Anda di halaman 1dari 35

BAHAN AJAR

TEKNOLOGI JEMBATAN
PERTEMUAN VI:
PARAMETER PERENCANAAN JEMBATAN

BY
HASMAR HALIM
SYAHLENDRA

JURUSAN TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG
PERANCANGAN JEMBATAN

Perancangan jembatan harus mengacu pada:


1. Teori-teori yang relevan.
2. Kajian dan penelitian yang memadai.
3. Aturan / tata cara yang berlaku.
ACUAN PERANCANGAN JEMBATAN

• Pembebanan Untuk Jembatan (SK.SNI T-02-2005),


• Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SK.SNI T-12-2004),
• Perencanaan struktur baja untuk jembatan (SK.SNI T-03-2005),
• Standar perencanaan ketahan gempa untuk jembatan (SNI 2833:2008)
• Manual perencanaan pondasi pada jembatan ( 23/BM/2011)
• Manual perencanaan struktur beton pratekan untuk jembatan
(021/BM/2011)
KRITERIA PERENCANAAN JEMBATAN
SYARAT – SYARAT (PERTIMBANGAN) PERENCANAAN JEMBATAN YANG LAYAK
Ada beberapa aspek sebagai syarat pertimbangan perencanaan jembatan yang
layak, diantaranya sebagai berikut :
1. Kekuatan dan Stabilitas Struktur
Struktur harus mempunyai kekuatan memadai untuk menahan beban pada
kondisi ultimate dan struktur sebagai satu kesatuan harus stabil pada
pembebanan tersebut
2. Kenyamanan dan Keamanan
Memenuhi standar kenyamanan artinya pengguna lalu lintas tidak perlu
merubah kecepatan ketika melalui jembatan, pengguna lalu lintas tidak merasa
terganggu perjalanannya dan tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas, tidak
terjadi terjadi kecelakaan lalulintas yang disebabkan oleh adanya jembatan
KRITERIA PERENCANAAN JEMBATAN
3. Kemudahan Dalam Pekerjaan
Mudah dalam pelaksanaan dan peralatan konstruksi tidak lebih lebih mahal dari
jembatannya
4. Ekonomis
Rencana termurah yang sesuai pendanaan dan pokok-pokok rencana lainnya
umumnya yang dipilih. Penekanan harus di berikan pada biaya umur total
struktur yang mencakup biaya pemeliharaan dan tidak hanya biaya permulaan
konstruksi.
5. Lingkungan & Sosial
Agar pembangunan infrastruktur jembatan harus berwawasan lingkungan
sehingga pembangunan jembantan yang dilaksanakan tidak menimbulkan
kerusakan lingkungan atau setidaknya meminimalkan dampak terhadap
lingkungan
KRITERIA PERENCANAAN JEMBATAN
6. Keawetan dan kelayanan jangka panjang
Bahan struktural yang dipilih harus sesuai dengan lingkungan, misalnya
jembatan rangka baja yang digalvanisasi merupakan bahan yang kurang baik
untuk penggunaan dalam lingkungan laut karena agresif garam yang dekat
pantai
7. Estetika
Struktur jembatan harus menyatu dengan pemandangan alam dan
menyenangkan untuk dilihat. Penampilan yang baik umumnya dicapai tanpa
tambahan dekorasi
PRINSIP – PRINSIP UMUM PERENCANAAN
Harus berdasarkan prosedur yang memberikan kemungkinan-kemungkinan yang
dapat diterima untuk mencapai suatu keadaan batas selama umur rencana jembatan
Keadaan batas:
1. Keadaan Batas Daya Layan
Keadaan Batas Daya Layan akan tercapai jika reaksi jembatan sampai pada suatu
nilai, sehingga :
a. Tidak layak pakai
b. Kekhawatiran umum terhadap keamanan
c. Pengurangan kekuatan
d. Pengurangan umur pelayanan Keadaaan Batas Ultimit
PRINSIP – PRINSIP UMUM PERENCANAAN
2. Keadaaan Batas Ultimit
Adalah aksi yang diberikan pada jembatan yang menyebabkan sebuah jembatan
menjadi tidak aman.
Keadaan Batas ultimit terdiri dari :
a. Kehilangan keseimbangan statis
b. Kerusakan sebagian jembatan
c. Keadaan purna-elastis atau purna-tekuk dimana satu bagian jembatan atau
lebih mencapai kondisi runtuh
d. Kehancuran dari bahan fondasi yang menyebabkan pergerakan yang berlebihan
atau kehancuran bagian utama jembatan
PERENCANAAN DENGAN BATAS DAYA LAYAN
Perencanaan untuk perhitungan kekuatan struktur didasarkan kepada tegangan kerja
atau yang di ijinkan dari meterial pembentuk struktur tersebut.

