Anda di halaman 1dari 35

PEMBELAJARAN

DASAR DASAR PERENCANAAN PERKERASAN JALAN RAYA


Salah satu bahagian program pemerintah adalah pembangunan jalan raya, sehingga jalan
yang dibangun dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pemaakai jalan raya sesuai
dengan fungsinya (Dept PU H al I 1978 )
Pengertian jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari
suatu tempat ketempat  yang lainya. Arti lintasan menyangkut jalur tanah yang di perkuat, dan
arti lalulintas menyangkut semua benda dan makluk yang lewat  dijalan tersebut.
Langkah langkah perencanaan tebal perkerasan lentur yatu :
a. Metode analisa komponen.
b. Metoda bengkelman beam.
Macam macam penggunaan perencanaan yaitu :
-          Perkerasan jalan baru (new ontruction)
-          Perencanaan perkuatan jalan lama (lapisan tambahan / overlay)
-          Perencanaan kontruksi bertahap (stage countruction)
A.    Penggolongan jalan.
Dari sejarah jalan dapat digolongkan sebagai berikut :
1.      Sesuai pelayanan yang didasarkan atas :
a.       Sarana social dan ekonomi (jalan ekonomi)
b.      Prasarana politik dan militer (jalan startegi)
2.      Sesuai dengan  pengawasan seperti :
a.       Jalan desa
b.      Jalan kabupaten kota
c.       Jalan propinsi yaitu jalan yang menghubungkan seluruh kota kota dalam propinsi yang
bersangkutan
d.      Jalan negara yaitu jalan yang menghubungkan ibukota2 propinsi.

B.     Klasifikasi jalan
1.      Jalan skunder  yaitu jalan yang menghubungkan kekota kabupaten
2.      Jalan primer yatu jalan yang menghubungkan kekota besar
Berdasarkan fungsinya jalan dibagi atas empat macam yaitu:
1.      jalan arteri             : jalan akses yang dibatasi secara efesien yang jarak jauh dengan kecepatan
60-80km jam
2.      jalan koektor         : jalan akses yang dibatasi untuk jarak sedang dengan kecepatan 40-60km/jam
3.      jalan local  : jalan akses tidak dibatasi  untuk jarak pendek dengan kecepatan 20-40km/jam.
4.      Jalan tol     : jalan akses yang dibatasi dengan jarak pendek dengan kecepatan 80-120km/jam

C.    Volume dan sifat lalulintas


1.      Perkerasan jalan.
Menentukan tebal perkerasan jalan yang akan diuraikan adalah disini adalah untuk menentukan
data untuk menentukan tebal perkerasan jalan raya.
a.       Lalu lintas
1.      Kenyataan hasil perhitungan lalu lintas (traficcounts) yang di catat oleh petugas jembatan
timbang.
2.      Perkembangan lalu lintas sesuia dengan kondisi dan pontensi social ekonomi daerah yang
bersangkutan.
3.      Long range planning yaitu perencanaan jangka panjang.
b.      Umur rencana
Umur rencana perkerasan jalan ditentukan  tidak terlepas dari pertimbngan2 lalu lintas nilai
ekonomis  dari jalan yang bersangkutan, agar segala sesuartu menjadi seimbabng baik kegunaan
dan pembiyaan.
c.       Tanah dasar dan matrial
Tanah dasar dan matrial yang akan menjadi bagian dari kontruksi perkerasaan, besarnya rencana
didasarkan pada hasil dari penilaaian survey, dan penelitian di laboratorium.
d.      Pemeliharaan
-          Perbaikan drainase agar tetap lancer
-          Pemeliharaan permukaan jalan agar tetap stabil
-          Pemeliharaan permukaan jalan dengan menambah lapisan haus,lapisan perata.
-          Menutup lobang lobang stempat.

2.      Istilah dalam pekerjaan jalan


a.       Jalur rencana adalah jalur lalulintas dari suatu system jalan raya, yang menampung lalu lintas
besar.
b.      Umur rencana (UR) adalah jumlah waktu dalam satu tahun dirancang dari dimulai dibukanya
jalan  raya yang baru sampai pada saat diberlakukanya perbaikan jalan.
c.       Indect permukaan (IP)adalah suatu angka yang menyatakan kehalusan serta kekokohan
permukaan  jalan yang bertalian dengan tingkat pelayanan lalu lintas yang lewat.
d.      Jumlah lalu lintas harian rata2 (LHR) adalah

e.       Angka ekivalen adalah angka dari suatu beban as kendaraan yang menyatakan jumlah dari  lalu
llintas, yang akan  menyebabkan drajat krusakan.
f.       Lintas ekivalen pertama (LEP) jumlah lintasan ekivalen harian pada jalur rencana
g.      Lintas ekivalen rencana (LER) yaitu jumlah lintas ekivalen  harian rata rata dari as tunggal 
seberat 8.2 ton pada jalur rencana yang diduga terjadi selama umur rencana.
h.      Factor regional (FR) factor stempat yang berhubungan dengan iklim hujan kondisi ini
berpengaruh terhadap daya dukung tanah
i.        Daya dukung tanah (DDT) suatu skala yang dipakai dalam nomogram penetapan tebal
perkerasan untuk menyatakan kekuatan tanah dasar.
j.        Indeks tebal perkerasan (ITP) adalah indeks tebal perkerasan adalah suatu angka yang
berhubungan penentuan tebal perkerasaan.

D.    Bagian bagian perkerasan jalan


Bagian  perkerasan jalan umumnya meliputi : lapis pondasi bawah (sub base course ),
lapis pondasi (base course), dan lapisan perkerasan permukaan (surface course)
1.      Tanah dasar (sub grade)  
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkersaan jalan sangat tergantung dari sifat2 dan daya
tukung tanah dasar. Umumnya persoalan yang menyangkkut tanah dasar adalah sebagai berikut :
a.       Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari macam tanah tertentu akibat beban lalu
lintas.
b.      Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat beban lalulintas.
c.       Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan akibat perubahan kadar air.
d.      Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalulintas  dari macam2 tertentu
e.       Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan penurunan akibat kannya, yaitu tanah
berbutitr kasar  (granula soil) yang tidak dipadatkan secara baik pada pelaksanaan.
Jenis- jenis tanah:
- Tanah Liat Koloidal (Colloid)
Bentuk butir- butir tanah liat koloidal itu bulat dan mempunyai permukaan yang licin. Besar
butir- butirnya kurang dari 1µ (µ dibaca mikron ;1 µ =1/1000 mm). Butir- butirnya diselimuti
oleh suatu selaput air. Gaya adhesi tanah liat koloidal terhadap air itu besar sekali.
- Tanah liat biasa (clay)
Bentuk butir- butir tanah liat biasa itu bulat dan mempunyai permukaan yang licin. Besar butir-
butirnya antara 1 µ dan 5 µ. Gaya Adhesi tanah liat biasa terhadap air itu tidak seberapa besar.
- Tanah lumpur (silt)
Bentuk butir- butir tanah lumpur itu bulat dan mempunyai permukaan yang agak kasar. Besar
butir- butirnya antara 5 µ dan 50 µ gaya adhesi tanah lumpur terhadap air itu kecil sekali.
- Pasir halus (fine sand)
Bentuk butir- butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut- sudut kasar. Besar butir-
butirnya antara 50 µ dan 200 µ. Tidak ada gaya adhesi antara butir- butir pasir halus dan air.
- Pasir Kasar (Coarse sand)
Bentuk butir- butir pasir halus itu tidak bulat benar tetapi bersudut- sudut kasar dan tajam. Besar
butir- butirnya antara 200 µ dan 2 mm. tidak ada gaya adhesi antar butir- butir pasir kasar dan
air.
- Kerikil (gravel)
Bentuk butir- butir kerikil itu bermacam- macam ada yang bulat, bulat telur dan ada yang pipih.
Besar butir- butirnya lebih dari 2 mm.

2.      Lapis pondasi bawah (subbase)


Fungsi pondasi bawah antara lain:
a.       Sebagai bagian dari kontruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan beban ke roda.
b.      Mencapai efesiensi penggunaan matrial yang relative murah  agar lapisan selebihnya dapat
dikurangi tebalnnya .
c.       Untuk mencegah tanah dasar masuk kedalam lapisan pondasi.
d.      Sebagai lapisan pertama agar pelaksanaan dapat berjalan dengan lancer.
Hal ini sehubungan dengan terlalu lemahnya daya dukung tanah dasar terhadap roda roda
alat besar atau karena kondisi lapangan yang memaksa harus segera meutup tanah dasar, dari
pengaruh cuaca.bermacam macam tipe tanah stempat (CBR >20%, PI 10%) yang relative lebih
baik dari tanah dasar yang dapat digunakan sebagai bahan pondasi bawah. Campuran campuran
tanah setempat dengan kapur atou semen Portland dalam beberapa hal sangat dianjurkan, agar
dapat batuan yang efektif terhadap kestabilan konstruksi perkerasan.

Ditinjau dari asal kejadiannya agregat/ batuan dapat dibedakan :


- Batuan beku
Batuan yang berasal dari magma yang mendingin dan membeku. Dibedakan atas, batuan beku
luar (extrusive igneous rock) dan batuan beku dalam (intrusive igneous rock).
- Batuan sedimen
Sedimen berasal dari campuran partikel mineral, sisa- sisa hewan dan tanaman.
Berdasarkan cara pembentukannya batuan sedimen dapat ddibedakan atas:
-          Batuan sedimen yang dibentuk secara mekanik seperti breksi, konglomerat, batu pasir dan batu
lempung. Batuan ini banyak mengandung silica.
-          Batuan sedimen yang di bentuk secara organis seperti batu gamping, batu-bara, opal.
-     Batuan sedimen yang dibentuk secara kimiawi seperti batu gamping, garam, gips dan flint.
- Batuan metamorf
Berasal dari batuan sedimen ataupun batuan beku yang mengalami proses perubahan bentuk
akibat adanya perubahan tekanan temperature dari kulit bumi.
Berdasarkan proses pengolahannya.
- Agregat alam
Agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di alam atau dengan sedikit proses
pengolahan, dinamakan agregat alam.
Dua bentuk agregat alam yang sering dipergunakan yaitu: kerikil dan pasir.
Kerikil adalah agregat dengan ukuran partikel >¼ inch (6,35 mm), Pasir adalah agregat dengan
ukuran partikel < ¼ inch tetapi lebih besar dari 0,075 mm (saringan no.200).
- Agregat yang melalui proses pengolahan
Digunung- gunung atau di bukit- bukit sering ditemui agregat masih berbentuk batu gunung
sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebelum dapat digunakan sebagai agregat
konstruksi perkerasan jalan.

Agregat ini harus melalui proses pemecahan terlebih dahulu supaya diperoleh:
-          Bentuk partikel bersudut diusahakan berbentuk kubus.
-          Permukaan partikel kasar sehingga mempunyai gesekan yang baik.
-          Gradasi sesuai yang diinginkan.
Proses pemecahan agregat sebaiknya menggunakan mesin pemecah batu (Crusher stone)
sehingga ukuran partikel yang dihasilkan dapat terkontrol sesuai dengan spesifikasi yang
ditetapkan.
- Agregat buatan
Agregat yang merupakan mineral filler/ pengisi (partikel dengan ukuran <0,075>

3.      Lapis pondasi (base)


Fungsi lapisan antara lain :
a.       Sebagai bagian perkerasaan yang menahan beban  roda
b.      Ssebagai perletakan terhadap lapis pemukaan
Bahan bahan untuk lapis pondasi pada umumnya harus cukup kuat dan awet sehingga dapat
menahan beban roda. Sebelum menentukan suatu bahan untuk dugunakan sebagai bahan
pondasi, hendakanya dilakukan penyelidikan dan pertimbangan sebaik baiknya sehubungan
dengan persyaratan teknik.

4.      Lapisan pondasi permukaan (surface)


Fungsi lapis permukaan antara lain ;
a.       Sebagai bahan perkerasan  untuk menahan beban roda
b.      Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusaakan cuaca.
c.       Sebagai lapisan aus (wearing course)

Bahan untuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan untuk lapis pondasi,
dengan oersyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspal diperlukan agar lapisan bersifat
kedap air,sedangkan sendiri aspal memberikan bantuan tegangan  tarik, yang berarti menambah
daya dukung lapisan terhadap beban roda lalu lintas. Pemilihan bahan untuk lapis permukaan
perlu dipertimbangkan kegunaanya, umur rencana serta pentahapan kontruksi, agar dicapai
mamfaat yang sebesar besarnya dari biaya yang dikeluarkan.
Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau coklat tua,pad temperature
ruang berbentuk padat sampai agak padat.jika dipanaskan sampai suatu temperature tertentu
aspal dapat menjadi lunak atau cair sehingga dapat membungkus partikel agregat pada waktu
pembuatan aspal beton atau dapat masuk kedalam pori-pori yang ada pada penyemprotan atau
penyiraman pada kekerasan macadam ataupun peleburan.Jika temperature mulai turun,aspal
akan mengeras dan mengikat agregat pada rempatnya (sifat termoplastis).
Jenis Aspal:
Berdasarkan cara diperolehnya aspal dapat dibedakan atas :
1. Aspal alam,dapat dibedakan atas
- Aspal gunung (rock asphalt),contoh aspal dari pulau beton
- Aspal danau (lake asphalt) contoh aspal dari Bermudez,Trinidad.
2. Aspal buatan
- Aspal minyak merupakan hasil penyulingan minyak bumi
- Tar,merupakan hasil penyulingan batubara tidak umum digunakan untuk perkerasan jalan kara
lebih cepat mengeras,peka terhadap perubahan temperature dan beracun.
Sifat aspal
Aspal yang digunakan pada konsturksi perkersan jalan berfungsi sebagai :
1. Bahan pengikat,member ikatanyang kuat antara aspal dan agregat dan antara aspal itu sendiri
2. Bahan pengisi mengisi rongga antara butir-butir agregat dan pori-pori yang ada dari agregat itu
sendiri.
EVALUASI
Selesaikanlah soal soal dibawah ini dengan benar :
1.      Apa yang dimaksud dari akses jalan dibatasi  pada klasifikasi jalan arteri, kolektor?
2.      Dalam pembuatan jalan kenapa umur rencana harus di pertimbangkan? Dan juga mengapa dalam
perencanaan jalan baru harus menggunakan data yang lama.
3.      Secara struktur apa yang membedakan lapisan pondasi flexible pavement dengan perkerasan
rigid pavement.
4.      Apa kebihan dan kekurangan perencanaan perkerasan jalan raya dengan flekxible pavement  dan
rigid pavement

BAB III
PEMBELAJARAN
PERENCANAAN PERKERASAN JALAN BARU
(NEW COUNTRUCTION)
 Lalulintas Rencana
A. Persentase Kendaraan pada Lajur Rencana.
Jalur Rencana (JR) merupakan jalur lalulintas dari suatu ruas jalan raya yang terdiri daris
satu lajur atau lebih, jumlah lajur berdasarkan lebar jalan dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini:

Koefisien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada jalur
rencana ditentukan menurut table 3.3 dibawah ini :
B. Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan
Angka ekivalen (E) masing-masing golongan beban sumbu (setiap kendaraan) ditentukan
menurut rumus daftar dibawah ini :

a. Angka Ekivalen sumbu tunggal:

b. Angka Ekivalen sumbu ganda:

Selain menggunakan rumus diatas, penentuan angka ekivalen dapat ditentukan melalui Tabel
yang telah dikeluarkan oleh Bina Marga seperti yang
terlihat pada Tabel 3.4.

C. Perhitungan Lalulintas harian lalu lintas dan rumus rumus lintas ekivalen
a. lalu lintas harian rata rata (LHR) setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal umur rencana,
yang dihitung uuntuk dua arah pada jalan tampa median atau masing masing arah pada jalan
dengan  median.
b. Lintas Ekivalen Permulaan (LEP)

j= jenis kendaraan
n=tahun pengamatan
c. Lintas Ekivalen Akhir (LEA)

dengan:
     = Jenis kendaraan
     = Tahun pengamatan
R    = Lalu lintas harian rata – rata
     = Perkembangan lalu lintas
     = Umur rencana
     = Koefisien distribusi kendaraan,dan
      = Angka ekivalen ( E ) beban sumbu kendaraan.

d. Linta Ekivalen Tengah (LET)

dengan:
LET : Lintas Ekivalen Tengah
LEP : Lintas Ekivalen Permukaan
LEA : Lintas Ekivalen Akhir

f. Lintas Ekivalen Rencana

LER =LET x FP
Factor penyesuaian (FP) dihitung dengan rumus sebagai berikut :
FP=UR x 10
FP= faktor penyesuaian
UR= umur rencana, (tahun)

D. Daya Dukung Tanah Dasar


Daya Dukung Tanah Dasar  (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi
Harga yang mewakili dari sejumlah harga CBR yang dilaporkan , ditentukan sebagai berikut :
a.       Tentukan harga CBR terendah
b.      Tentkan berapa banyak harga CBR yang sama dan lebih besar dari masing masing nilai CBR.
c.       angka jumlah terbanyak dinyatakan sebagai 100%. jumlah lainya merupakan persentase dari
100%.
d.      dibuat grafik hubungan antara harga CBR dan persentase jumlah tadi.
e.       Nilai CBR yang mewakili adalah yang didapat dari angka persentase 90%

seperti pada Gambar 3.1. Daya dukung tanah dasar diperoleh dari nilai CBR atau

F. Faktor Regional
Faktor regional (FR) adalah faktor koreksi sehubungan dengan adanya
perbedaan kondisi dengan kondisi percobaan AASHTO Road Test dan disesuaikan
denga keadaan Indonesia. FR dipengaruhi oleh bentuk elemen, persentase
kendaraan berat yang berhenti serta iklim, penentuan FR menggunakan Tabel 3.5.

G. Indeks Permukaan
Indeks permukaan adalah nilai kerataan/ kehalusan serta kekokohan permukaan yang bertalian
dengan tingkat pelayanan bagi lalulintas yang lewat. Nilai Indeks permukaan beserta artinya
adalah sebagai berikut :
a. IP = 1,0 menyatakan permukaan jalan dalam keadaan rusak berat sehingga menganggu lalu lintas
kendaraan.
b. IP = 1,5 menyatakan tingkat pelayanan rendah yang masih mungkin ( jalan tidak terputua )
c. IP = 2 menyatakan tingkat pelayanan rendah bagi jalan yang masih cukup.
d. IP = 2,5 menyatakan permukaan jalan masih cukup stabil dan baik.

Dalam menentukan IP pada akhir umur rencana, perlu dipertimbangkan faktor – faktor
klasifikasi fungsional jalan dan jumlah lintas ekivalen rencana ( LER ) seperti ditunjukkan pada
Tabel 3.6.

* ) LER dalam satuan angka ekivalen 8,16 ton beban sumbu tunggal.
Catatan : Pada proyek – proyek penunjang jalan, JAPAT/ jalan murah atau jalan darurat maka IP
dapat diambil 1,0 .

Dalam menentukan Indeks permukaan pada awal umur rencana ( IPo ) perlu diperhatikan jenis
lapis permukaan jalan ( kerataan/ kehalusan serta kekokohan ) pada awal umur rencana seperti
yang tercantum dalam Tabel 3.7.
Tabel 3.7. Indeks permukaan pada awal umur rencana ( IPo )

H. Indeks Tebal Perkerasan


ITP= a1D1 + a2D2 + a3D3 ........................................................................ (3.9)
ITP= indeks tebal perkerasan
1, 2, 3 a a a = Koefisien kekuatan relative bahan lapis keras
1, 2, 3 D D D = Tebal masing – masing lapisan lapis keras
Untuk koefisien relatif bahan (a) yang akan digunakan pada persamaan 3.8 dapat
dilihat pada Tabel 3.9 berdasarkan jenis bahan yang digunakan.
I.Contoh  Soal:
Perencanaan Perkerasan Jalan Baru.
1.      Rencanakan :
Tebal perkerasan untuk jalan 2 jalur, data lalu lintas tahun 2001 seperti dibawah ini, dan umur
rencana 5 tahun. Jalan d buka tahun 2005 ( i selama pelaksanaan = 5% pertahun ) FR 1.0 dan
CBR tanah dasar = 3,4%
2.      Data data :
Kendaraan ringan 2 ton....................................................................... 90 kendaraan
Bus 8 ton............................................................................................. 3   kendaraan
Truck 2 as 10 ton................................................................................. 2   kendaraan

                                                                  LHR 2001 = 95 kendaraan/hari/2jurusan.


Perkembangan lalu lintas (i) : untuk 5 tahun 8%
            Bahan bahan perkerasan :
-          Peleburan (lapis pelindung ), lapen mekanis.
-          Batu pecah (CBR 50)
-          Tanah kepasiran  (CBR 20)
3.      penyelesaian :
LHR pada tahun 1985 (awal umur rencana), dengan rumus : (1+i)n
Kendaraan ringan 2 ton............................................................ 109,4 kendaraan
Bus 8 ton................................................................................... 3,6     kendaraan
Truck 2 as 10 ton...................................................................... 2,4     kendaraan

LHR pada tahun 5 (akhir umur rencana), dengan rumus : (1+i)n.


                                                                                                                        Tahhun ke 5
Kendaraan ringan 2 ton........................................................ 160,7 kendaraan
Bus 8 tonkendaraan................................................................ 5,3 kendaraan
Truck 2 as 10 ton.................................................................... 3,5 kendaraan

Menghitung angka ekivalen (E) masing masing kendaraan sebagai berikut :


Kendaaraan ringan 2 ton.............................. 0.0002+0.0002 = 0.0004
Bus 8 ton...................................................... 0.0183+0.1410= 0.1593
Truck 2 as..................................................... 0.0577+0.2923= 0.3500

Menghitung LEP :

Kendaaraan ringan 2 ton.............................. 0.50x109.4x0.0004 = 0.022


Bus 8 ton...................................................... 0,50x3,6x 0,1593    = 0.287
Truck 2 as..................................................... 0.50x2,4x 0,3500    = 0.420
                                                                                              LEP = 0.729
Menghitung LEA :
Kendaaraan ringan 2 ton.............................. 0.50x160,7x0.0004 = 0.022
Bus 8 ton...................................................... 0,50x5,3 x 0,1593   = 0.422
Truck 2 as..................................................... 0.50x3,5 x 0,3500   = 0.612
                                                                                           LEA5 = 1,066
Linta Ekivalen Tengah (LET)

              LET =1/2 (0.729 + 1,066) = 0,90

Lintas Ekivalen Rencana

LER =LET x FP               LER = 0,90 x 5/10 = 0,45

                  Mencari ITP :


                  CBR tanah dasar = 3,4 % ; DDT= 4 : IP = 1,5 : FR = 1,0
                  LER5 = 0,45……………. ITP5 = 2,8 (IPo = 2,9 – 2,5 )
                  Menetapkan tebal perkerasan :
                  Koefisien kekuatan relative :
1.      peleburan = 0,00 = a1 lapen mekanis = 0,25 = a1
2.      batu pecah (CBR 5) = 0,12 = a2
3.      tanah kepasiran (CBR 20) = 0,10 =a3

                  ITP= a1. D1+ a2. D2+ a3. D3


                        UR 5 tahun
                  2,8 = 0,12 . D2  + 0,10 . D3
                        Batas minimum tebal lapisan untuk ITP =2,8 :
                  Batu pecah (CBR ) = 15 cm
                  Tanah kepasiran  (CBR 20) = 10 cm
                  2,8 = 0,12 . D2 +  0,10 . 10 = 0,12 D2  + 1
                  D2 = 15 cm ( minimum )

EVALUASI
Selesaikanlah soal soal dibawah ini dengan benar :
Pembangunan jalan baru dilaksanakan selama empat tahun  dengan perkembangan lalulintas
4,5%/ tahun. LHR survey pada tahun 2000 adalah : KR 2T (1+1) = 1655 kendaraan, bus 8T 
(3+5) = 657 kendaraan, truck 2 as 10T (4+6)= 350 kendaraan . jalan yang dibangun merupakan
jalan arteri dua jalur satu arah . jalan terletak di daerah dengan kelandaian 8% dan curah hujan 
750mm/tahun. Hasil pemeriksaan nilai CBR adalah 6%, 5%, 4%, 5,5%, 6% , 5%. Umurr rencana
jalan tersebut sampai 2011 dengan memaksimumkan lapis pondasi atas dan perkembangan lalu
lintas  5,5%/tahun. Bahan yang digunakan  adalah laston (MS-590) dengan rougness
1500mm/km, laston atas (MS-340), dan sirtu (cbr-70). Rencanakan dan gambarkan kontruksi
perkerasan jalan tersebut.
CONTOH PERHITUNGAN PERENCANAAN
PERKERASAN JALAN

7.1        Perhitungan Tebal Lapisan Perkerasan


            Untuk merencanakan Lapisan Tebal Perkerasan pada perencanaan konstruksi jalan raya, data-
datanya yaitu :
1.            Komposisi kendaraan awal umur rencana pada tahun 2005
         a.  Mobil penumpang       (1+1)         =      1850            Kendaraan
         b.  Bus 8 ton                     (3+5)         =      385              Kendaraan
         c.  Truk 2 as 10 ton          (4+6)         =      75                Kendaraan
         d.  Truk 2 as 13 ton          (5+8)         =      35                Kendaraan
         e.  Truk 3 as 20 ton          (6+7+7)     =      25                Kendaraan
Jalan akan dibuka pada tahun 2009
2.            Klasifikasi Jalan
         Klasifikasi Jalan                 =    1
         Jalan                                   =    Kolektor
         Lebar Jalan                         =    7 meter
Arah                                   =    2 jalur, 2 arah tanpa median
3.            Umur Rencana (5+5) tahun
4.            Pertumbuhan lalu lintas     =    5 % selama pelaksanaan
                                               =    5 % perkembangan lalu lintas
5.            Curah hujan rata-rata pertahun : 750 mm/tahun
6.            Kelandaian jalan 6%
7.            Jenis lapisan perkerasan yang digunakan :
         Lapisan permukaan      :  Laston
         Pondasi atas                 : Batu pecah kelas A
         Pondasi bawah             : Sirtu Kelas B
8.            Data CBR  :  4  5  6  7  8  9  10  5  4  8
7.1.1    Menghitung LHR ( Lintas Harian Rata-Rata)
a.      Komposisi Kendaraan awal umur rencana (2005)
a.  Mobil penumpang    (1+1)                         =    1850          kendaraan
b.  Bus 8 ton                  (3+5)                         =    385            kendaraan
c.  Truk 2 as 10 ton       (4+6)                         =    75              kendaraan
d.  Truk 2 as 13 ton       (5+8)                         =    35              kendaraan
e.  Truk 3 as 20 ton       (6+7+7)                     =    25              kendaraan +
                                                                              =    2370 Kendaraan

b.      Perhitungan LHR pada tahun  2009


 

( 1+ i )n
                                                                              

a.  Mobil penumpang  1850 x ( 1 + 0,05)4      =    2249          kend/hari


b.  Bus 8 ton                  385 x ( 1 + 0,05)4      =    468            kend/hari
c.  Truk 2 as 10 ton         75  x ( 1 + 0,05)4     =   91              kend/hari
d.  Truk 2 as 13 ton         35  x ( 1 + 0,05)4     =   43              kend/hari
      e.  Truk 3 as 20 ton         25  x ( 1 + 0,05)4     =   30              kend/hari +
                                                  LHR 2009          =    2881          kend/hari

c.       Perhitungan LHR pada tahun  pada Tahun ke 5 (2014)

  

                                   LHR
2009 ( 1+ i )n
a.  Mobil penumpang  2249 x ( 1 + 0,05)5      =   
 
2870          kend/hari
b.  Bus 8 ton                  468 x ( 1 + 0,05)       =    597            kend/hari
5

c.  Truk 2 as 10 ton         91  x ( 1 + 0,05)5     =   116            kend/hari


d.  Truk 2 as 13 ton         43  x ( 1 + 0,05)5     =    54              kend/hari
      e.  Truk 3 as 20 ton         30  x ( 1 + 0,05)5     =   39              kend/hari +
                                             LHR 2014         =    3677          kend/hari

d.      Perhitungan LHR pada tahun  pada Tahun ke 5 berikutnya (2019)

 LHR 2014 ( 1+ i )n

 
  
     
a.  Mobil penumpang  2870  x ( 1 + 0,05)5     =    3663          kend/hari
b.  Bus 8 ton                  597  x ( 1 + 0,05)5     =    762            kend/hari
c.  Truk 2 as 10 ton       116 x ( 1 + 0,05)5     =   148            kend/hari
d.  Truk 2 as 13 ton         54  x ( 1 + 0,05)5     =    69              kend/hari
      e.  Truk 3 as 20 ton         39  x ( 1 + 0,05)5     =   49              kend/hari +
                                             LHR 2014         =    4692          kend/hari

7.1.2    Menentukan Angka Ekivalen


Angka ekivilen per sumbu dapat dilihat pada tabel di bawah :
Tabel 8.1 Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan
Beban Sumbu Angka Ekivalen
Kg Lb Sumbu Tunggal Sumbu Ganda
1000 2205 0,002 -
2000 4409 0,0036 0,0003
3000 6614 0,0183 0,0016
4000 8818 0,0577 0,0050
5000 11023 0,1410 0,0121
6000 13228 0,2923 0,0251
7000 15432 0,5415 0,0466
8000 17637 0,9238 0,0795
8160 18000 1,000 0,086
9000 19841 1,4798 0,1273
10000 22046 2,2555 0,1940
11000 24251 3,3022 0,2840
12000 26455 4,6770 0,4022
13000 28660 6,4419 0,5540
14000 30864 8,6647 0,7452
15000 33069 11,4184 0,9820
16000 35276 14,7815 1,2712
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan metode Analisa Komponen,
Depaertemem Pekerjaan Umum (1987)

            Berdasarkan tabel didapat angka ekivalen :


a.  Mobil penumpang  (1+1)       =    0,0002 + 0,0002                =    0,0004
b.  Bus 8 ton                (3+5)      =    0,0183 + 0,1410                =    0,1593
c.  Truk 2 as 10 ton     (4+6)      =    0,0577 + 0,2923                =    0,35
d.  Truk 2 as 13 ton     (5+8)      =    0,1410 + 0,9238                =    1,0648
e.  Truk 3 as 20 ton     (6+7+7)  =    0,2923 + 0,5415 + 0,5415 =    1,3753

7.1.3        Menentukan LEP

             
           
Dari data yang telah di dapat, dapat dihitung nilai LEP yaitu :

a.  Mobil penumpang  2249 x 0,5 x 0,0004             =  0,44974


b.  Bus 8 ton                  468 x 0,5 x 0,1593             =  37,2738
c.  Truk 2 as 10 ton         91 x 0,5 x 0,35                 =  15,9535
d.  Truk 2 as 13 ton         43 x 0,5 x 1,0648             =  22,6497
      e.  Truk 3 as 20 ton         30 x 0,5 x 1,3753             =  20,8961     +
                                                               LEP   2009           =  97,2229
7.1.4        Menentukan LEA
  
Perhitungan LEA untuk 5 tahun (2014)

a.  Mobil penumpang  2870 x 0,5 x 0,0004             =    0,57399


b.  Bus 8 ton                  597 x 0,5 x 0,1593             =    46,3362
c.  Truk 2 as 10 ton       116 x 0,5 x 0,35                 =    20,3612
d.  Truk 2 as 13 ton         54 x 0,5 x 1,0648             =    28,9074
      e.  Truk 3 as 20 ton         39 x 0,5 x 1,3753             =    26,6693         +
                                                         LEA   2014           =    124,084

            Perhitungan LEA untuk 10 tahun (2019)


a.  Mobil penumpang  3663 x 0,5 x 0,0004             =    0,73257
b.  Bus 8 ton                  762 x 0,5 x 0,1593             =    60,7151
c.  Truk 2 as 10 ton       148 x 0,5 x 0,35                 =    25,9866
d.  Truk 2 as 13 ton         69 x 0,5 x 1,0648             =    36,894
      e.  Truk 3 as 20 ton         49 x 0,5 x 1,3753             =    34,0375       +
                                                         LEA   2019           =    158,366
7.1.5        Menentukan LET
           

  

            LET  =  (LEP + LEA) / 2                  


 
Dari data, dapat dihitung LET yaitu :
LET 5        =    ½  ( LEP + LEA5)
                  =    ½  (97,223 + 124,084)
                  =   110,653                                                                                  
LET 10      =   ½  ( LEA5 + LEA 10)
                  =    ½ (124,0838 + 158,366)
                  =    141,224

7.1.6        Menentukan LER
LER             =       LET x UR/10
LER5            =       LET5 x 5/10
                     =       110,653 x 0,5
                     =       55,327
LER5                =      1,67 x 55,327
LER5            =       92,396

LER10           =       LET10 x 10/10


                     =       141,225 x 1
                     =       141,225
LER10           =       2,5 x 141,225
LER10           =       353,062

7.1.7        Penentuan Harga CBR


Dari data yang didapat data CBR sebesar : 4  5  6  7  8  9  10  5  4  8

CBR rata-rata     =    4+5+6+7+8+9+10+5+4+8


                                                10
                           =       6,6
CBR max           =       10
CBR min            =       4

Untuk nilai R tergantung dari jumlah data yang terdapat dalam 1 segmen. Besarnya nilai R seperti yang
diperlihatkan pada tabel di bawah ini :
                   
  Tabel 8.2 Nilai R Untuk Perhitungan CBR Segmen

Jumlah titik Nilai R


pengamatan
2 1,41
3 1,91
4 2,24
5 2,48
6 2,67
7 2,83
8 2,96
9 3,08
>10 3,18

CBR segmen     =       CBR rata-rata – CBR max – CBR min


                                                                               R
                           =       6,6 – 10 – 4
                                               3,18     
                           =       4,7      

7.1.8        Menentukan Tebal Lapisan Perekerasan


a.            Menentukan Nilai DDT (Daya Dukung Tanah)
Dari hasil pemeriksaan data CBR, kita dapat menentukan nilai DDT dengan cara berikut :
DDT               =  4,3 . Log 4,7 + 1,7
            =  4,3 x0,672 + 1,7
DDT   =  4,6
      Gambar Korelasi DDT dan CBR dapat dilihat pada Lampiran B.1

b.            Menentukan Faktor Regional (FR)


                     % kendaraan berat      =  Jumlah kendaraan berat      x 100 %   
                                                                Jumlah semua kendaraan

                                                            =  520     x 100%


                                                                2370

                                                            =  21,9409  %


Dari data yang diberikan diketahui :
-          Curah hujan 750 mm/thn = iklim I < 900/thn
-          Landai Curah Kelandaian I ( < 6 %) Kelandaian II Kelandaian III
Jalan 6 % = Hujan (6-10%) (> 6 %)
Kelandaian % kendaraan berat % kendaraan berat % kendaraan berat
II ( 6 - 10 % ≤ 30 % > 30 % ≤ 30 % > 30 % ≤ 30 % > 30 %
) Iklim I 0,5 1,0 – 1,5 1,0 1,5 – 1,5 2,0 – 2,5
< 900 2,0  
            Nilai mm/th
FR dapat Iklim II 1,5 2,0 – 2,5 2,0 2,5 – 3,0 2,5 3,0 – 3,5
kita lihat > 900
pada tabel mm/th
dibawah :
        Tabel 8.3 Faktor Regional

         Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan metode Analisa
Komponen, Depaertemem Pekerjaan Umum (1987)

            Maka Faktor Regional yang didapat adalah = 1

c.             CBR tanah dasar rencana


            Nilai CBR yang di dapat melalui metode grafis dan analitis adalah = 4,7

d.            Indeks Permukaan (IP)


Untuk mendapatkan nilai IP dapat dilihat dari nilai LER dan tabel indeks permukaan di bawah ini. Nilai
LER untuk 5 tahun kedepan adalah 92,396. Nilai LER untuk 10 tahun kedepan adalah 353,062. Dengan
klasifikasi jalan kolektor.

Tabel 8.4 Indeks Permukaan pada akhir umur rencana

Lintas Klasifikasi Jalan


Ekivalen Lokal Kolektor Arteri Tol
Rencana
< 10 1,0 – 1,5 1,5 1,5 – 2,0 -
10 – 100 1,5 1,5 – 2,0 2,0 -
100 – 1000 1,5 – 2,0 2,0 2,0 – 2,5 -
> 1000 - 2,0 – 2,5 2,5 2,5
      Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan metode       Analisa
Komponen, Depaertemem Pekerjaan Umum (1987)

Klasifikasi jalan arteri,


LER5                    =    92,396       =    10 – 100,               IP        =          1,5 – 2,0
LER10                  =    353,062     =    100 – 1000,           IP        =          2
IP yang digunakan adalah = 2
e.       Indeks Permukaan pada awal umur rencana (ITP)
ITP dapat ditentukan melalui grafik nomogram. Untuk menentukan ITP dari grafik nomogram di perlukan
data sebagai berikut, IP, IPo, DDT, LER, dan FR. Untuk mendapatkan angka Ipo, dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 8.5 Indeks Permukaan pada awal umur rencana

Jenis Lapis Perkerasan IPo Roughness (mm/km)


LASTON ≥4 ≤ 1000
3,9-3,5 >1000
LASBUTAG 3,9 – 3,5 ≤ 2000
3,4 – 3,0 >2000
HRA 3,9 – 3,5 ≤ 2000
3,4 – 3,0 >2000
BURDA 3,9 – 3,5 < 2000
BURTU 3,4 – 3,0 < 2000
LAPEN 3,4 – 3,0 ≤ 3000
2,9 – 2,5 >3000
LATASBUM 2,9 – 2,5
BURAS 2,9 – 2,5
LATASIR 2,9 – 2,5
JALAN TANAH ≤ 2,4
JALAN KERIKIL ≤ 2,4
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan metode Analisa Komponen,
Depaertemem Pekerjaan Umum (1987)

Dari tabel dan grafik nomogran di dapat hasil :


-          Untuk 5 tahun kedepan
IP              =    2
IPo            =    3,9 – 3,5
DDT          =    4,6
LER5            =    92,396
FR             =    1
Maka diperoleh
ITP            =    7,25 (nomogram 4 Lampiran B.2)

-          Untuk 10 tahun kedepan


IP              =    2
IPo            =    3,9 – 3,5
DDT          =    4,6
LER10          =    353,062
FR             =    1
Maka diperoleh
IPo            =    8,5 (nomogram 4 Lampiran B.2)

f.             Menetapkan Tebal Perkerasan


Variabel-variabel untuk menetapkan lapisan tebal perkerasan dilihat pada tabel-tabel berikut.
Tabel 8.8 Koefisien Kekuatan Relatif

Koefisien Kekuatan Kekuatan Bahan


Relatif
a1 a2 a3 MS Kt(kg/ CBR Jenis Bahan
(kg) cm) %
0,40 - - 744 - -
0,35 - - 590 - -
0,32 - - 454 - - LASTON
0,30 - - 340 - -
0,35 - - 744 - -
0,32 - - 590 - -
0,28 - - 454 - - LASBUTAG
0,26 - - 340 - -
0,30 - - 340 - - HRA
0,26 - - 340 - - MACADAM
0,25 - - - - - LAPEN (MEKANIS)
0,20 - - - - - LAPEN (MANUAL)
- 0,28 - 590 - -
- 0,26 - 454 - - LASTON ATAS
- 0,24 - 340 - -
- 0,23 - - - - LAPEN (MEKANIS)
- 0,19 - - - - LAPEN (MANUAL)
- 0,15 - - - - Stab tanah dengan semen
- 0,13 - - - -
- 0,15 - - 22 - Stab dengan kapur
- 0,13 - - 18 -
- 0,14 - - - 100 Batu pecah (Kelas A)
- 0,13 - - - 80 Batu pecah (Kelas B)
    - 0,12 - - - 60 Batu pecah (Kelas C)
- - 0,13 - - 70 Sirtu/pitrun (Kelas A)
- - 0,12 - - 50 Sirtu/pitrun (Kelas B)
- - 0,11 - - 30 Sirtu/pitrun (Kelas C)
- - 0,10 - - 20 Tanah Lempung Kepasiran
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan metode Analisa
Komponen

Untuk 5 Tahun
Koefisien kekuatan relatif, dilihat dari tabe koefisien relatif
-     Lapisan permukaan        :  Laston, MS 744          a1        =    0,40
-     Lapisan Pondasi atas      :  Batu pecah kelas A     a2        =    0,14
-     Lapisan Pondasi bawah :  Sirtu kelas B                a3        =    0,12

Tabel 8.6 batas-batas minimum tebal lapisan perkerasan untul lapis permukaan

ITP Tebal Minimum Bahan


(cm)
< 3,00 5 Lapis pelindung : (Buras/Burtu/Burdu)
3,00 – 6,70 5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lsbutag,
Laston
6,71 – 7,49 7,5 Lapen/Aspal Macadam, HRA, Lsbutag,
Laston
7,50 – 9,99 7,5 Lasbutag, Laston
≥10,00 10 Laston
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya dengan metode   Analisa
Komponen, Depaertemem Pekerjaan Umum (1987)

   Tabel 8.7 batas-batas minimum tebal lapisan perkerasan untul lapis pondasi

ITP Tebal Bahan


Minimum
(cm)
< 3,00 15 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur
3,00 – 7,49 20 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur
10 Laston Atas
7,50 – 9,99 20 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam
15 Laston Atas
10 – 12,14 20 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam,
Lapen, Laston atas
≥12,25 25 Batu pecah, stabilisasi tanah dengan semen,
stabilisasi tanah dengan kapur, pondasi macadam,
Lapen, Laston atas

Tebal lapisan minimum dilihat dari ITP = 6,8

-     Lapisan permukaan        :  Laston, MS 744          d1       =    7,5


-     Lapisan Pondasi atas      :  Batu pecah kelas A     d2       =    20
-     Lapisan Pondasi bawah :  Sirtu kelas B                d3       =    10

ITP         =    a1 x d1  +  a2 x d2  +  a3 x d3


7,25        =    3 + 2,8  + 0,12 d3
=    5,8  + 0,12 d3
                    

d3               =    12,08 cm = 12 cm ( untuk D3 tebal minimum adalah 10 cm)

Untuk 10 Tahun
Koefisien kekuatan relatif, dilihat dari tabe koefisien relatif
-     Lapisan permukaan        :  Laston, MS 744          a1        =    0,40
-     Lapisan Pondasi atas      :  Batu pecah kelas A     a2        =    0,14
-     Lapisan Pondasi bawah :  Sirtu kelas B                a3        =    0,12

Tebal lapisan minimum dilihat dari ITP = 8,3


-     Lapisan permukaan        :  Laston, MS 744          d1       =    7,5
-     Lapisan Pondasi atas      :  Batu pecah kelas A     d2       =    20
-     Lapisan Pondasi bawah :  Sirtu kelas B                d3       =    10

ITP         =    a1 x d1  +  a2 x d2  +  a3 x d3


8,5          =    3 + 2,8  + 0,12 d3
                    =    5,8  + 0,12 d3

d3               =    22,5 cm = 23 cm

            Untuk 10 Tahun


8,5 =       0,4 d1  +  0,14 d2  +  0,12 d3
8,5          =    0,4 d1 + 2,8 + 2,76
                    =    5,56  + 0,4 d1

d1               =    7,35 cm = 7 cm

d0            =    7,5  - 7


d0            =    0,5 cm = 3 cm (syarat tebal minimum)
CONTOH PERHITUNGAN PERENCANAAN PERKERASAN
JALAN
 02.17   Teknik Sipil   3 comments
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

Perhitungan Tebal Lapisan Perkerasan


Untuk merencanakan Lapisan Tebal Perkerasan pada perencanaan konstruksi jalan raya, data-
datanya yaitu :

Komposisi kendaraan awal umur rencana pada tahun 2009

1. Mobil penumpang (1+1) = 1850 Kendaraan


2. Bus 8 ton (3+5) = 385 Kendaraan
3. Truk 2 as 10 ton (4+6) = 75 Kendaraan
4. Truk 2 as 13 ton (5+8) = 35 Kendaraan
5. Truk 3 as 20 ton (6+7+7) = 25 Kendaraan

Jalan akan dibuka pada tahun 2013

Klasifikasi Jalan

1. Klasifikasi Jalan = 1
2. Jalan = Kolektor
3. Lebar Jalan = 7 meter
4. Arah = 2 jalur, 2 arah tanpa median

Umur Rencana (5+5) tahun

Pertumbuhan lalu lintas

 = 5 % selama pelaksanaan
 = 5 % perkembangan lalu lintas

Curah hujan rata-rata pertahun : 750 mm/tahun

Kelandaian jalan 6%

Jenis lapisan perkerasan yang digunakan :

 Lapisan permukaan : Laston


 Pondasi atas : Batu pecah kelas A
 Pondasi bawah : Sirtu Kelas B
Data CBR : 4 5 6 7 8 9 10 5 4 8

Menghitung LHR ( Lintas Harian Rata-Rata)


 a. Komposisi Kendaraan awal umur rencana (2009)
 a. Mobil penumpang (1+1) = 1850 kendaraan
 b. Bus 8 ton (3+5) = 385 kendaraan
 c. Truk 2 as 10 ton (4+6) = 75 kendaraan
 d. Truk 2 as 13 ton (5+8) = 35 kendaraan
 e. Truk 3 as 20 ton (6+7+7) = 25 kendaraan

LHR 2009 (a+b+c+d+e) = 2370 Kendaraan

Perhitungan LHR pada tahun 2013 


 a. Mobil penumpang 1850 x ( 1 + 0,05)4 = 2249 kend/hari
 b. Bus 8 ton 385 x ( 1 + 0,05)4 = 468 kend/hari
 c. Truk 2 as 10 ton 75 x ( 1 + 0,05)4 = 91 kend/hari
 d. Truk 2 as 13 ton 35 x ( 1 + 0,05)4 = 43 kend/hari
 e. Truk 3 as 20 ton 25 x ( 1 + 0,05)4 = 30 kend/hari

