Anda di halaman 1dari 18

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/344895653

Aspek-Aspek Teknis Pembinaan & Pengawasan dalam Pabrikasi Jembatan


Rangka Baja

Conference Paper · November 2011

CITATIONS READS

0 246

3 authors, including:

Hinawan Teguh Santoso


Politeknik Pekerjaan Umum
17 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Kaligawe Bridge Project View project

Asahan Bridge Central Java View project

All content following this page was uploaded by Hinawan Teguh Santoso on 27 October 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Aspek Teknis Pembinaan dan Pengawasan
dalam Pabrikasi Jembatan Rangka Baja1

Oleh:
Hinawan Teguh Santoso, ST1
Heri Yugiantoro, ST, MT2
Yana Astuti, ST, MT3

Abstrak

Jembatan merupakan bagian pelengkap jalan yang fungsinya untuk meneruskan jalan
melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah, seperti jurang, sungai, rel kereta api
ataupun jalan raya. Jembatan mempunyai fungsi strategis untuk membuka akses ke
daerah yang masih terisolir, menghubungkan daerah maju dengan daerah yang belum
berkembang, serta meningkatkan mobilitas manusia dan barang untuk menunjang
pertumbuhan ekonomi dalam skala regional maupun nasional. Karena pentingnya
fungsi suatu jembatan maka dalam pembangunannya diperlukan pembinaan dan
pengawasan untuk menjamin kualitas dari produk jembatan yang dihasilkan.
Pembinaan dan pengawasan dalam proses pabrikasi seluruh komponen jembatan akan
menghasilkan produk jembatan yang memenuhi kriteria tepat mutu, tepat waktu, tepat
biaya, dan tertib administrasi. Kebijakan desentralisasi dalam pengadaan jembatan
berimplikasi ketidaktersedianya policy Ditjen Bina Marga sehingga teknik pengawasan
pabrikasi jembatan menjadi lebih penting.
Aspek pembinaan dalam pabrikasi jembatan rangka baja meliputi kriteria desain,
analisis struktur, dan kesesuaian desain dengan gambar DED dan proses pengawasan
pabrikasi. Pemeriksaan kesesuaian kriteria desain antara peraturan/standar
perencanaan jembatan dengan desain yang diusulkan oleh pihak pabrikator. Analisis
struktur mencakup pemodelan struktur, asumsi-asumsi awal dan metode desain yang
digunakan dalam meninjau kekuatan, kekakuan, stabilitas, serta efisiensi desain.
Setelah semua aspek di atas dipenuhi, baru dilakukan pemeriksaan hasil analisis
dengan gambar detail perencanaan.
Aspek pengawasan dalam pabrikasi jembatan rangka baja meliputi pemeriksaan
keseluruhan tahapan proses pabrikasi, yaitu pengukuran dimensi (panjang total
material, lebar material, tinggi material, tebal material, jarak lubang ke lubang, dan
kemiringan), tebal las, tebal lapisan galvanis dan hal lain terhadap komponen-
komponen jembatan. Selain itu, dilakukan pengambilan sampel uji material serta
pengujian material di laboratorium independen. Uji beban statis terhadap jembatan
yang telah dipabrikasi juga dilakukan untuk memastikan kekuatan jembatan tersebut
terhadap desainnya.

Kata kunci : pembinaan, pengawasan, pabrikasi, rangka baja, quality control

1
Staf Subdit Teknik Jembatan, Direktorat Bina Teknik
2
Staf Subdit Teknik Jembatan, Direktorat Bina Teknik
3
Staf Subdit Wilayah, Direktorat Pelaksanaan Wilayah I

1
Aspek Teknis Pembinaan dan Pengawasan
dalam Pabrikasi Jembatan Rangka Baja

A. PENDAHULUAN
Jembatan merupakan bagian pelengkap jalan yang fungsinya untuk meneruskan jalan
melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah, seperti jurang, sungai, rel kereta
api ataupun jalan raya. Jembatan mempunyai fungsi strategis untuk membuka akses
ke daerah yang masih terisolir, menghubungkan daerah maju dengan daerah yang
belum berkembang, serta meningkatkan mobilitas manusia dan barang untuk
menunjang pertumbuhan ekonomi dalam skala regional maupun nasional..
Pembangunan jembatan rangka baja bentang standar saat ini sudah jarang digunakan
di daerah Jawa & Sumatra, akan tetapi untuk wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua
masih menjadi andalan untuk membuka akses baru bagi daerah-daerah terisolir.
Penyediaan infrastruktur jembatan ini tentu saja memegang peranan penting dalam
pemerataan pembangunan dan menunjang pertumbuhan ekonomi bagi daerah
tersebut. Karena pentingnya fungsi suatu jembatan tersebut, maka dalam
pembangunannya diperlukan pembinaan dan pengawasan untuk menjamin kualitas
dari produk jembatan yang dihasilkan.
Dalam proses pembinaan dan pengawasan pabrikasi jembatan rangka baja, baik
jembatan dengan desain bentang standar maupun desain bentang khusus, mempunyai
tingkat kerumitan sesuai dengan desain jembatan tersebut sehingga diperlukan
pembinaan dan pengawasan yang mendetail. Pembinaan dan pengawasan tersebut
melekat sejak awal desain jembatan, gambar DED jembatan, pemilihan dan
pengujian material baja, proses pabrikasi jembatan, perakitan komponen-komponen
jembatan (assembling) sehingga menjadi satu kesatuan struktur, dan pengujian skala
penuh jembatan (loading test) untuk mengetahui kekuatan jembatan terhadap desain
rencana. Dengan adanya aspek pembinaan dan pengawasan dalam proses pabrikasi
seluruh komponen jembatan akan menghasilkan produk jembatan yang memenuhi
kriteria tepat mutu, tepat waktu, tepat biaya, dan tertib administrasi.

B. ASPEK TEKNIS PEMBINAAN DALAM PABRIKASI JEMBATAN RANGKA


BAJA
Aspek pembinaan dalam pabrikasi jembatan rangka baja meliputi kriteria desain,
analisis struktur, dan kesesuaian desain dengan gambar DED. Pemeriksaan
kesesuaian kriteria desain antara peraturan/standar perencanaan jembatan dengan
desain yang diusulkan oleh pihak pabrikator. Analisis struktur mencakup pemodelan
struktur, asumsi-asumsi awal dan metode desain yang digunakan dalam meninjau
kekuatan, kekakuan, stabilitas, serta efisiensi desain. Setelah semua aspek di atas
dipenuhi, baru dilakukan pemeriksaan hasil analisis dengan gambar detail
2
perencanaan. Ada beberapa acuan yang digunakan untuk perencanaan teknis
jembatan yaitu :
 Bridge Design Code) BMS ’92 dengan revisi pada Bagian 2 dengan
Pembebanan Jembatan (SK.SNI T-02-2005), sesuai Kepmen PU No.
498/KPTS/M/2005
 Bagian 6 dengan Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SK.SNI T-12-
2004), sesuai Kepmen PU No. 260/KPTS/M/2004
 Bagian 7 dengan Perencanaan struktur baja untuk jembatan (SK.SNI T-03-
2005), sesuai Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005
 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan (Revisi SNI 03-2883-
1992)
 Perencanaan jalan pendekat (oprit), Pd T-11-2003
 Pedoman Teknis Penjabaran RKL atau UKL dan untuk penerapan pertimbangan
lingkungan, mengacu pada dokumen RKL atau UKL dan SOP
Dalam penyiapan perencanaan teknik, Prosedur Operasional Standar (POS) bidang
jembatan yang harus diikuti adalah:
1. POS Penyusunan Kerangka Acuan Kerja
2. POS Survey Pendahuluan
3. POS Survey Lalu Lintas
4. POS Survey Geodesi
5. POS Survey Geoteknik
6. POS Survey Hidrologi
7. POS Perencanaan Teknis Jembatan
8. POS Penyampaian DED Perencanaan Teknis
9. POS Sistematika Pelaporan
10. POS Penyelenggaraan Jembatan Khusus
Untuk kriteria kekuatan jembatan, perencanaan jembatan rangka baja didasarkan
dengan metoda kekuatan batas (ultimate stress design) mengingat faktor material
yang digunakan memiliki tingkat deterministik yang cukup tinggi. Tetapi fungsi
probabilitias kita tetapkan sebagai kompensasi ketidaktentuan kondisi pelaksanaan
pekerjaan, pembebanan lalu lintas dan faktor lingkungan yang diwujudkan dalam
besaran konstanta tertentu. Oleh karena itu metoda kekuatan batas terbagi menjadi
ultimate strength design dan limit strength design. Ultimate strength design
digunakan pada kemungkinan kondisi terburuk yang mungkin terjadi selama
pengoperasionalan jembatan, sedangkan service limite state menyatakan kondisi real

