Anda di halaman 1dari 31

KRITERIA TEKNIS PERENCANAAN

JEMBATAN

OLEH :
TONNY HERMAWANTO, ST., MT.
TAHAP PERENCANAAN
KRITERIA DESAIN PERENCANAAN
(SE. Dirjen BM-2017)

ANALISIS DATA LAPANGAN

KONSEP DETAIL PERENCANAAN

PERHITUNGAN TEKNIS
(PONDASI, B. BAWAH, B. ATAS, B. PELENGKAP+PENGAMAN)

PENGGAMBARAN (DENAH, DETAIL PONDASI, BB, BA, B.PELENGKAP


MIS : JOINT, LANDASAN, FASILITAS PEMEL., JALAN PENDEKAT

PERHITUNGAN VOLUME, ANALISIS HARGA SATUAN, PELAPORAN


KRITERIA DESAIN JEMBATAN
SE DJBM NO. 05/SE/Db/2017
• Revisi terhadap Kriteria Desain Jembatan
pada SE Dirjen Bina Marga No. Um.01.03-
Db/242 tanggal 21 Maret 2008
• Ditetapkan pada tanggal 7 Juli 2017
sebagai acuan kerja pengawasan teknis
• Terdiri atas 3 BAB :
1) Bab 1 – Umum
2) Bab 2 – Rujukan
3) Bab 3 – Kriteria
KRITERIA DESAIN JEMBATAN
(SE. DIRJEN BM NO. 05/SE/Db/2017 TANGGAL 7 JULI 2017
I. UMUM
1) Kekuatan dan stabilitas struktur
2) Kenyamanan dan keselamatan (bagi pengguna jalan)
3) Kemudahan (dalam pelaksanaan dan pemeliharaan)
4) Ekonomis
5) Pertimbangan aspek lingkungan, sosial dan aspek
keselamatan jalan
6) Keawetan dan kelayakan jangka panjang
7) Estetika
KEKUATAN DAN STABILITAS STRUKTUR

GAYA
AKSIAL/LINTANG

JENIS BAHAN

KEKUATAN

STABILITAS
STRUKTUR
KEAMANAN DAN KENYAMANAN PENGGUNA
(RIDEABILITY)
• Tanggung jawab utama seorang perencana jembatan harus mengedepankan
keselamatan masyarakat (pengguna jalan).
• Perencana harus mendapatkan suatu jembatan yang memiliki keselamatan
structural (structural safety) yang memadai.
• Contoh :
✓ Lantai jembatan harus dirancang untuk menghasilkan pergerakan lalulintas
yang mulus;
✓ Pada jalan yang diperkeras, pelat injak (structural transition slab) harus
dipasang diantara jalan pendekat dan kepala jembatan;
✓ Sudut pada sambungan lantai beton yang dilewati lalulintas harus dilindungi
dari kemungkinan tergerus atau gompal (expantion joint/siar muai);
✓ Apabila lantai beton tanpa lapis permukaan aspal, pertimbangan harus
diberikan untuk menyediakan ketebalan tambahan + 10 mm untuk keperluan
penyesuaian profil lantai dengan cara penggerindaan (grinding) dan sebagai
kompensasi berkurangnya ketebalan akibat tergerus
KEMUDAHAN DIKERJAKAN
(CONSTRUCTABILITY)

