DIREKTORAT JEMBATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA
PERENCANAAN TEKNIK JEMBATAN
1. PENGANTAR PERENCANAAN JEMBATAN
2. PERENCANAAN BANGUNAN ATAS
3. PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH
4. PERENCANAAN PONDASI
ACUAN NORMATIF
Permen PU No 19 PRT M 2011 Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
Permen PUPR No. 41 PRT M 2015 Penyelenggaraan Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan
SE Menteri PUPR No 07-SE-M-2015 Pedoman Persyaratan Umum Perencanaan Jembatan
SNI 1725 – 2016 Pembebanan Untuk Jembatan
SNI 2833 – 2016 Perencanaan Jembatan Terhadap Beban Gempa
SNI 03-2850-1992 Tata Cara Pemasangan Utilitas di Jalan
SNI 8460 – 2017 Persyaratan Perancangan Geoteknik
RSNI T-03-2005 Standar perencanaan struktur baja untuk jembatan
RSNI T-12-2004 Standar perencanaan struktur beton untuk jembatan
BMS 92 Bridge Design Code vol 1 dan 2
BMS 92 Bridge Manual Design vol 1 dan 2
AASHTO LRFD Bridge Design Specifications 2017
NOMENKLATUR, Penamaan konstruksi jembatan ditentukan oleh jenis bangunan atas dan
material (Gelagar Beton, Komposit, Pelengkung Beton, Prestressed, Rangka Baja, Gantung
Baja, Cable-Stayed)
SPESIFIKASI
Spesifikasi dan gambar-gambar harus dapat menjelaskan pekerjaan dengan jelas, menyeluruh, dan tanpa ada
interpretasi ganda. Spesifikasi harus menjelaskan metode-metode pelaksanaan, prosedur-prosedur dan toleransi-
toleransi agar pembuatan dan pengawasan mutu terjamin.
Pengantar Perencanaan
TAHAPAN ANALISIS STRUKTUR
A. Analisis Statik
Dilakukan untuk dua kondisi, yaitu kondisi batas layan dan kondisi batas ultimate (dengan faktor-faktor
beban yang disesuaikan)
Model dibuat untuk keseluruhan struktur dengan berbagai kondisi pembebanan, termasuk beban angin
yang dianggap pendekatan angin statik dan gempa statik ekivalen jembatan.
B. Analisis Dinamik
Dilakukan untuk jembatan khusus dengan :
Gempa dinamis, menggunakan simulasi pada computer (Non Linear Time History Analysis & Multi Modal
Pushover Analysis).
Angin dinamis, menggunakan simulasi pada komputer dan analisa model pada wind tunnel test
dilaboratorium uji (BS 6399-2: 1997, Loading for Buildings – Part 2: Code of practice for wind loads).
C. Analisis Pada Masa Konstruksi
Dilakukan sesuai dengan tahap-tahap pengerjaan struktur sehingga setiap elemen struktur terjamin
kekuatan maupun kekakuannya selama masa konstruksi (Forward & Backward Analysis).
Pengantar Perencanaan
ALUR PEMBEBANAN
(LOADS TRANSFER MECHANISM)
BANGUNAN ATAS
(pelat lantai, gelagar, cross beam, landasan)
BANGUNAN BAWAH
(kepala pilar, pilar, pile cap)
PONDASI
(telapak, sumuran, tiang pancang, bor pile)
Pengantar Perencanaan
PERENCANAAN JEMBATAN
Perencanaan Bangunan
TIPE BANGUNAN ATAS JEMBATAN
Perencanaan Bangunan
STANDAR BANGUNAN ATAS
JEMBATAN
1. Standar Bangunan Atas
Gelagar beton bertulang tipe T (6 – 25m)
Gelagar beton pratekan tipe I dan T (16 – 40m)
Girder komposit bentang 20 s/d 30m
Voided slab bentang 6 s/d 16m
Rangka baja bentang 40 s/d 60m
2. Standar Bangunan Pelengkap
Standard gorong-gorong persegi beton bertulang (box culvert) Single, Double, & Triple
`
Revisi dan pengembangan standar jembatan Bina Marga
Gelagar beton bertulang tipe T (simple & continuous beam)
Gelagar beton pratekan tipe I dan U
Perencanaan Bangunan
Girder komposit bentang 15 s/d 35m (simple & continuous beam)
Voided Slab Bentang 6 s/d 16m
Perencanaan Bangunan
PENAMAAN JEMBATAN BINA MARGA
Perencanaan Bangunan
Perencanaan Bangunan
RUANG BEBAS HORISONTAL &
VERTIKAL
Ruang bebas horisontal dan vertikal di bawah jembatan disesuaikan kebutuhan
lalu lintas kapal dengan mengambil free-board minimal 1,0 meter dari muka air
banjir.
Ruang bebas vertikal jembatan di atas jalan minimal 5,1 meter.
Horizontal Clearance
Ditentukan berdasarkan kemudahan navigasi kapal
US Guide Specification, horizontal clearance minimum adalah
2 – 3 kali panjang kapal rencana, atau
2 kali lebih besar dari lebar channel
Vertical Clearance
Ditentukan berdasarkan tinggi kapal yang lewat dalam kondisi balast dan
permukaan air tinggi
Perencanaan Bangunan
Tinggi kapal memperhitungkan kondisi kapal yang ada & proyeksi ke depan
Perencanaan Bangunan
KERUSAKAN JEMBATAN AKIBAT
CLEARANCE
Perencanaan Bangunan
Perencanaan Bangunan
PEMBEBANAN RENCANA
Perhitungan pembebanan rencana mengacu SNI 1725-2106, meliputi Beban rencana permanen, Lalu lintas,
Beban akibat lingkungan, dan Beban pengaruh aksi-aksi lainnya.
Perencanaan Bangunan
2) Beban Lalu-lintas
a) Beban Lajur "D" ( UDL dan
KEL)
Beban merata (UDL)
L < 30m q = 9 kPa
L > 30m q = 9 x ( 0,5+15/L ) kPa
Beban garis (KEL) P = 49 kN/m Beban Lajur D
DLA (KEL) = 0.4 untuk L < 50 meter
b) Beban Truk "T“ (semi trailer) Beban lalu-lintas terpilih adalah yang memberikan total
T = 500 kN gaya dalam yang maksimum pada elemen elemen
DLA (T) = 0.3 struktur jembatan.
Beban Truk T
Perencanaan Bangunan
c) Beban Rem
Nilai terbesar dari:
1. 25% berat gandar truk desain
2. 5% berat truk rencana ditambah beban lajur terbagi rata
Bekerja setinggi 1800 mm di atas permukaan perkerasan.
Perencanaan Bangunan
3) Aksi Lingkungan
Aksi lingkungan termasuk pengaruh temperatur, angin, banjir, gempa, dan penyebab-
penyebab alamiah lainnya.
Beban Perbedaan Temperatur
Perbedaan temperatur diambil sebesar 250C (temperature rata-rata minimum
adalah 150C dan temperature rata-rata maksimum adalah 400C).
