Anda di halaman 1dari 21

Bahan Ajar Perancangan Bangunan Sipil A

BAB II
KRITERIA DESAIN JEMBATAN

2.1. POKOK-POKOK PERENCANAAN

Suatu jembatan yang baik adalah jembatan yang memiliki atau telah memenuhi
kriteria– kriteria desain yang menjadi dasar dari pembuatan sebuah jembatan. Jembatan
direncanakan untuk mudah dilaksanakan serta memberikan manfaat bagi pengguna
lalu lintas sesuai dengan pokok-pokok perencanaan :

• Kekuatan dan Stabilitas Struktur


Unsur-unsur tersendiri harus mempunyai kekuatan memadai untuk menahan beban
ULS - keadaan batas ultimate, dan struktur sebagai kesatuan keseluruhan harus
berada stabil pada pembebanan tersebut. Beban ULS didefenisikan sebagai beban-
beban yang mempunyai 5% kemungkinan terlampaui selama umur struktur rencana.

• Kenyamanan dan Keamanan


Bangunan bawah dan pondasi jembatan harus berada tetap dalam keadaan
layan pada beban SLS-keadaan batas kelayanan. Hal ini berarti bahwa struktur tidak
boleh mengalami retakan, lendutan atau getaran sedemikian sehingga masyarakat
menjadi khawatir atau jembatan menjadi tidak layak untuk penggunaan atau
mempunyai pengurangan berarti dalam umur kelayanan. Pengaruh-pengaruh
tersebut tidak diperiksa untuk beban ULS, tetapi untuk beban SLS yang lebih
kecil dan lebih sering terjadi dan didefenisikan sebagai beban-beban yang
mempunyai 5% kemungkinan terlampaui dalam satu tahun.

• Kemudahan (pelaksanaan dan pemeliharaan)


Pemilihan rencana harus mudah dilaksanakan. Rencana yang sulit dilaksanakan
dapat menyebabkan pengunduran tak terduga dalam proyek dan peningkatan biaya,
sehingga harus dihindari sedapat mungkin.

• Ekonomis
Rencana termurah sesuai pendanaan dan pokok-pokok rencana lainnya adalah
umumnya terpilih. Penekanan harus diberikan pada biaya umur total struktur yang
mencakup biaya pemeliharaan, dan tidak hanya pada biaya permulaan konstruksi.

II - 1
Bahan Ajar Perancangan Bangunan Sipil A

• Pertimbangan aspek lingkungan, sosial dan aspek keselamatan jalan


• Keawetan dan kelayanan jangka panjang.
Bahan struktural yang dipilih harus sesuai dengan lingkungan, misalnya jembatan
rangka baja yang digalvanisasi tidak merupakan bahan terbaik untuk penggunaan
dalam lingkungan laut agresif garam yang dekat pantai.

• Estetika
Struktur jembatan harus menyatu dengan pemandangan alam dan menyenangkan
untuk dilihat. Penampilan yang baik umumnya dicapai tanpa tambahan dekorasi.

2.2. Rujukan Perencanaan

Perencanaan jembatan mengacu pada peraturan-peraturan yang berlaku di


Indonesia. Rujukan terhadap perencanaan yang berlaku :

A. Perencanaan struktur jembatan harus mengacu pada :


• Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS’92 dengan revisi
pada :
1) Bagian 2 Pembebanan jembatan, SK.SNI T-02-2005 (Kepmen PU No.
498/KPTS/M/2005)
2) Bagian 6 Perencanaan Struktur Beton jembatan, SK.SNI T-12-2004 (Kepmen
PU No. 260/KPTS/M/2004)
3) Bagian 7 Perencanaan Struktur baja jembatan SK.SNI T-03-2005 (Kepmen
PU No. 498/KPTS/M/2005

• Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan (Revisi SNI 03-2883


2010)

B. Perencanaan Jalan Pendekat dan oprit harus mengacu kepada :


1) Standar perencanaan jalan pendekat jembatan (Pd T-11-2003)
2) Standar-standar perencanaan jalan yang berlaku

C. Untuk perhitungan dan analisa harga satuan pekerjaan mengikuti Panduan


Analisa Harga Satuan No. 008-1/BM/2010, Direktorat Jenderal Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum.

II - 2
Bahan Ajar Perancangan Bangunan Sipil A

D. Dalam merencanakan teknik Prosedur Operasional Standar (POS) bidang


jembatan yang harus diikuti adalah :
1) POS Penyusunan Kerangka Acuan Kerja
2) POS Survey Pendahuluan
3) POS Survey Lalu Lintas
4) POS Survey Geodesi
5) POS Survey Geoteknik
6) POS Survey Hidrologi
7) POS Perencanaan Teknis Jembatan
8) POS Penyampaian DED Perencanaan Teknis
9) POS Sistematika Laporan
10)POS Penyelenggaraan Jembatan Khusus
E. Pedoman Teknis Penjabaran RKL atau UKL dan untuk penerapan pertimbangan
lingkungan agar mengaci pada dokumen RKL atau UKL dan SOP
F. Ketentuan-ketentuan lain yang relevan bila tercakup dalam ketentuan-ketentuan
di atas harus mendapat persetujuan pemberi tugas.

2.3. PARAMETER PERENCANAAN

Dalam merencanakan jembatan dibutuhkan parameter untuk dapat menentukan


tipe bangunan atas, bangunan bawah dan pondasi, lokasi/letak jembatan, material.

Gambar 2.1. Potongan memanjang jembatan

II - 3
Bahan Ajar Perancangan Bangunan Sipil A

 Umur Rencana Jembatan


Umur rencana jembatan standar adalah 50 tahun dan jembatan khusus adalah 100
tahun. Umur rencana untuk jembatan permanen minimal 50 tahun. Umur rencana
dipengaruhi oleh material/bahan jembatan dan aksi lingkungan yang
mempengaruhi jembatan. Jembatan dengan umur rencana lebih panjang harus
direncanakan untuk aksi yang mempunyai periode ulang lebih panjang.
Tabel 1. Hubungan antara periode ulang dengan umur rencana

Umur rencana Pereode ulang (tahun)


No
(tahun) Keadaan Batas Layan Keadaan Batas Ultimate
1 50 20 1000
2 100 20 2000

 Pembebanan jembatan
Pembebanan jembatan sesuai SK.SNI T-02-2005 menggunakan BM 100.
 Geometrik
Lebar jembatan ditentukan berdasarkan kebutuhan kendaraan yang lewat setiap
jam, makin ramai kendaraan yang lewat maka diperlukan lebar jembatan lebih
besar.
Tabel 2. Penentuan Lebar Jembatan

LHR Lebar jembatan (m) Jumlah lajur


LHR < 2.000 3,5 – 4,5 1
2.000 < LHR < 3.000 4,5 – 6,0 2
3.000 < LHR < 8.000 6,0 – 7,0 2
8.000 < LHR < 20.000 7,0 – 14,0 4
LHR > 20.000 > 14,0 >4

Untuk memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pemakai jembatan, maka lebar lantai
jembatan ditentukan sebagai berikut:
a. Lebar jembatan minimum jalan nasional kelas A adalah 1+7+ 1 meter
b. Kelas B = 0,5 + 6,0 + 0,5 meter
c. Tidak boleh lebih kecil dari lebar jalan.
d. Memenuhi standar lebar lajur lalu lintas sebesar n ( 2,75 ~ 3,50 )m, dimana n = jumlah
lajur lalu lintas.

II - 4
Bahan Ajar Perancangan Bangunan Sipil A

 Superelevasi/kemiringan Lantai Jembatan


Kemiringan melintang lantai jembatan adalah 2%. Kemiringan memanjang
jembatan adalah tanjakan atau turunan pada saat melalui jembatan.
Perbandingan kemiringan dari tanjakan serta turunan tersebut disyaratkan sebagai
berikut:
 Perbandingan 1:30 untuk kecepatan kendaraan > 90 km/jam
 Perbandingan 1:20 untuk kecepatan kendaraan 60 s/d 90 km/jam
 Perbandingan 1:10 untuk kecepatan kendaraan < 60 km/jam
Jembatan pada ruas jalan nasional dengan kemiringan memanjang jembatan
maksimum adalah 1:20 atau 5%. Ketentuan tersebut di atas menyatakan bahwa
semakin besar kecepatan kendaraan, maka semakin landai pula tanjakan atau
turunan yang diberikan pada jembatan. Hal ini memang diberikan dengan tujuan
agar pada saat kendaraan akan masuk ke badan Jembatan kendaraan tersebut
tidak "jumping", yang secara otomatis akan memberikan beban kejut tumbukan
vertikal pada struktur jembatan. Struktur Jembatan tidak diperhitungkan terhadap
beban tumbukan akibat jumping kendaraan. Jembatan hanya diperhitungkan
menahan beban kejut kendaraan yang melaju.

 Ruang Bebas Vertikal dan Horizontal


Ruang bebas adalah jarak jagaan yang diberikan untuk menghindari rusaknya
struktur atas jembatan karena adanya tumbukan dari benda-benda hanyutan atau
benda yang lewat di bawah jembatan. Clearance (ruang bebas) vertikal diukur dari
permukaan air banjir sampai batas paling bawah struktur atas jembatan. Besarnya
clearance bervariasi, tergantung dari jenis sungai dan benda yang ada di bawah
jembatan. Nilai ruang bebas di bawah jembatan ditentukan sebagai berikut:
C = 0,5 m ; untuk jembatan di atas sungai pengairan

C = 1,0 m ; untuk sungai alam yang tidak membawa hanyutan .

C = 1,5 m ; untuk sungai alam yang membawa hanyutan ketika banjir

C = 2,5 m ; untuk sungai alam yang tidak diketahui kondisinya. C = 5,1 m ; untuk
jembatan jalan layang.

C ≥ 15 m; untuk jembatan di atas laut dan di atas sungai yang digunakan untuk alur

II - 5
Bahan Ajar Perancangan Bangunan Sipil A

pelayaran. jenis sungainya, jalan : 5 m, laut 15 m ).

Horizontal clearance ditentukan berdasarkan kemudahan navigasi kapal ditentukan


US Guide Specification, horizontal clearance minimum adalah 2 – 3 kali panjang kapal
rencana, atau 2 kali lebih besar dari lebar channel

Gambar 2.2. Clearance pada jembatan diatas selat / laut / sungai yang dilewati kapal

Gambar 2.3 Clearance pada jembatan layang

 Bidang permukaan jalan yang sejajar terhadap permukaan jembatan


Pemberian syarat bidang datar dari permukaan jalan yang menghubungkan antara
jalan dengan jembatan dilakukan untuk meredam energi akibat tumbukan dari
kendaraan yang akan melewati jembatan. Bila hal ini tidak diberikan,
dikhawatirkan akan berakibat pada rusaknya struktur secara perlahan – lahan
akibat dari tumbukan kendaraan – kendaraan terutama kendaraan berat seperti
truk atau kendaraan berat lainnya.
Energi kejut yang diberikan pada strukur akan meruntuhkan struktur atas, seperti
gelagar dan juga lantai kendaraan. Tentu saja untuk menguranginya maka
diberikan jarak berupa jalan yang datar mulai dari kepala jembatan sejauh

II - 6
Bahan Ajar Perancangan Bangunan Sipil A

minimum 5 meter ke arah jalan yang di beri struktur pelat injak untuk
pembebanan peralihan dari jalan ke jembatan.

Gambar 2.4. Potongan melintang jembatan

Untuk melindungi agar kendaraan yang lewat jembatan dalam keadaan aman, baik
bagian kendaraan maupun barang bawaannya, maka tinggi bidang kendaraan
ditentukan sebesar minimum 5 m yang diukur dari lantai jembatan sampai bagian
bawah balok pengaku rangka bagian atas ( Top lateral bracing )

 Lokasi dan Tata letak Jembatan.


Lokasi jembatan menghindarkan tikungan di atas jembatan dan oprit. Peletakan
jembatan dipengaruhi oleh pertimbangan – pertimbangan
a. Teknik (aliran sungai, keadaan tanah)
• Aliran air dan alur sungai yang stabil (tidak berpindah-pindah)
• Tidak pada belokan sungai
• Tegak lurus terhadap sungai
• Bentang terpendek (lebar sungai terkecil)
b. Sosial (tingkat kebutuhan lalulintas)
c. Estetika (keindahan)
Untuk kebutuhan estetika pada daerah tertentu/pariwisata dapat berupa bentuk
parapet dan railing maupun lebar jembatan dapat dibuat khusus atas
persetujuan pengguna jasa.

II - 7
Bahan Ajar Perancangan Bangunan Sipil A

Jembatan
Jembatan

Bentang pendek

Bentang panjang

Gambar 2.5. Sungai dan penampang sungai

Pada daerah transisi atau daerah perbatasan antara bukit dengan lembah aliran
sungai biasanya berkelok-kelok, karena terjadinya perubahan kecepatan air dari
tinggi ke rendah, ini mengakibatkan bentuk sungai berkelok-kelok dan sering
terjadi perpindahan alur sungai jika banjir datang. Untuk itu penempatan
jembatan sedapat mungkin tidak pada aliran air yang seperti ini, karena jembatan
akan cepat rusak jika dinding sungai terkikis air banjir, dan jembatan menjadi tidak
berfungsi jika aliran air sungai berpindah akibat banjir tersebut.
Pada dasarnya, penentuan letak jembatan sedapat mungkin tidak pada belokan
jika bagian bawah dari jembatan tersebut terdapat aliran air. Hal tersebut
dilakukan agar tidak terjadi scouring (penggerusan) pada kepala jembatan, namun
jika terpaksa dibuat pada bagian belokan sungai maka harus di bangun bangunan
pengaman yang dapat berupa perbaikan dindin sungai dan perbaikan dasar sungai
pada bagian yang mengalami scouring (penggerusan).
Penempatan jembatan diusahakan tegak lurus terhadap sungai, untuk
mendapatkan bentang yang terpendek dengan posisi kepala jembatan dan pilar
yang sejajar terhadap aliran air. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
gerusan pada pilar, yang akan mempengaruhi kinerja pilar jembatan. Bila scouring
telah terjadi dikhawatirkan pilar yang seharusnya menopang struktur atas

II - 8
Bahan Ajar Perancangan Bangunan Sipil A

jembatan akan rusak sehingga secara otomatis akan merusak struktur jembatan
secara keseluruhan.
Agar pembuatan jembatan lebih ekonomis, diusahakan mencari bentang yang
terpendek diantara beberapa penampang sungai.
Karakteristik lokasi jembatan yang ideal adalah:
1. Secara geologis lokasi pondasi untuk kepala jembatan dan pilar harus baik.
Dibawah pengaruh pembebanan, permukaan tanah yang mendukung harus
bebas dari faktor geseran (slip) dan gelinding (slide). Pada kedalaman yang tidak
terlalu besar dari dasar sungai terdapat lapisan batu atau lapisan keras lainnya
yang tidak erosif, dan aman terhadap gerusan air sungai yang akan terjadi.
2. Batasan sungai pada lokasi jembatan harus jelas, jembatan diusahakan
melintasi sungai secara tegak lurus.
3. Bagian punggung atau pinggir harus cukup kuat, permanen dan cukup tinggi
terhadap permukaan air banjir.
4. Untuk mendapatkan suatu harga fondasi yang rendah, usahakan mengerjakan
pekerjaan fondasi tidak di dalam air, sebab pekerjaan fondasi dalam air
mahal dan sulit.

 Penentuan Bentang
Bentang jembatan (L) adalah jarak antara dua kepala jembatan.
L

Gambar 2.6. Potongan memanjang jembatan


Ada 2 cara dalam menentukan bentang dalam pembangunan jembatan, yaitu
untuk sungai yang merupakan limpasan banjir dan sungai yang bukan limpasan
banjir. Hal tersebut dilakukan karena berdasar pada apakah alur sungai itu akan
membawa hanyutan – hanyutan berupa material dari banjir dari suatu kawasan,

II - 9
Bahan Ajar Perancangan Bangunan Sipil A

atau sungai tersebut hanyalah digunakan sebagai aliran sungai biasa yang
tentunya tidak membawa hanyutan – hanyutan besar dari banjir. Material –
material yang dibawa pada saat banjir sangat beraneka ragam tentunya, baik jenis
maupun ukurannya sangatlah bervariasi. Oleh sebab itu pada sungai yang
dijadikan limpasan banjir penentuan bentang akan sedikit lebih panjang
dibandingkan dengan sungai yang bukan limpasan banjir.
Kepala Jembatan
L
Muka Air Banjir

a+b
l=
2
a
b
Untuk Kondisi :
- Bukan sungai limpasan banjir
- Air banjir tidak membawa hanyutan
Kepala Jembatan
L
Muka Air Banjir

l =b

a
b
Gambar 2.7. Bentang jembatan
Dimana : L = Bentang jembatan
a = Lebar dasar sungai
b = Lebar permukaan air banjir

 Material
a. Beton
Lantai jembatan dan elemen struktural bangunan atas lainnya menggunakan mutu
beton minimal K-350, untuk bangunan bawah adalah K-250 termasuk isian tiang
pancang.

II - 10
Bahan Ajar Perancangan Bangunan Sipil A

b. Baja Tulangan
Baja tulangan menggunakan BJTP 24 untuk D < 13, dan BJTD 32 atau BJTD 39
untuk D ≥ 13, dengan variasi diameter tulangan dibatasi paling banyak 5 ukuran.

A. PERENCANAAN BANGUNAN ATAS


• Pemilihan Bangunan Atas
Sebelum pembuatan jembatan perlu dilakukan perencanaan dengan tujuan agar
jembatan yang dibanguan dapat digunakan sesuai dengan fungsinya, tidak boros
dan mampu menahan beban sesuai dengan umur rencana.
Perencanaan jembatan perlu mempertimbangkan faktor ekonomis. Bentang
ekonomis jembatan ditentukan oleh penggunaan/pemilihan tipe struktur utama
dan jenis material yang optimum.

Gambar 2.8 Penentuan Tipe Jembatan Berdasarkan Bentang Jembatan

Apabila tidak direncanakan secara khusus, maka dapat digunakan bangunan as


jembatan standar Bina Marga seperti :
- Box culvert (single, double, triple) bentang 1 s/d 10 m
- Voided Slab, bentang 6 s/d 16m.
- Gelagar Beton Bertulang Tipe T, bentang 6 s/d 25 m
- Gelagar Beton Pratekan Tipe I dan box, bentang 16 s/d 40 m

II - 11
Bahan Ajar Perancangan Bangunan Sipil A

- Gelagar Komposit Tipe I dan Box Bentang 20 s/d 40 m.


- Rangka Baja Bentang 40 s.d 60 m.

• Acuan Perencanaan Teknis


a. Perencanaan struktur atas menggunakan Limit States atau Rencana
Keadaan Batas berupa Ultimate Limit States (ULS) dan Serviceability Limit
States (SLS)
b. Lawan lendut dan lendutan dari struktur atas jembatan harus dihitung
dengan cermat, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang agar
tidak elampaui batas yang diizinkan yaitu simple beam <L/800 dan
kantilever L/400.
c. Memperhatikan perilaku jangka panjang material dan kondisi lingkungan
jembatan berada khususnya selimut beton, permeabilitas beton, atau tebal
elemen bajadan galvanis terhadap resiko korosi ataupun potensi degradasi
material.

B. PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH


Struktur bawah terbagi menjadi dua bagian yaitu abutment (kepala jembatan) dan
pilar.
• Pemilihan Bangunan Bawah
Pemilihan bangunan bawah dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
- Memiliki dimensi yang ekonomis
- Terletak pada posisi yang aman, terhindar dari kerusakan akibat :gerusan arus
air, penurunan tanah, longsoran lokal dan global.
- Kuat menahan beban berat struktur atas , beban lalu lintas ,beban angin dan
beban gempa.
- Kuat menahan tekanan air mengalir, tumbukan benda hanyutan, tumbukan
kapal, dan tumbukan kendaraan
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, secara garis besar tipe-tipe
bangunan bawah yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :

II - 12
Bahan Ajar Perancangan Bangunan Sipil A

Gambar 2.9 Tipikal Jenis Kepala Jembatan

II - 13
Gambar 2.10 Tipikal Jenis Pilar Jembatan

• Acuan Perencanaan Teknis


a. Perencanaan bangunan bawah menggunakan Limit States atau
Rencana Keadaan Batas berupa Ultimate Limit States (ULS) dan
Serviceability Limit States (SLS)
b. Struktur bangunan bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka
panjang material dan kondisi lingkungan antara lain: selimut beton yang
digunakan minimal 30 mm (daerah normal) dan minimal 50 mm (daerah
agresif)

II - 14
Bahan Ajar Perancangan Bangunan Sipil A

C. PERENCANAAN PONDASI JEMBATAN


• Pemilihan Pondasi
Bentuk fondasi yang tepat untuk mendukung struktur bawah jembatan
harus dipilih berdasarkan besarnya beban struktur bawah dan atas jembatan
yang ditahan oleh fondasi, jenis dan karakter tanah, serta kedalaman tanah
kerasnya. Pemilihan pondasi dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
- Disarankan tidak menggunakan fondasi langsung pada daerah dengan
gerusan/scouring yang besar, jika terpaksa berikan perlindungan fondasi
terhadap scouring.
- Hindari peletakkan fondasi pada daerah gelincir local dan gelincir global, jika
kepala jembatan atau pilar jembatan harus diletakkan pada lereng
sungai.
- Hindari penyebaran gaya dari fondasi kepala jembatan jatuh ke lereng/tebing
sungai.
- Gunakan fondasi sesuai dengan kondisi tanah dibawah kepala atau pilar
jembatan
Berdasarkan pertimbangan tersebut di atas, secara garis besar tipe-tipe fondasi
yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Pemilihan bentuk fondasi

II - 15
• Acuan Perencanaan Teknis
a. Perencanaan pondasi menggunakan Working Stress Design (WSD)
b. Faktor keamanan (Safety Factor) (SF) untuk tiang pancang, SF Point bearing
= 2,5 - 3 dan SF Friction = 3 - 5
c. Faktor keamanan (Safety Factor) (SF) untuk fondasi Sumuran dangkal dan
fondasi dangkal SF Daya dukung = 1,5 - 3, SF Geser = 1,5 - 2 dan SF Guling =
1,5 - 2

D. PERENCANAAN JALAN PENDEKAT


• Tinggi timbunan tidak boleh melebihi H izin sebagai berikut :
a. H kritis = (c.Nc + γ.D.Nq)/γ
b. H izin = H kritis/ SF, di mana SF = 3
• Bila tinggi timbunan melebihi H izin, harus direncanakan dengan sistem
perkuatan tanah dasar yang ada.

2.4. TAHAPAN PERENCANAAN JEMBATAN

Untuk menjamin desain jembatan memenuhi kriteria desain di atas, maka desain
jembatan harus mengikuti proses desain sebagai berikut :
1. Melakukan survey pendahuluan untuk mengumpulkan data-data dasar
perencanaan dan untuk mengetahui letak jembatan.
2. Membuat pradesain/ rancangan awal berdasarkan hasil survey pendahuluan
3. Melalukan pengkajian hasil pradesain, dan jika perlu melakukan survey kembali
untuk memastikan :
a. Lebar dan Bentang jembatan.
b. Perlu tidaknya pilar.
c. Letak kepala jembatan
d. Posisi struktur atas jembatan terhadap muka air banjir atau permukaan air laut
tertinggi atau bangunan lain yang ada dibawahnya
e. Bahan – beban lain/khusus yang mungkin bekerja pada jembatan h. Metoda
konstruksi yang akan digunakan
4. Menentukan desain akhir dari struktur atas dan bawah jembatan

II - 16
Bahan Ajar Perancangan Bangunan Sipil A

5. Menentukan beban – beban yang bekerja pada jembatan


6. Melakukan perhitungan analisa struktur
7. Menentukan dimensi tiap elemen jembatan
8. Membuat gambar hasil perencanaan

Gambar 2.11 Tahapan proses desain Jembatan

2.4.1. Perencanaan Struktur Atas


1. Tahapan Pengumpulan data – data yang diperlukan
- Fungsi jembatan; berhubungan dengan syarat kenyamanan
- Umur rencana; berhubungan dengan material yang akan digunakan dan
bahan pengawetnya
- Lebar jalan dan klas jalan; lebar jembatan dan pembebanan
- Jenis jembatan ( viaduk, aquaduk); penentuan clearance ( sungai :
tergantung
- Bahan yang akan digunakan; berhubungan dengan kesedianaan material
- Peta situasi; penentuan posisi jembatan terhadap jalan dan sungai
- Lokasi jembatan ( di kota / di daerah mana ); berhubungan dengan

II - 17
peninjauan gempa
- Data tanah ; peninjauan gempa dan jenis pondasi
- Topografi sungai ; penentuan bentang, perlu tidaknya pilar, penentuan letak
pilar, penentuan letak kepala jembatan.
- Jenis sungai ; penentuan letak kepala jembatan, Clearance, perlu tidaknya
pilar
- Muka air banjir / rintangan dibawah jembatan; posisi struktur atas
- Kecepatan arus air banjir; gaya pada pilar
- Kecepatan angin; gaya pada struktur atas dan bawah

2. Pembuatan bentuk / arsitek jembatan


- Penempatan letak jembatan terhadap sungai/rintangan dibawahnya; tegak
lurus , terpendek, perlu analisa antara memindahkan sungai, melengkungkan
jalan, atau jembatan serong )
- Penentuan bentang jembatan; perlu analisa mahal mana pembuatan kepala
jembatan atau struktur atas
- Penentuan perlu tidaknya pilar; mahal mana antara pembuatan pilar dengan
struktur atas bentang panjang .
- Penentuan type struktur atas ( Gelagar, box, rangka, kabel, kombinasi rangka
atau Gelagar dengan kabel )
- Penentuan type struktur bawah ; bentuk pilar dan kepala jembatan
3. Pemodelan struktur
- Penentuan type hubungan struktur atas dan bawah ; kaku, sendi, rol
- Pemodelan hubungan antar elemen pembentuk jembatan ; jepit, sendi
- Pembuatan model analisa; model mekanika.
4. Preliminary design ( Pra desain)
- Penentuan ukuran struktur atas dan bawah
- Penentuan / perkiraan dimensi bagian –bagian struktur atas
- Penentuan / perkiraan dimensi bagian –bagian struktur bawah
5. Analisa struktur
Analisis struktur dilakukan untuk mendapatkan gaya-gaya dalam dengan
pembebanan yang direncanakan. Analisis ini dapat diselesaikan dengan

II - 18
Bahan Ajar Perancangan Bangunan Sipil A

menggunakan software.
Analisis statik
• Dilakukan untuk dua kondisi, yaitu kondisi batas layan dan kondisi
batas ultimate (dengan faktor-faktor beban yang disesuaikan)
• Model dibuat untuk keseluruhan struktur dengan berbagai kondisi
pembebanan, termasuk beban angin yang dianggap pendekatan angin
statik dan gempa statik ekivalen jembatan.
Analisis dinamik
Dilakukan untuk jembatan khusus dengan :
• Gempa dinamis, menggunakan simulasi pada komputer.
• Angin dinamis, menggunakan simulasi pada komputer dan analisa model
pada wind tunnel test di laboratorium uji

ƒAnalisis pada masa konstruksi


• Dilakukan sesuai dengan tahap-tahap pengerjaan struktur sehingga
setiap elemen struktur terjamin kekuatan maupun kekakuannya selama
masa konstruksi.
2.4.2. Perencanaan Struktur Bawah
1. Menentukan letak Kepala jembatan dan pilar, berdasarkan Bentuk
penampang sungai, permukaan air banjir, jenis aliran sungai, dan statigrafi
tanah.
2. Menentukan bentuk dan dimensi awal kepala dan pilar jembatan yang
sesuai dengan ketinggian dan kondisi sungai.
3. Menentukan bentuk fondasi yang sesuai dengan kondisi tanah dibawah
kepala dan pilar jembatan
4. Menentukan beban-beban yang bekerja pada kepala dan pilar jembatan.
5. Melakukan perhitungan mekanika teknik untuk mendapatkan gaya-gaya
dalam.
6. Menentukan dimensi akhir dan penulangan berdasarkan gaya-gaya dalam
tersebut.

II - 19
SURVEY

PENGUMPULAN DATA
a. Penampang sungai
b. Permukaan air banjir dan normal
c. Data sondir, boring dan NSPT

EVALUASI DATA

PRADESAIN
a. Type/model struktur
b Lebar jembatan
c. Bentang jembatan
d. Posisi / letak Pilar/pylon dan kepala jembatan
e. Bentuk Pilar/Pylon dan kepala jembatan
f. Posisi struktur atas terhadap MAB/HWS/bangunan lain yang ada dibawahnya
g. Bahan Pilar/Pylon dan dan kepala jembatan
h. Ukuran pilar/Pylon dan kepala jembatan

PENENTUAN BEBAN-BEBAN YANG BEKERJA


a. Beban mati dan bean lalu lintas pada struktur atas
b. Beban angin dan beban gempa pada struktur atas
c. Beban air dan tumbukan pada Pilar jemabatan

Desain akhir Perhitungan Modifikasi


struktur

Gambar kostruksi

Gambar 2.12. Diagram alir proses desain struktur bawah jembatan

II - 20
Bahan Ajar Perancangan Bangunan Sipil A

2.4.3. Perencanaan Pondasi


1. Menentukan letak /posisi fondasi dibawah rencana kepala jembatan atau
pilar,
2. Melakukan penyelidikan tanah pada tempat dimana kepala dan pilar
jembatan akan diletakkan.
3. Menentukan bentuk fondasi yang sesuai dengan kondisi tanah dibawah
kepala dan pilar jembatan
4. Menentukan beban-beban yang bekerja pada fondasi, yang berasal dari
aksi kepala dan pilar jembatan .
5. Melakukan perhitungan mekanika untuk mendapatkan gaya-gaya luar dari
tekanan tanah, gaya reaksi sebagai daya dukung tanah, dan gaya-gaya dalam
pada tubuh pondasi.
6. Menentukan dimensi dan pendetailan penampang berdasarkan gaya-gaya
dalam tersebut.
7. Pengecekan kapasitas pondasi yang didasarkan kepada:
8. Kapasitas fondasi harus proposional sesuai dengan bahan yang di gunakan.
9. Kapasitas fondasi ditentukan oleh kapasitas tanah.
10. Kapasitas fondasi ditentukan oleh kestabilan tanah pendukungnya,
termasuk keruntuhan akibat gelincir.
11. Kontrol ketahanan fondasi terhadap kemungkinan : geser, guling dan
penurunan, jika fondasi tidak didudukkan pada lapisan tanah yang keras,

II - 21

Anda mungkin juga menyukai