Jembatan harus dapat dilaksanakan/dibangun,


oleh karena seorang perencana juga harus
memiliki wawasan tentang teknik-teknik
konstruksi jembatan dan komponen-
komponennya, sehingga bentuk dan gambar yang
diterbitkan dari proses perencanaan dapat
dilaksanakan dengan mudah sesuai kondisi
setempat
MUDAH DIPERIKSA (INSPECTABILITY) DAN DIPELIHARA
(MAINTAINABILITY)
• Tangga inspeksi, jalan pemeriksaan,
catwalk, lubang pemeriksaan bagi bagian
yang tertutup, akses penggantian lampu
penerangan dan sebagainya harus
disediakan;
• Daerah disekitar dudukan landasan dan di
bawah sambungan lantai harus dirancang
untuk pendongkrakan, pembersihan,
perbaikan dan penggantian perletakan
dan sambungan siar muai (15-20 tahun);
• Titik pendongkrakan harus ditentukan
dalam rencana dan struktur harus
dirancang untuk gaya pendongkrakan
yang diperlukan;
EKONOMIS
• Desain harus memperhatikan factor ekonomis dari sumber pendanaan
untuk pelaksanaan jembatan tersebut kelak setelah selesai direncanakan;
• Pemilihan tipe bangunan atas, penentuan jumlah dan panjang bentang dan
sebagainya akan menentukan seberapa besar biaya yang diperlukan untuk
membangun jembatan tersebut;
• Tipe jembatan serta komponen yang digunakan juga menentukan besar
kecilnya life cycle cost dari jembatan;
• Biaya total jembatan (total cost) akan mencakup biaya awal pembangunan
(initial cost), biaya operasional (operational cost) dan biaya
pemeliharaan/penggantian komponen (maintenance cost) yang harus
menjadi pertimbangan pada saat perencanaan jembatan.
PEDOMAN UMUM PENENTUAN BENTANG EKONOMIS

Penentuan Tipe Jembatan Berdasarkan Bentang Ekonomis Jembatan


(Bina Marga, 2010)
KEAWETAN (DURABILITY)
• Jembatan dirancang untuk dapat meminimalkan pengaruh yang dapat mempercepat kerusakan
pada komponen akibat bentuk dan geometri elemen yang ada (self protecting measures).
• Contoh :
✓ Menyediakan kemiringan yang cukup pada permukaan atas pilar dan kepala jembatan agar
dapat mengalirkan air yang turun;
✓ Sambungan lantai (expantion joint) sesuai dengan kondisi pergerakan struktur;
✓ Baja struktur harus terlindung dari korosi, memiliki system lapis pelindung (coating) yang
sesuai dengan lingkungannya atau proteksi katodik (cathodic protection) yang berusia Panjang;
✓ Baja tulangan dan baja prategang pada komponen beton yang terekspos udara atau air harus
terlindung dengan lapisan epoxy dan/atau galvanis, selimut beton, kepadatan beton,
komposisi kimia beton, pengecatan permukaan beton atau proteksi katodik;
✓ Baja prategang didalam selongsong harus diinjeksi dengan graut (grouts) untuk melindungi
dari korosi. ;
✓ Bahan yang terbuat dari alumunium harus diinsulasi secara elektrikal dari komponen baja dan
beton.
PERUBAHAN BENTUK (DEFORMASI)
• Jembatan harus direncanakan sedemikian rupa untuk menghindari
pengaruh structural dan psikologis yang tidak diinginkan akibat perubahan
bentuk yang terjadi;
• Dalam hal ini perhitungan tambahan juga harus diberikan pada jembatan
bersudut (skewed) karena berbeda dengan jembatan lurus (straight);
• Batasan lendutan izin dipertimbangkan berdasarkan bahan jembatan dan
tipe struktur.
PERTIMBANGAN PELEBARAN DI MASA DEPAN