Diagram Tegangan - Regangan


PERENCANAAN DENGAN BATAS KEKUATAN (UD)
Perencanaan untuk perhitungan kekuatan struktur didasarkan kepada tegangan
putus/hancur dari material pembentuk struktur tersebut

Diagram Tegangan - Regangan


PARAMETER PERENCANAAN JEMBATAN
Dalam merencanakan jembatan dibutuhkan parameter untuk dapat menentukan
tipe bangunan atas, bangunan bawah dan pondasi, lokasi/letak jembatan, material.
1. Umur Rencana Jembatan
Umur rencana jembatan standar adalah 50 tahun dan jembatan khusus adalah
100 tahun. Umur rencana untuk jembatan permanen minimal 50 tahun. Umur
rencana dipengaruhi oleh material/bahan. Jembatan dengan umur rencana
lebih panjang harus direncanakan untuk aksi yang mempunyai periode ulang
lebih panjang.

Umur Rencana Periode Ulang (thn)


No
(thn) Keadaan Batas layan Keadaan Batas Ultimate
1 50 20 1000
2 100 20 2000
PARAMETER PERENCANAAN JEMBATAN
2. Pembebanan Jembatan
Pembebanan jembatan sesuai SK SNI T-02-2005 mnggunakan BM 100
3. Geometrik
Lebar jembatan ditentukan berdasarkan kebutuhan kendaraan yang lewat
setiap jam, makin ramai kendaraan yang lewat maka diperlukan lebar jembatan
yang lebih besar.
Lebar Jembatan Jumlah Untuk memberikan keamanan dan kenyaman
LHR bagi pemakai jembatan, maka lebar lantai
(m) Lajur
jembatan ditentukan sebagai berikut:
LHR < 2.000 3,5 – 4,5 1
a) Lebar jembatan minimum untuk jalan
2.000 < LHR < 3.000 4,5 – 6,0 2 nasional kelas A adalah sebesar 1 + 7 + 1
3.000 < LHR < 8.000 6,0 – 7,0 2 b) Kelas B : 0,5 + 6,0 + 0,5
8.000 < LHR < 20.000 7,0 – 14,0 4 c) Tidak boleh lebih kecil dari lebar jalan
d) Memenuhi standar lebar lajur lalu lintas
LHR > 20.000 > 14,0 >4 sebesar (2,75 – 3,5)
PARAMETER PERENCANAAN JEMBATAN
4. Superelevasi/kemiringan lantai jembatan
Kemiringan melintang lantai jembatan adalah 2%. Kemiringan memanjang
jembatan adalah tanjakan atau turunan pada saat melalui jembatan.
Perbandingan kemiringan dari tanjakan serta tersebut disyaratkan sebagai
berikut:
• Perbandingan 1 : 30 untuk kecepatan kendaraan > 90 km/jam
• Perbandingan 1 : 20 untuk kecepatan kendaraan 60 – 90 km/jam
• Perbandingan 1 : 10 untuk kecepatan kendaraan < 60 km/jam
Jembatan pada ruas jalan nasional dengan kemiringan memanjang jembatan
maksimum 1 : 20 atau 5%. Ketentuan tersebut diatas menyatakan bahwa
semakin besar kecepatan kendaraan maka semakin landai pula tanjakan atau
turunan yang diberikan pada jembatan. Hal ini bertujuan agar pada saat
kendaraan masuk ke badan jembatan, kendaraan tidak mengalami “jumping”
PARAMETER PERENCANAAN JEMBATAN
4. Superelevasi/kemiringan lantai jembatan
Kemiringan melintang lantai jembatan adalah 2%. Kemiringan memanjang
jembatan adalah tanjakan atau turunan pada saat melalui jembatan.
Perbandingan kemiringan dari tanjakan serta tersebut disyaratkan sebagai
berikut:
• Perbandingan 1 : 30 untuk kecepatan kendaraan > 90 km/jam
• Perbandingan 1 : 20 untuk kecepatan kendaraan 60 – 90 km/jam