LHR 2013 (a+b+c+d+e) = 2881 kend/hari

Perhitungan LHR pada tahun pada Tahun ke 5 (2018)


 a. Mobil penumpang 2249 x ( 1 + 0,05)5 = 2870 kend/hari
 b. Bus 8 ton 468 x ( 1 + 0,05)5 = 597 kend/hari
 c. Truk 2 as 10 ton 91 x ( 1 + 0,05)5 = 116 kend/hari
 d. Truk 2 as 13 ton 43 x ( 1 + 0,05)5 = 54 kend/hari
 e. Truk 3 as 20 ton 30 x ( 1 + 0,05)5 = 39 kend/hari

LHR 2018 (a+b+c+d+e) = 3677 kend/hari

Perhitungan LHR pada tahun pada Tahun ke 5


berikutnya (2023) 
 a. Mobil penumpang 2870 x ( 1 + 0,05)5 = 3663 kend/hari
 b. Bus 8 ton 597 x ( 1 + 0,05)5 = 762 kend/hari
 c. Truk 2 as 10 ton 116 x ( 1 + 0,05)5 = 148 kend/hari
 d. Truk 2 as 13 ton 54 x ( 1 + 0,05)5 = 69 kend/hari
 e. Truk 3 as 20 ton 39 x ( 1 + 0,05)5 = 49 kend/hari

LHR 2023 (a+b+c+d+e) = 4692 kend/hari

Menentukan Angka Ekivalen


Angka ekivilen per sumbu dapat dilihat pada tabel di bawah :

Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya


dengan metode Analisa Komponen, Depaertemem Pekerjaan Umum (1987)

Berdasarkan tabel didapat angka ekivalen :


 a. Mobil penumpang (1+1) = 0,0002 + 0,0002 = 0,0004
 b. Bus 8 ton (3+5) = 0,0183 + 0,1410 = 0,1593
 c. Truk 2 as 10 ton (4+6) = 0,0577 + 0,2923 = 0,35
 d. Truk 2 as 13 ton (5+8) = 0,1410 + 0,9238 = 1,0648
 e. Truk 3 as 20 ton (6+7+7) = 0,2923 + 0,5415 + 0,5415 = 1,3753
Menentukan LEP 
Dari data yang telah di dapat, dapat dihitung nilai LEP yaitu :

 a. Mobil penumpang 2249 x 0,5 x 0,0004 = 0,44974


 b. Bus 8 ton 468 x 0,5 x 0,1593 = 37,2738
 c. Truk 2 as 10 ton 91 x 0,5 x 0,35 = 15,9535
 d. Truk 2 as 13 ton 43 x 0,5 x 1,0648 = 22,6497
 e. Truk 3 as 20 ton 30 x 0,5 x 1,3753 = 20,8961

LEP 2009 (a+b+c+d+e) = 97,2229

Menentukan LEA
Perhitungan LEA untuk 5 tahun (2014)

 a. Mobil penumpang 2870 x 0,5 x 0,0004 = 0,57399


 b. Bus 8 ton 597 x 0,5 x 0,1593 = 46,3362
 c. Truk 2 as 10 ton 116 x 0,5 x 0,35 = 20,3612
 d. Truk 2 as 13 ton 54 x 0,5 x 1,0648 = 28,9074
 e. Truk 3 as 20 ton 39 x 0,5 x 1,3753 = 26,6693

LEA 2014 (a+b+c+d+e) = 124,084

Perhitungan LEA untuk 10 tahun (2019)

 a. Mobil penumpang 3663 x 0,5 x 0,0004 = 0,73257


 b. Bus 8 ton 762 x 0,5 x 0,1593 = 60,7151
 c. Truk 2 as 10 ton 148 x 0,5 x 0,35 = 25,9866
 d. Truk 2 as 13 ton 69 x 0,5 x 1,0648 = 36,894
 e. Truk 3 as 20 ton 49 x 0,5 x 1,3753 = 34,0375

LEA 2019 (a+b+c+d+e) = 158,366

Menentukan LER
LER = LET x UR/10
LER5

 = LET5 x 5/10
 = 110,653 x 0,5
 = 55,327
LER5 = 1,67 x 55,327
LER5 = 92,396

LER10

 = LET10 x 10/10
 = 141,225 x 1
 = 141,225

LER10 = 2,5 x 141,225


LER10 = 353,062

Penentuan Harga CBR


Dari data yang didapat data CBR sebesar : 4 5 6 7 8 9 10 5 4 8
CBR rata-rata = 4+5+6+7+8+9+10+5+4+8 / 10 = 6,6
CBR max = 10
CBR min = 4

Untuk nilai R tergantung dari jumlah data yang terdapat dalam 1 segmen. Besarnya nilai R seperti
yang diperlihatkan pada tabel di bawah ini :
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
dengan metode Analisa Komponen, Depaertemem Pekerjaan Umum (1987)

Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya


dengan metode Analisa Komponen, Depaertemem Pekerjaan Umum (1987)
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
dengan metode Analisa Komponen, Depaertemem Pekerjaan Umum (1987)
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
dengan metode Analisa Komponen
Sumber : Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya
dengan metode   Analisa Komponen, Depaertemem Pekerjaan Umum (1987)
batas-batas minimum tebal lapisan perkerasan untul lapis pondasi
Tebal lapisan minimum dilihat dari ITP = 6,8
- Lapisan permukaan : Laston, MS 744 d1 = 7,5
- Lapisan Pondasi atas : Batu pecah kelas A d2 = 20
- Lapisan Pondasi bawah : Sirtu kelas B d3 = 10

ITP = a1 x d1 + a2 x d2 + a3 x d3
7,25 = 3 + 2,8 + 0,12 d3
= 5,8 + 0,12 d3
d3 = 12,08 cm = 12 cm ( untuk D3 tebal minimum adalah 10 cm)

Untuk 10 Tahun
Koefisien kekuatan relatif, dilihat dari tabe koefisien relatif

 - Lapisan permukaan : Laston, MS 744 a1 = 0,40


 - Lapisan Pondasi atas : Batu pecah kelas A a2 = 0,14
 - Lapisan Pondasi bawah : Sirtu kelas B a3 = 0,12

Tebal lapisan minimum dilihat dari ITP = 8,3

 - Lapisan permukaan : Laston, MS 744 d1 = 7,5


 - Lapisan Pondasi atas : Batu pecah kelas A d2 = 20
 - Lapisan Pondasi bawah : Sirtu kelas B d3 = 10

ITP = a1 x d1 + a2 x d2 + a3 x d3
8,5 = 3 + 2,8 + 0,12 d3
= 5,8 + 0,12 d3
d3 = 22,5 cm = 23 cm

Untuk 10 Tahun
8,5 = 0,4 d1 + 0,14 d2 + 0,12 d3
8,5 = 0,4 d1 + 2,8 + 2,76
= 5,56 + 0,4 d1
d1 = 7,35 cm = 7 cm

d0 = 7,5 - 7 
d0 = 0,5 cm = 3 cm (syarat tebal minimum)

Anda mungkin juga menyukai