jembatan:
• jembatan kereta api,
• jembatan pejalan kaki,
• jembatan lalu lintas,
• jembatan pipa air,
• dan lain-lain.
Klasifikasi Jembatan
Berdasarkan Jenis Material Konstruksinya
MATERI
PROSES PERANCANGAN STRUKTUR
JEMBATAN
PROSES PERANCANGAN STRUKTUR JEMBATAN

•Tahap 1 Kumpulkan informasi yang diperlukan untuk menjelaskan fungsi jembatan, geometri
dan beban.
•Tahap 2 Gunakan informasi yang terkumpul dalam tahap 1 untuk menentukan semua
hambatan geometrik pada struktur yang diusulkan.
•Tahap 3 Dengan kreativitas tentukan daftar rencana alternatif terbaik. Dalam batas hambatan
geometrik yang ditentukan dalam tahap 2, dipilih 2 atau 3 kombinasi bangunan bawah/ pondasi/
bangunan atas yang memenuhi pokok perencanaan secara baik.
Tahap 4 Laksanakan analisis perencanaan sementara untuk alternatif terbaik dari Tahap 3.
Rencana-rencana sementara tersebut memberikan dimensi yang diperlukan untuk mencapai
kekuatan dan tujuan stabilitas.
Tahap 5 Perkirakan biaya untuk alternatif-alternatif tersebut. Perkirakan biaya tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif (bila ada) yang ekonomis dapat diterima.
Tahap 6 Selesaikan rencana sementara yang menghemat biaya dan buatlah gambar rencana,
laporan perencanaan dan perkiraan biaya yang baru.
PROSES PERANCANGAN STRUKTUR
JEMBATAN
• Tahap 1 Kumpulkan informasi yang diperlukan untuk menjelaskan fungsi jembatan, geometri
dan beban
• Tahap 2 Gunakan informasi yang terkumpul dalam tahap 1 untuk menentukan semua
hambatan geometrik pada struktur yang diusulkan
• Tahap 3 Dengan kreativitas tentukan daftar rencana alternatif terbaik. Dalam batas
hambatan geometrik yang ditentukan dalam tahap 2, dipilih 2 atau 3 kombinasi
bang.bawah/pondasi/bang.atas yang memenuhi pokok perencanaan secara baik
• Tahap 4 Laksanakan analisis perencanaan sementara untuk alternatif terbaik dari tahap 3.
Rencana-rencana sementara tersebut memberikan dimensi yang diperlukan untuk mencapai
kekuatan dan tujuan stabilitas
• Tahap 5 Perkirakan biaya untuk alternatif-alternatif tersebut. Perkiraan biaya tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif (bila ada) yang ekonomis dapat diterima
• Tahap 6 Selesaikan rencana sementara yang menghemat biaya dan buatlah: gambar rencana,
laporan perencanaan dan perkiraan biaya yang baru
PROSES PERANCANGAN STRUKTUR
JEMBATAN
•Tahap 1 Pengumpulan Data Jembatan Way Kawanua di P.Seram
Sumber: Elis K.
✔ Lebar jembatan dan jumlah jalur
✔ Lebar trotoar
✔ Alinyemen Jembatan
✔ Geometri sungai
✔ Karakteristik aliran sungai
✔ Besaran-besaran tanah
✔ Perlengkapan umum
✔ Beban jembatan
✔ Jarak bebas vertikal dan horisontal
✔ Bangunan atas yang tersedia

Sumatera Barat
Sumber: Almuhitsyah
PROSES PERANCANGAN STRUKTUR
JEMBATAN
• Tahap 1 Pengumpulan Data Jembatan Way Kawanua di P.Seram
Sumber: Elis K.
✔ Lebar jembatan dan jumlah jalur
✔ Lebar trotoar
✔ Alinyemen Jembatan
✔ Geometri sungai
✔ Karakteristik aliran sungai
✔ Besaran-besaran tanah
✔ Perlengkapan umum
✔ Beban jembatan
✔ Jarak bebas vertikal dan horisontal
✔ Bangunan atas yang tersedia

Sumatera Barat
Sumber: Almuhitsyah
PROSES PERANCANGAN STRUKTUR
JEMBATAN
•Tahap 2 Penentuan Hambatan Geometrik
✔ Alinyemen jalan yang diusulkan
✔ Persyaratan aliran keadaan batas
✔ Potensi gerusan
✔ Lokasi bahan pondasi dan potensi kelongsoran tebing
✔ Lokasi dan lebar alur utama sungai
✔ Persyaratan konstruksi dan pelaksanaan
✔ Persyaratan pemeliharaan
✔ Aksi seismik

https://www.facebook.com/1970136786595128/pho
tos/a.1989276631347810/1996301123978694/
Diposting 2 Desember 2017
PROSES PERANCANGAN STRUKTUR
JEMBATAN

Jembatan Benanain NTB, April 2021, Siklon Tropis Seroja


PROSES PERANCANGAN STRUKTUR
JEMBATAN
• Tahap 3 Penentuan Rencana Alternatif
✔ Rancangan percobaan
✔ Jenis dan dimensi bangunan atas dan bangunan bawah tipikal :
1. Bangunan atas kayu
2. Bangunan atas baja, komposit
3. Bangunan atas beton bertulang
4. Bangunan atas beton prategang
5. Bangunan atas tipe lain-lain (box beton, box baja, cable stayed, gantung)
6. Bangunan bawah tanah dengan pondasi langsung, sumuran atau tiang pancang

✔ Pilhan alternatif
PEMBEBANAN
Pembebanan
● Referensi:
✔ SNI 1725: 2016 tentang Pembebanan untuk Jembatan
✔ SNI 2833: 2016 tentang Perencanaan Jembatan Terhadap Beban Gempa
✔ SE Menteri PUPR No. 43/SE/M/2015 tentang Pedoman Penentuan Spektrum Respon Desain di Permukaan
Tanah Untuk Jembatan
✔ Referensi lainnya yang telah disebutkan

● Perencana harus menentukan aksi-aksi yang bersifat normal atau mengurangi, sehingga
factor beban yang dipilih adalah menghasilkan pengaruh total terbesar.
● Aksi-aksi rencana digabungkan untuk memperoleh kombinasi pembebanan yang telah
ditentukan dan memberikan informasi gaya yang paling berpengaruh pada jembatan
Pembebanan
•Penjelasan
yang terperinci dari beban-beban rencana yang digunakan harus dicantumkan dalam
dokumen perencanaan dan gambar perencanaan:
✔ Judul dan edisi tata cara yang digunakan
✔ Perbedaan penting terhadap persyaratan dalam tata cara ini
✔ Pengurangan yang diijinkan dari 100% beban lalu lintas rencana
✔ Zona gempa
✔ Aksi-aksi rencana yang penting, seperti:
▪ Kecepatan Angin
▪ Penurunan/perbedaan penurunan
▪ Kecepatan arus/beban hanyutan
✔ Beban untuk perencanaan fondasi
✔ Temperatur rencana untuk pemasangan perletakan dan siar muai
•Apabiladiperlukan dalam persyaratan perencanaan, pelaksanaan dan urutan-urutan pemasangan, atau
Batasan khusus lainnya harus dicantumkan dalam gambar rencana jembatan.
Pembebanan
•Pengelompokan
✔ Aksi Tetap
✔ Beban Lalu Lintas
✔ Aksi Lingkungan
✔ Aksi-aksi lainnya