• Pada jembatan gelagar, kapasitas balok terluar (exterior


beams) harus dihitung setara dengan balok lainnya
(interior beams) kecuali jika diasumsikan tidak
mungkin/tidak akan untuk dilakukan pelebaran jembatan
dimasa yang akan datang;
• Untuk hal yang sama, pertimbangan pada saat
perencanaan bangunan bawah juga perlu dilakukan untuk
memungkinkan menerima beban pada kondisi jembatan
yang telah diperlebar.
ESTETIKA
• Jembatan memiliki nilai estetika karena memiliki bentuk
yang unik dibandingkan bangunan disekitarnya (iconic);
• Pada saat perencanaan jembatan, pertimbangan estetika
dapat dipilih untuk menentukan bentuk visual jembatan
yang diinginkan;
• Biasanya terjadi pada suatu daerah yang menginginkan
jembatan menjadi ciri khas (landmark) dari daerah
tersebut.
II. RUJUKAN
1. Perencanaan struktur jembatan harus mengacu pada :
a. Peraturan perencanaan jembatan (bridge desain code) BMS 1992 dengan revisi pada :
1) Bagian 2 dengan Pembebanan untuk Jembatan (SNI 1725:2016)
2) Bagian 6 dengan Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (RSNI T-12-2004), sesuai
Kepmen PU No. 260/KPTS/M/2005
3) Bagian 7 dengan Perencanaan Strutur Baja untuk Jembatan (RSNI T-03-2005), sesuai Kepmen
PU No. 498/KPTS/M/2005
4) SNI 03-3446-1994 Tatacara Perencanaan Teknis Pondasi Langsung untuk Jembatan
5) SNI 03-3447-1994 Tatacara Perencanaan Teknis Pondasi Sumuran untuk Jembatan
6) SNI 03-6747-1994 Tatacara Perencanaan Teknis Pondasi Tiang untuk Jembatan
b. SNI 2833 : 2016, Perencanaan Jembatan untuk Beban Gempa, dengan revisi Peta Sumber dan
Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017;
c. SNI 3967 : 2013, Spesifikasi dan Metode Uji Bantalan Karet (elastomer) untuk Perletakan
Jembatan;
d. SNI 2451 : 2008, Spesifikasi Pilar dan Kepala Jembatan Beton Sederhana Bentang 5 m sd. 25 m
dengan Pondasi Tiang Pancang;
e. Pedoman Penempatan Utilitas pada Daerah Milik Jalan (Pd T-13-2004-B)
II. RUJUKAN
2. Perencanaan jalan pendekat/oprit harus mengacu pada :
a. Standar perencanaan jalan pendekat jembatan (Pd T-11-2003)
b. Standar-standar perencanaan jalan yang berlaku (terutama yang berkaitan
dengan geometric dan perkerasan jalan MDP-2017)
3. Perencanaan bangunan pengaman :
a. Manual No. 002/PW/2004 Perencanaan Bangunan Pengaman Air Sungai Untuk
Konstruksi Jalan dan Jembatan
b. Pedoman penentuan beban impak bangunan pelindung pilar jembtan (SE.
Menteri PUPR No. 12/SE/M/2015 tanggal 23 April 2015)
4. Untuk perhitungan atau analisis harga satuan pekerjaan mengikuti ketentuan :
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28/PRT/M/2016
tentang Analisis Harga Satuan Bidang Pekerjaan Umum
5. Pedoman teknis penjabaran RKL dan UKL dan untuk penerapan pertimbangan
lingkungan agar mengacu pada dokumen RKL atau UKL dan SOP (Petunjuk Teknis
Pengelolaan Lingkungan Hidup)
6. Ketentuan-ketentuan lain yang relevan bila tidak tercakup dalam ketentuan-
ketentuan diatas, harus mendapat persetujuan Pemberi Tugas.
II. RUJUKAN
7. Dalam penyiapan perencanaan Teknik harus mengikuti Pedoman/POS
(Prosedur Operasional Standar) bidang jalan sebagai berikut :
a. POS Survey Pendahuluan
b. POS Survey Lalulintas
c. POS Survey Geodesi
d. POS Survey Geologi
e. POS Survey Geoteknik
f. POS Survey Hidrologi dan Morfologi Sungai
g. POS Perencanaan Teknik Jembatan
h. POS Penyampaian DED Perencanaan Teknis
i. POS Sistematika Pelaporan
III. KRITERIA
Umur rencana jembatan standar 50 tahun untuk elemen utama jembatan
(pondasi, bangunan bawah, gelagar, elemen rangka baja, system lantai)