• Perbandingan 1 : 10 untuk kecepatan kendaraan < 60 km/jam
Jembatan pada ruas jalan nasional dengan kemiringan memanjang jembatan
maksimum 1 : 20 atau 5%. Ketentuan tersebut diatas menyatakan bahwa
semakin besar kecepatan kendaraan maka semakin landai pula tanjakan atau
turunan yang diberikan pada jembatan. Hal ini bertujuan agar pada saat
kendaraan masuk ke badan jembatan, kendaraan tidak mengalami “jumping”
PARAMETER PERENCANAAN JEMBATAN
5. Ruangan Bebas Vertikal & Horizontal
Ruang bebas adalah jarak jagaan yang diberikan untuk mengindari rusaknya
struktur atas jembatan karena adanya tumbukan dari benda-benda hanyutan
atau benda yang lewat dibawah jembatan. Ruang bebas verikal diukur dari
permukaan air banjir sampai batas paling bawah struktur atas jembatan.
Besarnya ruang bebas tergantung dari jenis sungai dan benda yang ada dibawah
jembatan, nilai ruang bebas ditentukan sbb:
• C = 0,5 m ; untuk jembatan diatas sungai pengairan
• C = 1,0 m ; untuk sungai alam yang tidak membawa hanyutan
• C = 1,5 m ; untuk sungai alam yang membawa hanyutan ketika banjir
• C = 2,5 m ; untuk sungai alam yang tidak diketahui kondisinya
• C = 5,1 m ; untuk jembatan layang
• C ≥ 15 m ; untuk jembatan diatas laut dan diatas sungai yang digunakan
untuk pelayaran, jenis sungainya; jalan 5 m laut 15 m
PARAMETER PERENCANAAN JEMBATAN
Horizontal clearance ditentukan berdasarkan kemudahan navigasi kapal ditentukan
oleh US Guide Specification, horizontal clearance minimum adalah:
•3 kali panjang kapal rencana, atau
•2 kali lebih besar dari lebar channel

Bidang Bidang
Datar Datar
Tanjakan Bentang jembatan Turunan
Truss / Rangka

Girder/Gelagar

Clearance (C)
Abutment
Abutment
Pier/Pilar
PARAMETER PERENCANAAN JEMBATAN
PARAMETER PERENCANAAN JEMBATAN
6. Bidang permukaan jalan yang sejajar terhadap permukaan jembatan
Pemberian syarat bidang datar dari permukaan jalan yang menghubungkan
antara jalan dengan jembatan dilakukan untuk meredam energi akibat
tumbukan dari kendaraan yang akan dilewati. Bila tidak, dikwatirkan akan
berakibat pada rusaknya struktur secara perlahan akibat tumbukan kendaran
terutama kendaraan berat.
Energi kejut yang diberikan pada struktur akan meruntuhkan struktur atas sperti
gelagar juga lantai kendaraan, untuk itu maka diberikan jarak berupa jalan datar
dari kepala jembatan sejauh minimum 5 m karah jalan yang diberi struktur plat
injak untuk peralihan dari jalan ke jembatan
PARAMETER PERENCANAAN JEMBATAN
7. Lokasi dan Tata letak Jembatan
Lokasi jembatan menghindari tikungan diatas jembatan dan oprit. Peletakan
jembatan dipengaruhi oleh pertimbanagn – pertimbangan
a) Teknik (aliran sungai, keadaan tanah)
• Aliran air dan alur sungai yang stabil (tidak berpindah-pindah)
• Tidak pada belokan sungai
• Tegak lurus terhadap sungai
• Bentang terpendek (lebar sungai terkecil)
a) Sosial (tingkat kebutuhan lalu lintas)
b) Estetika (keindahan)

Bentang
lebih pendek Bentang lebih panjang
PARAMETER PERENCANAAN JEMBATAN
Karakteristik lokasi jembatan yang ideal adalah:
a) Secara geologis lokasi pondasi untuk kepala jembatan dan pilar harus baik.
Dibawah pengaruh pembebanan, permukaan tanah yang mendukung harus
bebas dari faktor geseran (slip) dan gelinding (slide). Pada kedalaman yang tidak
terlalu besar dari dasar sungai terdapat lapisan batu atau tanah keras lainnya
yang tidak erosif dan aman terhadap gerusan air sungai yang akan terjadi
b) Batasan sungai pada lokasi jembatan harus jelas , jembatan diusahakan
melintasi sungai secara tegak lurus
c) Bagian punggung atau pinggir harus cukup kuat, permanen dan cukup tinggi
terhadap permukaan air banjir
d) Untuk mendapatkan suatu harga pondasi yang rendah maka diusahakan
pekerjaan pondasi tidak didalam air sebab pekerjaan dalam air mahal dan sulit
PARAMETER PERENCANAAN JEMBATAN
8. Penentuan Bentang Jembatan
Bentang jembatan (L) adalah jarak antara dua kepala jembatan

L Panjang Bentang:
L = (a + b)/2...........jika :
• Bukan sungai limpasan banjir
MAB Abutment
Abutment • Air banjir tidak membawa hanyutan
MAN

a
L = b .....................jika :
b • Sungai limpasan banjir
• Air banjir membawa hanyutan
PARAMETER PERENCANAAN JEMBATAN
9. Material
Bahan utama jembatan ditentukan berdasarkan bentuk dan bentang jembatan,
lokasi jembatan, dan umur rencana jembatan. Penggunaan bahan khusus harus
melalui uji material untuk mengetahui karakteristik dan sifat-sifat fisiknya.
Secara umum jembatan dapat menggunakan bahan:
a) Beton
Lantai jembatan & Elemen Struktur bangunan atas lainnya menggunakan
mutu beton minimal K-350 untuk bangunan adalah K-250 termasuk isian
tiang pancang
b) Baja Tulangan
Baja tulangan menggunakan BJTP 24 untuk D < 13 dan BJTD 32 atau BJTD 39
untuk d > 13 dengan variasi diameter tulangan dibatasi paling banyak 5
ukuran
PARAMETER PERENCANAAN JEMBATAN

Tegangan putus Tegangan leleh Mutu Beton Kuat


Jenis
minimum, fu minimum, fy ( fc’ ) Tekan
baja
[MPa] [MPa] (Mpa) (kg/cm2)
BJ 34 340 210 30 300
BJ 37 370 240 40 400
BJ 41 410 250 50 500
BJ 50 500 290 60 600
BJ 55 550 410
PERENCANAAN BANGUNAN ATAS
1. Pemilihan Bangunan Atas
Agar tujuan pembangunan jembatan sesuai dengan fungsinya, tidak boros dan
mampu menahan beban sesuai dengan umur rencana maka perlu
mempertimbangkan faktor ekonomis dari jembatan. Bentang ekonomis
jembatan ditentukan oleh pemilihan tipe struktur dan jenis material yang
optimum
Apabila tidak direncanakan secara khusus maka dapat digunakan bangunan atas
jembatan standar Bina Marga seperti:
• Box Culvert (single, double, triple) bentang s/d 10 m
• Voided Slab (plank) bentang 6 – 16 m
• Gelagar Beton Bertulang Tipe T, bentang 6 – 25 m
• Gelagar Beton pratekan Tipe I dan Box, bentang 16 – 40
• Gelagar komposit Tipe I dan Box bentang 20 – 40 m
• Rangka Baja Bentang 40 – 60 m
PERENCANAAN BANGUNAN ATAS
PERENCANAAN BANGUNAN ATAS
2. Acuan Perencanaan Teknis
a) Perencanaan struktur atas menggunakan limit states atau rencana keadaan
batas berupa Untimate Limit States (ULS) dan Serviceability Limit States (SLS)
b) Lawan lendut dan lendutan dari struktur atas jembatan harus dihitung
dengan cermat baik untuk jangka waktu pendek maupun jangka waktu
panjang agar tidak melampaui batas yang diijinkan yaitu simple beam <
L/800 dan kantilever L/400
c) Memperhatikan perilaku jangka panjang material dan kondisi lingkungan
jembatan berada, khususnya selimut beton atau tebal elemen baja dan
galvanis terhadap resiko korosi ataupun potensi degradasi material.
PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH
Struktur bangunan bawah terbagi menjadi dua bagian yaitu abutment dan pier.
1. Pemilihan Bangunan Bawah
Pemilihan bangunan bawah dipengaruhi oleh hal-hal berikut:
• Memiliki dimensi yang ekonomis
• Terletak pada posisi yang aman, terhindar dari kerusakan akibat gerusan arus
air, penurunan tanah, longsoran lokal maupun global.
• Kuat menahan beban berat struktur atas, beban lalu lintas, beban angin dan
beban gempa
• Kuat menahan tekanan air mengalir, tumbukan benda hanyut, tumbukan
kapal dan tumbukan kendaraan
PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH
Berdasarkan pertimbangan tersebut secara garis besar tipe-tipe bangunan bawah
yang dapat digunakan adalah sebagai berikut:

Tipikal Abutmen
PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH

Tipikal Pier
PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH
2. Acuan Perencanaan Teknis
a) Perencanaan bangunan bawah menggunakan Limit States atau Rencana
Keadaan Batas berupa Ultimate Limit States (ULS) dan Serviceability Limit States
(SLS)
b) Struktur bangunan bawah harus direncanakan berdasarkan perilaku jangka
panjang material dan kondisi lingkungan antara lain: selimut beton yang
digunakan minimal 30 mm (daerah normal) dan minimal 50 mm (daerah agresif)
PERENCANAAN PONDASI
1. Pemilihan Pondasi
Bentuk pondasi yang tepat untuk mendukung struktur bawah jembatan harus
dipilihberdasarkan besarnya beban struktur bawah dan atas jembatan yang
ditahan oleh pondasi, jenis dan karakter tanah, serta kedalaman tanah
kerasnya.
Pemilihan pondasi dipengaruhi oleh hal-hal berikut :
a) Disarankan tidak menggunakan pondasi langsung pada daerah dengan
gerusan/scouring yang besar, jika terpaksa berikan perlindungan pondasi
terhadap scouring.
b) Hindari peletakkan pondasi pada daerah gelincir local dan gelincir global, jika
kepala jembatan atau pilar jembatan harus diletakkan pada lereng sungai.
c) Hindari penyebaran gaya dari pondasi kepala jembatan jatuh ke
lereng/tebing sungai.
d) Gunakan pondasi sesuai dengan kondisi tanah dibawah kepala atau pilar
jembatan
PERENCANAAN PONDASI
Tipikal Pondasi
PERENCANAAN JALAN PENDEKAT
1. Tinggi timbunan tidak boleh melebihi H izin sebagai berikut:
• H kritis :(c.Nc+y.D.Nq)/y
• H izin : H kritis/ SF, di mana SF = 3.
2. Bila tinggi timbunan melebihi H izin, harus direncanakan dengan system
perkuatan tanah dasar yang ada.
PERENCANAAN PONDASI
2. Acuan Perencanaan Teknis
a) Perencanaan pondasi menggunakan Working Stress Design (WSD)
b) Faktor keamanan (Safety Factor) (SF) untuk tiang pancang,
• SF Point bearing : 2,5 – 3
• SF Friction = 3 – 5
a) Faktor keamanan (Safety Factor) (SF) untuk pondasi Sumuran dangkal dan
pondasi dangkal:
• SF Daya dukung = 1,5 – 3
• SF Geser = 1,5 – 2
• SF Guling = 1,5 – 2
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai