Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

PERENCANAAN & PERKERASAN JALAN


(AGREGAT DAN ASPAL)

Disusun oleh:
Nama
Nim

: Davit Kurniawan
: 5.13.04.08.0.004

Tingkat

: Semester 5

Dosen Pembimbing:
1. Dosen : M.Adik Rudiyanto,ST,MT.

UNIVERSITAS ISLAM MAJAPAHIT


MOJOKERTO
FAKULTAS TEKNIK SIPIL
TAHUN AJARAN 2013-2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya makalah
Pemeriksaan Agregat & Aspal Perencanaan Perkerasan Jalan. Dalam makalah ini dibahas beberapa
contoh percobaan-percobaan yaitu antara lain ; analisa saringan agregat, pengujian berat jenis dan
penyerapan air agregat, pengujian keausan agregat dengan mesin los angeles, pengujian daktilitas
bahan aspal, penetrasi bahan bitumen, pengujian titik nyala dan titik bakar bahan aspal, pengujian
titik lembek aspal, pemeriksaan campuran aspal dengan alat marshal, kehilangan berat minyak dan
aspal, berat jenis aspal, ekstrasi.
Makalah ini disajikan secara sistematis, sehingga dapat mempermudah kita untuk
mempelajarinya. Makalah ini diharap dapat membantu, menambah, dan meningkatkan wawasan bagi
pembaca. Penyusunan makalah ini ditujukan kepada orang-orang yang bergerak di dunia teknik sipil
terutama mahasiswa. Diharapkan pula makalah ini berperan sebagai penyedia sarana pustaka yang
bermutu bagi mahasiswa sehingga proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan perlu perbaikan. Oleh karena itu
kami, menantikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan makalah ini

Mojokerto,18 Desember 2015


Penyusun

(Davit Kurniawan)

BAB I
PENDAHULUAN
Agregat adalah bahan keras dan kaku yang digunakan sebagai bahan campuran beraspal.
Agregat terdiri dari butiran-butiran dan dapat berupa pasir, kerikil, agregat pecah, dan abu batu.
Kendaraan yang melaju di atas permukaan jalan akan membebani struktur perkerasan di
bawahnya. Beban kendaraan akan disalurkan oleh lapis-lapis perkerasan jalan sehingga pada saat
mencapai subgrade, tegangan yang terjadi sudah mengecil. Pada perkerasan lentur, penyaluran
beban berlangsung pada setiap lapisan melalui mekanisme kontak antar batuan, gesekan
(friction)dan kuncian (interlocking) antar butiran agregat dan dibantu oleh ikatan antar butiran
yang ditimbulkan oleh aspal. Pada perkerasan kaku, beban kendaraan terutama akan didukung
oleh pelat betonnya, sedangkan lapis pondasi di bawahnya dianggap sedikit saja memberikan
sumbangan dukungan daya dukung.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Klasifikasi Agregat
Klasifikasi agregat terkait dengan identifikasi dan penggolongan jenis agregat. Ada
agregat yang kualitasnya baik untuk bahan jalan, tetapi ada pula agregat yang jelek untuk bahan
jalan. Ada beberapa cara penggolongan agregat sebagai bahan jalan yaitu menurut asalnya,
gradasi, bentuk butiran dan tekstur.
Menurut asalnya ada tiga jenis batuan yaitu :
a.

Batuan alami, terdiri tiga jenis : batuan beku (igneous rock), batuan sedimen (sedimentary
rock), batuan metamorf (metamorphic rock)

b.

Batuan buatan (artifical rock), biasanya untuk filler

c.

Batuan sisa/bekas (waste material), contohnyaslag (limbah pengolahan besi, baja, nikel,
emas), abu terbang (fly ash).

Pada dasarnya semua batuan tersebut baik untuk bahan jalan sepanjang memenuhi persyaratan
sifat teknis agregat.
Gradasi adalah sebaran ukuran butiran dan dianalisis dengan uji saringan. Menurut
gradasinya asalnya ada tiga jenis gradasi yaitu :
a. Gradasi rapat (dense grading), yaitu sebaran ukuran butiran yang relatif merata untuk
seluruh ukuran saringan.
b. Gradasi terbuka (open grading)atau gradasi seragam (uniform grading), yaitu sebaran ukuran
butiran yang relatif seragam sehingga cukup banyak mengandung rongga-rongga di antara
butirannya.
c. Gradasi timpang (gap grading), yaitu sebaran ukuran butiran yang mengalami kekurangan
pada salah satu atau dua nomor saringan.
Semua gradasi tersebut dapat digunakan untuk konstruksi jalan sepanjang dirancang
dengan baik untuk menemukan kadar aspal optimumnya. Masingmasing gradasi memiliki

karakteristik teknik tertentu karena perbedaan perilaku gradasi tersebut. Gradasi rapat lazim
digunakan pada perancangan campuran beraspal atau beton. Gradasi terbuka lazim untuk
perancangan campuran beraspal jenis porous asphalt atau beton non pasir. Gradasi tersebut lazim
digunakan di campuran beraspal jenis Hot Rolled Asphalt atau lataston.
Berdasarkan ragam bentuknya ada agregat berbentuk bulat, kubikal, tak teratur, pipih dan
lonjong. Agregat bulat pada umumnya mudah dipadatkan namun kekuatan yang dihasilkannya
relatif rendah. Agregat kubikal pada umumnya dapat menghasilkan campuran beraspal yang
memiliki satbilitas/kekuatan yang tinggi namun relatif sulit dipadatkui selama tahap konstruksi.
Agregat pipih dan lonjong pada umumnya relatif berkekuatan rendah dan mempersulit
pemadatan campruan beraspal. Oleh karena itu penggunaan agregat pipih atau lonjong dibatasi
sebesar 25 %. Agregat juga dapat dibedakan berdasarkan teksturnya menjadi tiga yaitu kasar,
sedang dan halus. Agregat bertekstur kasar memberikan sifat interlocking yang lebih baik dari
agregat lainnya.
2. Sifat-sifat Teknis Agregat
Sifat-sifat teknis agregat adalah sifat-sifat fisik, mekanis dan volumetrik agregat yang
harus dipenuhi agregat sebelum digunakan sebagai bahan jalan. Jenis dan persyaratan sifat teknis
agregat untuk perkerasan lenturdan perkerasan kaku sedikti berbeda.
Sifat-sifat teknis agregat untuk perkerasan lentur. Sifat-sifat fisik meliputi gradasi,
ukuran maksimum, kadar lempung, pelekatan, bentuk butiran dan tekstur serta kesetaraan pasir
(selanjutnya dapat disebut SE atau sand equivalent). Sifat mekanis berupa ketahanan abrasi,
pelekatan, Sifat volumetrik berupa berat jenis (BJ) dan penyerapan air. Sifat-sifat tersebut akan
mempengaruhi kinerja kekuatan dan keawetan.
Gradasi adalah sebaran ukuran butiran dan dianalisis dengan uji saringan. Gradasi agregat
mempengaruhi stabilitas/kekuatan, sifat kekedapan air dan berat volume. Gradasi mempengaruhi
stabilitas/kekuatan karena stabilitas dan kekuatan lapis permukaan dan lapis pondasi terutama
dihasilkan oleh kontak antar batuan, gesekan (friction) dan kuncian (interlocking)antar butiran
agregat. Jumlah bidang kontak dipengaruhi oleh sebaran butiran menurut gradasinya. Semakin
meratasebaran ukuran butirannya maka semakin banyak bidang kontak antar butirannya sehingga
makin besar tahanan gesekan dansaling kuncian agregatnya. Gradasi mempengaruhi
kekedapancampuran karena makin merata sebaran butirannya makin rapat suatu gradasi sehingga
sifat kekedapannya terhadap fluida akan meningkat. Gradasi mempengaruhiberat volumekarena
makin merata sebaran butirannya makin rapat suatu gradasi sehingga rongga udara yang tersisa
dalam suatu campuran kompak. Makin tinggi berat volume maka kebutuhan bahan ikatnya
semakin sedikit dan biasanya makin murah biaya konstruksinya. Namun kelemahannya,
campuran beraspal hanya memiliki lapisan aspal yang tipis sehingga kurang awet.

Gradasi rapat memiliki hampir semua ukuran butiran sehingga mampu mengisi rongga antar
butiran. Hal tersebut mengakibatkan jumlah rongga dalam mineral agregat relatif sedikit. Sifat
perkerasan yang dihasilkannya adalah stabilitas tinggi, kurang kedap air, sifat drainasi jelek dan
berat volume besar. Stabilitas yang tinggi diperoleh dari gaya gesek dan sifat saling mengunci
yang relatif sempurna di antara butiran agregat. Sifat drainase jelek berakibat jika terdapat
butiran air yang terperangkap di antara ikatan aspal dan agregat maka air tersebut akan susah
mengalir keluar sehingga lama kelamaaan daya adhesi antara aspal dan batuan rusak.
Gradasi seragam memiliki cukup banyak rongga antar agregat, karena agregat halus sedikit
sehingga menghasilkan campuran beraspal yang memiliki permeabilitas tinggi, stabilitas kurang
dan berat volume kecil. Kelebihan agregat ini adalah sifat drainasenya yang relatif baik sehingga
cocok digunakan pada lapis permukaan. Hal tersebut disebabkan limpasan air di atas permukaan
jalan dapat segera di-drain dari permukaan jalan agar tidak menimbulkan genangan. Genangan
air di atas pemukaan jalan berbahaya karena dapat mengakibatkan slip roda kendaraan.
Ukuran nominal butiranadalah ukuran maksimum butiran agregat pada suatu gradasi yang
ditinjau. Ukuran nominal butiran ditentukan oleh tebal lapis perkerasan yang akan dikerjakan.
Ukuran nominal butiran harus lebih kecil dari tebal lapis perkerasan rencana. Penggunaan
agregat dengan ukuran semakin besar dapat memberi keuntungan berupa biaya produksi agregat
semakin murah dan luas permukaan agregat yang diselimuti aspal semakin kecil. Namur
kerugiannya adalah kemudahan pelaksanaan pekerjaan menjadi berkurang, segregasi bertambah
besar dan kemungkinan terjadi gelombang melintang (ravelling). Ada tiga kategori agregat
dilihat dari ukuran butiran yaitu agregat kasar, agregat halusdan bahan pengisi. Agregat kasar
adalah agregat tertahan saringan nomor 8. Agregat halus adalah agregat lolos saringan nomor 8
dan tertahan saringan nomor 200. Bahan pengisi adalah bahan yang minimum 85 % lolos
saringan no. 200.
Sand Equivalent terkait dengan kebersihan agregat halus saringan nomor 4 dari material
pengotor seperti debu atau tanah liat. Kadar lempung harus dibatasi karena :
1. Lempung membungkus butir-butir agregat menyebabkan ikatan dengan aspal atau semen
berkurang.
2. Luas permukaan yang harus diselimuti aspal atau semen bertambah. Pada campuran beraspal
hal tersebut berakibat bahwa pada kadar aspal yang sama mengakibatkan lapisan aspal jadi
tipis (stripping, lepasnya ikatan antara aspal dengan agregat).
3. Lapisan aspal tipis, mengakibatkan mudah teroksidasi, hal ini mengakibatkan campuran
menjadi rapuh/getas.
4. Lempung menyerap air, sehingga dapat menghancurkan aspal.
Untuk campuran beraspal, dibatasi nilai SE minimal sebesar 40 %.

Sifat pelekatan agregat adalah kemampuan agregat mempertahankan adhesi dengan aspal atau
ketahanan agregat terhadap pengelupasan (stripping). Persyaratan nilai pelekatan terhadap aspal
adalah minimum 95 %.
Sifat-sifat mekanis meliputi ketahanan terhadap abrasi. Sifat tersebut juga mempengaruhi
kinerja kekuatan dan keawetan. Abrasiterkait dengan kekuatan agregat terhadap keausan. Sifat
abrasi diuji dengan uji Los Angeles Abrasion(selanjutnya dapat disebut LAA). Persyaratan nilai
LAA adalah maksimum 40 %. Semakin tinggi nilai LAA, berarti semakin banyak material yang
terabrasi sehingga material tersebut semakin rendah kualitas mekanisnya dan tidak awet.
Sifat-sifat volumetrik terkait berupa berat jenis (BJ) dan penyerapan. Sifatsifat tersebut
Akan mempengaruhi kebutuhan jumlah nahan ikat (aspal). Hal tersebut disebabkan perancangan
campuran beraspal didasarkan pada perbandingan berat. Penyerapan air mencerminkan jumlah
rongga yang tembus air. Semakin tinggi penyerapan lazimnya semakin banyak kebutuhan aspal
atau mortar.
Berat jenis atau BJ agregat (selanjutnya dapat disimbolkan dengan G s) diperlukan dalam
perencanaan campuran beraspal. Pengujian BJ agregat dilakukan terhadap agregat kasar, halus
dan bahanpengisi. Ada tiga jenis BJ agregat yaitu BJ padat agregat (Gsb),BJ semu agregat (Gsa)
dan BJ efektif agregat (Gse). Definisi dari beberapa jenis BJ adalah (Asphalt Institute, 1993):
1) Gsbadalah perbandingan berat di udara antara satu unit volume material yang lolos air pada
suhu tertentu dengan berat di udara satu unit volume air distilasi pada suhu yang sama.
2) Gsaadalah perbandingan berat di udara antara satu unit volume material yang kedap air pada
suhu tertentu dengan berat di udara satu unit volume air distilasi pada suhu yang sama.
3) Gse adalah perbandingan berat di udara antara satu unit volume material yang lolos air (tetapi
kedap aspal) pada suhu tertentu dengan berat di udara satu unit volume air distilasi pada suhu
yang sama.
Persyaratan Gsb agregat kasar danhalus adalah minimum 2,5. Perhitungan Penyerapan
adalah persentase berat air terserap pori terhadap berat agregat kering.Penyerapanterkait dengan
jumlah pori agregat. Agregat dengan kadar pori besar menyerap aspal dengan jumlah banyak,
sehingga tebal selimut aspalnya relatif tipis. Persyaratan nilai penyerapan agregat untuk
campuran beraspal adalah maksimal 3 %.
Sifat-sifat teknis agregat untuk perkerasan kaku. Agregat yang digunakan untuk
pembuatan beton harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Hal tersebut dimaksudkan untuk
menghasilkan beton yang tahan terhadap pengausan, stabil terhadap reaksi kimia dan awet.
Untuk komponen agregat halusnya jenis persyaratannya adalah gradasi, fineness modulus (2,2
3,1), bersih dari bahan organik, kehilangan pada uji soundness (<10 %), kadar lumpur (< 3 %),
kadar agregat yang BJ rendah (< 0,5 %). Untuk komponen agregat kasarnya jenis persyaratannya
adalah gradasi, maksimum kehilangan pada uji LAA 35 %, kadar agregat halusnya (<1 %) dan

kadar bahan pengotor (< 3%), dan kehilangan pada uji soundness (<18%). Penjelasan yang lebih
lengkap terkait dengan persyaratan agregat untuk beton dapat diperoleh dari mata kuliah Bahan
Bangunan dan Praktikum Bahan Bangunan.

3. Cara Pencampuran Agregat


Agregat yang akan digunakan pada pembuatan campuran beraspal dan beton harus
memenuhi persyaratan gradasi. Namur ketersediaan gradasi yang sesuai dengan spesifikasi
tersebut tidak selalu dapat ditemui di lapangan. Oleh karena itu maka perlu dilakukan
pencampuran antara beberapa fraksi agregat sehingga menghasilkan gradasi yang disyaratkan.
Metode sederhana untuk melakukan pencampuran agregat adalah dengan metode trial and error.
Dinamakan metode tersebut sesuai dengan cara perhitungannya yaitu melakukan perhitungan
iterasi sampai diperoleh hasil yang diharapkan.
4. Tes Lab Agregat
Pada dasarnya dalam melakukan perencanaan perkerasan jalan agregat yg akan digunakan harus
sesuai dengan yg direncanakan melalui tahap-tahap pengujian agregat di lab.
a. Analisa saringan
b. Berat jenis agregat halus
c. Berat jenis agregat kasara
d. Keausan agregat dengan los angles
A. Analisa Saringan
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1. timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,2% dari berat benda uji;

2. satu set saringan: 37,5 mm (3"); 63,5 mm (2 1/2"); 50,8 mm (2"); 37,5 mm (1 1/2"); 25
mm (1"); 19,1 mm (3/4"); 12,5 mm (1/2"); 9,5 mm (3/8"); No. 4 (4,75 mm); No. 8 (2,36
mm); No. 16 (1,18 mm); No. 30 (0,600 mm); No. 50 (0,30 mm); No. 100 (0,150 mm);
No. 200 (0,075 mm);

3. oven / alat pengering, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai
(110 5) C;
4. mesin pengguncang saringan;
5. talam-talam;
6. kuas, sikat kuningan, sendok, dan alat-alat Iainnya.
Benda Uji
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat banyak: benda uji
disiapkan berdasar standar yang berlaku dan terkait kecuali apabila butiran yang melalui
saringan No. 200 tidak pedu diketahui jumlahnya dan bila syarat-syarat ketelitian tidak
menghendaki pencucian.
1. agregat halus terdiri dari :
ukuran maksimum 4,76 mm
ukuran maksimum 2,38 mm
2. agregat kasar terdiri dari
ukuran maksimum 3,5"
ukuran maksimum 3"
ukuran maksimum 2,5"
ukuran maksimum 2"
ukuran maksimum 1,5"
ukuran maksimum 1"
ukuran maksimum 3/4"
ukuran maksimum 1/2"
ukuran maksimum 3/8"
Spesifikasi agregat;
1. Agregat AC terdiri dari :

;
;

berat minimum 500 gram


berat minimum 100 gram

;
;
;
;
;
;
;
;
;

berat minimum 35,0 kg


berat minimum 30,0 kg
berat minimum 25,0 kg
berat minimum 20,0 kg
berat minimum 15,0 kg
berat minimum 10,0 kg
berat minimum 5,0 kg
berat minimum 2,5 kg
berat minimum 1,0 kg

2. Agregat ATB terdiri dari

Bila agregat berupa campuran dari agregat halus dan agregat kasar, agregat tersebut
dipisahkan menjadi 2 bagian dengan saringan No. 4; selanjutnya agregat halus dan
agregat kasar disediakan sebanyak jumlah seperti tercantum di atas.
Cara Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. benda uji dikeringkan dalam penggorengan dengan suhu (110 5) C, sampai
berat tetap;

2. saring benda uji lewat susunan saringan dengan ukuran saringan paling besar
ditempatkan paling atas.

3. Saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama 15 menit.

Perhitungan
Hitungan persentase berat benda uji yang tertahan di atas masing-masing saringan
terhadap berat total benda uji setelah disaring yaitu ;
HASIL PELAKSANAAN
Laporan meliputi :
jumlah persentase melalui masing-masing saringan, atau jumlah persentase di atas masingmasing saringan dalam bilangan bulat;
grafik kumulatif; modulus kehalusan (finess modulus).
B. Berat Jenis Agregat Halus
Peralatan yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
1. timbangan, kapasitas 1 kg atau Iebih dengan ketelitian 0,1 gram;
2. piknometer dengan kapasitas 500 ml;

3. kerucut terpancung, diameter bagian atas (40 3) mm, diameter bagian bawah
(90 3) mm dan tinggi (75 3) mm dibuat dari logam tebal minimum 0,8
mm;

4. batang penumbuk yang mempunyai bidang penumbuk rata, berat (340 15)
gram, diameter permukaan penumbuk (25 3) mm;
5. saringan no. 4 (4,75 mm);
6. oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 5) C;
7. pengukur suhu dengan ketelitian pembacaan 1C;
8. talam;
9. bejana tempat air;
10. pompa hampa udara atau tungku;
11. desikator.
Benda Uji
Benda uji adalah agregat yang lewat saringan no. 4 (4,75 mm) diperoleh dari alat
pemisah contoh atau cara perempat (quartering) sebanyak 100 gram.
Cara Pengujian
Urutan proses dalam pengujian ini adalah sebagai berikut :
1. keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 C, sampai berat tetap;
yang dimaksud berat tetap adalah keadaan berat benda uji selama 3 kali proses
penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2 jam berturut-turut,
tidak akan mengalami perubahan kadar air lebih besar daripada 0,1%; dinginkan
pada suhu ruang, kemudian rendam dalam air selama (24 + 4) jam;
2. buang air perendam dengan hati-hati, jangan ada butiran yang hilang, tebarkan
agregat di atas talam, keringkan di udara panas dengan cara membalik-balikkan
benda uji; lakukan pengeringan sampai tercapai keadaan kering permukaan
jenuh;
3. periksa keadaan kering permukaan jenuh dengan mengisikan benda uji ke dalam
kerucut terpancung, padatkan dengan batting penumbuk sebanyak 25 kali, angkat
kerucut terpancung; keadaan kering permukaan jenuh tercapai bila benda uji
runtuh akan tetapi masih dalam keadaan tercetak;

4. segera setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh masukkan 500 gram
benda uji ke dalam piknometer;

masukkan air suling sampai mencapai 90% isi piknometer,

putar sambil diguncang sampai tidak terlihat gelembung udara di


dalamnya; untuk mempercepat proses ini dapat dipergunakan pompa hampa
udara, tetapi harus diperhatikan jangan sampai ada air yang ikut terhisap, dapat
juga dilakukan dengan merebus piknometer;

5. rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk penyesuaian
perhitungan kepada suhu standar 25 C;
6. tambahkan air sampai mencapai tanda baths;
7. timbang piknometer berisi air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram (Be);
8. keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu (110 5)C sampai
berat tetap, kemudian dinginkan benda uji dalam desikator;
9. setelah benda uji dingin kemudian timbanglah (Elk);
10. tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air, guna penyesuaian
dengan suhu standar 25 C (B).
Perhitungan
Dalam metode ini dilakukan perhitungan sebagai berikut :

Keterangan :
Bk = berat benda uji kering oven, dalam gram
B = berat piknometer berisi air, dalam gram
Bt = berat piknometer berisi benda uji dan air, dalam gram
500= berat benda uji dalam keadaan kering permukaan jenuh, dalam gram
C. Berat Jenis Agregat Kasar
Peralatan yang dipakai meliputi :
1. keranjang kawat ukuran 3,35 mm (No. 6) atau 2,36 mm (No. 8) dengan kapasitas
kira-kira 5 kg;
2. tempat air dengan kapasitas dan bentuk yang sesuai untuk pemeriksaan. Tempat
ini harus dilengkapi dengan pipa sehingga permukaan air selalu tetap;
3. timbangan dengan kapasitas 5 kg dan keteittian 0,1 % dari berat contoh yang
ditimbang dan dilengkapi dengan alat penggantung keranjang;
4. oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110 5)
;
5. alat pemisah contoh
6. saringan No. 4 (4,75 mm).

Benda Uji
Benda uji adalah agregat yang tertahan saringan No. 4 (4,75) mm diperoleh dari alat
pemisah contoh atau cara perempat sebanyak kira-kira 5 kg.
Cara Pengujian
Urutan pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :
1. cuci benda uji untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang melekat pada
permukaan;
2. keringkan benda uji dalam oven pada suhu (110 5)C sampai berat tetap; sebagai
catatan, bila penyerapan dan harga berat jenis digunakan dalam pekerjaan beton
dimana agregatnya digunakan pada keadaan kadar air aslinya, maka tidak perlu
dilakukan pengeringan dengan oven;
3. dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1 3 jam, kemudian timbang dengan
ketelitian 0,5 gram (Bk);
4. rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama 24 4 jam;

5. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air pada
permukaan hilang, untuk butiran yang besar pengeringan harus satu persatu;
6. timbang benda uji kering permukaan jenuh (Bi);
7. letakkan benda uji di dalam keranjang, goncangkan batunya untuk
mengeluarkan udara yang tersekap dan tentukan beratnya di dalam air (Ba).
8. ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan kepada suhu standar (25C);
9. banyak jenis bahan campuran yang mempunyai bagian butir-butir berat dan ringan;
bahan semacam ini'memberikan harga-harga berat jenis yang tidak tetap walaupun
pemeriksaan dilakukan dengan sangat hats-hats, dalam hal ini beberapa pemeriksaan
ulangan. diperlukan untuk mendapatkan harga rata-rata yang memuaskan.
Perhitungan
Perhitungan berat, jenis dan penyerapan agregat kasar diberikan sebagai berikut :

HASIL PELAKSANAAN
Hasil ditulis dalam bilangan desimal sampai dua angka di belakang koma.
E. Keausan Agregat dengan Los Angeles
Peralatan untuk pelaksanaan pengujian adalah sebagai berikut :
1. mesin Abrasi Los Angeles
Mesin terdiri dari silinder baja tertutup pada kedua sisinya dengan diameter
711 mm (28") panjang dalam 508 mm (20"); silinder bertumpu pada dua poros
pendek yang tak menerus dan berputar pada poros mendatar; silinder
berlubang untuk memasukkan benda uji; penutup lubang terpasang rapat
sehingga pemiukaan dalam silinder tidak terganggu; di bagian dalam silinder
terdapat bilah baja melintang penuh setinggi 89 mm (3,5");

2. saringan No. 12 (1,7 mm) dan saringan-saringan lainnya;


3. timbangan, dengan ketelitian 5 gram;
4. bola-bola baja dengan diameter rata-rata 4,68 cm (1 7/8") dan berat masingmasing antara 400 gram sampai 440 gram;
5. oven, yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi sampai (110
5) C.
Benda Uji
Benda uji dipersiapkan dengan cara sebagai berikut :
berat dan gradasi benda uji sesuai daftar
bersihkan benda uji dan keringkan dalam oven pada suhu (110 + 5)C sampai
berat tetap.
Cara Pengujian
Pengujian dilaksanakan dengan cara sebagai berikut :
1. pengujian ketahanan agregat kasar terhadap keausan dapat dilakukan
dengan salah satu dari 7 (tujuh) cara berikut :
1) Cara A : Gradasi A, bahan lobs 37,5 mm sampai tertahan 9,5 mm.
Jumlah bola 12 buah dengan 500 putaran;
2) Cara B : Gradasi B, bahan bolos 19 mni sampai tertahan 9,5 mm.
Jumlah bola 11 buah dengan 500 putaran;
3) Cara C : Gradasi C, bahan lolos 9,5 mm sampai tertahan 4,75 mm
(no. 4). Jumlah bola 8 buah dengan 500 putaran;
4) Cara D : Gradasi D, bahan bolos 4,75 mm (no. 4) sampai tertahan
2,36 mm (no. 8). Jumlah bola 6 buah dengan 500 putaran;
5) Cara E : Gradasi E, bahan lolos 75 mm sampai tertahan 37,5 mm.
Jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran;
6) Cara F : Gradasi F, bahan lolos 50 mm sampai tertahan 25 mm.
Jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran;
7) Cara G : Gradasi G, bahan lolos 37,5 mm sampai tertahan 19 mm.
Jumlah bola 12 buah dengan 1000 putaran;
bila tidak ditentukan cara yang harus dilakukan, maka pemilihan
gradasi disesuaikan dengan contoh matrial yang merupakan wakil
dari matrial yang akan digunakan;

2. benda uji dan bola baja dimasukkan ke dalam mesin Abrasi Los Angeles;
3. putaran mesin dengan kecepatan 30 sampai dengan 33 rpm. Jumlah
putaran gradasi A, B, C, dan D 500 putaran dan untuk gradasi E, F, dan G
1000 putaran;
4. setelah selesai pemutaran, keluarkan benda uji dari mesin kemudian
saring dengan saringan no. 12 (1,7 mm); butiran yang tertahan di atasnya
dicuci bersih, selanjutnya dikeringkan dalam oven pada suhu (110 + 5)
C sampai berat tetap.

Perhitungan ab

Keterangan :
a = berat benda uji semula, gram
b = berat benda uji tertahan saringan no. 12, gram
Laporan
Keausan dilaporkan sebagai hasil rata-rata dari dua pengujian yang dinyatakan sebagai
bilangan bulat dalam persen.
LAMPIRAN C
LAIN-LAIN
DAFTAR GRADASI DAN BERAT BENDA UJI

Ukuran saringan

Gradasi dan berat benda uji (gram)

Lolos mm
(*)

Tertahan
mm (*)

73 (3)

63(2 1/2)

2500

63 (2 )

50 (2)

2500

50 (2)

37,5(1)

5000

5000

37,5(1)

25(1)

1250

25 (1)

19(3/4)

1250

19 (3/4)

12,5(1/2)

1250

2500

12,5(1/2)

9,5(3/8)

1250

2500

9,5 (3/8)

6,3(1/4)

2500

6,3 (1/4)

4,75(no.4
)

2500

4,75(no.4
)

2,36(no.8
)

Jumlah bola
Berat Bola (gram)

5000

5000
5000

5000
12

11

12

12

12

5000

4584

3330

2500

5000

5000

5000

+ 25

+ 25

+ 20

+ 15

+ 25

+ 25

+ 25

ASPAL
Aspal merupakan material utama pada konstruksi lapis perkerasan lentur (flexible
pavement) jalan raya, yang berfungsi sebagai campuran bahan pengikat agregat, karena
mempunyai daya lekat yang kuat, mempunyai sifat adhesif, kedap air dan mudah dikerjakan.
Silvia ( 1990 )

membedakan Aspal untuk material jalan atas :

A. Aspal Alam
Aspal jenis ini banyak terdapat di alam, contohnya :
a. Lake asphalt, terdapat di Trinidad, Bermuda. Aspal ini jika diurai akan didapatkan
bahan-bahan dengan komposisi 40% bitumen, 30 % bahan eteris, 25 % bahan mineral
dan 5 % bahan organik.
b. Batu Aspal (rock asphalt) dipulau Buton Sulawesi Tenggara, aspal ini dikenal juga
dengan Butas (Buton Asphalt) atau Asbuton (Aspal Batu Beton), terdapat didalam
batu karang, sehingga asplanya bercampur dengan batu kapur (CaCO3).
Dilihat dari segi fisiknya aspal alam dibagi menjadi aspal padat / batuan, aspal plastis
dan aspal cair
Sifat-sifat aspal buton antara lain : kadar asphaltenenya jauh lebih tinggi dan kadar
maltenenya lebih rendah dibandingkan dengan aspal buatan. Oleh karena itu asbuton
mempunyai pelekatan yang lebih baik dan kepekaan terhadap perubahan suhu yang lebih
kecil.
Penggunaan aspal alam sudah banyak digunakan untuk pelapisan konstruksi
perkerasan, dimana yang sudah banyak digunakan adalah :

a.

Lasbutag (Lapis Asbuton Agregat), merupakan lapisan konstruksi jalan yang

terdiri dari campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk,
dihamparkan dan dipadatkan secara dingin.

c. Latasbum (Lapis Asbuton Murni)


Lapis tipis asbuton murni (latasbum) merupakan lapisan penutup yang terdiri dari
campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur
secara dingin dan menghasilkan tebal maksimum 1 cm.
B. Aspal buatan (Bitumen)
Aspal buatan merupakan bitumen yang merupakan jenis aspal hasil penyulingan
minyak bumi yang mempunyai kadar parafin yang rendah dan disebut dengan paraffin
base crude oil.Aspal buatan dilihat dari segi bentuk dibagi menjadi 3 bentuk yang antara
lain:

1. Aspal Padat
Aspal buatan atau bitumen ini merupakan hasil penyulingan minyak bumi yang
kemudian disuling sekali lagi pada suhu yang sama tetapi dengan tekanan rendah (hampa
udara), sehingga dihasilkan bitumen yang disebut dengan straight bitumen.
Pada umumnya bitumen jenis ini mempunyai penetrasi yang tinggi. Untuk
mendapatkan bitumen dengan penetrasi yang lebih rendah, maka residu hasil penyulingan
hampa udara tadi diberikan lagi proses tambahan berupa pencampuran dengan udara pada
suhu 400o C dan disebut dengan proses blowing. Dengan proses blowing ini, maka
beberapa sifat bitumen diperbaiki, antara lain : peningkatan kadar asphaltene, sifat lekat
dan sifat kepekaan terhadap udara. Kekurangan dari proses blowing ini adalah
kemungkinan terjadinya retak (cracking) akibat adanya proses kimia berupa pemecahan
molekul-molekul besar menjadi molekul-molekul kecil dan terjadinya arang (carbon).
Adanya pemecahan molekul ini bisa mengakibatkan berkurangnya bitumen dan tidak
homogen. Proses ini memakan biaya yang cukup tinggi dan harus dilaksanakan dengan
hati-hati, dan hasil yang diperoleh disebut dengan semiblown asphalt.

Jenis jenis aspal padat antara lain :

Straight Run (Bitumen Hasil Langsung)


Jenis aspal ini dibuat dari minyak bumi, biasanya minyak bumi yang banyak
mengandung aspal dan sedikit parafin, karena parafin akan banyak mempengaruhi
pelekatan aspal pada batuan. Minyak bumi terbut kemudian disuling untuk memisahkan
bagian-bagian yang mudah menguap. Residu atau sisa destilasi kemudian disuling
kembali pada suhu yang sama dengan tekanan rendah (hampa udara) dan menghasilkan
fraksi seperti minyak pelumas dan sisanyaakan menjadi straight run bitumen. Bitumen
jenis ini mempunyai penetrasi yang tinggi.

Blown Bitumen (Bitumen Hasil Pencampuran Udara)


Blowing adalah proses tembahan, dimana residu dari penyulingan vakum dicampur
dengan udara pada suhu 4000 C. Proses ini dilakukan jika bitumen yang dibutuhkan
adalah bitumen dengan penetrasi yang lebih rendah daripada straight run. Dengan
proses ini akan diperoleh dua keuntungan, yaitu penetrasi akan berkurang dan kadar
asphaltene bertambah. Kerugian hasil blowing adalah akan terjadi pemecahan (cracking)
yaitu suatu proses kimia dimana molekul yang besar dipecah menjadi molekul yang lebih
kecil dan akan terjadi arang, sehingga hasil bitumen akan berkurang dan menjadi tidak
homogen. Akibat terjadinya arang maka pelekatan terhadap batuan akan berkurang
karena arang tidak dapat larut secara baik dalam malten. Proses blowing sendiri
memerlukan biaya yang tinggi dan menimbulkan polusi udara, sehingga untuk kebutuhan
material jalan akan dilaksanakan dengan hati-hati untuk menghasilkan semi blown
asphalt.

Sifat aspal padat


Sifat bitumen yang dibutuhkan dan beberapa sifat penting untuk digunakan sebagai bahan jalan :

Untuk mencapai daya ikat yang baik, maka diperlukan daya lekat yang baik. Sifat lekat
bitumen terhadap batuan tidak disebabkan daya tarik muatan listrik tetapi karena tekanan
tersebut tergantung dari struktur bitumen. Bitumen yang mengandung gugusan aromatik
melekat lebih baik pada batuan daripada bitumen yang mengandung banyak gugusan
parafin. Tekanan permukaan adalah energi yang dibutuhkan oleh bahan tersebut untuk

memperluas permukaan sehingga tekanan akan menjadi lebih rendah pada suhu tinggi.
Dapat menjadi cair

Dapat menjadi cukup keras kembali sehingga membentuk campuran batu aspal yang
merekat dengan baik dan dapat dipadatkan untuk membentuk konstruksi lapisan

perkerasan yang stabil.


Dapat menjadi cukup lunak sehingga campuran batu aspal tersebut tidak menjadi rapuh

pada suhu lunak yang dapat mengakibatkan kerusakan.


Bitumen yang digunakan tidak boleh terlalu peka terhadap suhu karena waktu penetrasi

sangan tergantung pada suhu.


Titik lembek aspal perlu mendapat perhatian, karena pada suhu tersebut bahan mulai

bergerak dengan kecepatan tertentu pada beban tertentu.


Jika aspal makin keras, maka kadar asphaltene akan naik tetapi daktilitas akan turun. Jika
kadar parafin tinggi, maka sifat kepekaan aspal terhadap suhu akan meningkat dan daya
lekat akan kurang, selain itu daktilitas juga akan berkurang.

Penggunaan aspal padat


Aspal padat dapat digunakan untuk hampir seluruh pekerjaan pelaksanaan lapis perkerasan
aspal, mulai dari pelapisan permukaan sampai dengan pekerjaan konstruksi perkerasan jalan
yang bermutu tinggi seperti lapisan aspal beton.
2. Aspal Cair
Aspal cair adalah aspal keras yang dicampur dengan pelarut. Jenis aspal cair tergantung dari
jenis pengencer yang digunakan untuk mencampur aspal keras tersebut.

Jenis aspal cair

Aspal RC (Rapid Curing), aspal cair cepat mengeras yang merupakan jenis aspal yang
akan dengan cepat mengendap, merupakan aspal keras yang dicampur dengan kerosin

(bensin).
Aspal MC (Medium Curing), merupakan jenis aspal yang akan mengendap dalam waktu

sedang, merupakan aspal keras yang dicampur dengan minyak disel.


Aspal SC (Slow Curing), merupakan jenis aspal yang akan dengan lambat mengendap,
merupakan aspal keras yang dicampur dengan residu dari pengilangan pertama.

Sifat Aspal Cair


Aspal cair yang digunakan untuk mempermudah pelaksanaan pekerjaan dan
mempersingkat waktu pelaksanaan karena dengan kecairannya, aspal akan lebih mudah mengalir
diantara batuan dan menyelimutinya untuk menghasilkan ikatan antara batu aspal.

Penggunaan Aspal Cair


Aspal cair dapat digunakan seperti halnya aspal padat.
1.

Aspal Emulsi

Aspal emulsi merupakan aspal cair yang lebih cair dari aspal cair pada umumnya dan
mempunyai sifat dapat menembus pori-pori halus dalam batuan yang tidak dapat dilalui oleh
aspal cair biasa. Aspal emulsi terdiri dari butir-butir aspal halus dalam air yang diberikan muatan
listrik sehingga butir-butir aspal tersebut tidak bersatu dan tetap berada pada jarak yang sama.
Karena adanya perbedaan muatan listrik yang diberikan, maka aspal emulsi dapat
digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu aspal emulsi katonik, aspal emulsi anionik, dan noninik.
Jenis Aspal Emulsi

Aspal emulsi anionik adalah aspal emulsi yang diberikan muatan listrik negatif dan
umumnya dapat digunakan untuk melapisi batuan yang basa dan netral dengan baik. Sifat
lekat dari aspal emulsi anionik berdasarkan penguapan air, yaitu berdasarkan sifat
tekanan permukaan dari batuan setelah air menguap. Aspal emulsi anionik terdiri dai MC

(labil), MS (agak labil), dan MC (stabil).


Aspal emulsi kationik adalah aspal emulsi yang bermuatan listrik positif sehingga baik
untuk digunakan melapisi batuan netral dan alam seperti batuan andesit dan basal. Aspal
emulasi kationik terdiri dari : MCK (bekerja cepat), MSK (bekerja kurang cepat) dan

MLK (bekerja lamban).


Aspal emulsi nonionik adalah aspal emulsi yang tidak bermuatan listrik, karena tidak
mengalami proses ionisasi.

Sifat Aspal Emulsi


Seperti telah dikemukakan, aspal emulsi mempunyai beberapa klasifikasi dengan sifatnya
masing-masing, sedangkan faktor yang dapat mempengaruhi aspal emulsi antara lain sebagai
berikut :

Sifat kimia aspal padat


Kekerasan dan jumlah aspal semen yang digunakan
Ukuran partikel aspal dalam emulsi
Jenis dan konsentrsi zat emulsi yang digunakan
Keadaan pencampuran seperti suhu dan tekanan
Muatan ion pada partikel emulsi
Tingkat penambahan bahan
Jenis peralatan yang digunakan dalam membuat emulsi
Sifat zat emulsi
Penambahan zat kimia

Penggunaan Aspal Emulsi


Aspal emulsi dapat digunakan pada hampir semua kegiatan dari aspal padat, bahkan lebih
luas dan dapat digunakan dimana tidak dapat diunakan aspal padat.
Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih aspal emulsi adalah sebagai
berikut :

Keadaan cuaca yang diperkirakan selama pelaksanaan : pemilihan tingkat emulsi,


perencanaan campuran dan peralatan pelaksanaan.
Jenis dan ketersediaan agregat
Ketersediaan peralatan pelaksanaan
Lokasi geografis : jarak angkutan dan ketersediaan air
Pengawasan lalu lintas, apakah arus lalu lintas dapat dialihkan
Pertimbangan lingkungan.

Ter
Ter adalah istilah umum untuk cairan yang diperoleh dari mineral organis seperti kayu atau
batu bara melalui proses pemijaran atau destilasi pada suhu tinggi tanpa zat asam. Untuk
konstruksi jalan digunakan ter yang berasal dari batu bara, karena ter kayu sangat sedikit
jumlahnya. Ter mempunyai bau khusus karena adanya gugusan aromat dengan gugusan OH
seperti plenol dan cresol. Umumnya dalam ter tidak terdapat susunan parafin.
Karakteristik Aspal
Leksiminingsih ( 2000 ) membagi karakteristik aspal menjadi :
1. Kekauan Aspal (Stiffness / Modulus of Bitumen)
Dengan analogi hukum Hooke, kekakuan aspal dapat dinyatakan sebagai berikut
Karena aspal dapat berada pada kondisi elastis maupun viskus, strain aspal juga dapat karena
berada di daerah elastis maupun daerah viskus. Kondisi aspal ini sangat tergantung pada lama
Lama Pembebanan

Suhu

Sifat

Singkat

Rendah

Elastik

Sedang

Sedang

Visko-elastik

Panjang

Tinggi

Viskus

pembebanan dan suhu. Akibatnya kekakuan aspal juga dipengaruhi oleh lama pembebanan dan
suhu.

2. Kuat Tarik (Tensile Strength)


Kuat tarik aspal juga dipengaruhi oleh temperature dan lama pembebanan. Kuat tarik
aspal ini akan lebih nampak nyata pada suhu rendah. Untuk mengetahui kuat tarik aspal
dapat dilakukan percobaan titik pecah Fraass (Fraass breaking test).
3. Adesi (Adhesion)
Adanya daya adesi ini dapat dijelaskan dengan mengacu pada aspal emulsi kationik, yaitu
aspal yang diberi tambahan amine.
Tambahan bahan (amine) yang semakin bertambah banyak akan berakibat :

Perkembangan daya adesi dari adesi biasa, adesi pasif dan adesi aktif
Perkembangan daya luar yang timbul dari tidak ada, kecil, sedang dan besar.

4. Pengaruh Cuaca
Karena aspal merupakan senyawa hidrogen dan karbon yang mungkin dalam kondisi
unsaturated, perubahan sifat yang sangat perlu diperhatikan yaitu reaktivitas terhadap O2.
Hal ini mengingat, bahwa aspal untuk perkerasan akan selalu berhubungan dengan
udara / oksigen.
5. Warna
Warna aspal aslinya adalah hitam atau coklat tua kehitam-hitaman. Untuk tujuan
penggunaan tertentu, aspal dapat diberi warna, seperti : merah, hijau, biru, putih.
6. Berat Jenis (Specific Grafity)
Berat jenis aspal bervariasi antara 0.95 1.05

7. Durabilitas
Sifata tahan lama ini sangat diperlukan dalam hubungannya dengan air serta adanya aging of
bitumen akibat kemungkinan terjadinya oksidasi.

3. PERMASALAHAN
Permasalahan yang dapat diakibatkan oleh karena sifat dan karakteristik matrial perkerasan akan
menyebabkan kerusakan kerusakan pada konstruksi perkerasan.Walupun pada kenyataan faktor
penyebab pada bahan perkerasan hanyalah salah satu penyebab timbunya kerusakan pada
konstruksi perkerasan faktor lain banyak ikut berperan.
BAB III
KESIMPULAN

Dalam perencanaan perkerasan jalan penentuan agregat sangatlah penting untuk mendapatkan
hasil yang bermutu tinggi,sehingga jalan yang akan dikerjakan dapat tercipta hasiln yang baik.
Untuk itu semua perhitungan agregat harus di uji lab terlebih dahulu.
BAB IV
PENUTUP
Demikian makalah ini dibuat diharapkan mampu menambah pengetahuan pembaca dalam
perencanaan perkerasan jalan. Penulis menyadari makalah ini jauh dari sempurna untuk itu
penulis berharap kritik dan syarat yang sifatnya membangun guna kesempurnaan makalah ini.

Anda mungkin juga menyukai