Beban Angin
Beban Gempa
Pengaruh gempa rencana hanya ditinjau pada keadaan batas ultimit. Pemodelan
beban gempa menggunakan analisa pendekatan statik ekivalen beban gempa:
Teq = (C . I . WT)/R
Gaya aliran sungai
Hanyutan
Tekanan Hidrostatik dan Gaya Apung
Perencanaan Bangunan
4) Aksi-Aksi Lainnya
Gesekan pada perletakan
Gesekan pada perletakan termasuk pengaruh kekakuan geser dari perletakan
elastomer.
Pengaruh getaran
Beban pelaksanaan
Beban pelaksanaan terdiri dari beban yang disebabkan oleh aktivitas pelaksanaan
itu sendiri dan aksi lingkungan yang mungkin timbul selama pelaksanaan.
Perencanaan Bangunan
FAKTOR BEBAN
Perencanaan Bangunan
Pelengkung baja
Type
Bentang Lokasi Berat (ton) Sket Jembatan
(m)
Arch : 293
Floor : 180
Hanger : 26
B 120 Rumbai
Total : 500
Rata-rata : 4,16 ton/m
Arch : 382
Truss : 398
A 150 Kahayan
Total : 780
Rata-rata : 5,2 ton/m
Arch : 680
Floor : 399
Hanger : 57
A 200 Martadipura
Total : 1136
Rata-rata : 5,7 ton/m
Perencanaan Bangunan
PERENCANAAN BANGUNAN ATAS
APLIKASI SOFTWARE
PEMODELAN STRUKTUR JEMBATAN
Perencanaan Bangunan
PROGRAM ANALISIS STRUKTUR
Struktur Analisis Soil
Penampang Structure
• RM Bridge Interaction
• Midas Civil • Midas GSD
• Section • Plaxis
• CSI Bridge
Builder • Midas GTS
• SAP 2000
• PCA Col • LPile
• Lusas
• Response • All Pile
Bridge
2000 • FB Pier
• GT Strudl
• MS Excel
Perencanaan Bangunan Atas
TIPE PERHITUNGAN
STATIK ◦ BUCKLING
◦ LINEAR STATIK
◦ NON LINEAR STATIK
DINAMIK
◦ MODAL ANALYSIS
◦ NON LINEAR TIME
HISTORY
◦ WIND LOAD
STRUKTUR KABEL
BEBAN
TEMPERATUR
LARGE DEFORMATION
◦ P ANALYSIS
• SERVICE/CONSTRUCTION • ULTIMATE CONDITION
CONDITION – SECTION CAPACITY
– STRESS – NEED OF REINFORCEMENT
– DEFORMATION – PERFORMANCE
– CRACK WIDTH
2
10
600
500
9000
Satuan dalam mm
PERENCANAAN BANGUNAN ATAS
BETON PRATEKAN
Beton Pratekan
Latar belakang dan konsep dasar;
Philosophi dasar dari Analisis dan Desain;
Material: Beton dan Baja Prategang;
Sistem Penegangan
Syarat-syarat perencanaan
Konsep Dasar
Beton lebih kuat dalam kondisi tekan, namun lemah dalam kondisi Tarik, diberi tegangan
tekan untuk mengimbangi/mengurangi tegangan tarik yang timbul
Keuntungan Beton Prategang
Tak ada retak terbuka, sehingga lebih tahan korosi.
Permukaan jembatan Lebih kedap air.
Ada chamber untuk mengurangi lendutan.
Penampang struktur lebih kecil/langsing, karena seluruh
luas penampang dapat digunakan secara efektif.
Bisa digunakan untuk bentang lebih panjang dibandingkan
beton bertulang.
berat baja prategang jauh lebih kecil daripada jumlah berat besi beton.
Material
Beton: mutu normal (35-60MPa) dan mutu tinggi (>60 MPa).
Tulangan prategang: sesuai dengan ASTM A421 (Kawat, strand, dan batang tulangan).
Penampang Balok Prategang
Penampang I dan T-bulb
Span A I Yb Sb St
Penampang ft / in2 / in4 / in / in3 / in3 /
(m) (cm2) (cm4) (cm) (cm3) (cm3)
AASHTO 1 30 - 45 276.00 22,744.13 12.59 1,806.61 1,475.87
(9.1) - (13.7) (1780.64) (946,682.12) (31.98) (29,605.09) (24,185.22)
AASHTO 2 40 - 60 369.00 50,978.74 15.83 3,220.54 2,527.36
(12.2) - (18.3) (2380.64) (2,121,895.52) (40.21) (52,775.15) (41,416.05)
AASHTO 3 55 - 80 559.50 125,390.35 20.27 6,184.95 5,071.08
(16.8) - (24.4) (3609.67) (5,219,140.35) (51.49) (101,353.19) (83,100.16)
AASHTO 4 70 - 100 789.00 260,740.61 24.73 10,541.86 8,909.29
(21.3) - (30.5) (5090.31) (10,852,843.43) (62.82) (172,750.08) (145,997.05)
AASHTO 5 90 - 120 1,013.00 521,162.59 31.96 16,308.47 16,788.17
(27.4) - (36.6) (6535.47) (21,692,424.73) (81.17) (267,247.90) (275,108.88)
AASHTO 6 110 - 140 1,085.00 733,320.29 36.38 20,156.88 20,587.69
(33.5) - (42.7) (6999.99) (30,523,095.12) (92.41) (330,312.08) (337,371.82)
Penampang Box
Tulangan Prategang dan
Angkur
Grout inlet
Selongsong
tendon
Kehilangan
Prategang
Friksi (pasca-tarik Dudukan selip
Pemendekan beton saat
saja) Anchorage- gaya prategang bekerja
susut Relaxation
Friksi (pasca-tarik saja)
SOAL : Jembatan dua bentang box-girder yang ditarik di satu sisi.
Material
Kabel Prategang
Jenis prategang Post "Ya" (Post-tensi on)
Jenis baja Low_relax "Ya"
Keterangan :
Lx 52.2 yp 1.32
4 4
Lx = jarak dari ujung penarikan kabel terhadap titik yang dittinjau. Lx 73.2 yp 0.305
yp = elevasi kabel terhadap serat terbawah penampang. 5 5
Lx 90 yp 1.05
6 6
Penyelesaian
Langkah 1:Menentukan beda tinggyi dan beda jarakL Langkah 4: Menghitung kehilangan tegangan akibat friksi
ff fo fx fo 1 e (KL) (Rumus)
Array spasi i 0 (np 2) {bilangan 0,1,..,s/d 5
ff
f o 1 Rf 0
yi yp yp Li Lx Lx 33.507
j 0 (np 1) {bilangan 0,1,..,s/d 6}
i1 i i1 i
71.798
Langkah 2:Menghitung perbedaan sudut vertikal (radia
ff 0 if j 0
j f f 92.369 MPa
=
fpj 1 Rf
j1
otherwise 114.4
Segmen y (m) L (m) α = 2(y/L) 150.208
AB 0.745 19.200 0.078
BC 1.015 24.000 0.085 180.203
CD 0.200 4.800 0.083
DE 0.200 4.200 0.095
fptj fpj ff
EF 1.015 21.000 0.097 j
1400
Segmen μ α = 2(y/L) Σα Wobble, K L ΣL μΣα + KΣL e -(μΣα + KΣL)
AB 0.150 0.078 0.078 0.00066 19.20 19.200 0.024 0.976 f pt
1300
BC 0.150 0.085 0.162 0.00066 24.00 43.200 0.053 0.949 ( MPa)
fpuj
1
Jarak ke titik yang diketahui L L0 L1 3
L 43.2 m fpuj 1.284 MPa
r
EpsLL
x x 33.386 m fa fpt fpt2
d
j fptasal fa fpt
Langkah 2: Kehilangan tegangan akibant chor set 0
MPa
1395.000
MPa
110.975
MPa
1284.025
1 1361.493 43.961 1317.532
2dx 2 1323.202 0.000 1323.202
fa fa 110.975MPa 3 1302.631 0.000 1302.631
L 4
5
1280.600
1244.792
0.000
0.000
1280.600
1244.792
6 1214.797 0.000 1214.797
( MPa)
1 1300
f pt 2
( MPa)
1250
1200
0 20 40 60 80 100
Lx
Kehilangan Akibat Pemendekan Beton
SOAL : Hitung kehilangan akibat pemendekan beton pasca-tarik pada contoh 2.1.
a. Jika 2 tendon sekaligus dalam sekali penarikan
b. Jika 1 tendon dalam sekali penarikan
c. Jika semua ditarik bersamaan
Diberikan
Langkah 1: Menentukaneksentrisitas kabel
Mutu beton silinder fc 60MPa
Modulus elastisitas beton (28hari) Ec 4700 e y y m
fcMPa jx bj pj
Ec 3.641 4
10 MPa Catatan:
j Lx ex
tanda (+) dibawah cg
Mutu beton saat transfer fci 0.65fc m m
fci 39MPa 0 0.00 0.000
1 19.20 0.745
Modulus elastisitas beton initial Eci 4700 fciMPa 2 43.20 -0.270
4 3 48.00 -0.470
Eci 2.935 10 MPa 4 52.20 -0.270
5 73.20 0.745
Luas penampang Acj 2 6 90.00 0.000
6m
4
Momen inersia Icj 3.764m
ex
Lx
Garis berat bawah y m
1.05m
bj
Ic Langkah 2: Hitung Mo men akibat berat sendi
Radius girasi r
Ac -1
j Lj MD
m kN m
Berat
3 isi beton c 24kN m Qd 144 m
0 0.00 0.00
kN Qd 2 1 19.20 39,813.12
1 2 43.20 14,929.92
MD(x) 3 48.00 0.00
QdLbx x
2 2 4 52.20 11,430.72
Jumlah tendon ntd 4 5 73.20 30,481.92
2
Luas total kabel Aps 6 90.00 0.00
7200mm
Langkah 3: Tegangan pad a beton di level prategang Langkah 5: Kehilangan tegangan pada beto n pasca-tarik
Gaya prategang saat transfer Untuk pasca tarik yang ditarik tidak bersamaan,
(naw ymembolehkan reduksi 10% , Pi = 0.9Pj) dengan kondisi penarikan sebaga i berikut:
Pi fpjAps
Pi 10044kN a. Masing-masing penarikan per 2 tendon.
1.674
ntj 2
4.725
e 2 2.939
M e ntd
Pi x j D
xjj
jumlah penarikan nj nj 2
fcs 1 fcs 2.263 MPa ntj 5.561
j Acj rj2 Icj
nj
2.688 i1 15.696
Catatan:
untuk los ses teg angan tekan 2.878
nj 1
yang menyebabkan los ses )
9.764
1.674 fES_post i 1 fES_pre
fES_post 7.519 MPa
nj
8.931
9.561
5.561
b. Masing-masing penarikan per 1 tendon.
ntj 1 ntd
Langkah 4: Kehilangan tegangan pada beton pra-tarik jumlah penarikan nj nj 4
Eps ntj
n n 6.644 nj 5.561
Eci i1 15.696
fES_pre otherwise
fpt2 fES
MPa MPa
9
1.35 10
1.3
f pt2 9
10
f pt3
9
1.25 10
9
1.2 10 0 20 40 60 80 100
Lx
Kehilangan Akibat Susut Beton
SOAL :Hitung kehilangan akibat susut beton pasca-tarik pada contoh 2.1 dengan menggunakan :
a. Metoda PCI
b. Metoda AASHTO
t fsh_2 33.5MPa
Ksh 0.694
fsh max fsh_1 fsh_2
j
fsh_1 8.210 6KshEps 1 0.006
100 Rh maxfsh_1 fsh_2 33.5MPa
S
fsh_1 32.892M Pa
Langkah 2: Tegangan prategang setelah susut
fpt4j fpt3j fsh
j
j fptasal fsh fpt
MPa MPa MPa
0 1284.025 33.500 1250.525
1 1317.532 33.500 1284.032
2 1323.202 33.500 1289.702
3 1302.631 33.500 1269.131
4 1280.600 33.500 1247.100
5 1244.792 33.500 1211.292
6 1214.797 33.500 1181.297
fpt3
fsh
(MPa) (MPa)
1350
1300
f pt3
(MPa)
1250
f pt4
(MPa)
1200
1150
0 20 40 60 80 100
Lx
Kehilangan Akibat Rangkak Beton
SOAL : Hitung kehilangan akibat rangkak beton pasca-tarik pada contoh 2.1 dengan menggunakan :
a. Metoda AASHTO
b. Metoda ACI-ASCE
Diberikan
Langkah 2: Tegangan akibat superimpose
Jenis prategang Post "Ya" (Post-tension) MSD
j
kN fcsd ex
Beban mati superimposed Qsd 5.5 j Icj j
m
fcdp fcs fcsd
j
Langkah 1: Momen akibat superimposed j j
j Lx MSD
Beban mati superimposed j fcs fcsd fcdp
m kN m
MPa MPa MPa
kN 0 0.00 0.00 0 1.674 0.000 1.674
Qsd 5.5 1 19.20 1,520.64
m 1 -4.725 0.301 -5.026
2 43.20 570.24 2 2.939 -0.041 2.980
3 48.00 0.00 3 2.263 0.000 2.263
MSD (x) 1 Qsd Lbx Qsd x2 4 52.20 436.59 4 2.688 -0.031 2.720
2 2 5 73.20 1,164.24 5 -2.878 0.230 -3.109
6 90.00 0.00 6 1.674 0.000 1.674
Lx
Kehilangan Akibat Relaksasi
SOAL : Hitung kehilangan akibat relaksasi pada contoh 2.1 dengan kondisi sebagai berikut :
tahap I, saat transfer gaya prategang
tahap II, saat beban superimposed diletakan
tahap III, setelah 2 tahun beban superimposed diletakan.
Diberikan : logt2 24 logt1 24 fpj
fr2 fpj 0.55 if Low_relax "Ya"
Jenis baja prategang: Low_relax "Ya" 10 fpy
logt2 24 logt1 24 fpj
Tahap I, saat transfer fpj 0.55 otherwise
40 fpy
Lama hari sebelum transfer t1 18 (hari) t0 1
fr2 2.571MPa
Kehilangan akibat relaksasi saat transfer
logt1 24 logt0 fpj Tahap III, setelah 2 tahun superimposed diletakan
fr1 fpj 0.55 if Low_relax "Ya"
10 fpy Kehilangan setelah umur 2 tahutn2 3652 (hari) t1 30
logt1 24 logt0 fpj
fpj 0.55 otherwise Kehilangan akibat relaksasi umur 30 hari
40 fpy
f 30.547MPa f logt2 24 logt1 24 fpj if Low_relax "Ya"
r1 r3
fpj
0.55
10 fpy
Tahap II, saat superimposed diletakan logt2 24 logt1 24 fpj
fpj
0.55 otherwise
40 fpy
Kehilangan setelah umur 30 harit2 30 (hari) t1 18
fr3 16.067MPa
Kehilangan akibat relaksasi umur 30 hari
j fptasal fCR fpt
Tegangan akhir prategang setelah relaksasi
MPa MPa MPa
fr fr1 fr2 fr3 0 1236.179 49.186 1186.993
fr 49.186MPa 1 1327.106 49.186 1277.920
fpt6j fpt5j fr 2 1264.160 49.186 1214.974
3 1249.733 49.186 1200.547
4 1223.791 49.186 1174.605
5 1237.933 49.186 1188.747
6 1166.951 49.186 1117.765
fpt5
fr
MPa
MPa
9
1.4 10
f pt5 1.3
109 f pt6
f pt4 9
1.2 10
9
1.1 10
0 20 40 60 80 100
Lx
Kehilangan Total
Berdasarkan
SOAL : perhitungan padatotal
Hitung kehilangan contoh
pada2.1 s.d contoh
contoh 2.1: 2.5 dapat dihitung kehilangan total sebagai berikut ;
Periksa persyaratan tegangan terhadap tegangan ijin pada semua tahapan pembebanan
Periksa camber dan lendutan pada kondisi pembebanan short-term dan long term
r = I Ac
P = modulus penampang pada
k e serat bawah
b o
St kt =
I A y 2
Ac r yb
bawah P P eo y t P eo y t Sb
b A I A 1 r 2 c
c
c
= jarak dari cgc ke batas atas kern.
P eo P eo Ac
1 1
Ac kt Ac Sb kb =
I A y S A r2 y
c t t c t
P
e k = jarak dari cgc ke batas bawah kern.
o t
Sb
Rumus Umum Tegangan (PBL)
Kondisi awal atau transfer:
Dimana :
Pi
P y
Mmin y
A It ti Tegangan ijin tekan
a
c
i
et
o
I
P P e y M y = 0,45 f c (kondisi layan)
cs
b Aic i o
I
b
min
I
t
ci f
ci = 0,60 ci
(kondisi transfer
/sementara)
’
Tegangan ijin tarik
(kondisi transfer
P Pe y M y = 0,25 /sementara selain
ti
fci
o t max t
diperletakan)
a A
I P e
c c
o
b
A
P
cs
I I ti = fci (
k
M y t 0,
yb
o
m
a
5 n
d
x
I
i
s
ts i
t
r
a
n
s
f
e
r
/
s
e
m
e
n
t
a
r
a
d
i
p
e
rl
e
t
a
k
a
n
)
Contoh 3.1: Balok di atas perletakan sederhana
qDL
2. Hitung Momen lentu r 3. Hitung Properti Penampang
e0 P
Beban mati sendiri 3 9 4
MDL b h I 5.4 1
e I m
kN 12
qDL 4.5 kN
qDL b h25 m
𝑙 Ac b h Ac 1.8
5
mm
2
1 m2 1
Diketahui : M h
MDL 81kN
P 525kN (gaya prategang setelah semua losse DL qDLL m yt yt 300mm
8
2
L 12m h
Beban hidup y
eo yb 300mm
b
b qL 4kN 2
300mm 200mm h m
600mm
Mutu beton fc 50MPa M 72kN m
M 1 q 2
L 8 LL L
Momen total
1. HItung tegan gan ijin
Mmax MDL Mmax 153kN m
Tegangan ijin layan
ML
St (tekan)
P P e Mma
x
k kb 100mm b 0.25MPa ts 3.536MPa
b Ac b
Ac S S
4. Periksa tegangan pada serat atas dan bawah kondisi transfer b b (tarik)
di midspan e eo
e 200mm
asum si : 0.83
P P
i
Pi Pi e MDL
a 0.986MPa ti 1.768MPa
a St
Ac St
(tarik)
Pi Pi e MDL
b 6.042MPa ci 30MPa
b
Ac Sb Sb
(tekan)
Balok pada contoh 3.1 akan digunakan untuk memeriksa lendutan
fc 50 MPa
fci 0.65fc
- Defleksi jangka panjang oleh PCI Multipliers
fci 32.5MPa
A
Flow Chart Desain Lentur (PBKT)
A
Penampang Tdk
flens?
Ya
Penampang Tdk Ya Penampang
a = hf ?
flens persegi
Ya Over reinforce :
pw d / d (w ` ) 0.361 M f ` bd 2
(0.361 0.0812 )
p w
n c p
Tdk
Over reinforce :
Momen nominal :
M nc w f `p b d 2 (0.361 0.0812 )
Mn Apsfps (dp a / 2) Asfy (d a / 2)
0.85f `c (bf bw )hf (dp hf / 2)
A`s fy (a / 2 d`)
Momen nominal :
Mn Apwfps (dp a / 2) Asfy (d dp )
0.85f `c (bf bw )hf (dp hf / 2)
Contoh 4.1 : DESAIN BALOK PRATEGANG
DIBERIKAN :
Panjang benta ng jembatan Lsl
36m
Jarak antar balok (as ke as) Lc 2.10m
Material
a. Beton : b. Kabel Prategang (Jenis Relaksasi Rendah)
Girder Pracetak
fpu 1860Mpa
fc 45.65Mpa fc 45.65Mpa
3
Ec 4700 fpy 0.9fpu fpy 1.674 10 Mpa
fcMpa Ec
31755.448Mpa
1
fy 400Mpa 3
fpj 0.75fpu fpj 1.395 Mpa (maks.)
Pelat :
fcp 29Mpa fpi 0.7fpu fpi 1302Mpa
h 1828.8m m Ic 8 3
Sec. Modulus T op St St 3.374 10 mm
bf 1066.8m m Ct
x1 127mm Ic 8 3
Sec. Modulus Bottom Sb Sb 3.303 10 mm
x2 Cb
177.8m m
b2 711.2m m
Ic
x3 254mm Radius Girasi r Ac r 660.337mm
x4
2
203.2m m r
bw 203.2m m kb 481.961mm
kb
Ct
471.876mm
2
r
kt kt
Cb
ML 1.418 3
1 VL 157.584kN bila lebar pelat efektif di atas girder,
kNm
3
Garis Berat Atas Komposit Pf3 Apsfpeff Pf3 4.851
1 k
Ctk h hslb Cbk Ctk 774.942m m
Gaya prategang efektif yang dibutuhkan
LANGKAH 6: M enghitung Kapasitas Mome n
3
Pf max(( Pf2 Pf3 Pf 5.467 Diameter tulangan Ds 16mm 0.8
)) 1 k
Pf 2 2 2
Aps Aps 5248.886m Luas per tulangan As1 0.25Ds As1 201.062mm
fpeff m
Menentukan jumlah strand 3
Lebar tekan balok bt be bt 1.674
1 m
Aps
n_strand ceil
n_strand 54 Luas penampang dari center ke sisi tarik
Ap1 (Pendekatan At= 50% Ac)
Aps n_strandAp1 2 5 2
Aps 5292mm At 50% Ac At 3.5 10 mm
Pasang tulangan minimum
Asmin 0.4% At 3 2
Asmin 1.4 10 mm
fpeff 1041.6M pa
0.5fpu 930Mpa .. OK!
Ts Ast fy Ts 562.973kN
1
0.85 if fc 30Mpa Berdasarkan ACI / NAWY (untuk balok segi-4)
0.65 if fc 55Mpa fps
0.008 30
fc p p fc p 0.185 < 0.361 0.261
0.85 if 30Mpa fc 55Mpa OK (j ika prestressed only)
Mpa
1 0.725 d
p (t c) 0.198 < 0.361 0.261
Aps
p p 0.495% dp
Ack OK (j ika besi tulangan diperhitungkan)
c 0 c 0
Notes : jika rasio tulangan < 0.361 maka under-
reinforced
t Ast jika tidak maka over-reinforced.
t 0.132%
Ack
d
fy (t c) 0.361
t t OVER "Y" if p
fc t 0.012 dp
p fpu
fps fpu p "N" otherwise
d
(t OVER "N"
1 c)
1 fc dp
fps 1706.044M pa
p p fps
fc p 0.185
Berdasarkan AASHTO 3rd Edition 2004, Sec. 5.7.3.3
LANGKAH 8: Periksa M om en Des ain Minimum Perlu
2 11 4
Kedalaman tulangan efektif pada penampang Ac 699998.6m Ic 3.052 1 m
m
de 1 k
Apsfpsdp Ast fyd 3
de 1.857 m Pe 5.512
Apsfps Ast fy
a Tegangan tarik retak
c c 203.753mm fr 0.7 fcMpa fr 4.73Mpa
1
c
0.11 Menghitung momen retak penam pang
de < 0.42 OK.
Tegangan serat bawah girder akibat beban layan total, Mt
c
fakt
Mdl Msdl ML
Pe Pee
OVER "Y" if 0.421 OVER "N"
Ac Sb Sb Sbk
de
"N" otherwise
fakt 0.163Mpa
a a Momen untuk meretakan penampang adalah
Mn Tps dp Ast fy d
2 2 Mcr (fr fakt) Sbk Mt
M n 17102.525kN
m Mcr 9013.961kN m
Penampang
Tinggi penampang h 1.829 m
Lebar badan bw 0.203 m
Ac 7 5 2
10 mm
Yt 904.732mm
8 3
Sb 3.303 10 mm
2
Pe 5512.147kN Aps 5292mm dp 1.849 m
fpe
Pe
fpe 1041.6M > 0.4fpu 744MPa
Aps Pa
Beban
layout kabel mengikuti persamaan parabolik sebagai berikut: kN
k
Qgir 17.5 N Qsdl Qll 8.755
2 kN 16.226 m
ex(x) 1x 1x 1 m
m k
N
-1 QuDL 1.3Qgir QuDL 22.75
1 0.0022m 1 0.0805 1 0 m m
kN
check ex(0.5L) 0.724 m = em QuSDL 1.3Qsdl QuSDL 21.094
m
QuLL 19.261 kN
Material QuLL 2.2Qll
m
Faktor reduksi 0.75 kN
Qu QuDL QuSDL QuLL Qu 63.105
m
Kuat tekan beton fc 45.65Mpa
Tegangan leleh tul.fy 400Mpa kN
Qu QuSDL QuLL Q
40.355
m
Diagram momen
4
1.5 10
MuDL( x
Gaya-gaya dalam : ) 4
1 10
Saat beban layan belum bekerja (geser hanya ditahan oleh girder ( kNm)
L
M uDL (x) QuDL 2 Mu( x) 5000
x (x) VuDL(x) QuDL (x) (kNm)
L
2 2 2
2 L
M u(x) Qu Lx x Vu(x) Qu (x) 0
0 10 20 30
2 2
2 x
2 L Diagram Geser
Mu(x) Qu Lx (x) Vu(x) Qu (x)
2 2 2 2000
VuDL(x)
1000
kN
Vu( x)
kN 0
Vu(x)
kN 1000
x
2000
0 10 20 30
h
x1 x2 0.25L x2 9 m x3 0.5L x3 18 m
2
Persyaratan Geser menurut ACI :
Momen
0.4fpu 744Mpa < fpe 1041.6M pa
Mu1 Mu(x1)
Mu1 1012.272kN m dapat menggunakan metoda sederhana sebagai berikut :
dp2 1.448
m
vc1 0.4 fc(Mpa) if vc1 0.4 fcMpa vc1 2.703Mpa
dp3 Yt ex(x3)
dp3 1.629 m fc(MPa) if vc1 fc(MPa)
6
6
vc1 otherwise
Vu1 1078.183kN > vc1bwdp1 402.167kN maka diperlukan tulangan geser minimum
0.75h
600mm
s min s 400mm
sact
2
Luas tul. minimum Avmin bws Mpa Avmin 67.733mm
3fy
Av2act 0.25 2
dia 22 Av2act 157.08mm > Av min atau
Av2..OK!
Analisis Struktur
Statis Tertentu:
◦ Struktur sederhana
◦ Struktur kantilever
Statis Tak Tentu/Menerus
◦ Tumpuan sendi
◦ Tumpuan kolom
Analisa Struktur Balok Sederhana (Simple-Beam)
1. Mencari kebutuhan gaya prategang, P (optimum)
Besarnya P dapat diperoleh dari 2 buah persamaan lendutan pada tabel 3.3a sub b
h
Simple span dengan beban merata: 5 w𝑙 4 w q
b 384 EI 2
Diketahui : 5 P𝑙
Simple span dengan bentuk parabolik: e
e e ee
P 525kN (setelah semua losses) 6
c
8EI
kN
q 7
m Dengan memasukan nilai ee 0 ec eo maka diperoleh
L 12m eo
1 q
b Popt 2 Popt 630kN
200mm h
300mm L
600mm 8 ec
200
qpL 2 1 60 0.01
2
Momen : Mqp(x) qpL x qpx 2
Geser: Vqp(x) 40
0.02
qpx
2 Vq (x) x
20
kN
Vqp(x) 5 10
4. Menghitung lendutan 0
kN 20
(x)
q x
L 3 2Lx 2 3 (0.5L) 14mm
24Ec Ic 40
x
qpx
2 3 60
(x) 2Lx x p(0.5L) 11.667mm
p 24Ec Ic
x
L
Simulasi Program
PERENCANAAN BANGUNAN ATAS
GELAGAR BOX BETON
Komponen Gelagar Box Beton
Potongan Melintang
Foundation Substructure Superstructure
Plate (1) Box abutment (5) Transverse diaphragm (19) Box girder web (20)
Pile plate (2) Spill through abutment (6) Top slab (area between the webs) (21) Top slab (cantilever sec
Bored pile (3) Columns, piers (with 2 or more bearings) (7) Breast wall
Fascia
(8) beam (24)
Driven pile (4) Wing wall (9) Guard rail (25)
Back wall (10) Railing (26)
Edge beam (11) Sealing membrane (27) Wearing surface (28) Drain inlet (29)
End diaphragm (12) Cross drain (30)
Bridge seat (13) Longitudinal drain (31)
Support walls (14) Bridge seat beam (15) Access chamber (16)
Bearing (can be fixed or allow movement) (17)
Konstruksi
Incremental launching
Balance cantilever
Progressive cantilever
Tipikal Formwork
Form Traveller (contoh aplikasi)
Durasi Pekerjaan
Keuntungan Box Girder Beton
Kekakuannya yang cukup tinggi dikombinasikan dengan beban mati yang cukup kecil, menghasilkan nilai perbandingan beb
Kekakuan torsional yang tinggi yang dapat memberikan kebebasan dalam melakukan pemilihan mengenai perletakan dan a
2
pemilihan mengenai dimensi dasar untuk
elemen-elemen penampang melintang, 5 pemeriksaan mengenai gambar kerja,
tegangan selama pemasangan oleh
bentuk dan jumlah dari tendon dan kontraktor, urutan penarikan secara
Desain penulangan, tebal pelat dan web, dan Dukungan rinci, dan pengembangan dari defleksi
Pendahul studi optimasi mengenai bentang dan lapangan yang terjadi dan informasi
uan bentuk penampang melintang penyambungan untuk panduan dari
tenaga kerja di lapangan
bentuk atau ukuran tertentu mengenai menyediakan informasi yang cepat pada tenaga lapangan dan kontraktor mengenai kelayakan teknis dari perub
3 6
penampang melintang sementara dengan mempertimbangkan baik beban-beban selama konstruksi dan beban rencana normal pada struktur yang sudah selesai, ukuran tendon,
Desain Rinci Perubahan
Parameter Desain
Ketinggian konstan vs bervariasi;
Perbandingan bentang terhadap tinggi jembatan;
Jumlah gelagar box yang sejajar;
Bentuk dan ukuran dari masing-masing gelagar box, meliputi jumlah web, kemiringan web,
ketebalan web serta flens bawah;
Aksesibilitas/pemeriksaan dari struktur atas.
Pemilihan Tinggi Gelagar
Ketinggian balok gelagar yang konstan merupakan suatu pilihan yang termudah dan memberikan
solusi terbaik untuk bentang pendek dan moderat sekitar 260 ft (80 m). Jembatan dengan ketinggian
konstan tersebut juga digunakan sebagai alasan estetika untuk bentang hingga 450 ft (137 m). Apabila
bentang meningkat, besarnya momen lentur akibat beban mati di dekat pilar memerlukan suatu variasi
dari ketinggian struktural; sehingga akan lebih ekonomis untuk membuatkan variasi pada penampang.
Tinggi Gelagar Konstan
Tinggi Gelagar Bervariasi (Linear)
Tinggi Gelagar Bervariasi (Parabola)
Penampang Melintang
Pertimbangan Desain Arah Melintang
Possible Cross Sections
Single Cell Pedestrian
Multiple Cell
Automobile
Possible Constant or Use Utilities
Cross Varying Widening
Section
Use Supports
Pier wall with multiple Bridge Bearings
Length of
Several Individual Piers cantilever Web
Supports Single Middle Piers Proportio
Design of ns inclination
Box Suspended from Bridge Centerline Dimensions
Girder Suspended from both sides of Longitudinal/transverse
cross section
Cross
Section
Proportion Constructio Stationery falsework
Incremental
n Method Construct
launching Formwork
ion
Method girder
Free cantilever
Bridge Launching girder
Finishes +
Form
Guard rail
Railing
Bridge Web inclination
Finishes
+ Form View from below
Segmental Balanced Cantilever Cast in Situ
Aspek yg Dipertimbangkan (Balanced Cantilever)
Terdapat porsi kecil dari struktur atas pada pilar yang dibuat melalui perancah (cetakan) dan biasanya
didisain sebagai ‘pier table’ (meja pilar). Pada kasus cor di tempat untuk jembatan menggunakan konstruksi
segmental, pier table tersebut harus cukup panjang untuk meletakkan dua traveler yang saling
membelakangi (biasanya 30 ft (10 m) – 40 ft (12 m) panjang). Pier table tersebut biasanya dibuat dengan
panjang ½ segmen keluar untuk meminimalkan pengaruh ketidak-seimbangan selama konstruksi segmen.
Perencana harus melakukan perhitungan awal mengenai konstruksi kantilever dengan penempatan
segmen terakhir untuk mendapatkan kisaran awal mengenai n kebutuhan luasan kabel pratekan dan
pemeriksaan beban-beban pada penampang pilar.
Untuk struktur yang lebih besar, penggunaan pilar ganda bisa menguntungkan untuk mengurangi
kekakuan lateral untuk temperatur dan beban gempa dan akan efisien untuk menahan momen konstruksi
segmental yang besar.
Aspek yg Dipertimbangkan (Balanced Cantilever) – cont.
Untuk struktur yang lebih kecil dengan kantilever lantai jembatan yang pendek yang digunakan untuk sistem
drainase dapat menyulitkan pemasangan sebagai akibat dari adanya konflik antara tendon kantilever dan kotak
drainase atau perpipaan.
Minimalkan variasi (khususnya panjang segmen). Standardisasi merupakan kunci untuk mengefektifkan biaya disain
segmen. Batasi ukuran dari tendon kantilever menjadi satu ukuran untuk keseluruhan proyek.
Untuk mengurangi perawatan di masa mendatang, maksimalkan panjang dari kesinambungan struktur atas
untuk meminimalkan jumlah exspansion joints dan penggunaan bearing. Apabila bearing digunakan, rencanakan
untuk penggantian bearing tersebut di masa mendatang.
Pada konstruksi kantilever seimbang, ujung bentang biasanya memiliki bentang sebesar 0.6L sampai 0.8L dari
bentang sebelumnya dan seringkali nilai perbandingan yang digunakan adalah 0.5L sampai 0.6L.
Ketika menggunakan nilai perbandingan untuk ujung bentang sebesar 0.5L, mungkin diperlukan adanya pemberat
(counter weight) untuk mencegah adanya gaya angkat dan apabila ujung bentang tersebut memiliki nilai
perbandingan lebih dari 0.5L, ujung bentang tersebut biasanya dikonstruksi secara cor di tempat menggunakan
perancah dan dihubungkan dengan bagian kantilever melalui ‘closure’.
Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan fabrikasi dan pencetakan segmen biasanya adalah antara 3 – 6 hari
dengan diikuti penarikan kabel setelah pencetakan selesai pada hari berikutnya.
PERENCANAAN BANGUNAN BAWAH
KONSEP PERANCANGAN
1. Memiliki dimensi yang ekonomis
2. Terletak pada posisi yang Aman, terhindar dari kerusakan
akibat Kikisan Arus air, penurunan tanah, longsoran global dan
gempa
3. Kuat menahan beban berat struktur atas, beban lalu lintas,
beban angin dan beban gempa.
4. Kuat menahan tekanan air mengalir, tumbukan benda
hanyutan, tumbukan kapal, dan tumbukan kendaraan
Perencanaan Bangunan
LANGKAH-LANGKAH PERANCANGAN
1. Menentukan letak Kepala jembatan dan pilar, berdasarkan Bentuk penampang sungai,
permukaan air banjir, jenis aliran sungai, dan statigrafi tanah.
2. Menetukan bentuk dan dimensi awal kepala dan pilar jembatan yang sesuai
dengan ketinggian dan kondisi sungai.
3. Menentukan bentuk pondasi yang sesuai dengan kondisi tanah dibawah kepala dan
pilar jembatan
Perencanaan Bangunan
BAGAN ALIR
Perencanaan Bangunan
KETENTUAN-KETENTUAN
UMUM
Perencanaan Bangunan
Kepala jembatan adalah struktur penghubung antara jalan dengan jembatan dan
sekaligus sebagai penopang struktur atas jembatan.
Penentuan Letak Kepala Jembatan
Kepala jembatan sedapat mungkin diletakkan pada :
a. Pada lereng/dinding sungai yang stabil
b. Pada alur sungai yang lurus
c. Pada bentang yang pendek
Penentuan Bentang/jarak antar Kepala Jembatan
Penentuan jarak antara dua kepala jembatan (L) didasarkan kepada jenis sungainya.
L Untuk Kondisi:
lab • Bukan sungai limpasan banjir
2 • Air banjir tidak membawa
Kepala MAB Kepala hanyutan
Jembatan Jembatan
MAN
Untuk Kondisi:
a l ••Air banjir
sungai membawa hanyutan
limpasan
b
Perencanaan Bangunan
KRITERIA DESAIN KEPALA JEMBATAN
Tidak ditempatkan pada belokan luar sungai
Tidak ditempatkan pada aliran air sungai
Tidak ditempatkan diatas bidang gelincir lereng sungai.
Tidak ditempatkan pada lereng sungai jika digunakan
pondasi dangkal
Pondasi kepala jembatan diupayakan untuk ditanam sampai
kedalaman pengaruh penggerusan aliran air sungai
Perencanaan Bangunan
DIMENSI KEPALA JEMBATAN
Bahan Kepala Jembatan
Pasangan batu kali : Type Gravitasi
Beton bertulang : Type T dan Type T dengan penopang
Perencanaan Bangunan
DETAIL KEPALA JEMBATAN
Perencanaan Bangunan
BEBAN PADA KEPALA JEMBATAN
Perencanaan Bangunan
PERMASALAHAN PADA KEPALA
JEMBATAN
Fungsi : - Penahan beban
struktur atas Penempatan: diusahakan untuk
- Struktur tidak ditempatkan
pembatas pada belokan sungai
antara jalan dengan
sungai untuk menghindari
scouring
Perencanaan Bangunan
akan terkena scouring
Perencanaan Bangunan
PENANGANAN SCOURING
Perencanaan Bangunan
Perbaikan dinding sungai: Perbaikan Dasar sungai:
- Turap baja - Pasangan batu kali
- bronjong ( Pas. Batu kosong dengan ikatan kawat )
- Beton
- dinding penahan ( pas. batu kali, beton )
- dinding pelindung ( pas. batu kali, lempengan plat - Pas. Batu kosong dengan tiang cerucuk
beton)
Perencanaan Bangunan
KRITERIA DESAIN PILAR JEMBATAN
Tidak ditempatkan ditengah aliran air sungai.
Jika pilar ditempatkan pada aliran sungai maka pilar dibuat sepipih
mungkin dan sejajar dengan arah aliran air.
Bentuk disarankan bulat atau lancip (streamline).
Untuk daerah rawan gempa diupayakan untuk tidak menggunakan pilar
tunggal.
Jika menggunakan pondasi dangkal, pondasi ditanam dibawah dasar
sungai sampai batas pengaruh gerusan aliran air sungai.
Perencanaan Bangunan
PILAR Jenis :
Pilar tunggal
Pilar masif
Pilar Perancah
Fungsi :
Penopang struktur atas
Menyalurkan berat struktur
atas ke tanah
Perencanaan Bangunan
PILAR JEMBATAN PASANGAN BATU
KALI
d = 0,8 ( 0,8 + 0,12 h + 0,025 w )
Permukaan air banjir 0,5m
Perencanaan Bangunan
PILAR JEMBATAN BETON
Perencanaan Bangunan
PILAR JEMBATAN BAJA
Perencanaan Bangunan
Masalah Pada pilar Jembatan
Perencanaan Bangunan
Perbaikan dan Pencegahan
Perencanaan Bangunan
Pilar tunggal pada jembatan jalan raya Pilar tunggal pada jembatan KA
Perencanaan Bangunan
Perencanaan Bangunan
Reaksi Perletakan (Jbt Gelagar Std. Kls. A)
Bentang B. Mati B. Hidup (tanpa B. Hidup (dengan B. Hidup + B.
(m) (ton) kejut) (ton) kejut) (ton) Mati (ton)
22 164.647 92.073 105.982 270.629
25 189.114 104.073 114.982 304.096
28 214.338 113.073 123.982 338.320
31 257.102 120.799 131.708 388.810
34 285.453 125.984 136.894 422.347
37 334.353 131.181 142.090 476.443
40 366.987 136.385 147.294 514.281
Perencanaan Bangunan
Reaksi Perletakan (Jbt Gelagar Std. Kls. B)
Bentang B. Mati B. Hidup (tanpa kejut) B. Hidup (dengan B. Hidup + B. Mati
(m) (ton) (ton) kejut) (ton) (ton)
22 136.328 82.721 92.757 229.085
25 256.538 90.371 100.407 256.946
28 177.357 98.021 108.057 285.414
31 212.162 104.499 114.535 326.697
34 235.479 108.640 118.676 354.155
37 275.215 112.790 122.827 398.042
40 301.958 116.948 126.985 428.943
Perencanaan Bangunan
Reaksi Perletakan (Jbt Komposit Kls. A)
B. Hidup +
B. Mati B. Hidup Total
L (m) Kejut
(M) (H) (K) M+H+K
8 35.925 47.273 56.677 92.602
10 46.121 52.273 61.364 107.485
12 55.925 57.273 66.070 121.995
14 69.378 62.273 70.795 140.173
16 82.453 67.273 75.537 157.990
18 94.163 72.273 80.294 174.457
20 105.959 77.273 85.065 191.024
Perencanaan Bangunan
Reaksi Perletakan (Jbt Komposit Kls. A)
B. Hidup +
B. Mati B. Hidup Total
L (m) Kejut
(M) (H) (K) M+H+K
8 28.071 43.491 52.143 80.214
10 35.998 48.091 56.455 92.453
12 43.631 52.691 60.785 104.416
14 53.995 57.291 65.132 119.127
16 64.073 61.891 69.494 133.567
18 73.139 66.491 73.871 147.010
20 81.771 71.091 78.260 160.031
Perencanaan Bangunan
TINJAUAN PEMBEBANAN
PADA PILAR DAN KEPALA
Perencanaan Bangunan
JEMBATAN
Perencanaan Bangunan
PERENCANAAN PONDASI
Dasar Perencanaan
Fungsi : Pendukung Bangunan Bawah
Jembatan Kriteria Perencanaan
Memiliki keawetan yang memadai sesuai dengan umur operasional jembatan;
Kondisi pembebanan ultimate:
Tanah pendukung memiliki ketahanan yang cukup;
Pondasi memiliki kekuatan yang memadai;
Sambungan memiliki kekuatan yang memadai.
Kondisi pembebanan layan:
Tidak boleh membuat jembatan tidak layak digunakan;
Tidak boleh menimbulkan kekhawatiran pengguna jalan;
Tidak boleh mengurangi umur layan jembatan.
Tahap Perencanaan
Tahap 1 Rencanakan panjang tiang dan penampang sehingga tanah memberikan
rencana kapasitas aksial ultimate
Tahap 2 Periksa apakah rencana beban lateral ultimate melebihi rencana
pembebanan lateral ultimate
Tahap 3 Periksa apakah penurunan vertikal (differential settlement) tidak akan
menyebabkan keruntuhan struktural
Tahap 4 Periksa apakah perpindahan lateral tidak menyebabkan keruntuhan
struktural
Tahap 5 Periksa stabilitas keseluruhan untuk pondasi tiang bila kelompok tiang
berada pada lereng tinggi dan terjal
Tahap 6 Rencanakan tiang balok pondasi terhadap keawetan dan kelayakan
struktural
Tipe Pondasi
Langsung D/B < 1
DANGKAL D < 5 m
PONDASI
Sumuran Dalam
Karena dalam pelaksanaannya menimbulkan Pada banyak kasus, tiang beton yang diletakkan
getaran dan kebisingan, biasanya akan di bawah air, kualitasnya lebih rendah daripada
menimbulkan masalah di daerah padat penduduk tiang- tiang pracetak
Untuk tiang yang panjang diperlukan persiapan Ketika beton dicor, terdapat kekhawatiran
penyambungan, bila tidak dilaksanakan dengan bahwa adukan beton tersebut akan tercampur
baik, akibatnya akan sangat merugikan dengan runtuhan tanah
Bila pekerjaan tidak dilaksanakan dengan baik, ada Walaupun penetrasi sampai ke tanah pendukung
kemungkinan tiang cepat rusak pondasi telah dipenuhi, kadang-kadang terjadi bahwa
Bila pemancangan tidak dapat dihentikan pada tiang pendukung tersebut kurang sempurna karena
kedalaman yang ditentukan, diperlukan adanya lumpur yang tertimbun di dasar
perbaikan khusus Karena diameter tiang yang cukup besar dan
Memerlukan tempat penampunganyang luas memerlukan banyak beton, maka untuk pekerjaan
yang kecil mengakibatkan biayanya sangat
Untuk tiang dengan diameter besar, penanganannya melonjak
lebih sulit dilakukan
Untuk pipa-pipa baja diperlukan tiang yang tahan
korosi
Daya Dukung Tiang Pancang
Daya Dukung Aksial:
Tahanan geser, Qs friction pile (SF = 5)
Tahanan ujung, Qb end bearing pile (SF = 3)
Dimana:
L : panjang tiang dalam tanah (cm)
K : tahanan lateral tanah 1.5 N
3
(N/cm ) D: diameter tiang (cm)
EI : kekakuan lateral tiang (N.cm2)
Deformasi Lateral Tiang Tunggal
Skema Pengambilan Contoh Tanah
SPT CPT
Laporan Hasil Penyelidikan Tanah
SPT CPT
Program Perhitungan Tiang Pondasi
Penggunaan software yang sering dipakai dalam perhitungan interaksi tiang pancang:
Allpile
Lpile
FB Pier
Plaxis
Asumsi yang digunakan hendaknya sedapat mungkin sesuai dengan kondisi tanah sebenarnya
Apabila dimungkinkan, verifikasi hasil hitungan software dapat dibandingkan dengan hitungan
manual
Contoh Perhitungan
Daya Dukung Izin
Profil Tiang Akibat Beban Lateral
Pemodelan Pondasi Tiang dan Pilar
Gaya Dalam pada Tiang
Diagram Interaksi Tiang
Kendali Mutu Pekerjaan Tiang
Kalendering tiang
Uji Beban Statik atau Dinamik
PDA test
PIT test
Pada beberapa kasus tertentu, apabila ingin diketahui daya dukung ultimate suatu tiang,
sementara kapasitas alat yang ada terbatas. Dapat dilakukan melalui pendekatan secara teoritis
(mis: metode Mazurkiewicz).
Prediksi Beban Ultimate (Metode Mazurkiewicz)
Daya
Kepadatan
Sangat lunak Ketentuan
Mudah praktis
dibentuk untuk
dengan identifikasi
jari. Bekas lapangan
sepatu tampak jelas dukung
pada permukaan. Palu geologi dapat mudah ditekan 25
masuk sampai tangkainya
Penetrasi dengan kuku ibu jari. Tidak dapat dibentuk de- 100
kaku Kaku
ngan jari. Perlu cangkul tangan untuk penggalian hingga 200
Daya
Kepadatan Ketentuan praktis untuk identifikasi dukung
lapangan
Sangat Bahan hancur dengan pukulan palu geologi yang se- 1500
dang. Dapat dikelupas dengan pisau
1500
lunak lunak Terjadi lekukan 1 mm - 3mm dengan pukulan palu ge o hingga
logi. Dapat dikupas dan digaruk dengan pisau - 2500