Pembebanan BM-100 untuk semua jenis jembatan


(permanen, semi permanen dan panel darurat)

Minimal lebar trotoar 0,5 m


Lebar jalur lalin harus sama dengan lebar jalur lalin begian ruas jalan di luar
jembatan
Untuk jalan arteri, lebar badan jalan pada jembatan harus sama dengan lebar
badan jalan pada bagian ruas jalan diluar jembatan

Super elevasi/kemiringan melintang adalah 2% pada permukaan lantai jembatan


dan kemiringan memanjang maksimum 5%
Ruang bebas vertical untuk lalin minimal 5,1 m diukur dari puncak perkerasan
jembatan ke elevasi terendah dari bagian atas jembatan
Ruang bebas vertical dan horizontal di bawah jembatan minimal :
0,5 m (untuk aliran yang dapat dikontrol/saluran irigasi)
1,0 m (untuk aliran sungai yang tidak membawa benda hanyutan)
1,5 m (untuk aliran sungai yang membawa hanyutan)

Estetika, sandaran, parapet dapat dibuat secara khusus


Mempertimbangkan aspek keselamatan pengguna jalan

Jalan Akses :
• Akses jalan untuk perumahan penduduk bila terhalang oprit jembatan
• Jalan akses untuk pemeriksaan dan pemeliharaan
• Dudukan untuk pemeliharaan bangunan atas

Geometrik dibuat dengan kelengkungan yang baik tanpa


perubahan signifikan pada kelandaian alinyemen vertikal
MATERIAL
• Mutu beton lantai, bangunan atas, bangunan bawah, pondasi tiang
bor minimal fc’ 30 Mpa;
• Mutu baja tulangan menggunakan BJTP 24 untuk D < 13 dan BJTD
32 atau BJTD 39 untuk D > 13 dengan variasi diameter tulangan
paling banyak 5 ukuran;
• Mutu kawat (wire) pra tegang sesuai dengan SNI 1155:2016
• Sebanyak mungkin menggunakan gambar tipikal pada gambar
rencana
PERENCANAAN BANGUNAN ATAS
• Box culvert (single, double, triple) : 6-10 m
• CSP (gorong-gorong baja) 6-12 m
• Voided slab 6-16 m
STANDAR • GTP (gelagar beton bertulang) 6-20 m
BANGUNAN ATAS • GPP (gelagar beton pra tekan) tipe I 16-60 m: Tipe Tee 16-60 m; tipe box 30-60 m
• MBP (gelagar baja komposit) 20-60 m: Tipe Box 20-60 m
• Rangka baja 40-60 m

• Ultimit Limit States (ULS)


• Serviceability Limit States (SLS)
• Lendutan maksimum akibat beban lalin dengan factor beban dinamis maksimum L/800
DASAR untuk struktur sederhana diatas dua tumpuan dan L/400 untuk struktur kantilever
• Lawan lendut (chamber) berdasarkan daya layan d = 150 % (dDL (beban mati) +dLL
PERENCANAAN (beban hidup))
• Memperhatikan perilaku jangka panjang material dan lingkungan khususnya selimut
beton, permeabilitas beton atau tebal elemen baja terhadap galvanis terhadap risiko
korosi dan potensi gradasi material

• Didesain sebagai non komposit, tetapi pelaksanaan dibuat komposit dengan tulangan
atas dan bawah
SISTEM LANTAI • Permukaan lantai harus diberi lapisan waterproofing dan lapisan aspal setebal 5 cm
dengan overlay 3 cm
PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH

DASAR TIPE ABUTMEN TIPE PILAR PERILAKU JANGKA


PERENCANAAN PANJANG
• Cap : 1,5 – 2m
• Limit states • Kodok : 2 - 3,5 m
• Balok cap < 10 m
(dihindarkan pada
• Selimut beton
(LRFD)
daerah hanyutan dan
lalin yang dilewati
min. 30 mm
• Dinding penuh > 4 m kapal) daerah normal
• ULS • Dinding penuh < 25 m
• Min. 70 mm
• Portal 1 tingkat < 15 m
• SLS • Portal 2 tingkat < 25 m daerah agresif
• Kolom tunggal < 15 m
(dihindari untuk
• Sesuai
daerah zona gempa
besar)
ketentuan yang
berlaku
KONDISI BATAS
KONDISI BATAS ULTIMIT KONDISI BATAS LAYAN
Aksi-aksi yang menyebabkan sebuah jembatan menjadi Keadaan batas layan akan tercapai ketika reaksi jembatan
tidak aman disebut aksi-aksi ultimit dan reaksi yang sampai pada suatu nilai sehingga :
diberikan jembatan terhadap aksi tersebut disebut sebagai 1. Mengakibatkan jembatan tidak layak pakai; atau
keadaan batas ultimit. 2. Menyebabkan kekhawatiran umum terhadap keamanan
1. Kehilangan keseimbangan statis karena Sebagian atau jembatan, atau
seluruh bagian jembatan longsor; 3. Secara signifikan mengurangi kekuatan atau masa layan
2. Terguling atau terangkat ke atas; jembatan;
3. Kerusakan Sebagian jembatan akibat Lelah/fatik dan 4. Perubahan bentuk (deformasi) yang permanen pada
atau korosi hingga suatu keadaan yang memungkinkan pondasi atau pada sebuah elemen penyangga utama
terjadi kegagalan; setempat,
4. Keadaan paska elastic atau purna tekuk yaitu satu 5. Kerusakan permanen akibat korosi, retak, atau
bagian jembatan atau lebih mencapai kondisi runtuh. kelelahan/fatik;
Pada keadaan plastis atau purna tekuk, aksi dan reaksi 6. Getaran; dan
jembatan diperbolehkan untuk disitribusikan kembali 7. Banjir pada jaringan jalan dan daerah sekitar jembatan
dalam batas yang ditentukan dalam bagian yang rusak karena penggerusan pada dasar saluran, tepi
perencanaan bagi material yang bersangkutan; sungai dan jalan hasil timbunan.
5. Kehancuran bahan pondasi yang menyebabkan
pergerakan yang berlebihan, atau
6. Kehancuran bagian utama jembatan.
PERENCANAAN PONDASI
• Perencanaan menggunakan working stress design (WSD) atau
tegangan izin
• Memperhitungkan pondasi gerusan (scouring)
• Pondasi dangkal harus bebas gerusan, kedalaman maksimum 3 m
• Pondasi sumuran diameter 3-4 m, kedalaman maksimum 6 m
• Pondasi tiang pancang pipa baja diameter 0,4-1 m, kedalaman
maksimum 60 m
• Pondasi beton pratekan diameter 0,4-1,2 m, kedalaman maksimum
60 m
• Pondasi tiang bor diameter 0,8-1,2 m, kedalaman maksimum 60 m
PERENCANAAN PONDASI
• Jenis pondasi harus seragam untuk satu lokasi termasuk dimensinya
• Material pipa baja grade-2 ASTM-252 diisi dengan beton non shrinkage
(semen tipe II) dengan mutu fc’ 30 Mpa hingga kedalaman 8 m dibawah dasar
sungai, dibawahnya diisi pasir
• Faktor Keamanan (SF) :
✓ Tiang pancang, SF point bearing (tahanan ujung) = 3 dan SF friction
(gesekan) = 5
✓ Sumuran dan pondasi langsung, Sf daya dukung tanah = 2, SF geser = 1,5
dan SF guling = 1,5
• Deformasi lateral dan penurunan dibatasi :
- Lateral pondasi tiang maksimal 2,5 cm yang dibawah pilecap
- Penurunan maksimum pondasi diizinkan 1 cm
- Pondasi dengan kedalaman tanah keras > 50 m dapat dirancang hanya
mengandalkan friksi (lekatan) saja (cek daya dukung dan penurunan)
PERENCANAAN PONDASI

• Kalendering terakhir per 10 pukulan :


- Tiang pancang pipa baja < 2,5 cm
- Tiang pancang beton 3-5 cm

• Wajib “uji tiang” apabila pondasi dirancang tidak sampai


kedalaman tanah keras (menggunakan kekuatan
frisk/lekatan)
PERENCANAAN BANGUNAN PELENGKAP
(kurang lebih 500 – 1000 meter sebelum oprit)
• Wajib dipasang untuk menunjukkan jembatan ganda atau
RAMBU DAN berkurangnya lajur
MARKA • Rambu peringatan adanya jembatan

• Memasang rambu larangan jalan terus dan memberi prioritas


RAMBU DAN • Memasang marka garis jembatan
MARKA • Marka garis harus berhenti sekitar 20-30 m sebelum abutmen
jembatan

RAMBU DAN • Rambu batas kecepatan sebelum memasuki jembatan


MARKA • Peringatan dijalan pendekat adanya tikungan tajam, alinyemen
curam, rambu tikungan, rambu cembungan, pengarah tikungan
PERENCANAAN JALAN PENDEKAT DAN PERTIMBANGAN ASPEK
SOSIAL - LINGKUNGAN

PERENCANAAN JALAN PERENCANAAN PERTIMBANGAN


ASPEK SOSIAL-LINGKUNGAN
PENDEKAT
• Penerapan RKL, UPL dan POS
• Tinggi timbunan tidak boleh
melebihi tinggi izin • Rekomendasi dokumen RKL
• Hkritis = (c. Nc + g. D. Nq). g (g dan/atau UPL masuk dalam
didapatkan dari hasil gambar rencana
laboratorium) • Jarak antar railing dibuat lebih
• Hizin = Hkritis/SF rapat untuk keamanan pejalan
• Jika tinggi timbunan melabihi kaki
Hizin maka harus dilakukan
perkuatan tanah
(turap/dinding penahan)
PERENCANAAN • Dilengkapi dengan metode konstruksi dengan memperhatikan
METODE ketersediaan alat dan material serta kondisi setempat yang
KONSTRUKSI dapat dilaksanakan

• Ruang pengawasan sungai untuk hulu dan hilir minimum 100 m


dan ditentukan berdasarkan sifat dan morfologi sungai (minimal
PERENCANAAN 5 kelokan)
ALIRAN SUNGAI • Bagian sungai yang dievaluasi minimal 500 m ke hulu/hilir
meliputi hidrologi, pola aliran, morfologi sungai dan lokasi
gerusan
• Panjang jalan pendekat 500-1000 m (hulu/hilir jembatan)
• Lebar jalur lalin minimum 6 m
PRINSIP
• Rambu dilarang parkir dengan garis kuning berbiku-biku
PENERAPAN
(bergerigi)
KESELAMATAN
• Rambu dilarang berjualan dijembatan dan sepanjang oprit
JEMBATAN
jembatan
• Rambu batas kecepatan (apabila diperlukan)
TUGAS :
• REVIU JURNAL PERENCANAAN JEMBATAN
• BUAT RESUME DARI JURNAL PERENCANAAN JEMBATAN
• BERIKAN KOMENTAR MENGENAI JURNAL TERSEBUT
• DIKUMPULKAN PALING LAMBAT 1 MINGGU SETELAH TUGAS
DIKELUARKAN
• STANDAR PENULISAN :
1. UKURAN KERTAS A4
2. SPASI 1,5 UK. HURUF 12 (ARIAL ATAU TIMES NEW ROMAN)
3. MARGIN KANAN, ATAS DAN BAWAH 3 CM DAN MARGIN KIRI 4 CM
4. FORMAT PENULISAN : JUDUL, DAFTAR ISI, KATA PENGANTAR, BAB I
(PENDAHULUAN), BAB II (MATERI JEMBATAN), BAB III (KESIMPULAN DAN
SARAN), DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai