BAB 2
PENETAPAN LEBAR LANTAI KENDARAAN,
JUMLAH JALUR DAN LAJUR LALU LINTAS
DAN KELAS JEMBATAN
2.1. Umum
Bab ini menjelaskan batasan-batasan apa yang harus dijadikan acuan oleh bridge
design engineer dalam menetapkan lebar lantai kendaraan, jumlah jalur dan lajur
lalu lintas dan kelas jembatan. Besaran-besaran yang menyangkut lebar lantai
kendaraan, jumlah jalur dan lajur lalu lintas dan kelas jembatan harus ditentukan
terlebih dahulu sebelum perencanaan jembatan dibuat, agar jembatan tersebut
dapat memenuhi persyaratan kapasitas maupun kemampuannya di dalam memikul
beban hidup dan beban mati. Penetapan lebar lantai kendaraan perlu dikaitkan
dengan lebar perkerasan jalan karena memang jembatan merupakan bagian dari
jalan. Dari standar yang berlaku selama ini, lebar lantai kendaraan bervariasi mulai
dari 4.50 m, 6.00 m sampai 7.00 m, tergantung dari Kelas Jembatan. Di luar standar
lebar lantai kendaraan tersebut, tentu terdapat jembatan-jembatan yang lebarnya
tidak mengikuti standar karena berbagai pertimbangan. Ini merupakan produk
desain khusus di luar standar yang sudah ada, dan dimungkinkan karena Pedoman
Perencanaan Pembebanan Jalan Raya - SKBI 1.3.28.1987 telah mengatur batasan-
batasan lebar lantai kendaraan dimaksud, dikaitkan dengan jumlah lajur lalu lintas.
2-1
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Atas Jembatan
4m 5m
0.5 1.75 0.5
2.75 m
0.25 Ms Ms Ms
b1 b2 a2
a1
a2 b2 2.75 m
a. Sebagai contoh, jika suatu jembatan terletak pada ruas jalan Nasional dengan
lebar bahu jalan + perkerasan jalan + bahu jalan = 1.00 m + 7.00 m + 1.00 m,
maka lebar lantai kendaraan pada jembatan ditetapkan = 7.00 m sedangkan
lebar trotoir kiri-kanan masing-masing diambil = 1.00 m.
b. Akan tetapi jika suatu jembatan terletak pada ruas jalan Nasional dengan lebar
bahu jalan + perkerasan jalan + bahu jalan = 2.00 m + 7.00 m + 2.00 m, maka
lebar lantai kendaraan pada jembatan ditetapkan = 7.00 m sedangkan lebar
trotoir kiri-kanan masing-masing tidak diambil = 2.00 m, akan tetapi masing-
masing trotoar kiri dan kanan tetap = 1.00 m.
2-2
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Atas Jembatan
c. Contoh lain, jika suatu jembatan terletak pada ruas jalan Propinsi dengan lebar
bahu jalan + perkerasan jalan + bahu jalan = 2.00 m + 6.00 m + 2.00 m, maka
lebar lantai kendaraan pada jembatan ditetapkan = 6.00 m sedangkan lebar
trotoir kiri-kanan masing-masing diambil = 0.50 m.
d. Contoh lain lagi, jika suatu jembatan terletak pada ruas jalan Kabupaten dengan
lebar bahu jalan + perkerasan jalan + bahu jalan = 2.00 m + 5.00 m + 2.00 m,
maka lebar lantai kendaraan pada jembatan ditetapkan = 4.50 m sedangkan
lebar trotoir kiri-kanan masing-masing diambil = 0.50 m jika biaya yang tersedia
untuk pekerjaan fisik jembatan sangat terbatas. Akan tetapi jika biaya yang dapat
disediakan untuk pekerjaan fisik relatif mencukupi, maka lebar lantai kendaraan
diambil = 6.00 m, sedangkan lebar trotoir kiri-kanan masing-masing diambil =
0.50.
e. Lebar lantai kendaraan disebut juga sebagai lebar jalur kendaraan. Di lapangan,
lebar lantai kendaraan pada berbagai jembatan tidak seluruhnya mengikuti
standar 7.00 m, 6.00 m, atau 4.50 m. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada
Sub Bab 2.2. Penetapan Jumlah Lajur Lalu Lintas.
f. Lebar lantai kendaraan pada jembatan ditentukan mengikuti standar lebar jalan
yang diambil berdasarkan Volume Lalu Lintas Harian Rata-rata ruas (VLHR)
jalan dimaksud pada akhir umur pelayanan jalan. Berikut ini diberikan tabel yang
memberikan gambaran hubungan antara VLHR dalam smp/hari dengan lebar
jalan arteri, kolektor dan lokal. Lebar trotoir jembatan tidak mengikuti standar
bahu jalan yang ada pada tabel tersebut, akan tetapi tergantung pada Kelas
Jembatan, kalau untuk jembatan Kelas A lebar trotoirnya = 1.00 m, sedangkan
jembatan Kelas B dan C lebar trotoirnya = 0.50 m.
2-3
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Atas Jembatan
2-4
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Atas Jembatan
2.3. Penetapan jumlah jalur dan lajur lalu lintas dan penggunaannya
Yang dimaksud dengan jumlah jalur lalu lintas adalah jumlah arah lalu lintas.
Jembatan dikatakan mempunyai 1 (satu) jalur lalu lintas apabila jembatan tersebut
hanya dilalui oleh lalu lintas satu arah saja. Jika suatu jembatan disiapkan untuk
dapat dilalui oleh lalu lintas dalam dua arah, maka jembatan tersebut dikatakan
mempunyai 2 (dua) jalur. Jembatan merupakan bagian dari jalan, oleh karena itu
jumlah jalur jembatan harus disesuaikan dengan jumlah jalur jalan dimana jembatan
tersebut terletak.
Sedangkan yang dimaksud dengan lajur lalu lintas adalah bagian dari lantai
kendaran yang digunakan oleh suatu rangkaian kendaraan. Penetapan lajur lalu
lintas dimaksudkan untuk menentukan beban hidup D dalam perhitungan
perencanaan.
notasi :
2-5
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Atas Jembatan
Istilah jalur yang digunakan dalam SKBI 1.3.28.1987 masih berdasarkan pengertian
lama yaitu jalur = lane ; sekarang yang dimaksud dengan lane adalah bukan jalur
akan tetapi lajur.
a. Lajur lalu lintas mempunyai lebar minimum 2.75 meter dan lebar maksimum 3.75
meter. Lebar lajur minimum ini harus digunakan untuk menentukan beban D
per jalur.
b. Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan sama atau lebih kecil dari 5,5 m,
beban D sepenuhnya (100%) harus dibebankan pada seluruh lebar jembatan.
c. Untuk jembatan dengan lebar lantai kendaraan lebih besar dari 5,5 meter, beban
D sepenuhnya (100%) dibebankan pada lebar jalur 5.50 m sedang selebihnya
dibebani hanya separuh beban D (50%) seperti terlihat pada gambar berikut ini:
Dalam menentukan beban hidup (beban terbagi rata dan beban garis) perlu
diperhatikan ketentuan bahwa :
a. Panjang bentang (L) untuk muatan terbagi rata adalah ketentuan dalam
perumusan koefisien kejut.
b. Beban hidup per meter lebar jembatan menjadi sebagai berikut :
Beban terbagi rata = (q ton/meter)/2,75 meter
Beban garis = (P ton)/2,75 meter
2-6
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Atas Jembatan
Angka pembagi 2,75 meter diatas selalu tetap dan tidak tergantung pada jalur
lalu lintas.
Berikut ini diberikan Tabel 2-3 Jumlah Lajur Lalu Lintas dalam kaitannya dengan
lebar lantai kendaraan :
2-7
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Atas Jembatan
Jumlah Lajur
Lebar Lantai Kendaraan
Lalu Lintas
5.50 sampai dengan 8.25 m 2
Lebih dari 8.25 m sampai dengan 11.25 m 3
Lebih dari 11.25 m sampai dengan 15.00 m 4
Lebih dari 15.00 m sampai dengan 18.75 m 5
Lebih dari 18.75 m sampai dengan 32.75 m 6
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sejak tahun 1988
perencanaan jembatan ditetapkan ditetapkan dengan mengacu pada butir
2-8
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Atas Jembatan
2.3.3. Kelas A digunakan untuk jembatan yang terletak pada jalan Nasional
atau jalan Propinsi, Kelas B digunakan untuk jembatan yang terletak pada
jalan Kabupaten, sedangkan Kelas C digunakan untuk jembatan yang
terletak pada ruas jalan kabupaten atau pada ruas jalan yang lebih rendah
dari pada jalan Kabupaten. Selain lokasi jembatan, faktor lain yang perlu
dijadikan pertimbangan adalah Kelas Jalan (dimana lokasi jembatan
dimaksud berada).
Catatan:
Untuk keperluan perencanaan teknis jembatan, beban hidup D dan beban hidup T yang
dijelaskan di atas (SKBI 1.3.28.1987) masih digunakan, namun sebagai pembanding,
pengertian beban hidup D dan beban hidup T yang dikembangkan sesuai dengan BMS7-
C2-Bridge Design Code 1992 juga diberikan di dalam modul ini.
RANGKUMAN
2-9
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Atas Jembatan
a. Besaran-besaran yang menyangkut lebar lantai kendaraan, jumlah jalur dan lajur lalu
lintas dan kelas jembatan harus ditentukan terlebih dahulu sebelum perencanaan
jembatan dibuat, agar perencanaan jembatan tersebut dapat memenuhi persyaratan
kapasitas maupun kemampuannya di dalam memikul beban hidup dan beban mati.
b. Lebar lantai kendaraan pada jembatan ditetapkan dengan mengikuti lebar perkerasan
jalan, akan tetapi lebar trotoir jembatan tidak harus selalu sama dengan lebar bahu
jalan. Berdasarkan standar yang berlaku di Indonesia, lebar trotoar jembatan ditentukan
mengikuti Kelas Jembatan, untuk jembatan Kelas A lebar trotoir diambil = 1.00 m, untuk
jembatan Kelas B lebar trotoir = 0.50 m dan untuk jembatan Kelas C lebar trotoir = 0.50
m.
c. Yang dimaksud dengan jumlah jalur lalu lintas adalah jumlah arah lalu lintas sedangkan
yang dimaksud dengan lajur lalu lintas adalah bagian dari lantai kendaran yang
digunakan oleh suatu rangkaian kendaraan. Penetapan lajur lalu lintas dimaksudkan
untuk menentukan beban hidup D dalam perhitungan perencanaan. Lajur lalu lintas
mempunyai lebar minimum 2.75 meter dan lebar maksimum 3.75 meter. Lebar lajur
minimum ini harus digunakan untuk menentukan beban D per jalur.
2-10
Pelatihan Bridge Design Engineer Perencanaan Bangunan Atas Jembatan
Latihan atau penilaian mandiri menjadi sangat penting untuk mengukur diri atas tercapainya
tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh para pengajar/ instruktur, maka pertanyaan
dibawah perlu dijawab secara cermat, tepat dan terukur.
Soal :
Jawaban:
Elemen Kompetensi / Apabila Ya
No. KUK (Kriteria Unjuk Pertanyaan sebutkan butir-
Ya Tdk
Kerja) butir kemampuan
anda
1. Menetapkan lebar lantai
kendaraan, jumlah jalur
dan lajur lalu lintas, dan
kelas jembatan
1.2. Jumlah jalur dan lajur 1.2. Apakah anda mampu a. .........................
lalu-lintas ditetapkan menetapkan jumlah
b. .........................
sesuai dengan jalur dan lajur lalun
ketentuan teknis lintas dalam rangka c. .........................
yang berlaku perencanaan teknis dst.
jembatan?
2-11