•Klasifikasi

✔ Aksi Tetap
✔ Aksi Transient
Pembebanan
•Istilah-istilah

✔ Beban pelaksanaan termasuk beban sementara yang mungkin bekerja pada bangunan secara
menyeluruh atau sebagian selama pelaksanaan
✔ Beban mati yang dimaksud adalah beban tetap
✔ Aksi rencana adalah aksi nominal yang telah bertambah atau berkurang karena adanya faktor beban
yang diberikan dalam tata cara ini
✔ Lajur lalu-lintas rencana adalah lajur dengan lebar 2,75 m dari jalur yang digunakan dimana
pembebanan lalu lintas bekerja
✔ Jangka waktu aksi adalah perkiraan lamanya aksi bekerja dibandingkan dengan umur rencana
jembatan. Ada dua macam kategori jangka waktu yaitu Aksi tetap dan Aksi transient
• Aksi tetap adalah aksi yang bekerja sepanjang waktu dan bersumber pada sifat bahan jembatan, cara
jembatan dibangun dan bangunan lain yang mungkin menempel pada jembatan
• Aksi transient adalah aksi yang bekerja dengan waktu yang pendek, walaupun mungkin sering terjadi
• Aksi lingkungan termasuk pengaruh yang timbul akibat temperatur, angin, aliran air, gempa dan
penyebab-penyebab alamiah lainnya
• Beban hidup yang dimaksud adalah beban transient
Pembebanan
•Istilah-istilah

• Faktor beban adalah pengali numerik yang digunakan pada aksi nominal untuk menghitung aksi rencana.
Faktor beban diambil untuk :
- adanya perbedaan yang tidak diinginkan pada beban
- Ketidak-tepatan dalam memperkirakan pengaruh pembebanan
- adanya perbedaan ketepatan dimensi yang dicapai dalam pelaksanaan

• Aksi nominal apabila data statistik tersedia aksi nominal adalah yang cukup untuk periode ulang 50
tahun, maka harga nominal diambil kira2 ekivalen periode ulang 50 tahun

• Faktor Beban Biasa digunakan apabila pengaruh dari aksi rencana mengurangi keamanan
• Faktor beban terkurangi digunakan apabila pengaruh dari aksi rencana adalah menambah keamanan
• Beban Lalu-lintas termasuk seluruh beban hidup, arah vertikal dan horizontal, akibat aksi kendaraan
pada jembatan termasuk hubungannya dengan pengaruh dinamis, tetapi tidak termasuk akibat
tumbukan
Pembebanan
Simbol Pada Pembebanan
Pembebanan
•Beban Tetap
• Berat sendiri
• Beban mati tambahan (superimposed dead load)
• Pengaruh pratekan
• Tekanan tanah
•Faktor Beban Mati
Pembebanan
•Berat Jenis Material
Pembebanan
• Beban Tetap
• Berat sendiri

Bahan Jembatan Berat Sendiri Berat Sendiri Berat Sendiri


Nominal SLS Biasa ULS kN/m3 Terkurangi ULS
kN/m3 kN/m3
Beton Massa (cor) 24.0 31.2 18.0
Beton bertulang (cor) 25.0 32.5 18.8
Beton pratekan pracetak 25.0 30.0 21.3
Baja 77.0 84.7 89.3

Kayu lunak 7.8 10.9 5.5

Kayu keras 11.0 15.4 7.7


Pembebanan
1. Beban Tetap
• Berat mati tambahan
Adalah berat semua elemen tidak struktural yang dapat bervariasi selama umur
jembatan, seperti :
✔ Perawatan permukaan khusus
✔ Pelapisan ulang dianggap sebesar 50 mm aspal beton
✔ Sandaran, pagar pengaman dan penghalang beton
✔ Tanda-tanda
✔ Perlengkapan utilitas
•Faktor Beban Mati Tambahan
• Susut dan Rangkak
• Pengaruh Pratekan
Pembebanan
2. Beban Lalu Lintas
a. Beban Lajur “D” (UDL dan KEL)
Beban merata (UDL)
L < 30 m, q = 9 kPa
L > 30 m, q = 9 x (0,5 + 15/L) kPa
Beban garis (KEL) P = 49 kN/m
DLA (KEL) = 0,4 untuk L < 50 m

•Beban Lajur D
b
nl x 2,75
Pembebanan
2. Beban Lalu Lintas
b. Beban Truk “T”
T = 500 kN
DLA (T) = 0,3
Beban lalu-lintas terpilih adalah
yang memberikan total gaya dalam
yang maksimum pada elemen
elemen struktur jembatan.
Pembebanan
Beban Truk “T” 500 kN

©2019 Merdeka.com/Irwanto
Pembebanan
2. Beban Lalu Lintas
c. Beban Rem
Nilai terbesar dari:
1. 25% berat gandar truk desain
2. 5% berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata
Bekerja setinggi 1800 mm di atas permukaan perkerasan.
d. Beban Pejalan Kaki
Intensitas beban pejalan kaki 5 kPa
e. Beban Tumbuk pada Fender Jembatan
Pengaruh tumbukan kapal ditentukan oleh pihak yang berwenang
Pembebanan
3. Aksi Lingkungan
Aksi Lingkungan termasuk pengaruh temperatur, angin, banjir, gempa dan penyebab-penyebab
alamiah lainnya.
a. Beban Perbedaan Temperatur
Perbedaan temperatur diambil sebesar 25oC (temperatur rata-rata minimum adalah
15oC dan temperatur rata-rata maksimum adalah 40oC)
a. Beban Angin
b. Beban Gempa
Pengaruh gempa rencana hanya ditinjau pada keadaan batas ultimit. Pemodelan
beban gempa menggunakan pendekatan statik ekivalen beban gempa:
Teq = (C.I.WT)/R
a. Gaya Aliran Sungai
b. Hanyutan
c. Tekanan Hidrostatik dan Gaya Apung
Pembebanan
Beban Angin
Kecepatan angin rencana:
Daya layan – 5 km dari pantai 30 m/s Ultimit – 5 km dari pantai 35 m/s
> 5 km dari pantai 25 m/s > 5 km dari pantai 30 m/s

Tacoma Bridge
• Runtuh 7-11-1940 Jindo bridge in Korea
Vortex induced vibration observed on the 2nd Jindo Bridge prior to TMD
• Angin 67 km/jam ~ 18.6 m/s installation. 2 - YouTube
https://www.britannica.com/topic/Tacoma-Narrows-Bridge
Pembebanan
Beban Angin
Pembebanan
Beban Hanyutan
Gaya akibat tumbukan kayu dianggap mempunyai massa minimum 2 ton hanyut pada kecepatan aliran rencana
Pembebanan
Beban Gempa
✔ Standar rujukan SNI 2833:2016 tentang Perencanaan Jembatan Terhadap
Beban Gempa.
✔ Jembatan dirancang terhadap gempa dengan kemungkinan kecil runtuh namun
dapat mengalami kerusakan signifikan dan gangguan pelayanan pasca

✔ Csm diperoleh dari peta percepatan batuan dasar dan spectra percepatan yang
sesuai dengan daerah gempa dan periode ulang gempa rencan
(http://petagempa.pusjatan.pu.go.id)
✔ Bahaya gempa harus dikarakteristik dengan menggunakan respon spectra
percepatan dan factor situs untuk kelas situs yang sesuai
✔ Respons spectra percepatan dapat ditentukan dengan prosedur umum dan
prosedur spesifik situs (khusus untuk jembatan dalam jarak 10 km dari patahan
aktif dan situs kelas F)
Pembebanan
Beban Gempa
No Gempa Tanggal Korban Kekuatan Keterangan
(SR)
1 Aceh 26-12-2004 230.000 9.3 Tsunami
2 Padang 30-09-2009 1.119 7.6
3 Mentawai 25-10-2010 289 7.2
4 Yogyakarta 27-05-2006 6.234 5.9
… …
5 Halmahera 15-11-2014 7.3 Tsunami kecil
… …
6 Lombok 29-07-2018 20 6,4
7 Palu 28-09-2018 2.045 7,4 Tsunami + Likuifaksi
… …
8 Pasaman 25-02-2022 10 6,2 Sesar Sumatera
Pembebanan
Beban Gempa

Gempa Pasaman 25-02-2022


Update Gempa Pasaman Barat: 8 Meninggal, 10 Luka Berat dan 6.002 Warga Mengungsi
Pembebanan
Beban Gempa
Pembebanan
Beban Gempa
Gaya gempa yang bekerja pada struktur
dikombinasikan sehingga memiliki 2 tinjauan
pembebanan sebagai berikut.
• DL + γEQ LL ± EQx ± 0.3EQy
• DL + γEQ LL ± EQy ± 0.3EQx
• Dengan γEQ adalah faktor beban hidup
kondisi gempa bernilai 0.5, 0.3 dan 0
masing-masing untuk jembatan sangat
penting, jembatan penting dan jembatan
lainnya.
Beban gempa tidak dapat hanya dianalisis
secara statis, dalam perrencanaan ini
digunakan analisis respon spektrum.
Peta gempa yang digunakan dengan periode
ulang 1000 tahun dan probabilitas terlampaui
7%.
Jembatan direncanakan pada umur rencana
75 tahun.
Pembebanan
Beban Gempa, respons spektra
Pembebanan
Beban Gempa
Pembebanan
Beban Gempa
Pembebanan
Beban Gempa
Pembebanan
Beban Gempa
✔ Software LINI (http://petagempa.pusjatan.pu.go.id/)
Pembebanan
Kombinasi Pembebanan
Pembebanan
Faktor Beban
Pembebanan
Faktor Beban
Jalur Beban (Load Path)
Beban yang bekerja pada lantai jembatan disalurkan
Beban pada lantai jembatan
secara menerus hingga ke bagian fondasi lalu ke tanah. (beban Mati dan Hidup)
Jalur yang menyalurkan beban tersebut disebut jalur
beban.
Kepala jembatan Ge lagar memanjang pelat
Dalam situasi apapun, beban yang ditransfer dari satu Pilar

elemen struktur ke elemen melalui sambungan (joint)


yang menghubungkan kedua elemen struktur tersebut. Kepala jembatan pelat
Pilar

Rangka batang Gelagar

Kepala
jembatan/
Pilar

Fondasi
MATERI

PROSES PERANCANGAN
BANGUNAN ATAS STRUKTUR
JEMBATAN
Perencanaan BA
Pendahuluan
Definisi
Bangunan atas adalah bagian dari konstruksi jembatan yang
berfungsi sebagai pemikul langsung beban lalu lintas yang
melewatinya.
Perencanaan BA
Pemilihan BA
Panjang bentang Waktu pelaksanaan
Panjang jembatan total Kemudahan pelaksanaan
Panjang gelagar Teknologi/peralatan yang tersedia
Bahan yang tersedia Estetika
Kondisi lapangan (fondasi, tinggi, Biaya
batasan geometrik, dll) Akses pemeliharaan
Perencanaan BA
Pemilihan BA

Sumber : ACSET Waskita JO


Perencanaan BA
Klasifikasi BA
Perencanaan BA
Penentuan Bentang Ekonomis

Sumber: SE Menteri PUPR Nomor 07/SE/M/2015 tentang Pedoman Persyaratan Umum perancangan Jembatan
Perencanaan BA
Pemodelan dengan Piranti Lunak

Fungsi Ketentuan
Menangani analisis struktur yang Ketelitian bergantung dengan
besar dan kompleks. tingkat kompleksitas model.
Mempercepat pengerjaan analisis Menggunakan ketentuan atau code
struktur. khusus untuk membatasi variasi
Meningkatkan tingkat ketelitian pemodelan.
analisis struktur. Selalu mulai dari model-model
sederhana agar perilaku model
dapat diuji keakuratannya.
Perencanaan BA
Piranti Lunak Analisis Struktur
● Computational Solid Dynamics (CSD) - Komputasi dinamika struktur dan mekanika benda solid
salah satu disiplin ilmu mekanika komputasi yang berkembang pesat. CSD juga meletakkan dasar
dinamika kontak komputasi dan masalah interaksi struktur.
● Computational Fluid Dynamics (CFD) merupakan cabang mekanika fluida menggunakan analisis
numerik dan berkembang pesat seiring kemajuan teknologi komputer. CSD digunakan untuk
melakukan simulasi perilaku dinamis jembatan bentang Panjang dengan dengan sistem kabel, yang
sebelumnya hanya didapat dari penelitian empiris model terowongan angin.
● Perencanaan Detailing dan Evaluasi Keruntuhan Struktur Perkembangan program komputer
rekayasa saat ini tidak terbatas pada kemampuan dalam mengolah data numerik, tetapi telah
merambah pada kemampuan visualisasi objek 3D dalam bentuk grafik resolusi tinggi yang presisi.
● simulasi perilaku struktur secara lebih real, model dapat dibuat secara lebih lengkap dan teliti
(mendetail)
○ Desain terhadap fatik
○ Simulasi perilaku keruntuhan - push over analysis
○ Simulasi perilaku keruntuhan - penyebab keruntuhan
Perencanaan BA
Piranti Lunak Analisis Struktur