3
maksimum pembebabanan jembatan apa adanya sesuai kondisi beban jembatan saat
itu. Kenyamanan pengguna jalan ditinjau dari lendutan maksimum yang terjadi
ketika jembatan dilalui kendaraan. Lendutan jembatan akibat beban mati diakomodir
dengan setting camber pada saat pabrikasi harus memenuhi
 = 150% (DL + LL)
Lendutan yang diizinkan tidak melebihi L/800 untuk beban mati, dimana L adalah
bentang jembatan atau panjang elemen struktur jembatan.

C. ASPEK TEKNIS PENGAWASAN DALAM PABRIKASI JEMBATAN


RANGKA BAJA
Struktur jembatan rangka baja terdiri dari berbagai macam bentuk dan ukuran
komponen-komponen yang harus terkoneksi dengan tepat antara komponen satu
dengan komponen yang lain, sehingga membentuk kesatuan struktur jembatan
rangka baja. Dimensi dan ketebalan dari masing-masing komponen menjadi faktor
utama yang perlu diperhatikan. Dimensi panjang, lebar, tebal dan jarak antar baut
harus benar-benar terukur dan presisi. Penyimpangan dimensi dalam proses pabrikasi
dapat mengakibatkan kesulitan pada saat proses peluncuran (errection) karena tidak
terkoneksi dengan baik, bahkan jembatan dapat mengalami kegagalan struktur
berupa keruntuhan jembatan sebelum jembatan tersebut difungsikan. Untuk itu,
diperlukan ketelitian yang tinggi dalam proses pabrikasinya dan pengawasan yang
mendetail sehingga menghasilkan produk jembatan yang memenuhi kriteria tepat
mutu, tepat waktu dan tertib administrasi.

Ada beberapa contoh kasus kegagalan jembatan rangka baja akibat kurangnya
kontrol mutu dan pengawasaan saat proses pabrikasinya, antara lain yaitu jembatan
rangka di Kalimantan dan jembatan rangka Baja di Sumatera. Jembatan rangka di
Kalimantan merupakan jembatan rangka baja desain khusus dengan kelas A dan
panjang bentang 230 m dan total tonase 710.291 ton. Jembatan ini mengalami
kegagalan struktur pada saat dilakukan pengecoran plat lantai.

Aspek pengawasan dalam pabrikasi jembatan rangka baja meliputi pemeriksaan


keseluruhan tahapan proses pabrikasi, yaitu pengukuran dimensi (panjang total
material, lebar material, tinggi material, tebal material, jarak lubang ke lubang, dan
kemiringan), tebal las, tebal lapisan galvanis dan hal lain terhadap komponen-
komponen jembatan. Selain itu, dilakukan pengambilan sampel uji material serta
pengujian material di laboratorium independen. Uji beban statis terhadap jembatan
yang telah dipabrikasi juga dilakukan untuk memastikan kekuatan jembatan tersebut
terhadap desainnya.

4
Aspek teknis pengawasan pabrikasi jembatan rangka baja dibagi menjadi 4 (empat)
lingkup kegiatan, yaitu :

1) Material Dasar (Raw Material)


Material dasar dari pabrikasi jembatan rangka baja yaitu berupa lembaran-
lembaran plat baja, H-beam, baut, dan angkur dengan dimensi yang bervariasi
sesuai dengan elemen struktur rangka baja yang akan dipabrikasi. Beberapa hal
yang perlu dilakukan pengawasan terhadap raw material antara lain :
a) Pengecekan terhadap mill certificate dari raw material;
b) Pengecekan heat number.

2) Proses Pabrikasi

a. Pengambilan Sampel Material


Sampel material dipilih secara random sesuai dengan daftar komponen dan
kuantitas, mill certificate dan heat number yang tertera pada material baja
serta rubber bearing. Sampel diambil dari material dasar berupa profil H-
beam, pelat baja, baut, angkur dan rubber bearing. Pengambilan sampel ini
disaksikan bersama-sama dengan pihak yang terkait dengan membubuhkan
paraf dan tanggal pengambilan sampel diatas material yang dipilih.

b. Pengujian Material
Pengujian material menjadi aspek penting untuk memastikan bahwa material
dasar tersebut mempunyai mutu sesuai yang tercantum di dalam mill
certificate dan spesifikasi yang disyaratkan. Daftar dari sampel material yang
sudah dipilih dan disetujui selanjutnya dibuat specimen uji. Pengujian
material dilakukan pada laboratorium independen. Pengujian yang dilakukan
terdiri atas:

5
MATERIAL BAJA

 Destructive Test (Bersifat Merusak)


- Uji Tarik (Tensile Test)
Specimen diuji tarik dengan menggunakan mesin
tarik menurut standar pengujian dan hasil dari
pengujian dicocokkan dengan spesifikasi, mill
certificate dan heat number pada material tersebut. UJI TARIK
- Uji Lengkung (Bending Test)
Specimen dilakukan uji tekuk menggunakan UJI LENGKUNG

mesin tekuk, dengan cara memberikan tekanan


pada tengah bentang specimen menurut standar
pengujian. Hasil pengujian diamati secar visual
dengan ketentuan tidak boleh terjadi retak (crack)
pada permukaan bidang tekuk.

- Uji Impak (Impact Test)


UJI IMPAK
Specimen untuk uji impak dibuat lebih khusus
dibanding specimen untuk uji tarik dan lengkung.
Untuk uji impak, pada saat pengujian perlu
diperhatikan kondisi suhu pada specimen yaitu
tetap dalam suhu ±0 ºC, sesuai tercantum dalam
standar. Specimen yang dibuat berdasarkan arah
serat baja yaitu transversal dan longitudinal.

- Uji Kekerasan (Hardness Test)


Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah material baja yang digunakan
memiliki tingkat kekerasan sesuai dengan mutu yang tertera dalam
spesifikasi yang dipersyaratkan.

- Uji ETSA las


Specimen untuk uji ETSA las diambil dari potongan sambungan las yang
menghubungkan antara bagian badan (web) dan (flange) pada H-beam.
Selanjutnya dibuatkan model di laboraturium uji, guna mengetahui apakah
sambungan las homogen dengan plat baja dan tidak terjadi porositas pada
sambungan las.
UJI KOMPOSISI KIMIA

- Uji Komposisi Kimia


Pada uji ini, specimen diujikan pada alat
khusus guna mengetahui nilai komposisi
kimia yang terkandung dalam material.

6
 Non-Destructive Test ( Bersifat Tidak
Merusak)

Non-destructive test merupakan pengetesan


material baja yang bersifat tidak merusak
material tersebut, dalam hal ini ditujukan untuk
pengujian pada sambungan las. Untuk NDT PADA SAMBUNGAN LAS
sambungan las tipe ‘butt welds’ dalam komponen yang mengalami tegangan
tarik dan semua elemen batang tekan harus diuji radiographic/ultrasonic.
Pengelasan tipe ‘fillet-welds’ harus diuji ‘liquid penetrant test’ atau ‘magnetic
particle test’.

MATERIAL BAUT

- Uji Beban Aktual (Proof load)


Pengujian pada baut dilakukan dengan beban proof load untuk
menyatakan baut dan nut masih bekerja secara sempurna pada drat (ulir)
baut sesuai dengan ketentuan pada spesifikasi yang dipersyaratkan.
PROOF LOAD & TENSILE
- Uji Tarik (Tensile)
Apabila uji proof load terpenuhi (sesuai
standar), selanjutnya dilakukan uji tarik baut
sampai putus (ultimate) dengan hasil uji tarik
minimum yang harus memenuhi spesifikasi
perencanaan (table perencanaan).

- Uji Kekerasan (Hardness)


Uji kekerasan dilakukan untuk mengetahui apakah baut, nut dan washer
yang digunakan memiliki kekerasannya sesuai dengan mutu yang tertera
dalam standar/spesifikasi yang disyaratkan.

- Uji Friksi (Friction)


Uji friksi pada baut dan pelat dilakukan untuk mengetahui kekuatan friksi
sambungan baut dengan koefisien slip yang telah ditentukan dalam
perencanaan (misal : koefisien slip = 0.3). Pada pengujian ini, specimen
yang digunakan dalam keadaan black material atau telah digalvanis / cat.

 UJI BANTALAN KARET (bila digunakan bantalan karet standar)

Bantalan karet yang digunakan harus sesuai dengan lingkungan yang


korosif (curah hujan tinggi dan kondisi asin) dan tahan terhadap cuaca &
kerusakan atau lapuk minimal 10 tahun yang dibuktikan dari test.

7
Pengujian pada bantalan karet jembatan terdiri dari:

- Uji Pembebanan
Bantalan karet diuji pada mesin tekan dan
diberikan tekanan sesuai ketentuan di dalam
standar, dalam hal ini AASHTO menyatakan
besar beban uji = 1.5 beban maksimum. Tes
pembebanan bantalan karet ini dilakukan
UJI BEBAN
100% dari total kuantitas. Bantalan karet
yang telah diuji diberikan identifikasi / penomoran. Apabila ada benda uji
yang tidak memenuhi syarat, penomoran tetap dilakukan dan dilanjutkan
ke nomor berikutnya untuk pengujian selanjutnya.

- Uji Geser
Bantalan karet diuji geser pada mesin tekan
yang telah dimodifikasi. Sampel yang diuji
sebanyak 10% dari total kuantitas setelah
dilakukannya uji tekan bantalan karet
tersebut. Bantalan karet yang akan diuji
geser dipilih secara random oleh engineer
UJI GESER
dan diberi paraf.

- Uji Belah UJI BELAH


Bantalan karet dibelah / dipotong untuk
mengetahui apakah lapisan pelat baja yang
digunakan sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan dan tidak diperbolehkan
adanya potongan - potongan terhadap
lempengan baja yang digunakan.

- Uji Komposisi Karet TES BELAH

Uji komposisi karet dilakukan untuk memastikan apakah karet yang


digunakan sesuai dengan spesifikasi yang tertuang dalam spesifikasi teknik
kontrak. Kandungan karet yang digunakan yaitu campuran karet alam dan
karet chloroprene atau hanya karet chloroprene saja.

8
TES KOMPOSISI KARET

 Test Komposisi Galvanis

Pada pengujian ini, pengawasan dilakukan dengan pengambilan sampel


galvanis dari bak galvanis dan dikirimkan ke laboratorium uji independen.

c. Pemotongan Material (cutting)


Pengawasan pada proses pemotongan material
dilakukan dengan memonitoring proses
pelaksanaanya.

d. Pengelasan PEMOTONGAN MATERIAL


Pengawasan pada proses pengelasan ini dilakukan dengan memonitoring
proses pelaksanaan pengelasan serta melakukan pengujian pada sambungan
las berupa NDT yang telah dijelaskan sebelumnya.

PENGELASAN

e. Pelubangan pada material (punching)


Pada proses ini pengawasan dilakukan dengan mengambil sampel random
pada material yang sudah dilubangi dan mencocokkannya dengan mall/pola.

PELUBANGAN MATERIAL

9
f. Identifikasi (hard stamp)
Proses identifikasi terhadap komponen-komponen jembatan yang sudah jadi
harus disesuaikan dengan daftar komponen yang sudah ditetapkan.

g. Pengecekan Dimensi (Dimensioning)


(sesuai dengan shop drawing, jumlah list material pada tiap tipe jembatan dan
jumlah jembatan).

Setelah pelat baja dipotong, dilubangi dan dilas sesuai dengan profil dan
komponen yang tertera pada gambar desain, pengawasan dilakukan dengan
pengukuran dimensi terhadap profil dan komponen tersebut. Pengecekan
dimensi harus mengacu kepada shop drawing dan spesifikasi yang telah
ditetapkan. Apabila terjadi ketidaksesuaian yang ditemukan melebihi
toleransi yang ditetapkan dalam spesifikasi, maka komponen harus ditolak
dan dilakukan perbaikan kembali. Untuk pengecekan dimensi terhadap profil
jembatan sebaiknya dilakukan sebelum proses galvanis/pengecatan. Hal ini
dilakukan apabila terjadi kesalahan dapat segera dilakukan perbaikan, namun
pengecekan dapat juga dilakukan setelah proses galvanis/pengecatan. Jika
menggunakan galvanized dan terdapat ketidaksesuaian yang cukup fatal,
maka material tidak diperbolehkan untuk dilakukan perbaikan. Sebab material
yang telah mengalami proses hot dip galvanized apabila dilakukan proses
ulang, maka material baja tersebut akan mengalami kerusakan terhadap
kandungan komposisi kimia yang terkandung di dalamnya, sehingga material
harus diganti dengan yang baru.

PENGECEKAN DIMENSI

h. Hot dip galavanized


Proses hot-dip galvanizing menghasilkan ikatan metalurgi antara seng dan
baja. Baja dilapisi dihasilkan dapat digunakan dalam banyak cara yang sama
seperti dilapisi. Baja galvanis dapat dilas, namun, kita harus berhati-hati di
sekitar asap seng yang dihasilkan. Baja galvanis cocok untuk aplikasi suhu
tinggi hingga 200°C. Lapisan seng melindungi permukaan terhadap korosi
10
dengan menyediakan perlindungan terhadap besi atau baja dalam dua cara
yaitu perlindungan logam dasar dari atmosfer dan seng memberikan
perlindungan katodik atau pengorbanan terhadap logam dibawahnya.
Terdapat empat tahapan utama dalam proses galvanisasi yaitu:
 Surface preparation
Serangkaian langkah untuk membilas (rinsing) dengan air
demineralisasi yang terdiri dari pembersihan material yang tidak
diperlukan seperti kotoran, minyak, karat, dll;
 Prefluxing
Preflux berfungsi untuk melarutkan setiap oksida dalam larutan asam
yang mungkin telah terbentuk pada permukaan besi atau baja setelah
pengawetan dan mencegah karat lanjut dari pembentukan Fe2O3
 Galvanizing
Baja dimasukkan dalam bak seng (Zn) pada suhu 450 °C
 Finishing
Operasi finishing meliputi pendinginan, seng menghapus kelebihan
dan inspeksi.

i. Percobaan Perakitan (Assembly) (jika diperlukan)


Percobaan perakitan dilakukan dengan
tujuan untuk memastikan jembatan
yang telah dipabrikasi dapat terpasang
dengan baik, presisi, dan sesuai dengan
gambar desain rencana. Peluncuran
dilaksanakan oleh pabrikator dan
dilakukan di lokasi pabrikator.
Peluncuran elemen jembatan dilakukan
menggunakan mobile crane, dan PERAKITAN JEMBATAN
kemudian dilakukan pengencangan
baut menggunakan kunci momen
sampai kekuatan yang dipersyaratkan.

j. Uji Pembebanan Statis (jika diperlukan)


Uji pembebanan (static loading test) jembatan dilakukan untuk mengetahui
kapasitas dan kekakuan struktur jembatan, yang didapat dari besarnya
lendutan dan regangan yang terjadi akibat beban layan.

Adapun maksud dan tujuan dari loading test jembatan rangka baja ini yaitu :
a. Untuk mengetahui kekuatan struktur dari jembatan rangka baja yang
diproduksi oleh pihak pabrikator dengan beban hidup hingga 150%;

11
b. Untuk mengetahui besarnya lendutan / defleksi yang terjadi akibat beban
statis yang selanjutnya akan dibandingkan dengan defleksi maksimum
yang diijinkan berdasarkan RSNI T-03-2005;
Untuk menjamin bahwa beban yang
diaplikasikan dalam pengujian tidak
menyebabkan kelelehan atau kerusakan
pada elemen struktur, maka besarnya
tegangan pada beberapa elemen ditinjau
sebagai acuan.
Lingkup uji pembebanan statis ini, yaitu: STATIC LOADING TEST

a) Mengukur nilai lendutan aktual dan regangan pada struktur jembatan


rangka baja dengan beban-beban yang telah ditetapkan;
b) Melakukan analisis dan evaluasi dari data lapangan yang telah didapat dan
membandingkannya dengan hasil perhitungan teoritis.

k. Pengecatan CEK TEBAL GALVANIS


Setelah proses pengecatan selesai, maka
pengecekan terhadap ketebalan galvanis
dengan menggunakan alat thickness galvanis
dengan ketebalan sesuai dengan spesifikasi
yang ditentukan.

l. Pengepakan
Pengawasan dilakukan untuk memastikan
bahwa komponen jembatan yang sudah jadi
dikelompokkan dan disusun berdasarkan
marking-nya dengan diberi identifikasi,
straping dan bantalan kayu. Untuk
komponen baut harus dikemas di dalam drum
PENGEPAKAN
dan diberi indentitas yang jelas.

m. Buku Manual
Buku manual merupakan buku panduan untuk proses perakitan jembatan, di
mana di dalamnya berisi penjelasan detail tahapan-tahapan dalam proses
perakitan (assembly) jembatan.

n. Dosier
Dosier merupakan kumpulan dari pelaporan kegiatan dari dimulainya
pekerjaan hingga akhir pekerjaan yang disusun dalam odner dengan dengan
subjudul masing-masing kegiatan dan kemudian dokumen tersebut
selanjutnya diarsipkan.

12
D. PENCEGAHAN KEGAGALAN STRUKTUR JEMBATAN
Menurut Undang-Undang no.18 tahun 1999 dan PP 29 tahun 2000, definisi
kegagalan bangunan secara umum adalah merupakan keadaan bangunan yang tidak
berfungsi, baik sacara keseluruhan maupun sebagian dari segi teknis, manfaat,
keselamatan dan kesehatan kerja dan/atau keselamatan umum, sebagai akibat
kesalahan penyedia jasa dan atau pengguna jasa setelah penyerahan akhir pekerjaan
konstruksi

Jembatan berfungsi sebagai prasarana untuk pergerakan arus lalu lintas. Dengan
demikian Jembatan direncanakan agar dapat memberi pelayanan terhadap
perpindahan kendaraan dari suatu tempat ketempat lain dengan waktu yang sesingkat
Mungkin dengan persyaratan nyaman dan aman (comfortable and safe). Sehingga
dapat dikatakan bahwa kecepatan (speed) adalah merupakan faktor yang dapat
dipakai sebagai indikator untuk menilai apakah suatu Jalan/ Jembatan mengalami
kegagalan fungsi bangunan atau tidak. Berikut diulas beberapa kegagalan struktur
jembatan di Indonesia,

1) Jembatan di Provinsi Kalimantan Tengah


Jembatan Kapuas Timpah, lokasi ruas jalan provinsi Palangkaraya – Buntok (PLK
Km 140+000). Jembatan ini dibangun dengan konfigurasi rangka baja khusus tiga
bentang menerus (62.5+105+62.5m) dan jembatan pendekat girder baja komposit
(25m). Panjang total jembatan adalah 255m.

Kegagalan terjadi pada sistem sambungan lasan antara batang vertikal berupa box
dengan batang-batang utama rangka (top chord). Keruntuhan terjadi akibat detailing
box yang tidak memadai dan adanya defect pada interface lasan dengan logam dasar
sehingga menyebabkan stabilitas dan integritas box rendah mudah terjadi deformasi
dan dapat dipastikan kekuatan sambungan tidak sesuai rencana.

Mekanisme kegagalan disinyalir dimulai dengan adanya deformasi kecil pada pelat
box P2 hulu yang disebabkan stabilitas pelat box kurang mengakomodir lendutan
pada batang tegak (box) pada saat konstruksi dan tambahan tegangan akibat momen

13
yang timbul pada sistem lasan. Hanya diperlukan energi atau gaya relatif kecil untuk
menyebabkan terjadinya kondisi demikian. Deformasi ini kemudian ikuti dengan
sobekan lembaran pada lasan bagian atas box. Selanjutnya, sobekan memicu
deformasi yang lebih besar pada pelat box P2 hulu sehingga menyebabkan
peningkatan tegangan yang selanjutnya pelat box sobek dan tercabut.

a. Robekan Kecil pada Bagian Atas b. Robekan Memicu Kon- c. Batang Atas Tersobek
Box P2 Hulu akibat Kurangnya sentrasi Tegangan pada dari Box P2 Hulu
Detailing Las Sisi Batang Atas

Sobekan pada Box P2 Hulu Kegagalan pada Box P2 Kegagalan pada P3

2) Jembatan di Provinsi Sumatera Selatan


Jembatan Air Pangi di km 285 + 000 Lahat - Tebing Tinggi Provinsi Sumatera
Selatan adalah tipe jembatan rangka Calendar Hamilton (CH). Kedua jembatan
bermasalah pada sistem lantainya. Struktur sistem lantai segmental sudah tidak
mampu menerima beban lalu lintas yang intensitasnya cukup tinggi dan
magnitudenya cukup berat. Beberapa dokumentasi di bawah menunjukkan kerusakan
sistem lantai jemabatan.

14
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan kegagalan bangunan, diantaranya bisa
disebutkan :

 Kegagalan Perencana

Penyebab kegagalan perencana umumnya disebabkan oleh : (a) Tidak mengikuti


TOR, (b) Terjadi penyimpangan dari prosedur baku, manual atau peraturan yang
berlaku, (c) Terjadi kesalahan dalam penulisan spesifikasi teknik, (d) Kesalahan atau
kurang profesionalnya perencana dalam menafsirkan data perencanaan dan dalam
menghitung kekuatan rencana suatu komponen konstruksi, (e) Perencanaan
dilakukan tanpa dukungan data penunjang perencanaan yang cukup dan akurat, (f)
Terjadi kesalahan dalam pengambilan asumsi besaran rencana (misalnya beban
rencana) dalam perencanaan, (g) Terjadi kesalahan perhitungan arithmatik (h)
Kesalahan gambar rencana.

 Kegagalan Pengawas

Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh : (a) Tidak melakukan


prosedur pengawasan dengan benar, (b) Tidak mengikuti TOR, (c) Menyetujui
proposal tahapan pembangunan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, (d) Menyetujui
proposal tahapan pembangunan yang tidak didukung oleh metode konstruksi yang
benar, (e) Menyetujui gambar rencana kerja yang tidak didukung perhitungan teknis.

 Kegagalan Pelaksana

Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh : (a) Tidak mengikuti


spesifikasi sesuai kontrak, (b) Salah mengartikan spesifikasi, (c) Tidak melaksanakan
pengujian mutu dengan benar, (d) Tidak menggunakan material yang benar, (e) Salah
membuat metode kerja, (f) Salah membuat gambar kerja, (g) Pemalsuan data profesi,
(h) Merekomendasikan penggunaan peralatan yang salah.

 Kegagalan Pengguna Bangunan

Penyebab kegagalan pengawas umumnya disebabkan oleh : (a) Penggunaan


bangunanan yang melebihi kapasitas rencana, (b) Penggunaan bangunan diluar dari
peruntukan rencana, (c) Penggunaan bangunan yang tidak didukung dengan program
pemeliharaan yang sudah ditetapkan, (d) Penggunaan bangunan yang sudah habis
umur rencananya.

15
E. PENUTUP
Aspek-aspek teknis pembinaan dan pengawasan dalam pabrikasi jembatan
rangka baja dapat disajikan dalam diagram alir di bawah ini :
Mulai

Kriteria Desain & Analisis Struktur  Cek kesesuaian kriteria desain


antara peraturan/standar
TDK perencanaan jembatan
dengan desain yang diusulkan
Cek kesesuaian desain & DED  Cek pemodelan struktur,
asumsi-asumsi awal dan
OK metode desain yang
digunakan dalam meninjau
kekuatan, kekakuan, stabilitas,
Peninjauan Lapangan serta efisiensi desain

Cek Fisik Material Pengambilan Specimen Cek Kemajuan Progres

Cek Mill Certificate &


Pembuatan Specimen Laporan Kemajuan Progres
Heat Number dari Raw Material

Pengujian di laboratorium
independent  Destructive Test
Cek Dimensioning Cek Tebal Galvanis H-Beam & Plat :
- Test Tarik / Tensile
- Test Lengkung / Bending
- Test Impak
- Test Komposisi Material
- Test ETSA Las
TDK Cek Cek TDK Baut :
Spesifikasi Spesifikasi - Test Tarik (Proof Load)
- Test Kekerasan
- Test Friksi
 Non Destructive Test
Reject OK OK Reject - Test Pengelasan
 Test Bantalan Karet
- Test Pembebanan
- Test Geser
Loading Test - Test Komposisi Karet
 Test Komposisi Galvanis

Cek Lendutan
&Regangan

Laporan Hasil Pengawasan

16
Selesai
View publication stats

Pembinaan dan pengawasan pabrikasi jembatan rangka baja menjadi aspek


penting dalam penyediaan infrastruktur pembangunan, khususnya di wilayah
timur Indonesia untuk mendukung pertumbuhan dan penyebaran pusat-pusat
ekonomi di daerah. Untuk itu, diperlukan pembinaan dan pengawasan sejak
desain awal jembatan, pemilihan material, proses pabrikasi dan pemasangan di
lapangan dengan maksud untuk menjamin jembatan yang dipasang aman,
mampu melayani beban lalu lintas dan mempunyai umur layan tinggi.

F. REFERENSI
1. Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga No. 07/SE/Db/2009 tanggal
10 Desember 2009 perihal Petunjuk Teknis Desain Jembatan Rangka
Baja Prafabrikasi;
2. Kerangka Acuan Kerja (KAK) Kontrol Mutu Produk Pre-Pabrikasi
Jembatan Baja;
3. Laporan Kegiatan Pengawasan Jembatan Kapuas Timpah.

17

Anda mungkin juga menyukai