FEM
Perencanaan BA
Piranti Lunak Analisis Struktur

Struktur Analisis Penampang Soil Structure Interaction


● RM Bridge. ● Midas GSD. ● Plaxis.
● Midas Civil. ● Section Builder. ● Midas GTS.
● CSI Bridge. ● PCA Col. ● LPilel.
● SAP 2000 ● Response 2000 ● All Pile
● LUSAS Bridge ● Dll ● FB Pier
● GT Studrl ● Spreadsheet
● LARSA 4D Bridge Series ● Dll
● ANSYS
● ABAQUS
● Dll
Perencanaan BA
Tipe Perhitungan
Statik Service/Construction Condition
● Linear Statik ● Tegangan
● Non Linear Statik ● Deformasi
● Lebar retak
Dinamik
● Modal Analysis Ultimate Condition
● Nonlinear Time History ● Kapasitas penampang
● Wind Load ● Penulangan perlu
● Kinerja
Struktur Kabel
Beban Temperatur
Large Deformation
● P-Δ Analysis
● Buckling
● Post Yield
Perencanaan BA
Pemodelan Struktur
● Jika digunakan model 3D diperlukan analisis struktur berbasis komputer
● Pemodelan struktur pada dasarnya adalah proses penyederhanaan struktur dari suatu kondisi
sesungguhnya, dengan banyak variable, menjadi suatu model yang variabelnya terbatas (disesuaikan
dengan strategi analisisnya)
● Agar model yang dibuat dapat mewakili struktur sesungguhnya sebenarnya maka faktor konsistensi pada
pilihan yang diambil, menjadi hal yang penting yang dimulai sejak analisis sampai desain penampang

Jurnal HPJI Vol. 6 No. 1 Januari 2020: 15-28


Perencanaan BA
Kriteria Desain Bangunan Atas
● Perancangan struktur atas menggunakan konsep Limit States (keadaan batas) berupa Ultimate
Limit States dan Serviceability Limit States
● Lendutan maksimum akibat beban lalu lintas dengan faktor beban dinamis < L/800 untuk struktur
sederhana diatas 2 tumpuan dan < L/400 untuk kantilever.
● Aspek durabilitas bahan dan struktur (penggunaan material, lingkungan ----> mutu baja, mutu
beton, system proteksi, korosi, aging dll)

Pengaruh tegangan tarik pada beton


● Beton tanpa tulangan akan retak tarik dan akhirnya hancur
● Beton bertulang → Beton retak, tegangan tarik diambil alih oleh tulangan baja
● Beton pratekan → Balok tidak diizinkan mengalami tarik atau diizinkan namun tidak
mengalami retak → keseluruhan penampang dapat digunakan untuk menghitung kapasitas
lenturnya
MATERI
Beton Bertulang
Beton Bertulang
Mutu Material Beton Mutu Material Baja Tulangan

BjTS 420A digunakan pada elemen struktural biasa


BjTS 420B digunakan pada elemen struktural yang menahan
beban gempa
Beton Bertulang

Konsep Dasar
● Cara Tegangan Kerja (ASD)
● Cara Ulimit/LRFD (Load And Resistance Factor Design)

Tipikal keruntuhan
● Keruntuhan tarik (Under-reinforced) tulangan tarik leleh lebih dulu (daktail)
● Keruntuhan Tekan (Over-reinforced), beton hancur terlebih dahulu (εc = εcu =
0.003), sebelum tulangan tarik leleh)
● Berimbang/Balanced (εc=εs)

Sumber: Manual No 009/BM/2008 perancangan Struktur Beton Bertulang


Untuk Jembatan
Beton Bertulang
Perlunya Tulangan Tekan
● Mengurangi defleksi jangka panjang
● Meningkatkan Daktilitas
● Merubah mode keruntuhan tekan menjadi tarik
● Mudah merangkai tulangan geser (sengkang)

Sumber: Manual No 009/BM/2008


perancangan Struktur Beton Bertulang
Untuk Jembatan
Beton Bertulang
Perlunya Daktilitas
● Menjamin penyerapan energi gempa dengan cukup
● Terjadi deformasi besar sebelum keruntuhan

Tulangan Sesuai SNI Tulangan Tidak Sesuai SNI


Imran, I., Simatupang, R., Pengaruh Jenis Baja Tulangan Terhadap Perilaku
Plastifikasi Elemen Struktur’, Jurnal Teknik Sipil, Volume 6 Nomor 1, April 2010
Beton Bertulang
Perlunya Daktilitas

Ilustrasi penuangan non daktail dan daktail

Imran, I., Simatupang, R., Pengaruh Jenis Baja Tulangan Terhadap Perilaku
Plastifikasi Elemen Struktur’, Jurnal Teknik Sipil, Volume 6 Nomor 1, April 2010
Beton Bertulang
Perlunya Daktilitas

Konsep Daktilitas Pada Struktur Bangunan


(hesa.co.id)
Beton Bertulang
Perlunya Daktilitas
MATERI
Beton
Prategang
Beton Prategang
Konsep Dasar
● Beton lebih kuat dalam kondisi tekan dibanding tarik (kekuatan tarik 8-14% dari kuat tekan).
● Diberi tegangan tekan untuk mengimbangi tegangan tarik yang timbul akibat beban.
● Tegangan tekan diberikan oleh kabel baja kuat tarik tinggi yang bekerja di dalam beton
Beton Prategang
Konsep Dasar
● Beton lebih kuat dalam kondisi tekan dibanding tarik (kekuatan tarik 8-14% dari kuat tekan).
● Diberi tegangan tekan untuk mengimbangi tegangan tarik yang timbul akibat beban.
● Tegangan tekan diberikan oleh kabel baja kuat tarik tinggi yang bekerja didalam beton

Perbandingan beton bertulang dan beton pratekan


Beton Bertulang Beton Pratekan

Kapasitas penampang Lebih besar

Kemampuan menahan beban Lebih kuat

Kuat Lentur Lebih kuat

Biaya Lebih murah

Efisiensi penampang Lebih kecil/langsing

Bentang Bentang panjang (>25 m)

Defleksi Lebih kecil

Dirangkum dari Manual Nomor 021/BM/2011 perancangan Struktur Beton Pratekan Untuk Jembatan
Beton Prategang
Keuntungan Beton Prategang
● Tak ada retak terbuka, sehingga lebih tahan korosi.
● Permukaan jembatan Lebih kedap air.
● Ada chamber untuk mengurangi lendutan.
● Penampang struktur lebih kecil/langsing, karena seluruh luas
● penampang dapat digunakan secara efektif.
● Bisa digunakan untuk bentang lebih panjang dibandingkan beton
● bertulang.
● berat baja prategang jauh lebih kecil daripada jumlah berat besi beton.
Beton Prategang
Material Beton Prategang
● Beton: Mutu normal (45-60 MPa), mutu tinggi (> 60 MPa).
● Tulangan prategang: sesuai ASTM A 421 (Kawat, strand, dan batang tulangan)
Beton Prategang
Material Beton Prategang

Sumber: Bridge Engineering Handbook 2nd Edition: Superstructure Design


Beton Prategang
Material Beton Prategang

7 wire strand Kawat tunggal High strength bar Strand, baji, kepala
angkur

Sumber: Bridge Engineering Handbook 2nd Edition: Superstructure Design


Beton Prategang
Cara Pelaksanaan
● Cor di tempat
Beton cor in-situ adalah beton standar yang dituangkan ke dalam bekisting khusus di lokasi dan
dirawat untuk mendapatkan kekuatan sesuai spesifikasi.
● Pracetak
○ Merupakan sistem struktur atas jembatan yang difabrikasi secara off-site lalu dipindahkan dan
diinstalasi di lokasi proyek.
○ Kelebihan dari sistem gelagar pracetak adalah:
1. Membutuhkan sedikit sistem falsewoek
2. Fase konstruksi lebih cepat, karena sebagian pekerjaan sudah dilaksanakan secara pararel
di off-site.
3. Mutu pengecoran lebih terjamin
Beton Prategang
Cara Penegangan
● Pra-tarik (pre-tensioning)
○ Kabel prategang ditarik terlebih dahulu sebelum beton dicor.
○ Umum digunakan untuk produksi masal gelagar beton pracetak.
○ Tidak dapat digunakan untuk menyambungkan dua segmen gelagar pracetak atau sebuah
sistem gelagar pracetak dengan komponen beton yang dicor di tempat.

● Pasca-tarik (post-tensioning)
○ Proses penarikan tendon dilakukan setelah pengecoran dilakukan dan beton telah mengeras dan
mencapai kuat tekan inisial yang memadai (0,85 fc’).
○ Dapat digunakan baik untuk sistem pracetak maupun untuk sistem cor di tempat.
○ Metode yang paling umum digunakan adalah hydraulic prestressing jacking.
○ Dibagi menjadi:
1. Bonded, setelah gaya prategang diaplikasikan pada beton, ruang kosong antar lubang dan
tendon diisi dengan material grout.
2. Unbonded (setelah gaya prategang diaplikasikan pada beton, ruang kosong antar lubang
dan tendon dibiarkan, perlindungan terhadap korosi dengan sistem pelapisan waterproof
Beton Prategang
Cara Penegangan

Pra-tarik Pasca-tarik
Beton Prategang
Pre-Tension Post-Tension

Sumber: Waskita Precast


Beton Prategang
Profil kabel
Pada umumnya, kabel akan diposisikan dengan nilai eksentrisitas yang maksimum pada lokasi
dimana gelagar menerima momen maksimum.

Tipikal profil/layout kabel prategang:


1. (a) lurus;
2. (b) dan (c) harped-multi straight
1 dan 2 banyak digunakan pada sistem
gelagar pra-tarik.
1. (d) dan (e) parabolic (curved) pada
sistem gelagar bentang tunggal dan
menerus.
Banyak digunakan pada sistem gelagar
cor ditempat (post-tension)
Beton Prategang
Beton Prategang
Kehilangan Gaya Prategang
● Friksi antara kabel dengan selongsong (hanya pada pasca tarik)
● Anchorage seating (dudukan slip)
● Elastic shortening (pemendekan elastik beton saat gaya prategang bekerja)
● Rangkak beton
● Relaksasi kabel prategang
Beton Prategang
Diafragma
● Jembatan dengan gelagar majemuk memanfaatkan
kepala jembatan dan bent sebagai elemen diafragma.
● Sistem gelagar dengan panjang bentang > 24 m
memerlukan satu diafragma tambahan yang secara
efisien dapat diposisikan di tengah bentang.
● Diafragma tambahan yang di-cor di tempat dapat
membantu mendistribusikan beban antar gelagar,
sekaligus meningkatkan kestabilan sistem pada fase
konstruksi.
● Komponen diafragma tambahan diperlukan juga untuk
jembatan yang memiliki kelengkungan yang tinggi (high
skewed bridge).

Sumber: Bridge Engineering Handbook 2nd Edition: Superstructure Design


Beton Prategang
Kestabilan Lateral
● Karena dimensi gelagar pracetak yang cenderung panjang,
dan langsing, maka pengecekan terhadap kestabilan lateral
sistem perlu dilakukan di setiap fase konstruksi, meliputi
handling, fase transportasi, dan ereksi.
● Pihak fabrikator bertanggung jawab terhadap pengecekan
kestabilan lateral ini.
● Pihak perencana disarankan untuk mempertimbangkan dan
melakukan verifikasi kestabilan lateral dari sistem gelagar
pada fase desain, khususnya jika digunakan sistem atau
bentuk gelagar yang tidak standar.
Beton Prategang
Pemasangan

Pemasangan dengan Launcher

Sumber: Petunjuk Pelaksanaan Pemasangan Gelagar Jembatan Beton


Pratekan Pracetak Tipe I
Beton Prategang
Kontrol Kualitas
● Kontrol Material (beton, kabel, dll)
● Kontrol Pelaksanaan Penarikan Kabel (kontrol jacking force, elongasi kabel, dan camber)
● Kontrol Pelaksanaan Grouting
● Kontrol Ereksi Balok

(bp.blogspot.com) (kontan.co.id)
Kronologi jatuhnya sambungan LRT yang
timpa 5 pekerja | merdeka.com
MATERI
Jembatan Rangka

Pabrikasi Jembatan Rangka Baja - Jembatan


Indonesia
Jembatan Rangka
Gambaran Umum
Jembatan jalan raya di era modern umumnya berupa jembatan menerus ataupun
kantilever dan menggunakan konfigurasi Warren Truss dengan atau tanpa elemen
batang vertikal
Jembatan Rangka
Elemen Jembatan Rangka

Elemen Fungsi

Elemen batang lateral Menahan beban angin sekaligus


pada bidang chord memberikan topangan pada
atas dan bawah elemen compression chord.

Sway frame menjaga bentuk dari penampang


melintang rangka batang sekaligus
meningkatkan tahanan torsi dari
sistem.

Portal ujung menerima beban torsi yang


berasal dari beban vertikal yang
tidak seimbang dan beban angin
dan meneruskannya ke komponen
bearing Tipikal komponen dari jembatan sistem
rangka batang dengan bentang tunggal.
Jembatan Rangka
Elemen Jembatan Rangka
Jembatan Rangka
Mutu Material Baja Struktur

Sumber: Spesifikasi Umum Bina


Marga 2018 Revisi 2
Jembatan Rangka
Pengaruh Beban Global
● Untuk jembatan rangka yang denahnya bukan miring (skew) atau lengkung,
diperkenankan analisis struktur sebagai struktur bidang (2D), sedangkan beban
yang bekerja merupakan akibat dari beban- beban pada elemen-elemen melintang.
● Momen sekunder pada titik buhul yang disebabkan oleh deformasi aksial dari
elemen rangka dapat diabaikan apabila titik buhul mempunyai kapasitas rotasi yang
cukup.
● Untuk rangka pada poin diatas, tanpa adanya eksentrisitas pada titik buhul, boleh
dianggap bahwa semua titik buhul adalah sendi.

Sumber: RSNI T-03-2005 tentang perancangan struktur baja untuk


jembatan
Jembatan Rangka
Pengaruh Beban Lokal
1. Beban yang bekerja di luar titik buhul
a. Apabila terdapat beban di antara titik buhul batang tepi atas, batang tersebut harus dimodelisasi
sebagai balok menerus serta kedua ujung batang diagonal dan/atau batang vertikal dianggap sendi.
b. Semua elemen rangka harus direncanakan agar mampu menahan semua gaya dalam hasil dari model
tersebut di atas.
c. Momen lentur serta momen puntir pada elemen rangka yang disebabkan oleh kekakuan sambungan
antara gelagar melintang dan elemen rangka seperti batang diagonal dan/atau batang vertikal, perlu
diperhatikan dan jika perlu ikut diperhitungkan.
2. Eksentrisitas pada titik buhul
a. Jika sumbu garis berat batang diagonal dan/atau batang vertikal dan batang tepi tidak bertemu pada
suatu titik, maka batang tepi dapat dimodelkan sebagai balok menerus serta kedua ujung batang
diagonal dan/atau batang vertikal dianggap sendi.
b. Semua elemen rangka harus direncanakan terhadap semua gaya dalam hasil dari model tersebut di
atas.
c. Jika perbedaan letak sumbu batang tepi atas yang bersebelahan tidak lebih dari 3 mm, maka momen
lentur akibat eksentrisitas tersebut tidak perlu diperhitungkan.

Sumber: RSNI T-03-2005 tentang perancangan struktur baja untuk


jembatan
Jembatan Rangka
Panjang efektif batang tekan

Sumber: RSNI T-03-2005 tentang perancangan struktur baja untuk jembatan


Jembatan Rangka
Sistem Lantai
1. Balok Melintang (Cross Girder)
a. Balok melintang tegak lurus arah balok induk atau balok rangka dan diikat kaku.
b. Harus ada balok melintang ujung di semua jembatan rangka yang tepi ujung pelat lantainya tegak lurus
arah balok induk atau balok rangka batang.
c. Jika jalur untuk pejalan kaki berada di luar balok utama, maka konsol pemikulnya harus menyambung
pada balok melintang.
2. Balok Memanjang (Stringer)
Balok memanjang diikat pada balok melintang.
1. Sambungan Ekspansi
harus dipasang pada akhir lantai kendaraan di ujung-ujung jembatan
1. Acuan Panel Pracetak
Jika digunakan panel pracetak-pratekan sebagai acuan tetap, maka persyaratan perancangan beton harus
dipenuhi.
1. Acuan Lantai Gelombang
b. Harus dirancang dapat memikul: berat beton tulang, beban konstruksi 2400 N/m2 dan berat sendiri dek
gelombang.
c. Acuan harus tetap elastis akibat beban-beban tersebut.
d. Lendutan yang timbul akibat beban mati tidak boleh melampaui L/180 atau 13 mm untuk bentangan
acuan L ≤ 3,00 m. atau L/240 atau 19 mm, untuk L > 3,00 m
Sumber: RSNI T-03-2005 tentang perancangan struktur baja untuk jembatan
Jembatan Rangka
Perancangan Sambungan
1. Eleman Pelat
a. Pelat Buhul
b. Pelat Penyambung
c. Pelat Pengisi
d. Pelat Pendukung
2. Penyambung
a. Sambungan baut tumpu
b. Sambungan Pen
c. Sambungan Friksi —--> Menggunakan baut mutu tinggi
d. Sambungan Las

Sumber: RSNI T-03-2005 tentang perancangan struktur baja untuk jembatan


Jembatan Rangka
Sambungan Friksi

Kekuatan leleh minimum A325 (634 MPa) dan A490 (896 MPa)

Sumber: RSNI T-03-2005 tentang perancangan struktur baja untuk jembatan


Jembatan Rangka
Jarak antar baut

Sumber: RSNI T-03-2005 tentang perancangan struktur baja untuk jembatan


Jembatan Rangka
Kesalahan Pemasangan

Sambungan dengan pelat


Sambungan tanpa pelat pengisi
pengisi
Jembatan Rangka
Kesalahan Pemasangan

Tanpa pelat penyambung Dengan pelat penyambung


MATERI

PROSES PERANCANGAN
BANGUNAN BAWAH JEMBATAN
Perancangan Bangunan Bawah Jembatan
Konsep Perancangan
1. Memiliki dimensi yang ekonomis
2. Terletak pada posisi yang Aman, terhindar dari kerusakan akibat kikisan Arus air, penurunan
tanah, longsoran global dan gempa
3. Kuat menahan beban berat struktur atas, beban lalu lintas, beban angin dan beban gempa.
4. Kuat menahan tekanan air mengalir, tumbukan benda hanyutan, tumbukan kapal, dan
tumbukan kendaraan
Langkah-langkah Perancangan
1. Menentukan letak Kepala jembatan dan pilar, berdasarkan Bentuk penampang sungai, permukaan
air banjir, jenis aliran sungai, dan statigrafi tanah.
2. Menetukan bentuk dan dimensi awal kepala dan pilar jembatan yang sesuai dengan ketinggian
dan kondisi sungai.
3. Menentukan bentuk pondasi yang sesuai dengan kondisi tanah dibawah kepala dan pilar jembatan
4. Menentukan beban-beban yang bekerja pada kepala dan pilar jembatan.
5. Melakukan perhitungan mekanika teknik untuk mendapatkan gaya-gaya dalam.
6. Menentukan dimensi akhir dan penulangan berdasarkan gaya-gaya dalam tersebut.
Kepala Jembatan (Abutment)
Suatu konstruksi yang menumpu di atas fondasi dan terletak menjorok ke arah
darat yang berfungsi sebagai pemikul ujung bentangan tepi bangunan atas
jembatan
Kepala Jembatan (Abutment)
Tahap Perencanaan Kepala Jembatan
1. Menentukan letak Kepala jembatan dan pilar, berdasarkan bentuk penampang sungai, permukaan
air banjir, jenis aliran sungai, dan stratigrafi tanah.
2. Menentukan bentuk dan dimensi awal kepala dan pilar jembatan yang sesuai dengan ketinggian
dan kondisi sungai.
3. Menentukan bentuk fondasi yang sesuai dengan kondisi tanah di bawah kepala dan pilar jembatan
4. Menentukan beban-beban yang bekerja pada kepala dan pilar jembatan
5. Melakukan perhitungan mekanika teknik untuk mendapatkan gaya-gaya dalam.
6. Menentukan dimensi akhir dan penulangan berdasarkan gaya-gaya dalam tersebut.
Kepala Jembatan (Abutment)
Letak Kepala Jembatan
1. Tidak ditempatkan pada belokan luar sungai.
2. Tidak ditempatkan pada aliran sungai
3. Tidak ditempatkan pada daerah bidang gelincir sungai
4. Tidak ditempatkan pada lereng sungai pada fondasi dangkal
5. Fondasi berada pada kedalaman yang aman dari gerusan sungai
Kepala Jembatan (Abutment)
Permasalahan Umum Kepala Jembatan
Kepala Jembatan (Abutment)
Jenis Kepala Jembatan
● Geometri Jembatan
● Perlintasan Jembatan
● Kondisi Geoteknik
● Ketersediaan Lahan
● Persyaratan Arsitektural
● Pertimbangan Biaya
Kepala Jembatan (Abutment)
Beton
Perancangan Pilar Jembatan
Definisi
Suatu konstruksi yang menumpu di atas fondasi dan terletak di tengah sungai atau
yang lain, berfungsi sebagai pemikul antara bentang tepi dan bentang tengah
bangunan atas jembatan.

Jenis Pilar

Pilar tunggal Pilar masif Pilar portal


h : 5 ~ 15m h : 5 ~ 25m h : 5 ~ 25m

Diringkas dari SNI 2451-2008


Perancangan Pilar Jembatan
Jenis Pilar

Jembatan Cisomang
Bentuk disarankan bulat atau lancip

Perancangan Pilar Jembatan


Penentuan Letak Pilar
1. Tidak ditempatkan di tengah aliran sungai
2. Jika berada di aliran sungai, dibuat sepipih mungkin (streamline) dan sejajar dengan
aliran sungai.
3. Bentuk bulat atau lancip
4. Untuk daerah gempa tidak menggunakan pilar tunggal
5. Aman terhadap gerusan, apalagi fondasi dangkal
Pilar FO Pasupati
Bentuk dan Posisi Pilar

Pola aliran air pada pilar Pola aliran air pada pilar Gerusan lokal pada dasar
tidak sejajar arah aliran air pilar
Pembebanan Pada Pilar
Pilar Jembatan harus diperhitungkan terhadap semua beban yang mungkin terjadi
pada jembatan tersebut, termasuk tumbukan kapal pada pilar jembatan bila
jembatan tersebut berada di atas selat atau laut.

Beban Mati
1. Berat sendiri, Beban BA dan beban mati tambahan
2. Beban lalu lintas termasuk beban rem

Aksi Lingkungan
1. Beban gempa
2. Beban angin
3. Beban tumbukan
4. Beban hanyutan
5. Beban aliran air
6. dll
Tumbukan Kapal Pada Pilar
Tumbukan kapal diperhitungkan ekuivalen dengan gaya tumbukan statis pada obyek
yang kaku dengan rumus berikut:
Pilar Jembatan Mahakam Ditabrak Lagi,
Badan Tongkang Sampai Sangkut - Tiang Jembatan Pedamaran Ditabrak,
Niaga.Asia Pemprov Bentuk Tim Investigasi - Segmen
News
Tumbukan Kendaraan Pada Pilar
Tumbukan kendaraan dengan pilar jembatan diperhitungkan:
1. Kecuali jembatan dilindungi dengan pelindung jembatan, semua kepala jembatan dan
pilar dengan jarak 9.0 m dari tepi jalan, atau jarak 15 m dari sumbu rel.
2. Harus mampu memikul beban statik ekivalen sebesar 1800 kN yang diasumsikan
mempunyai arah sembarang dalam bidang horizontal, bekerja pada ketinggian 1.2 m
diatas permukaan tanah.
MATERI

PERENCANAAN PONDASI
Perencanaan Pondasi

Fondasi adalah bagian struktur bangunan pelengkap jalan yang berfungsi


memikul serta melimpahkan seluruh beban dan gaya- gaya yang
diperhitungkan ke lapisan tanah pendukung
Bagian jembatan yang meneruskan beban langsung ke tanah atau batuan
Jenis Pondasi
Jenis Pondasi

Fondasi Sumuran

Fondasi Telapak Fondasi Bor


Fondasi Tiang Pancang
Tipe-tipe Fondasi Langsung

FHWA Geotechnical Engineering


Circular No. 6
Fondasi Tiang TP
Pokok-pokok perencanaan
1. Material sesuai dengan umur rencana jembatan
2. Pembebanan batas ultimit
3. Pembebanan batas daya layan
Perbandingan TP terhadap bahan
Fondasi Tiang Bor
Kriteria Perancangan

Faktor keamanan
● Tiang Pancang
SF Tahanan Ujung = 3, SF Friksi = 3
● Sumuran dan langsung
SF Daya Dukung Tanah = 2.0,
SF Geser = 1.5, SF Guling =1.5

Deformasi Lateral dan Penurunan


● Deformasi lateral fondasi tiang yang diizinkan maksimum 1 inchi atau 2,5
cm yang di bawah pile cap
● Penurunan maksimum fondasi yang diizinkan 1 cm.
Kedalaman Fondasi
● Kedalaman fondasi direncanakan hingga sampai pada tanah keras
● apabila tanah keras cukup dalam (>50 m), maka fondasi dapat direncanakan
mengandalkan friksi saja akan tetapi menjadi batasan adalah daya dukung dan
penurunan.
Kriteria Perancangan

Jenis Fondasi Diameter Kedalaman Maksimum


Dangkal/Telapak/Langsung - 3 m (bebas dari pengaruh
scouring)
Sumuran (caisson) 3–4m 6m
Tiang pancang pipa baja 0.4 – 1 m 60 m
Tiang Pancang beton 0.4 – 1.2 m 50 m
pratekan
Tiang bor 0.8 – 1.2 m 60 m
Kriteria Perancangan

● Perencanaan fondasi menggunakan Working Stress Design (WSD)


● Fondasi direncanakan dengan memperhitungkan potensi scouring
yang terjadi melalui analisa hidrolika
● Jenis fondasi seragam untuk satu lokasi jembatan termasuknya
dimensi dimensinya
Data Perancangan Fondasi
1. Sondir
a. Tahanan lekat
b. Tahanan ujung
2. Boring
Karakteristik Tanah
1. SPT
TIngkat kepadatan
Pengujian Lapangan
● uji lapangan (misalkan CPT, SPT, uji penetrasi dinamis, WST, uji pressuremeter, uji
dilatometer, uji pembebanan pelat, uji geser baling lapangan, dan uji permeabilitas;
● pengambilan contoh tanah dan batuan untuk deskripsi serta uji laboratorium;
● pengukuran air tanah untuk menentukan muka air tanah atau profil tekanan air pori serta
fluktuasinya;
● penyelidikan geofisika (seperti uji seismik, uji radar, pengukuran tahanan tanah, dan
pengukuran kecepatan rambat gelombang pada tanah);
● uji skala besar, seperti menentukan daya dukung atau perilaku langsung pada elemen
struktur tertentu, misalnya angkur.

Sumber : SNI 8460 - 2017


Jumlah Titik Pengujian Lapangan

● Bentang jembatan < 20 m, 1 titik lokasi abutment, total 2 titik;


● Bentang jembatan > 20 m dan < 40 m, 1 titik abutment, total 2 titik;
● Bentang jembatan ≥ 40 m, 1 titik per abutment/pilar, minimal 3 titik.

Sumber : SNI 8460 - 2017


Pengujian Laboratorium

Sumber : SNI 8460 - 2017


Contoh Hasil Sondir
Contoh SPT
Hasil Uji Laboratorium
Tahap Perencanaan

● Hitung beban dan gaya-gaya ultimit pada pondasi yang dihitung berdasarkan ketentuan
yang berlaku;
● Hitung kekuatan dan kemantapan struktur terhadap:
○ Daya dukung tanah
○ Deformasi lateral dan vertikal
○ Stabilitas guling, geser
○ Kekuatan bagian struktur pondasi yang kritis
● Perencanaan keawetan berdasarkan
○ Mutu bahan
○ Mutu Struktur
Daya Dukung Pondasi
Tiang
Likuifaksi
● Tanah dasar fondasi dapat mengalami likuifaksi jika tekanan air pori ≥ tekanan keliling
tanah dasar dan mengurangi tegangan efektif menjadi nol, sehingga menimbulkan
penurunan diferensial bangunan yang berlebihan dan penurunan daya dukung batas.
● Pada fondasi dalam akan kehilangan daya dukung lateral jika tanah mengalami
likuifaksi dan gaya-gaya geser horisontal yang menimbulkan tekuk dan runtuhan.
Potensi likuifaksi dan kerusakan struktural dapat dikurangi dengan menggunakan
berbagai metode perbaikan tanah
● Potensi likuifaksi harus dianalisis seperti dijelaskan dalam Dokumen EM 1110-1-1904
Settlement Analysis.
Contoh likuifaksi pasca gempa Palu, 28
September 2018
Beban yang ada ≈ 337 ton
Kapasitas 174 ton

Jembatan Tol di Ezhou Cina


18 Desember 2021
Beban truk 198 ton

Okezone News
Pembebanan
• Gaya Tumbukan

https://kumparan.com/

kompas.com https://regional.kompas.com
MATERI

ASPEK GEOTEKNIK YANG HARUS DIPENUHI


DALAM PERANCANGAN JALAN PENDEKAT
(OPRIT) JEMBATAN
ASPEK GEOTEKNIK YANG HARUS DIPENUHI DALAM
PERANCANGAN JALAN PENDEKAT (OPRIT) JEMBATAN
1. Aspek Profil dan Parameter Tanah
2. Perancangan Perbaikan atau Perkuatan Tanah
3. Stabilitas Galian dan Timbunan
4. Spesifikasi Material Timbunan
Profil dan Parameter Tanah

Hasil penyelidikan tanah meliputi profil tanah, ringkasan hasil laboratorium dan lapangan, korelasi empiris
dijadikan dasar pengambilan parameter-parameter dalam perhitungan fondasi, settlement, galian, timbunan,
perbaikan tanah dll.

Rekapitulasi jumlah test triaxial UU atau CU Analisis penentuan Cc, Cv, dan OCR yang dilengkapi
yang dilakukan juga harus disampaikan beserta dengan statistik hasil pengujian test-test yang telah
hasilnya. dilakukan serta nilai yang diambil untuk
perancangan
Perancangan Perbaikan atau Perkuatan Tanah

Analisis yang menjelaskan perlu atau tidaknya pekerjaan


perbaikan/perkuatan tanah

Desain kriteria yang digunakan untuk merencanakan perbaikan


tanah

Parameter, metoda, maupun perhitungan dan software yang


digunakan untuk merencanakan perbaikan tanah.

Analisis yang dapat membuktikan bahwa setelah dilakukan perbaikan


tanah, maka seluruh kriteria perancangan dapat terpenuhi
Stabilitas Galian dan Timbunan

Analisis stabilitas lereng


Parameter yang didasarkan
dilakukan baik untuk
atas hasil pengujian Analisis yang dapat
kondisi undrained maupun
laboratorium, hasil pengujian membuktikan bahwa lereng
drained dengan sudah
lapangan, maupun korelasi aman baik untuk kondisi
memperhitungkan beban-
empiris serta asumsi tinggi jangka pendek maupun
beban luar yang bekerja.
muka air tanah baik untuk kondisi jangka panjang dan
kondisi undrained maupun Gambar skematis kondisi kondisi gempa.
kondisi drained. undrained dan drained harus
disertai dalam analisis.
Spesifikasi Material Timbunan

Hasil pengujian laboratorium untuk merencanakan


spesifikasi bahan timbunan.

Klasifikasi bahan timbunan berdasarkan USCS dan


AASHTO dan analisis dari perencana terhadap
hasil klasifikasi tersebut.
Penjelasan tentang pengujian pemadatan dan CBR,
serta spesifikasi yang digunakan untuk kontrol
kualitas pemadatan dan kekakuan di lapangan.
Persyaratan khusus untuk material timbunan baik
dari segi jenis tanah, kepadatan, CBR, maupun
nilai kuat geser (C dan ɸ).
Penurunan Akibat Timbunan Tanah

Analisis total settlement serta differential settlement penampang memanjang


dan melintang dengan penjelasan gambar yang skematis. Parameter tanah yang
digunakan baik untuk perhitungan settlement konsolidasi akibat konsolidasi
primer maupun sekunder.

Penjelasan yang rinci tentang penentuan parameter Cc, Cv, dan OCR.

Analisis yang membuktikan bahwa settlement masih memenuhi persyaratan


yang telah ditetapkan Kementerian PUPR baik dalam arah memanjang maupun
melintang.
Timbunan Jalan Pendekat (Oprit)

Penentuan tebal timbunan nilai CBR dikorelasikan terhadap daya dukung tanah (DDT)
Timbunan jalan pendekat harus dipadatkan sesuai kepadatan lapisan
Tinggi timbunan diperhitungkan terhadap bahaya longsor (dibuat kelandaian lereng alami atau
dibuat konstruksi penahan tanah).
Timbunan jalan pendekat harus mendukung kekuatan dan kestabilan konstruksi kepala jembatan.
Timbunan jalan pendekat yang tinggi, konstruksi penahan tanah diperlukan agar badan jalan tidak
longsor.
Perencanaan timbunan jalan pendekat terhadap alinyemen horizontal direncanakan sesuai dengan
keamanan lalu lintas dan perpanjangan jembatan terhadap sungainya.
Pertimbangan timbunan jalan pendekat terhadap alinyemen vertikal tergantung pada muka air
tinggi, muka air banjir dan kelandaian memanjang tidak melebihi 5%.

Sumber: Pd T-11-2003 tentang Perencanaan Timbunan Jalan Pendekat


Jembatan
Timbunan Jalan Pendekat (Oprit)
Konsolidasi lapisan tanah akibat berat tanah timbunan, kepala jembatan, dan beban pelataran jembatan
mengakibatkan deformasi struktur→ terjadi pelepasan air bebas dan rongga udara di dalam struktur tanah.
Untuk mengeliminir penurunan pada kepala jembatan maka dilakukan penggalian pada tanah kritis/labil
(umumnya daerah rawa) dan diganti dengan material pilihan, hingga material timbunan akan lebih cepat
memadat.
Bahan timbunan berbutir daerah oprit harus terdiri dari kerikil pecah, batu, dan timbunan batu atau pasir alam
atau campuran yang baik dari kombinasi bahan tersebut dengan bergradasi bukan menerus dan mempunyai Indeks
Plastisitas maks. 10%
Jika struktur tanah terlalu halus, maka pelaksanaan menggunakan shear key di bawah kepala jembatan untuk
menstabilkan timbunan dan menghindari gerakan pada kepala jembatan akibat arus air.

Sumber: Pd T-11-2003 tentang Perencanaan Timbunan Jalan Pendekat


Jembatan Spesifikasi Umum Bina Marga Tahun 2018 Rev. 2
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai