Anda di halaman 1dari 54

Laporan Praktikum

Material Perkerasan Jalan


Kelompok 1/A

BAB 3

PENGUJIAN BAHAN ASPAL

Material Bitumen atau Aspal merupakan bahan hidrokarbon yang bersifat melekat
(adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan bersifat viskoelastis
(sumber: id.wikipedia.org/wiki/Aspal). Bitumen biasanya cukup keras (bersifat padat)
pada suhu normal (suhu ruangan) dan saat dipanaskan bahan ini akan melunak dan
mengalir (bersifat cair). Saat bahan ini bercampur dengan bahan agregat dalam keadaan
cair dan kemudian perlahan mendingin, bahan ini akan membuat ikatan yang kuat dengan
agregat-agregat tersebut membentuk sebuah permukaan perkerasan.

Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum
dikarakterisasi dengan baik. Didalam kebutuhan rekayasa (enginnering), karakterisitik
aspal tidak diperhatikan dari ragam komposisi unsur penyusun bahannya, tetapi didasarkan
oleh beberapa parameter seperti nilai Penetrasi (PEN), Titik Lembek (Softening Point),
Viskositas, Titik Nyala dan Bakar Daktilitas, Kehilangan Berat akibat Pemanasan, Berat
Jenis, dan Kelarutan. Parameter-parameter tersebut digunakan untuk mengetahui
karakteristik dari aspal yang dimana didalam setiap perencanaan campuran beraspal
digunakan karakteristik aspal yang berbeda sesuai dengan kebutuhan aplikasinya di
lapangan dan target perkerasan yang akan dicapai.

Aspal yang digunakan didalam praktikum ini yaitu aspal Pertamina atau Shell
dengan nilai Penetrasi 60/70. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah aspal yang
diuji memenuhi standar spesifikasi yang ada. Acuan spesifikasi yang digunakan dalam
pengujian ini yaitu spesifikasi dari Bina Marga (Spesifikasi Umum 2010 divisi 6). Apabila
terjadi penyimpangan nilai (diluar batas spesifikasi), maka hasil pengujian akan di analisis
dan bila terjadi kesalahan dari pengujian, maka pengujian akan diulangi kembali dengan
sampel yang sama. Proses pengujian bahan aspal dilakukan sesuai dengan diagram alir
yang tertera dibawah ini:

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3-1
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

Pengujian Penetrasi
Bahan-bahan Bitumen

Pengujian Berat Jenis


Bitumen Keras dan Ter

Pengujian Titik Lembek


Aspal dan Ter

Pengujian Titik Nyala dan


Bakar dengan Cleveland
Open Cup

Lakukan Pengujian Bahan Pengujian Daktilitas


Aspal Bahan-bahan Bitumen

Pengujian Kehilangan
Berat Akibat Pemanasan
dengan Thin Film Oven
Test

Pengujian Kelarutan
Bahan-bahan Bitumen
Sampel Aspal
Baru yang akan
Digunakan
Dalam
Campuran Pengujian Viskositas
Beraspal Bahan-bahan Bitumen

Pengujian Kadar Air dan


Fraksi Aspal Cair
TIDAK
SESUAI

Cek Terhadap Spesifikasi Hasil Pengujian Sampel


yang Berlaku Aspal

SESUAI

Campuran Beraspal

Gambar 3.1 Diagram Alir Pengujian Bahan Aspal

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3-2
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

3.1 Pengujian Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen


3.1.1 Dasar Teori
Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa tingkat kekerasan aspal.
Percobaan ini menggunakan alat penetrometer dengan beban sebesar 100
gram selama 5 detik pada suhu 25°C. Apabila didapatkan nilai penetrasi
yang kecil maka aspal tersebut keras, sedangkan apabila didapatkan nilai
penetrasi yang relatif besar maka aspal yang ditest relatif lembek.

Bahan bitumen adalah material termoplastik yang secara bertahap


mencair, sesuai dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada
pengurangan suhu. Namun demikian perilaku / respon material bahan
bitumen tersebut terhadap suhu pada prinsipnya membentuk suatu
spektrum/ beragam, tergantung dari komposisi unsur-unsur penyusunnya.

Dari sudut pandang rekayasa (engineering), ragam dari komposisi


unsur penyusun bahan bitumen biasanya tidak ditinjau lebih lanjut, untuk
menggambarkan karakteristik ragam respon material bahan bitumen
tersebut diperkenalkan beberapa paramater, yang salah satunya adalah nilai
PEN (Penetrasi). Nilai ini menggambarkan kekerasan bahan bitumen pada
suhu standar 250C, yang diambil dari pengukuran kedalaman penetrasi
jarum standar, dengan beban standar (50 gr/ 100 gr), dalam rentang waktu
yang juga standar (5 detik).

ASTM mendefinisikan nilai PEN 40-50 sebagai nilai PEN untuk


material bahan bitumen terkeras dan PEN 200-300 untuk material bahan
bitumen terlembek terlunak. Nilai penetrasi sangat sensitive terhadap suhu.
Pengukuran di atas suhu kamar akan menghasilkan nilai yang berbeda.
Variasi suhu terhadap nilai penetrasi dapat disusun sedemikian rupa hingga
dihasilkan grafik hubungan antara suhu dan nilai penetrasi. Penetration
Index dapat ditentukan dalam grafik tersebut.

3.1.2 Pelaksanaan Praktikum


Prosedur pengujian berdasarkan AASHTO T-49-89:1990/ASTM D 5-86
adalah sebagai berikut :

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3-3
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

Panaskan Contoh Aspal


C : untuk suhu ter <56°C di atas titik lembek Siapkan Alat penetrasi
untuk suhu aspal <100°C di atas titik lembek
pemanasan <30 menit dengan pengadukan agar udara tidak masuk

Periksa pemegang jarum


Tuangkan Contoh ke dalam tempat contoh (cawan)
P : Tempat contoh
C : Buat duplo, tinggi contoh > angka pen +10 mm
Persiapan
Benda Uji

Persiapan
Bersihkan jarum penetrasi

Alat
C : bersihkan dengan toloene atau pelarut lain
Tutup cawan benda uji lalu biarkan pada suhu ruang
C : biarkan hingga 1-2 jam (tergantung kapasitas cawan)

Pasang jarum dengan pemegang jarum

Masukkan cawan ke tempat air lalu masukkan ke bak perendam


C : biarkan hingga 1-2 jam (tergantung kapasitas cawan)
Letakkan pemberat di atas jarum (50 gram)

Pindahhkan tempat air + cawan ke alat penetrasi

Turunkan jarum hingga menyentuh


permukaan benda uji

Atur angka 0 di arloji penetrometer


C : jarum penunjuk berimpit dengan 0
Pengujian

Lepaskan pemegang jarum dan selama 5±0,1 detik


P : Stopwatch
C : Waktu diukur menggunakan stopwatch

Putar arloji penetrometer dan baca angka pen


C : baca dengan ketelitian 0,1 mm

Lakukan > 3 kali


untuk benda uji yang
sama dengan jrak
Angkat jarum dari benda uji dan siapkan untuk titik antar titik > 1 cn
penetrasi berikutnya

Jarak antar titik


tidak ada yang >1

Pencatatan data
C : catat setiap hasil penetrasi/bacaan pada skala arloji penetrometer
Perhitungan

Pelaporan
Data
dan

Perhitungan dan pelaporan data


C : nilai pen yang dilaporkan harus memenuhi tooleransi yang
telah ditentukan
Bila melebihi toleransi, pengujian di ulang kembali

Gambar 3.2 Prosedur Pengujian Penetrasi Bahan Bitumen

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3-4
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

1. Peralatan yang Digunakan


a) Alat penetrasi yang dapat menggerakkan pemegang jarum naik
turun tanpa gesekan dan dapat mengukur penetrasi sampai 0,1
mm.
b) Pemegang jarum seberat (47,5  0,05) gr yang dapat dilepas
dengan mudah dari alat penetrasi untuk peneraan.
c) Pemberat sebesar (50  0,05) gr dan (100  0,05) gr masing-
masing dipergunakan untuk pengukuran penetrasi dengan
beban 100 gr dan 200 gr.
d) Jarum penetrasi dibuat dari stainless steel mutu 44oC, atau
HRC 54 sampai 60. Ujung jarum harus berbentuk kerucut
terpancung.
e) Cawan contoh terbuat dari logam atau gelas berbentuk silinder
dengan dasar yang rata-rata berukuran sebagai berikut :
Tabel 3.1 Ukuran Cawan untuk Percobaan Penetrasi
Penetrasi Diameter Dalam
dibawah 200 55 mm 35 mm
200 sampai 300 70 mm 45 mm

f) Bak perendam (waterbath), terdiri dari bejana dengan isi tidak


kurang dari 10 liter dan dapat menahan suhu tertentu dengan
ketelitian lebih kurang 0,1oC. Bejana dilengkapi dengan pelat
dasar berlubang-lubang, terletak 50 mm di atas dasar bejana
dan tidak kurang dari 100 mm di atas dasar bejana dan tidak
kurang dari 100 mm di bawah permukaan air dalam bejana.
g) Tempat air untuk benda uji ditempatkan di bawah alat
penetrasi. Tempat tersebut mempunyai isi tidak kurang dari
350 ml, dan tinggi yang cukup untuk merendam benda uji tanpa
bergerak.
h) Pengukur waktu
i) Untuk pengukuran penetrasi dengan tangan diperlukan stop
watch dengan skala pembagian terkecil 0,1 detik atau kurang
dan kesalahan tertinggi 0,1 detik per detik. Untuk pengukuran

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3-5
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

penetrasi dengan alat otomatis, kesalahan alat tersebut tidak


boleh melebihi 0,1 detik.
j) Termometer

2. Penyiapan Sampel
a) Panaskan contoh perlahan-lahan serta aduklah hingga cukup
cair untuk dapat dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak
lebih dari 60oC di atas titik lembek, dan untuk bitumen tidak
lebih dari 90oC di atas titik lembek. Waktu pemanasan tidak
boleh melebihi 30 menit. Aduklah perlahan-lahan agar udara
tidak masuk ke dalam contoh.
b) Setelah contoh cair merata, tuangkan kedalam tempat contoh
dan diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat
tersebut tidak kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm.
Buatlah dua benda uji (duplo).
c) Tutuplah benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada
suhu ruang selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan
1,5 sampai 2 jam untuk yang besar.

3. Prosedur Pengujian
a) Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan
tempat air tersebut ke dalam bak perendam yang telah berada
pada suhu yang ditentukan. Diamkan dalam bak tersebut
selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai
2 jam utnuk benda uji besar.
b) Periksalah pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan
baik dan bersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau
pelarut lain kemudian keringkan jarum tersebut dengan lap
bersih dan pasanglah jarum pada pemegang jarum.
c) Letakkan pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh
beban sebesar (100  0,1) gram.
d) Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat
penetrasi.

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3-6
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

e) Turunkan jarum perlahan-lahan sehingga jarum tersebut


menyentuh permukaan benda uji. Kemudian aturlah angka 0 di
arloji penetrometer sehingga jarum penunjuk berimpit
dengannya.
f) Lepaskan pemegang jarum dan serentak jalankan stopwatch
selama jangka waktu (5  0,1) detik.
g) Putarlah arloji penetrometer dan bacalah angka penetrasi yang
berimpit dengan jarum penunjuk. Bulatkan hingga angka 0,1
mm terdekat.
h) Lepaskan jarum dari pemegang jarum dan siapkan alat
penetrasi untuk pekerjaan berikutnya.
i) Lakukan pekerjaan diatas tidak kurang dari 3 kali untuk benda
uji yang sama, dengan ketentuan setiap titik pemeriksaan dan
tepi dinding berjarak lebih dari 1 cm.

Gambar 3.4 Pengujian aspal pada penetrometer

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3-7
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

3.1.3 Data dan Perhitungan


Hasil yang diperoleh setelah melakukan pemeriksaan penetrasi pada
sampel aspal, pada suhu 25 oC, 100 gram, 5 detik adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Pemeriksaan Penetrasi Bahan-Bahan Bitumen sebelum kehilangan berat


(Penetration of Bituminous Materials)

II (kelompok
No. Penetrasi pada 250C, 100gr, I
4)
5 detik

1. Pengamatan 1 40 30

2. Pengamatan 2 48* 45*

3. Pengamatan 3 46* 47*

4. Pengamatan 4 45* 47*

5. Pengamatan 5 40 50

Rata-rata 46,33 46,33

Nilai Penetrasi 46,33

Nilai penetrasi dinyatakan sebagai rata-rata dari sekurang-kurangnya


dari 3 pembacaan dengan ketentuan bahwa hasil-hasil pembacaan tidak
melampaui ketentuan di bawah ini:

Hasil Penetrasi 0 – 49 50 – 149 150 – 199 200


Toleransi 2 4 6 8

3.1.4 Diskusi
Dari lima titik pengamatan dipakai titik yang memenuhi batas
toleransi, dalam kasus ini toleransinya 2 karena hasil penetrasi berada pada
nilai pen 40-50, artinya tiap titik pengamatan tidak boleh memiliki selisih
nilai penetrasi yang melebihi dua. Dan dari praktikum ini, didapat nilai
penetrasi sebesar 46,33 dmm. Menurut RSNI S-01-2003, nilai tersebut masuk
ke dalam nilai PEN 40, karena memiliki nilai penetrasi di antara 40-50, dan
masuk ke persyaratan untuk aspal keras berdasarkan penetrasi.

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3-8
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

Kesulitan yang kami hadapi pada saat praktikum ialah;

a. Kurangnya pencahayaan, sehingga kami pun sulit melihat jarum


menyentuh permukaan aspal.

b. Sulit menentukan jarak antara titik satu dengan titik lainnya,

Saran kami untuk pelaksanaan praktikum kedepannya adalah;

1. Alatnya harus lebih teliti, karena waktu pada saat jarum menuju
permukaan aspal tidak 5 detik pas.

2.

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3-9
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

3.2 Pengujian Berat Jenis Bitumen Keras dan Ter

3.2.1 Dasar Teori

Berat jenis bitumen atau ter adalah perbandingan antara berat


bitumen atau ter terhadap berat air suling dengan isi yang sama pada suhu
tertentu, yaitu dilakukan dengan cara menggantikan berat air dengan berat
bitumen dan/atau ter dalam wadah yang sama (yang sudah diketahui
volumenya berdasarkan konversi berat jenis air sama dengan satu). Berat
jenis dari bitumen sangat tergantung pada nilai penetrasi dan suhu dari
bitumen itu sendiri.

Besaran berat jenis merupakan salah satu parameter yang digunakan


dalam desain perencanaan campuran aspal dan agregat. Penentuan berat
jenis suatu material dapat dilakukan secara kualitatif dengan visualisasi,
yaitu dengan cara membandingkannya dengan berat jenis air. Berat jenis
material yang lebih kecil dari satu biasanya mengapung, bila sama dengan
satu akan melayang di dalam air dan bila lebih besar dari satu akan akan
tenggelam. Cara di atas hanya dapat dilakukan terhadap material yang
‘suka air’ (hidrophilic). Untuk material yang ‘tidak suka air’ (hidrophobic)
harus dicari media lain sebagai pembanding, misal minyak tanah. Berat
jenis merupakan jembatan antara kondisi di lapangan dan di laboratorium,
dimana di lapangan identifikasi material dalam skala berat sedangkan di
laboratorium dilakukan dengan skala volume.

Perhitungan berat jenis, dibedakan antara aspal keras dan aspal cair,
karena substansi keduanya sangat berbeda. Pada aspal keras, dalam proses
pengujiannya harus pada suhu yang tinggi atau melalui pemanasan terlebih
dahulu, sedangkan pada aspal cair bila perlakuan seperti itu dilakukan maka
akan menyebabkan penguapan pada material curingnya (bensin, minyak
tanah atau solar).

Berat jenis dari bitumen sangat tergantung pada nilai penetrasi dan suhu
dari bitumen itu sendiri. Macam-macam berat jenis bitumen dan kisaran
nilainya adalah sebagai berikut:

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 10
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

 Penetration grade bitumen dengan berat jenis antara 1,010 (untuk


bitumen dengan penetrasi 300) sampai dengan 1,040 (untuk bitumen
dengan penetrasi 25);
 Bitumen yang telah teroksidasi (oxidized bitumen) dengan berat
jenis berkisar antara 1,015 sampai dengan 1,035;
 Hard grades bitumen dengan berat jenis berkisar antara 1,045
sampai dengan 1,065
 Cutback grades bitumen dengan berat jenis berkisar antara 0,992
sampai dengan 1,007

3.2.2 Pelaksanaan Praktikum

Prosedur pengujian berat jenis bitumen adalah sebagai berikut:


1. Peralatan yang Digunakan
a) Termometer;
b) Bak perendam yang dilengkapi pengatur suhu dengan ketelitian
(25  0.1)° C
c) Piknometer

Gambar 3.5 Piknometer

d) Air suling sebanyak 1000 cm3;


e) Bejana gelas.

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 11
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

(a) (b)
Gambar 3.6 (a) dan (b) Proses persiapan pengujian

(a) (b)
Gambar 3.7 (a) dan (b) Proses pengujian berat jenis aspal padat

2. Penyiapan Sampel
a) Panaskan contoh bitumen keras sejumlah 50 gram, sampai
menjadi cair dan aduklah untuk mencegah pemanasan
setempat. Pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit pada
suhu 115 °C di atas titik lembek;

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 12
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

b) Tuangkan contoh tersebut ke dalam piknometer yang telah


kering hingga terisi ¾ bagian.

3. Prosedur Pengujian
a) Isilah bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian
atas piknometer yang terendam adalah 40 mm. Kemudian
rendam dan jepitlah bejana tersebut dalam bak perendam
sehingga terendam sekurang-kurangnya 100 mm;
b) Aturlah suhu bak perendam pada suhu 25° C;
c) Bersihkan, keringkan dan timbanglah piknometer dengan
ketelitian 1 mg (A);
d) Angkatlah bejana dari bak perendam dan isilah piknometer
dengan air suling kemudian tutuplah piknometer tanpa ditekan;
e) Letakkan piknometer ke dalam bejana dan tekanlah penutup
hingga rapat, kembalikan bejana berisi piknometer ke dalam
bak perendam. Diamkan bejana tersebut di dalam bak
perendam selama sekurang-kurangnya 30 menit, kemudian
angkatlah piknometer dan keringkan dengan lap. Timbanglah
dengan ketelitian 1 mg (B);
f) Tuangkan benda uji tersebut ke dalam piknometer yang telah
kering hingga terisi ¾ bagian;
g) Biarkan piknometer sampai dingin,waktu tidak kurang dari 40
menit dan timbanglah dengan penutupnya dengan ketelitian 1
mg (C);
h) Isilah piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan
tutuplah tanpa ditekan, diamkan agar gelembung-gelembung
udara keluar;
i) Angkatlah bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer
di dalamnya dan kemudian tekanlah penutup hingga rapat.
Masukkan dan diamkan bejana ke dalam bak perendam selama
sekurang-kurangnya 30 menit.
j) Angkat, keringkan dan timbanglah piknometer (D)

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 13
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

Persiapan
Benda Uji
Panaskan contoh aspal
Bersihkan piknometer dan timbang (A) C : Panaskan hingga dapat dituang sebanyak ±100 gram
C : lakukan dengan ketelitian 1mg

Siapkan bejana air dan rendam ke dalam bak


perendaman
P : bejana air dan bak perendam
C : atur bak perendam pada suhu ruangan (25°C)

Isi piknometer dengan air suling hingga penuh lalu tutup


piknometer tanpa ditekan

Masukkan piknometer dalam bejana, lalu masukkan


dalam bak perendam
C : angkat dahulu bejana dari bak perendam ketika
memasukkan pikno dan diamkan sekurang-kurangnya 30
menit

Angkat piknometer dan bersihkan dengan lap lalu


timbang (B)
C : lakukan dengan ketelitian 1mg
Pengujian

Buang air dalam piknometer lalu keringkan

Tuangkan aspal ke piknometer, biarkan hingga dingin


lalu timbang (C)
P : piknometer kapasitas 30ml
C : isi hingga ¾ bagian

Isi piknometer dengan air suling hingga penuh lalu tutup


piknometer tanpa ditekan

Masukkan piknometer dalam bejana, lalu masukkan dalm


bak perendam
C : angkat dahulu bejana dari bak perendam ketika
memasukkan pikno dan diamkan sekurang-kurangnya
30menit

Angkat piknometer dan bersihkan dengan lap lalu


timbang (D)
C : lakukan dengan ketelitian 1mg

Pencatatan data
C : catat tiap penimbangan
Perhitungan

Pelaporan
Data
dan

Perhitungan dan pelaporan data


C : hitung berat jenis bitumen aspal, laporkan berat
jenis bitumen keras atau ter sampai tiga angka di
belakang koma

Gambar 3.8 Diagram Alir Pengujian Berat Jenis Bitumen

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 14
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

3.2.3 Data dan Perhitungan

Berat jenis dihitung dengan persamaan :


(C - A)
BJ 
(B - A) (D - C)
dimana :
A = berat piknometer (dengan penutup) (gram)
B = berat piknometer berisi air (gram)
C = berat piknometer berisi bitumen (gram)
D = berat piknometer berisi bitumen dan air (gram)

Berat jenis bitumen keras atau ter sampai tiga angka di belakang koma.
Pemeriksaan berat jenis sampel aspal padat sebanyak kurang lebih 100 gram
yang sudah dipanaskan tidak lebih dari 30 menit pada suhu 115 oC di atas
titik lembeknya menghasilkan data-data sebagai berikut:

Tabel 3.3 Data dan Perhitungan Pemeriksaan Berat Jenis Bitumen


Sampel I Sampel II
Berat piknometer + air = 138,1 g 146,6 g
Berat piknometer = 37,6 g 43,7 g
Berat air/Isi piknometer = 100,5 g 102.9 g

Berat piknometer + contoh = 64,2 g 82,1 g


Berat piknometer = 37,6 g 43,7 g
Berat contoh = 26,6 g 38,4 g

Berat piknometer+air+contoh = 139 g 147,4 g


Berat piknometer + contoh = 64,2 g 82,1 g
Berat air = 74,8 g 65,6 g
Isi Bitumen = 26,6 g 38,4 g

Berat Jenis (sampel I) = 1,035 g/ml


Berat Jenis (sampel II) = 1,02 g/ml
Berat Jenis rata-rata = 1,0275 g/ml

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 15
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

3.2.4 Diskusi

Dari hasil yang diperoleh yaitu berat jenis sebesar 1,035 gr/ml dan
1,02 gr/ml, sedangkan rata-ratanya adalah 1,0275 gr/ml. Dari data yang
didapat maka dapat diketahui bahwa aspal yang digunakan adalah jenis
aspal yang telah teroksidasi (oxidized asphalt) karena memiliki berat jenis
antara 1.015 – 1.035 gr/ml.

Kesulitan yang dihadapi pada saat praktikum adalah pada saat


menunggu aspal panas menjadi dingin cukup lama dan menyita waktu.
Sedangkan saran yang kelompok kami berikan adalah waktu pengujiannya
dijadwal persekian kelompok agar tidak terjadi penumpukan pada pengujian
lain pada saat menunggu aspal pada piknometer kering.

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 16
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

3.3 Pengujian Titik Lembek Aspal dan Ter

3.3.1 Dasar Teori

Aspal adalah material termoplastik yang secara bertahap mencair,


sesuai dengan pertambahan suhu dan berlaku sebaliknya pada pengurangan
suhu. Namun demikian perilaku/ respon material aspal tersebut terhadap
suhu pada prinsipnya membentuk suatu spektrum/ beragam, tergantung
dari komposisi unsur-unsur penyusunnya.

Percobaan ini diciptakan karena pelembekan (softening) bahan-


bahan aspal dan ter, tidak terjadi secara sekejap pada suhu tertentu, tapi
lebih merupakan perubahan gradual seiring penambahan suhu. Oleh sebab
itu, setiap prosedur yang dipergunakan/diadaptasi untuk menentukan titik
lembek aspal atau ter, hendaknya mengikuti sifat dasar tersebut, artinya
penambahan suhu pada percobaan hendaknya berlangsung secara gradual
dalam jenjang yang halus.

Titik lembek menjadi salah satu batasan dalam penggolongan aspal


dan ter. Titik lembek haruslah diperhatikan saat akan membangun
konstruksi perkerasan jalan. Terkait fungsi aspal sebagai coating dan
melengketkan, maka suhu saat aspal melembek dapat dijadikan acuan
dalam mengidentifikasi kedua fungsi dari aspal tersebut. Pada suhu di atas
titik melembek, fungsi aspal sebagai penutup dan melengketkan, tidak
dapat lagi dipertahankan. Logika ini dimungkinkan karena sifat aspal yang
termoplastik. Metoda Ring and Ball yang umumnya diterapkan pada bahan
aspal dan ter ini, dapat mengukur titik lembek bahan semisolid sampai
solid.

3.3.2 Pelaksanaan Praktikum

Prosedur untuk pengujian titik lembek adalah sebagai berkut:


1. Peralatan yang Digunakan
a) Cincin kuningan
b) Bola baja, diameter 9,53 mm berat 3,45 gr sampai 3,55 gr

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 17
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

c) Dudukan benda uji, lengkap dengan pengarah bola baja dan


plat dasar yang mempunyai jarak tertentu.
d) Bejana gelas tahan pemanasan mendadak diameter dalam 8,5
cm dengan tinggi dan tinggi + 12 cm.
e) Thermometer.
f) Penjepit
g) Alat pengarah bola

2. Penyiapan Sampel
a) Panaskan contoh aspal perlahan-lahan sambil diaduk terus
menerus hingga cair merata. Pemanasan dan pengadukan
dilakukan perlahan-lahan agar gelembung-gelembung udara
cepat keluar.
b) Setelah cair merata tuanglah contoh kedalam dua buah cincin.
Suhu pemanasan aspal tidak melebihi 56oC diatas titik
lembeknya dan untuk aspal tidak melebihi 111oC diatas titik
lembeknya.
c) Panaskan 2 buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh,
dan letakan kedua cincin diatas pelat kuningan yang telah
diberi lapisan dari campuran talk dan sabun.
d) Tuang contoh kedalam 2 buah cincin, diamkan pada suhu
kurang-kurangnya 8oC dibawah titik lembeknya sekurang-
kurangnya 30 menit.
e) Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin
dengan pisau yang telah dipanaskan.

3. Prosedur Pengujian Titik Lembek


a) Pasang dan aturlah kedua benda uji diatas kedudukan dan
letakkan pengarah bola diatasnya. Kemudian masukan seluruh
peralatan tersebut kedalam bejana gelas.
b) Isilah bejana dengan air suling baru, dengan suhu (5 ± 1) oC
sehingga tinggi permukaan air berkisar antara 101,6 sampai
108 mm.

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 18
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

c) Letakkan termometer yang sesuai untuk pekerjaan ini diantara


kedua benda uji (kurang lebih dari 12,7 mm dari tiap cincin).
d) Periksalah dan aturlah jarak antara permukaan pelat dasar
benda uji sehingga menjadi 25,4 mm.
e) Letakkan bola-bola baja yang bersuhu 5oC diatas dan ditengah
permukaan masing-masing benda uji yang bersuhu 5oC
menggunakan penjepit dengan memasang kembali pengarah
bola.
f) Panaskan bejana sehingga kenaikan suhu menjadi 5oC
permenit. Kecepatan pemanasan rata-rata dari awal dan akhir
pekerjaan ini. Untuk 3 menit pertama perbedaan kecepatan
pemanasan tidak boleh melebihi 0,5oC.

(a) (b)
Gambar 3.9 Proses Pelaksanaan Pengujian Titik Lembek

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 19
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

Panaskan Contoh Aspal Siapkan 2 cincin cetakan


C : panaskan kira-kira 100gram hingga cair dan dapat dtuang.
pemanasan dilakukan sampai suhu antara 80°-100°C di atas titik

Persiap
lembek

an Alat
Panaskan cincin hingga mencapai
suhu tuang contoh

Tuangkan Contoh ke cincin cetakan


Pasang cincin di atas pelat dasar
Persiapa
n Benda
Uji

Tutup cawan benda uji lalu biarkan pada suhu ruang


C : biarkan hingga 1-2 jam (tergantung kapasitas cawan)

Dinginkan benda uji pada suhu ruang

Ratakan contoh yang berlebih


C : ratakan dengan menggunakan pisau atau spatula yang
dipanaskan

Letakkan benda uji pada dudukan

Pasang pengarah bola di atas benda uji

Masukkan seluruh peralatanke bejana gelas


P : bejana gelas, tempat dudukan cincin, pengarah
bola

Isi bejana dengan air


C : air dengan suhu (5±1)°C dan tinggi permukaan air
berkisar antara 101,6-108 mm
Pengujian

Letakkan termometer di antara benda uji

Atur jarak antara permukaan pelat dasar benda uji sehingga


menjadi 25,4 mm

Letakkan bola-bola baja di tengah benda uji


C : bola baja dan benda uji diatur dengan suhu (5±1)°C

Panaskan bejana hingga terjadi kenaikan suhu


C : dengan kenaikan suhu rata-rata 5°C per menit untuk 30
menit pertama, perbedaan kecepatan pemanasan tidak boleh
melebihi 0,5°C

Gambar3.10 Diagram Alir Pengujian Titik Lembek Aspal

3.3.3 Data dan Perhitungan

Pencatatan suhu pada saat setiap bola menyentuh pelat dasar dan
suhu titik lembek bahan bersangkutan dari hasil pengamatan rata-rata dan

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 20
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

bulatkan sampai 0,5oC terdekat untuk tiap percobaan ganda (duplo). Jika
data yang diperoleh untuk kecepatan pemanasan melebihi ketentuan maka
pekerjaan diulangi dan dari suatu pekerjaan duplo perbedaan suhu dalam 6
melebihi 1oC maka pekerjaan diulangi.

Tabel 3.4 Pemeriksaan Titik Lembek Aspal (Softening Point of Asphalt and
Tar with Ring and Ball Test)
Suhu yang
diamati Waktu (detik) Titik Lembek ˚C
No.
II
˚C I (kiri) (kanan) I II
1 5 - - - -
2 10 - - - -
3 15 - - - -
4 20 - - - -
5 25 - - - -
6 30 119,65 119,65 - -
7 35 235,9 235,9 - -
8 40 343,66 343,66 - -
9 45 454,71 454,71 - -
10 50 538 537,2 - 49
11 55 540,6 - 50 -

3.3.4 Diskusi

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, diperoleh titik


melembek aspal adalah pada suhu 49,5 oC. kesulitan yang kami alami pada
saat praktikum adalah pada saat pencucian bola baja dan cincin kuningan.
Saran untuk kedepannya adalah bensin untuk mencuci bekas alat pengujian
diganti dengan yang baru agar dapat memudahkan dalam pencucian alat-
alat pengujian dengan mudah.

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 21
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

3.4 Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar Menggunakan Cleveland Open Cup (Flash
and Fire Points By Cleveland Open Cup)

3.4.1 Dasar Teori

Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar dilakukan untuk semua jenis
hasil minyak bumi kecuali yang memiliki titik nyala open cup kurang dari
79oC. Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu
titik diatas permukaan aspal. Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat
nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada suatu titik diatas permukaan aspal.

Terdapat dua metoda praktikum yang umum dipakai untuk


menentukan titik nyala dari bahan aspal. Praktikum untuk Aspal Cair
(Cutback) biasanya dilakukan dengan menggunakan alat Tagliabue Open
Cup, sementara untuk bahan aspal dalam bentuk padat biasanya digunakan
alat Cleveland Open Cup. Pada kedua metode tersebut, suhu dari material
aspal ditingkatkan secara bertahap pada jenjang yang tetap. Seiring
kenaikan suhu, titik api kecil dilewatkan diatas permukaan sampel yang
dipanaskan tersebut. Titik Nyala ditentukan sebagai suhu terendah dimana
percikan api pertama kali terjadi sedangkan Titik Bakar ditentukan sebagai
suhu dimana sampel terbakar.

Pengujian ini bertujuan untuk mengukur suhu dimana aspal mulai dapat
mengeluarkan nyala api dan terbakar akibat pemanasan dengan
menggunakan Cleveland Open Cup. Titik nyala dan titik bakar aspal perlu
diketahui karena:

 Untuk mengetahui batas aman pemanasan aspal di lapangan agar


saat memanaskan aspal tidak menimbulkan percikan api atau
terbakarnya aspal yang dapat membahayakan pekerja.

 Agar tidak terjadi pemanasan aspal yang berlebihan di lapangan,


saat pencampuran aspal di AMP (Asphalt Mixing Plant) dan saat
penghamparan untuk mencegah berubahnya karakteristik aspal
(rusak) akibat dipanaskan melebihi temperatur titik bakar.

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 22
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

3.4.2 Pelaksanaan Praktikum

Prosedur praktikum berdasarkan SNI M-19-1990-F / AASHTO T48-89 /


ASTM D 92-78 (pada dasarnya ketiga jenis prosedur ini sama), sebagai
berikut :

1. Peralatan yang digunakan

a) Cawan kuningan (Cleveland cup) dengan bentuk dan ukuran


tertentu.

b) Thermometer.

c) Nyala penguji, yaitu nyala api yang dapat diatur dan memberikan
nyala dengan diameter 3,2 - 4,8 mm dengan panjang tabung 7,5
cm.

d) Pemanas terdiri dari logam untuk meletakkan cawan Cleveland.

e) Pembakaran gas atau tungku listrik atau pembakar alkohol yang


tidak menimbulkan asap atau nyala disekitar atas cawan.

f) Stop watch.

g) Penahan angin, alat yang menahan angin apabila digunakan nyala


api sebagai pemanas.

Gambar 3.11 Cleveland Open Cup apparatus

2. Persiapan Benda Uji

a) Memanaskan contoh aspal ±100 gram antara 148,9oC sampai 176oC


sampai cukup cair;

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 23
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

b) Kemudian mengisi cawan cleveland dengan sampel aspal sampai garis


dan hilangkan (pecahkan) gelembung udara yang ada pada permukaan
cairan.

3. Prosedur Pengujian

a) Meletakkan cawan diatas kompor pemanas tetap dibawah titik tengah


cawan;
b) Meletakkan nyala penguji dengan poros pada jarak 7,5 cm dari titik
tengah cawan;
c) Memasang thermometer, menyalakan kompor dan mengatur pemana-
san sehingga kenaikan suhu adalah 15oC tiap menit sampai mencapai
suhu 56oC dibawah titik nyala yang diperkirakan untuk selanjutnya
kenaikan suhu 5oC sampai 6oC/menit;
d) Menempatkan penahan angin di depan nyala penguji;
e) Menyalakan sumber pemanas dan aturlah pemanas sehingga kenaikan
suhu menjadi (15 ± 1) permenit sampai benda uji mencapai 56oC
dibawah titik nyala perkiraan;
f) Kemudian mengatur kecepatan pemanasan 5o sampai 6oC permenit
pada suhu antara 56oC dan 28oC di bawah titik perkiraan;
g) Menyalakan nyala penguji dan aturlah agar diameter nyala penguji
tersebut menjadi 3,2 sampai 4,8 mm;
h) Memutar nyala penguji sehingga melalui permukaan cawan (dari tepi
ke tepi cawan) dalam satu detik. Ulangi pekerjaan tersebut setiap
kenaikan 2oC;
i) Melanjutkan pekerjaan diatas sampai terlihat nyala singkat pada suatu
titik diatas permukaan benda uji;
j) Membaca dan mencatat suhu pada termometer;
k) Melanjutkan pekerjaan pembacaan suhu sampai terlihat nyala yang
agak lama sekurang-kurangnya 5 detik diatas permukaan benda uji.
Suhu pada termometer dibaca dan catat.

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 24
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

Panaskan contoh aspal


Siapkan 2 cincin cetakan

Persiapan
Tuangkan Contoh ke cawan cleveland

Alat
C : isikan cawan cleveland sampai garis dan hilangkan (pecahkan) Panaskan cincin hingga mencapai
gelembung udara yang ada pada permukaan cairan suhu tuang contoh

Letakkan cawan di atas kompor pemanas


Pasang cincin di atas pelat dasar
Persiapan
Benda Uji

Letakkan nyala penguji

Pasanglah thermometer

Nyalakan kompor dan atur pemanasan

Tepatkan penahan angin di depan nyala


penguji

Nyalakan sumber pemanasan dan aturlah pemanasan


C : sampai benda uji mencapai 56°C di bawah titik nyala
perkiraan

Atur kembali kecepatan pemanasan


C : 5°-6° C permenit pada suhu antar 56°C dan 28°C di
bawah titik perkiraan.

Nyalakan nyala penguji dan atur diameter nyala


penguji

Putarlah nyala penguji sehingga melalui cawan


C : dari tepi cawan dalam satu detik
ulangi pekerjaan tersebut setiap kenaikan 2°
Pengujian

lakukan hingga terjadi nyala singkat

Terjadi nyala singkat

Baca suhu pada thermometer dan catat

Lanjutkan membaca
thermometer

Terjadi nyala pada permukaan benda uji


C : nyala yang agak lama sekurang-kurangnya 5 detik

Baca suhu thermometer dan catat

Pencatatan data
C : catat suhu saat terjadi nyala singkat dan nyala sekurang-kurangnya
Perhitungan

Pengumpul

5 menit
an Data
dan

Perhitungan dan pelaporan data


C : laporkan hasil rata-rata pemeriksaan ganda (duplo) sebagai titik nyala
benda uji dengan toleransi tertentu. Melewati toleransi pengujian diulangi

( Sumber: Modul Praktikum Mix Design (Perencanaan dan Campuran Beraspal))

Gambar 3.12 Diagram Alir Prosedur Pengujian Titik Nyala Dan Titik Bakar Aspal

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 25
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

3.4.3 Data dan Perhitungan

Tabel 3.5 Hasil Pengamatan Titik Nyala dan Titik Bakar


o o
No C dibawah titik nyala Waktu C Titik Nyala
1 56 - 304
2 51 0' 40" 309
3 46 1' 27" 314
4 41 2' 25" 319
5 36 4' 10" 324
6 31 6' 24" 329
7 26 8' 34" 334 Titik Nyala (8' 34")
8 21 10' 38" 339 Titik Bakar (10' 38")
9 16 344
10 11 349
11 6 354
12 1 359

Catatan :

 Jika tekanan barometrik tidak sama dengan 760 mmHg, maka dipakai
faktor koreksi = suhu terbaca + 0,03 (760-tekanan barometrik terukur).

 Pemeriksaan yang tidak memenuhi syarat toleransi dianggap gagal dan


harus diulangi.

 Apabila dilakukan pemeriksaan ganda (duplo), maka toleransi yang


digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 3.6 Toleransi pemeriksaan duplo pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar

Ulangan oleh Satu Ulangan oleh


Titik Nyala dan Titik Bakar Orang dengan Satu Beberapa Orang
Alat dengan Satu Alat

Titik Nyala 175oF sampai 550oF 5 oF (2oC) 10 oF (5,5oC)


Titik Bakar lebih dari 10 oF (5,5oC) 15 oF (8oC)

3.4.4 Diskusi

Pada hasil percobaan pengujian titik nyala dan titik bakar didapat
titik nyala sampel aspal sebesar 3340 C dan titik bakar aspal sebesar 3390 C.
Hal ini berarti memenuhi syarat minimum temperatur titik nyala dari Bina

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 26
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

Marga (Spesifikasi Umum 2010) untuk aspal PEN 60-70 (>232oC). Kesulitan
yang dialami pengujian lama, yaitu sekitar 5 jam maka dari itu untuk
pengujian ini memerlukan waktu yang relatif lama sehingga untuk
membersihkan alatnyapun membutuhkan waktu yang lama karena cawan
yang digunakan sangat panas. Saran yang kami berikan adalah persiapan
alat dan bahan untuk praktikum diadakan serta diperbanyak agar pada saat
praktikum tidak terhambat.

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 27
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

3.5 Pengujian Daktilitas Bahan-bahan Bitumen (Ductility of Bituminous Materials)

3.5.1 Dasar Teori

Pengujian daktilitas aspal dilakukan untuk menentukan keplastisan


suatu aspal agar apabila digunakan nantinya aspal tidak retak. Aspal dengan
daktilitas yang rendah akan mengalami retak-retak dalam penggunaannya
karena lapisan perkerasan mengalami perubahan suhu yang agak tinggi.
Oleh karena itu aspal perlu memiliki daktilitas yang cukup tinggi.

Sifat daktilitas dipengaruhi oleh sifat kimia aspal, yaitu susunan


senyawa hidrokarbon yang dikandung oleh aspal tersebut. Standar regangan
yang dipakai adalah 100 – 200 cm. Adapun tingkat kekenyalan dari aspal
adalah :

 < 100 cm = getas


 100 - 200 cm = plastis
 > 200 cm = sangat plastis

(Sumber: www.expertsmind.com)

Gambar 3.13 Konsep Pengujian Daktilitas Bahan Bitumen

Pengujian ini dilakukan dengan cara mengukur jarak terpanjang yang


dapat terbentuk dari bahan bitumen pada 2 cetakan kuningan [bitumen
sudah berbentuk padat pada saat keadaan penyimpanan (suhu dan ruang)],
akibat penarikan dengan mesin uji, sebelum bahan bitumen tersebut putus.
Pemeriksaan ini dilakukan pada suhu 25  0.5° C dan dengan kecepatan
tarik mesin 50 mm per menit (dengan toleransi  5%).

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 28
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui salah satu sifat mekanik


bahan bitumen yaitu seberapa besar bahan ini menahan kekuatan tarik yang
diwujudkan dalam bentuk kemampuannya untuk memenuhi syarat jarak
tertentu (dalam pemeriksaan ini adalah 100 cm) tanpa putus. Apabila bahan
bitumen tidak putus setelah melewati jarak 100 cm, maka dianggap bahan
ini mempunyai kemampuan untuk menahan kekuatan tarik yang tinggi.
Daktilitas ini tidak menyatakan kekuatan tarik aspal.

3.5.2 Pelaksanaan Praktikum

Prosedur praktikum berdasarkan SNI M-18-1990-F / AASHTO T51-89 /


ASTM D 113-79 (pada dasarnya ketiga jenis pengujian ini sama), sebagai
berikut :

1. Peralatan yang digunakan

a) Cetakan kuningan yang terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian yang


disebut clip dengan sebuah lubang pada bagian belakang dan bagian
samping cetakan yang berfungsi sebagai pengunci clip sebelum
cetakan ini diuji. Pada saat pengujian, bagian samping ini harus
dilepas.

b) Pelat alas cetakan.

c) Bak perendam, isi 10 liter yang dapat mempertahankan suhu


pemeriksaan dengan toleransi yang tidak lebih dari 0.5° C dari suhu
pemeriksaan. Kedalaman air pada bak ini tidak boleh kurang dari 50
mm di bawah permukaan air. Air di dalam bak perendam harus bebas
dari oli dan kotoran lain serta bebas dari bahan organik lain yang
mungkin tumbuh di dalam bak.

d) Termometer.

e) Mesin uji yang dapat menjaga sampel tetap terendam dan tidak
menimbulkan getaran selama pemeriksaan.

f) Alat pemanas, untuk mencairkan bitumen keras.

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 29
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

g) Methyl alkohol atau sodium klorida.

(Sumber: Dokumentasi Praktikum)

Gambar 3.14 Cetakan Kuningan yang terisi Aspal

(Sumber: Dokumentasi Praktikum, dc169.4shared.com)

Gambar 3.15 Mesin Pengujian Daktilitas Bahan Bitumen

2. Persiapan Benda Uji

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 30
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

a) Menyusun bagian-bagian cetakan kuningan;

b) Melapisi bagian atas dan bawah cetakan serta seluruh permukaan


pelat alas cetakan dengan bahan campuran dextrin dan glicerin atau
amalgam (agar aspal tidak melekat pada cetakan);

c) Memanaskan contoh aspal ± 100 gram sehingga cair dan dapat


dituang. Untuk menghindarkan pemanasan setempat, lakukan dengan
hati-hati. Pemanasan dilakukan sampai suhu antara 80 sampai 100° C
di atas titik lembek;

d) Menuangkan contoh aspal dengan hati-hati ke dalam cetakan


daktilitas dari ujung ke ujung hingga penuh dan dilebihkan sedikit;

e) Mendinginkan cetakan pada suhu ruang 30 sampai 40 menit lalu


pindahkan seluruhnya ke dalam bak perendam yang telah disiapkan
pada suhu pemeriksaan (sesuai dengan spesifikasi) selama 30 menit;

f) Meratakan contoh yang berlebihan dengan pisau atau spatula yang


panas sehingga cetakan terisi penuh dan rata.

3. Prosedur Pengujian

a) Mendiamkan sampel aspal pada suhu 25° C dalam bak perendam


selama 85 sampai 95 menit, kemudian lepaskan cetakan sampel dari
alasnya dan lepaskan bagian samping dari cetakan;

b) Memasang cetakan daktilitas yang telah terisi sampel pada alat mesin
uji dan jalankan mesin uji sehingga akan menarik sampel secara
teratur dengan kecepatan 5 cm/menit sampai sampel putus.
Perbedaan kecepatan  5% masih diijinkan;

c) Membaca jarak antara pemegang cetakan, pada saat sampel putus


(dalam cm). Selama percobaan berlangsung sampel harus terendam
sekurang-kurangnya 2.5 cm di bawah permukaan air dan suhu harus
dipertahankan tetap (25  0.5)° C.

Catatan : Apabila saat pengujian sampel aspal menyentuh dasar


mesin uji atau terapung pada permukaan air, maka pengujian dianggap

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 31
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

gagal dan tidak normal. Oleh karena itu, untuk menghindari kejadian
tersebut berat jenis air harus disesuaikan dengan berat jenis sampel dengan
menambahkan methyl alkohol atau sodium klorida. Pengujian yang tidak
berhasil secara 3 kali berturut-turut, maka pengujian daktilitas bahan
bitumen tersebut gagal.

Panaskan contoh aspal


C : panaskan kira-kira 100 gr hingga cair dan dapat dihitung Susun bagian cetakan kuninga
pemanasan dilakukan sampai suhu antara 80-100°C di atas titik

Persiapan
lembek
Lapisi cetakan dengan

Alat
campuran dextrin dan gliserin

Pasang cetakan daktilitas di atas


pelat dasar

Tuangkan contoh ke dalam cetakan


Persiapan
Benda Uji

Dinginkan cetakan pada suhu ruang

Ratakan contoh yang berlebihan


C : ratakan dengan menggunakan pisau atau spatula
yang dipanaskan

Rendam benda uji


C : pada suhu 25°C dalam bak perendam selama 85-
95 menit

Lepaskan cetakan

Pasang benda uji pada mesin daktilitas


Pengujian

Jalankan mesin uji sehingga benda uji tertarik lalu


terputus
C : kecepatan menarik 5 cm/detik

Bacalah jarak tarik benda uji

Pencatatan data
C : catat jarak pemegang cetakan, pada saat sampel putus
Pengumpulan
Perhitungan

Data
dan

Perhitungan dan pelaporan data


C : laporkan pengukuran daktilitas dalam cm

(Sumber: Modul Praktikum Mix Design (Perencanaan dan Campuran Beraspal))

Gambar 3.16 Diagram Alir Prosedur Pengujian Daktilitas Aspal

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 32
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

3.5.3 Data dan Perhitungan

Tabel 3.7 Hasil Pengamatan Daktilitas Aspal

Daktilitas pada suhu 250C, 5 cm


Pembacaan pengukuran pada alat
per menit
Pengamatan I >100 cm
Pengamatan II >100 cm
Rata-rata >100 cm

Catatan : Pembacaan maksimum panjang daktilitas pada alat yaitu


100 cm. Aspal contoh tidak putus setelah ditarik > 100 cm, tetapi tidak dapat
diketahui angka pasti panjang daktilitas contoh aspal tersebut sampai putus.

3.5.4 Diskusi

Daktilitas menggambarkan ketahanan aspal terhadap retak dalam


penggunaannya sebagai lapisan perkerasan. Daktilitas ini bergantung kepada
kohesi antar partikel aspal, karena semakin besar kohesinya, partikel aspal
tidak akan mudah lepas sehingga akan lebih tahan bila ditarik (dengan kata
lain aspal akan bersifat lebih daktail). Dan nilai daktilitas yang dianggap
memenuhi syarat adalah apabila aspal tidak putus saat ditarik lebih dari 100
cm. Kesulitan yang dialami pada saat praktikum adalah tidak tersedia cukup
banyak gliserin sehingga menghambat pengujian. Saran yang kami berikan
adalah disediakan bahan penunjang untuk pengujian daktilitas agar proses
pengujian tidak terhambat.

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 33
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

3.6. Pengujian Kehilangan Berat Akibat Pemanasan dengan Thin-Film Oven Test (Loss
on Heating by Thin Film Oven Test)
3.6.1. Dasar Teori

Selama masa layan aspal di lapangan ,aspal terekspos pada kondisi


lingkungan yang ekstrem yang dapat merubah sifat aspal sehingga
kehilangan kemampuannya. Cahaya diketahui mempunyai efek yang
merusak pada aspal. Kerusakan yang timbul sering berasal dari sinar
matahari, yang mungkin akan merusak molekul aspal, dibantu oleh faktor
air dan cairan pelarut lainnya. Kerusakan molekul dengan cara ini
dinamakan fotooksidasi. Untungnya, sinar yang merusak ini hanya dapat
mempengaruhi beberapa lapis molekul pada lapisan atas aspal. Oleh karena
itu fotooksidasi dianggap kecil pengaruhnya apabila dilihat dari tebal aspal
secara keseluruhan. Namun, proses di atas tidak bisa diabaikan dalam
kontribusinya terhadap proses pengrusakan akibat cuaca pada lapisan
permukaan tipis aspal pada agregat.

Efek pelapukan mungkin tidak terlalu signifikan, kecuali pada


permukaan yang sangat tipis. Fenomena yang terjadi ketika aspal
dipanaskan dan kemudian didinginkan kembali pada suhu ruang, dimana
pengerasan (hardening) akan berlanjut terus tergantung pada proses
oksidasi dan penyinaran. Proses pengerasan ini berlangsung lebih cepat pada
beberapa jam pertama dan kemudian berangsur-angsur berkurang. Sesudah
kira-kira setahun, tingkat pengerasan ini bisa diabaikan.

Di Indonesia, prosedur yang tersedia untuk mengevaluasi durabilitas


material aspal adalah Thin Film Oven Test (TFOT), dengan melakukan
pembatasan evaluasi hanya pada beberapa karakteristik aspal, seperti
kehilangan berat (loss on heating) dan penetrasi, daktilitas dan titik lembek
setelah kehilangan berat.

Karakteristik campuran, khususnya mengenai durabilitas, sangat


tergantung pada karakteristik lapisan tipis aspal. Pada pengujian ini, suatu
sampel tipis dipanaskan dalam oven selama periode tertentu, dan
karakteristik sampel sesudah dipanaskan kemudian diperiksa untuk meneliti

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 34
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

indikasi adanya proses pengerasan atau proses pelapukan dari material


aspal.

Untuk mendapatkan material aspal yang akan dipakai untuk


campuran, diharapkan hasil pengujian TFOT dan penurunan berat ini tidak
terlalu besar. Besarnya nilai penurunan berat, selisih nilai penetrasi
sebelum dan sesudah pemanasan menunjukkan bahwa aspal tersebut peka
terhadap cuaca dan suhu (susceptibility of temperature).

Pada saat ini ada kecenderungan untuk mengganti TFOT dengan cara
pengujian yang lebih cepat, yang dinamakan Rolling Thin Film Oven Test
(RTFOT). Salah satu aspek positif dari cara pengujian ini adalah bahwa
pengujian dengan RTFOT dianggap mempunyai korelasi yang lebih baik
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada bahan aspal saat
dilakukannya transportasi dari tempat penyimpanan ke lapangan,
dibandingkan dengan apa yang selama ini ditunjukkan oleh TFOT.

(Sumber: ealinternational.com; www.pavementinteractive.org)

Gambar 3.17 TFOT dan RTOFT

Pengujian kehilangan berat ini, umumnya tidak terpisah dengan


evaluasi karakteristik aspal setelah kehilangan berat. Karakteristik yang
dilihat yaitu nilai Penetrasi, Titik Lembek, dan Daktilitas dari aspal tersebut.
Hal ini dilakukan untuk melihat perubahan karakteristik aspal setelah
mengalami uji kehilangan berat.

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 35
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kehilangan minyak


pada aspal akibat pemanasan berulang dan mengukur perubahan kinerja
aspal akibat kehilangan berat.

3.6.2. Pelaksanaan Praktikum


Prosedur praktikum berdasarkan SNI M-29-1990-F / AASHTO T179-88
/ ASTM D1754-83 (pada dasarnya ketiga jenis pengujian ini sama), sebagai
berikut :
1. Peralatan yang digunakan

a) Termometer.

b) Oven yang dilengkapi dengan :

i. Pengatur suhu untuk memanasi sampai (180  1)° C.

ii. Pinggan logam berdiameter 25 cm, menggantung dalam oven


pada poros vertikal dan berputar dengan kecepatan 5 sampai 6
putaran menit.

c) Cawan Logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang rata.
Ukuran dalam, diameter 15 mm dan tinggi 35 mm.

d) Neraca analitik, dengan kapasitas (200  0.001) gram.

(Sumber: Dokumentasi Praktikum; http://www.controls-group.com)

Gambar 3.18 Oven dengan Pinggan Logam

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 36
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

2. Persiapan Benda Uji

a) Sebelum melakukan pemanasan, pengetesan penetrasi (AASHTO T 49–


89), titik lembek (SNI M-20-1990-F atau AASHTO T 53–89) dan
daktilitas (SNI M-18-1990-F atau AASHTO T 51–81) dilakukan sesuai
prosedur yang ada pada sampel aspal;

b) Menyiapkan pemanasan; mengaduk contoh minyak atau aspal serta


memanaskan contoh tersebut bila perlu untuk mendapatkan
campuran yang merata;

c) Menuangkan contoh kira-kira (50.0  0.5) gram ke dalam cawan dan


menimbang contoh setelah dingin dengan ketelitian 0.01 gram (A);

d) Memeriksa sampel yang harus bebas air;

e) Menyiapkan jumlah sampel sedemikian rupa sehingga jumlahnya


cukup banyak untuk pengujian penetrasi, titik lembek, dan daktilitas
berdasarkan prosedur yang ada.

3. Prosedur Pengujian
a) Meletakkan sampel di atas pinggan setelah oven mencapai suhu (163
 1)° C.
b) Memasang termometer pada dudukannya sehingga terletak pada jarak
1.9 cm dari pinggir pinggan dengan ujung 6 mm di atas pinggan;
c) Mengambil sampel dari oven setelah 5 jam sampai dengan 5 jam 15
menit.
d) mendinginkan sampel pada suhu ruang, kemudian menimbang sampel
dengan ketelitian 0.01 gram (B);
e) Memanaskan kembali sampel dan membuat benda uji untuk pengujian
penetrasi, titik lembek, dan daktilitas;
f) Melakukan kembali sampel pengetesan penetrasi (AASHTO T 49–89),
titik lembek (SNI M-20-1990-F atau AASHTO T 53–89) dan daktilitas

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 37
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

(SNI M-18-1990-F atau AASHTO T 51–81) sesuai prosedur yang ada dan
laporkan hasilnya sebagai kondisi aspal setelah kehilangan berat.
Catatan : Apabila semua hasil pengujian sama, maka tidak dilakukan
pengujian ulang, sedangkan apabila hasil pengujian tidak semuanya
sama, maka sampel dengan hasil yang sama dikelompokkan untuk
pengujian ulang.
KELOMPOK BENDA UJI 1 KELOMPOK BENDA UJI 2

Panaskan Contoh Aspal Panaskan Contoh Aspal

Tuangkan Contoh Ke Tempat Contoh (Cawan) Buat Benda Uji Untuk Beberapa Pengujian
Persiapan
Benda Uji

P : tempat contoh C : siapkan benda uji untuk pengujian penetrasi, titik


C : tuang contoh kira-kira (50±0,5)gr kedalam cawan lembek dan daktlitas

Tutup Cawan Benda Uji Lalu Biarkan Pada Suhu Ruang Lakukan Pengujian Penetrasi, Titik Lembek dan
C : biarkan hingga 1-2 jam (tergantung kapasitas cawan) Daktilitas

Timbang Dengan Ketelitian 0,01 gr (A)

Letakkan Sampel di Atas Pinggan


C : Setelah oven mencapi suhu (163±1)°C

Pasang Thermometer

Oven Selama 5 Jam


Pengujian

Ambil Benda Uji Lalu Dinginkan

Timbang Dengan Ketelitian 0,01 gr (B)

Panaskan Kembali Benda Uji

Lakukan Pengujian Penetrasi, Titik Lembek dan


Daktilitas

Pencatatan Data
C : catat setiap hasil penimbangan A dan B, catat setiap hasil pengujian, baik kondisi sebelum kehilangan berat maupun
sesudahnya
Perhitungan

Pelaporan
Data
dan

Perhitungan dan Pelaporan Data


C : laporkan besar kehilangan berat dalam %
bandingkan hasil pengujian setelah kehilangan berat maupun sebelum

(Sumber: Modul Praktikum Mix Design (Perencanaan dan Campuran Beraspal))

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 38
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

Gambar 3.19 Diagram Alir Prosedur Pengujian Kehilangan Berat Akibat Pemanasan

dengan TFOT

3.6.3. Data dan Perhitungan

Untuk proses perhitungan berat jenis digunakan persamaan :

Penurunan berat (%) = A - B x 100%


A
Dimana :

A = berat sampel dan cawan sebelum pemanasan (gram)

B = berat sampel dan cawan sesudah pemanasan (gram)

Bandingkan nilai penetrasi, daktilitas dan titik lembek pada kondisi sebelum
dan setelah kehilangan berat.

1. Data dan Perhitungan Kehilangan Berat Akibat Pemanasan dengan Thin-


Film Oven Test (Loss on Heating by Thin Film Oven Test)

Sampel I Sampel II
Berat Cawan + Aspal Keras = 100,502 g = 97,713 g
Berat Cawan Kosong = 21,027 g = 21,066 g
Berat Aspal Keras = 79,475 g = 76,647 g

Berat Sebelum Pemanasan = 79,475 g = 76,647 g


Berat Sesudah Pemanasan = 79,470 g = 76,6402 g
Berat Endapan = 0,005 g = 0,0068 g
Kehilangan Berat (%) = 0,0063 % = 0,0089 %
Rata-rata (%) = 0,0076 %

2. Data Daktilitas Sampel Aspal Setelah Kehilangan Berat Akibat Pemanasan


dengan Thin-Film Oven Test (Loss on Heating by Thin Film Oven Test)

Tabel 3.8 Hasil Pengamatan Daktilitas Aspal Setelah LOH

Daktilitas pada suhu Pembacaan pengukuran pada alat


250C, 5 cm per menit
Sebelum LOH Setelah LOH
Pengamatan I >100 cm >100 cm
Pengamatan II >100 cm >100 cm
Rata-rata >100 cm >100 cm

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 39
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

3. Data Penetrasi Sampel Aspal Setelah Kehilangan Berat Akibat Pemanasan


dengan Thin-Film Oven Test (Loss on Heating by Thin Film Oven Test)

Tabel 3.9 Hasil Pengamatan Penetrasi Aspal Setelah LOH

Sebelum LOH Setelah LOH


Penetrasi pada
No.
25oC,100gr,5 detik I II I II

1 Pengamatan 1 40 30 57 58

2 Pengamatan 2 48* 45* 58 58

3 Pengamatan 3 46* 47* 56 55

4 Pengamatan 4 45* 47* 58 54

5 Pengamatan 5 40 50 57 55

Rata - Rata 46,33 46,33 57,2 56


Penetrasi 46,33 56,6

4. Data Titik Lembek Sampel Aspal Setelah Kehilangan Berat Akibat


Pemanasan dengan Thin-Film Oven Test (Loss on Heating by Thin Film
Oven Test)
Tabel 3.10 Hasil Pengamatan Titik Lembek Aspal Setelah LOH

Sebelum LOH Setelah LOH


No Kegiatan Waktu Titik Lembek Waktu Titik Lembek
I II I II I II I II
1 5 - - - - 0 0 - -
2 10 - - - - 108 108 - -
3 15 - - - - 172 172- - -
4 20 - - - - 250 250 - -
5 25 - - - - 316 316 - -
6 30 119,65 119,65 - - 374 374 - -
7 35 235,9 235,9 - - 432 432 - -
8 40 343,66 343,66 - - 490 490 - -
9 45 454,71 454,71 - - 550 550 - -

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 40
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

10 50 538 537,2 - 490 612 615 500 520


11 55 540,6 - 500 - - - - -
3.6.4. Diskusi

Sampel Aspal yang sudah mengalami pemanasan (LOH) mengalami


perubahan karakteristik dari aspal tersebut. Hal ini ditunjukkan dengan
meningkatnya nilai rata-rata Penetrasi (46,33 menjadi 56,6) dan
meningkatnya suhu Titik Lembek (49,5ºC menjadi 51°C) dari sampel aspal.
Untuk nilai daktilitas sulit untuk terlihat nilai sebenernya, karena daktilitas
setelah LOH tetap memiliki nilia >100 cm walaupun kemungkinan dapat
terjadi penurunan jarak putus dari sampel aspal. Dan dilihat dari
persyaratan aspal keras berdasarkan penetrasi (RSNI S-01-2003) hanya nilai
rata-rata penetrasi yang masuk ke dalam nilai PEN 40, karena memiliki nilai
min 58.

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 41
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

3.7 Pengujian Kelarutan Bahan-Bahan Bitumen

3.7.1 Dasar Teori

Pemeriksanaan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan material


non bitumen yang ada pada sampel aspal. Pengujian ini pun dapat
menunjukkan tingkat kemurnian aspal.

Ketidaklarutan bitumen yang melebihi 0.5% menunjukkan terjadinya


kontaminasi bitumen dengan mineral lain dan pemanasan yang berlebihan.
Apakah rendahnya kelarutan bitumen disebabkan oleh kontaminasi atau
oleh pemanasan yang berlebihan, bisa dibuktikan dengan cara menentukan
besarnya kadar mineral yang tidak larut. Di dalam oven, mineral karbon
akan mengoksidasi CO2 dan proses ini tidak kasat mata, sehingga benda uji
terlihat seolah-olah tidak mengalami perubahan.

Pengujian kelarutan yang lain adalah spot test. Secara garis


besarnya, bitumen dilarutkan pada suatu cairan pelarut. Larutan ini
kemudian diteteskan pada suatu kertas penyaring. Jika spot pada kertas
penyaring berwarna seragam (tidak bergradasi), maka dianggap bahwa
bitumen tersebut masih murni. Ketidakmurnian bitumen pada tes jenis ini
disimpulkan jika dari hasil penetesan pada kertas penyaring menghasilkan
spot yang berwarna coklat gelap atau hitam dengan lingkaran di
sekelilingnya yang berwarna lebih terang.

Pada praktikum ini, sebagai penyaring digunakan material asbes dan hasil
yang didapatkan harus memenuhi syarat minimum 99,5% bitumen larut
dalam cairan pelarut.

3.7.2 Pelaksanaan Praktikum

Prosedur praktikum berdasarkan AASHTO T 44 - 90, sebagai berikut :

1. Peralatan

a) Gooch Crucible adalah cawan porselin berdiameter atas 4,4 cm


dan mengecil ke bawah dengan diameter dasar sekurang-

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 42
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

kurangnya 3,6 cm dengan tinggi 2,8 cm (pada Gambar 1 terlihat


pada bagian atas susunan alat penyaring larutan bitumen);

b) Alas dari asbes dengan panjang serat kira-kira 1 cm, yang telah
dicuci dengan asam;

c) Labu Erlemeyer berkapasitas 125 ml;

d) Tabung penyaring (filter flask)

e) Oven yang dilengkapi dengan pengatur suhu untuk memanasi


sampai 125 ° C;

f) Neraca analitik dengan kapasitas (200 ± 0,001) gram;

g) Pembakar gas;

h) Pompa hampa udara (vacuum);

i) Desikator;

j) Cairan pelarut (Trichloroethylene atau 1,1,1 trichloroethane)

k) Batang pembersih;

l) Cawan porselin.

2. Persiapan Benda Uji

Memanaskan sampel sampai mencapai suhu yang tidak lebih


dari 100 atau 180°F (37.8 atau 82.2°C) di atas titik lembek (jika
sampel tidak dalam bentuk cair).

3. Prosedur Pengujian

a) Memasukkan kira-kira 2 gram sampel ke dalam labu erlenmeyer;

b) Mendiamkan sampel di dalam labu erlenmeyer sampai dingin


kemudian timbang sampel dengan ketelitian 1 mg;

c) Menambahkan 100 ml cairan pelarut (trichloroethylene atau


1,1,1 thricloroethane) ke dalam labu erlenmeyer sedikit demi

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 43
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

sedikit sampai semua sampel larut dan tidak ada bagian dari
sampel yang tidak larut tertinggal pada labu;

d) Menyumbat labu dan mendiamkan sedikitnya selama 15 menit;

e) Menempatkan gooch crucible yang telah ditimbang pada tabung


penyaring;

f) Membasahi alas dari asbes dengan sedikit cairan pelarut dan


tuangkan larutan ke dalam tabung penyaring melalui alas asbes
dengan penghisap kecil;

g) Bila material yang tidak larut ternyata cukup banyak, tahan


material tersebut sebisa mungkin sampai seluruh larutan telah
melalui alas asbes;

h) Mencuci labu erlenmeyer dengan sedikit cairan pelarut kemudian


menuangkan material yang tidak larut bersama-sama cairan
pelarut tersebut ke dalam gooch crucible;

i) Bila perlu, gunakan batang pembersih untuk memindahkan


semua material yang tidak larut, yang masih tertinggal di labu
erlenmeyer;

j) Membilas batang pembersih dan labu erlenmeyer dan mencuci


material yang tidak larut dalam gooch crucible dengan cairan
pelarut sampai larutan filtrasi yang terbentuk menjadi tidak
berwarna;

k) Kemudian dengan penghisap yang kuat, membuang cairan


pelarut yang masih tersisa;

l) Memindahkan gooch crucible dari tabung penyaring, cucilah


dasar tabung sampai bersih dari material yang tidak larut, dan
kemudian tempatkan gooch crucible di atas oven atau pada
suatu bak uap sampai semua bau yang menusuk dari cairan
pelarut hilang;

m) Menempatkan sampel di dalam oven pada 110 ± 5 ° C (230 ± 10 °


F) selama paling sedikit 20 menit;

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 44
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

n) Mengeringkan sampel di dalam desikator dan kemudian


ditimbang;

o) Mengulangi pengeringan dan penimbangan sampai dicapai berat


yang tetap (dengan toleransi ± 0.3 mg)

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 45
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

Persiapan
Benda Uji Panaskan Contoh Sampel
C : panaskan sampel sampai dengan mencapai suhu
tidak lebih dari 100 atau 180 °F (37,8 atau 82,2°
C) di atas titik lembek

Masukkan Contoh Ke Dalam Labu Erlenmeyer


P : labu erlenmeyer
C : masukkan kira-kira 2 gram

Diamkan Hingga Dingin Lalu Timbang

Tambahkan 100 ml Cairan Pelarut

Larutkan Contoh

Sumbat Labu dan Diamkan 15 menit

Tempatkan Gooch Crucible Pada Tabung Penyaring


P : tabung penyaring, gooch crucible
Pengujian

C : gooch crucible telah ditimbang lebih dahulu

Basahi Alat dari Asbes Dengan Sedikit Cairan Pelarut

Tuangkan Larutan Ke Dalam Tabung Penyaring Melalui Alas Asbes


C : dalam tabung erlenmeyer harus tidak ada contoh tersisa
bersihkan erlenmeyer dengan sedikit pelarut, lalu lewatkan ke gooch crucible

Pindahkan Gooch Crucible Dari Tabung Penyaring


C : cuci dasar tabung sampai bersih dari material tidak larut

Tempatkan Gooch Crucible di Dalam Oven


C : oven pada suhu 110±5°C (230 ± 10°F) selama paling sedikit 20 menit.

Keringkan di Dalam Desikator dan Kemudian Di Timbang


C : ulangi pegeringan dan penimbangan sampai dicapai berat yang tetap (dengan toleransi ±0,3 mg)

Pencatatan Data
C : catat setiap hasil penimbangan
Perhitungan

Pelaporan
Data
dan

Perhitungan dan Pelaporan Data


C : hitung besarnya kelarutan dalam %

(Sumber: Modul Praktikum Mix Design (Perencanaan dan Campuran Beraspal))

Gambar 3.19 Diagram Alir Prosedur Pengujian Viskositas Bahan-bahan Bitumen

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 46
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

Gambar 3.20 Proses Pelaksaanaan Praktikum Kelarutan

4. Perhitungan

Perhitungan baik menggunakan persentase total dari material


yang tidak larut maupun persentase total dari sampel yang larut di
dalam cairan pelarut adalah sebagai berikut :

Untuk material yang tidak larut (%) =


A
x 100
B

A
Untuk sampel yang larut (%) = 100 - x 100
B
Dimana :

A = berat total material yang tidak larut

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 47
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

B = berat total sampel

3.7.3 Data dan Perhitungan

Dari Hasil pengujian diperoleh data sebagai berikut:

Sampel I Sampel II
Berat Erlenmeyer + bitumen = g g
98,9810 = 102,2458
Berat Erlenmeyer
= g g
kosong 96,9470 = 96,9470
Berat Bitumen = g = g
2,0340 5,2988

Gooch Crucible + endapan (oven) = g g


22,0860 = 22,5870
Gooch Crucible
= g g
kosong 22,0850 = 22,4880
Berat Endapan = g = g
0,0010 0,0990
Persen Endapan = % = %
0,049 1,868
Rata - rata Endapan = 0,96 %
Kelarutan (rata -rata) = % %
99,951 98,132

3.7.4 Diskusi

Dari pengujian didapatkan bahwa hasil dari Kelarutan Bahan-bahan


Bitumen pada aspal yang digunakan dalam praktikum adalah 99,04%. Hal ini
menunjukkan bahwa aspal yang digunakan memenuhi syarat yaitu minimum
99% bitumen larut dalam cairan pelarut dan bitumen yang digunakan sangat
sedikit terkontaminasi dengan mineral lain.

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 48
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

3.8 Pengujian Viskositas Bahan-Bahan Bitumen (Viscosity of bituminous Materials)


3.8.1 Dasar Teori

Aspal terdapat di alam dalam bentuk padat, semipadat dan cair.


Walaupun terdapat di alam dalam bentuk padat maupun semipadat, aspal
dapat dicairkan dengan cara dipanaskan, direndam dalam minyak atau
diemulsi di dalam air. Aspal padat merupakan material yang termoplastis
yaitu material yang melunak dan menjadi cair jika dipanaskan dan kental
serta menjadi padat jika didinginkan kembali.

Ikatan kimia antar molekul di dalam aspal relatif lemah sehingga


mudah dihancurkan oleh panas maupun tegangan geser. Aspal terdiri dari
molekul-molekul polar dan nonpolar. Molekul polar tersebut adalah yang
membentuk jaringan dan memberi sifat elastik pada aspal. Molekul-molekul
non polar membentuk tubuh dari material-material yang mengelilingi
jaringan tersebut dan memberi sifat viskos pada aspal. Aspal yang
mengandung banyak senyawa non polar cenderung bersifat lemah terhadap
temperatur rendah atau sering disebut getas (brittle).

Pada temperatur yang tinggi atau pada lalu lintas lambat (slow
moving traffic), aspal bersifat viskos. Viskositas adalah karakteristik dari
suatu material yang menggambarkan ketahanan terhadap “keinginan”
cairan untuk mengalir. Bila suatu pergerakan aliran yang lambat (slow-flow
movement) pada aspal panas dapat diamati dengan menggunakan
mikroskop, dapat diamati lapisan-lapisan yang berdekatan saling bergeser
(sliding) satu sama lainnya, dengan kecepatan tertentu. Lapisan atas
mencoba untuk membawa/menarik lapisan dibawahnya bersamanya,
sementara lapisan bawah tersebut juga bergerak dengan kecepatan tertentu
sehingga seakan-akan mencoba untuk menahan lapisan diatasnya untuk
kembali. Maka terjadilah tegangan geser antara kedua lapisan tersebut.
Semakin besar tegangan gesernya, dikatakan bahwa material tersebut
semakin viskos. Viskositas ini seringkali lebih gampang untuk diartikan
sebagai kekentalan.

Sifat kekentalan aspal merupakan salah satu faktor penting dalam


perencanaan campuran maupun dalam pelaksanaan di lapangan. Di sini
hubungan antara kekentalan dan suhu ruang memegang peranan penting.

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 49
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

Sebelum dilakukan perencanaan campuran, biasanya kekentalan aspal harus


ditentukan dulu, karena bila tidak akan mempengaruhi sifat campuran aspal
itu selanjutnya. Misalnya pada suhu pencampuran tertentu, apabila
viskositasnya terlalu tinggi, maka akan menyulitkan dalam pelaksanaan
campuran. Sebaliknya pada suhu tertentu apabila viskositasnya terlalu
rendah, maka aspal tersebut menjadi kurang berperan sebagai bahan
perekat pada campuran dan ini akan mengurangi stabilitas campuran.

Tingkatan material bitumen dan suhu yang digunakan sangat


tergantung pada kekentalannya.Kekentalan bitumen sangat bervariasi
terhadap suhu, dari tingkatan padat, encer sampai tingkat cair. Hubungan
antara kekentalan dan suhu adalah sangat penting dalam perencanaan dan
penggunaan material bitumen. Kekentalan akan berkurang (dalam hal ini
bitumen menjadi lebih encer) ketika suhu meningkat.

Kekentalan absolut atau kekentalan dinamik dinyatakan dalam


satuan Pa detik atau poises (1 poise = 0.1 Pa detik). Viskositas kinematik
dinyatakan dalam satuan cm2/detik dan stokes atau centistokes (1 stokes =
100 centistokes = 1 cm2/detik). Karena kekentalan kinematik sama dengan
kekentalan absolut dibagi dengan berat jenis (kira-kira 1 cm2/detik untuk
bitumen), kekentalan absolut dan kekentalan kinematik mempunyai harga
yang relatif sama apabila kedua-duanya dinyatakan masing-masing dalam
poises dan stokes.

Pada praktikum ini, kekentalan/viskositas absolut dinyatakan oleh


waktu menetes (dalam detik) yang diperlukan oleh 120 ml sampel untuk
melalui suatu lubang yang telah dikalibrasi, diukur di bawah kondisi
tertentu.Waktu ini kemudian dikoreksi dengan suatu koefisien tertentu dan
selanjutnya dilaporkan sebagai nilai viskositas dari sampel tersebut pada
suhu tertentu.Sedangkan viskositas kinematik dinyatakan oleh waktu yang
dibutuhkan oleh bitumen cair dengan suhu 60° C untuk mengisi penuhnya
labu gelas.

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kekentalan


(viskositas) aspal keras dengan menggunakan alat Saybolt.

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 50
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

3.8.2 Pelaksanaan Praktikum


Prosedur pengujian Viskositas bitumen dengan alat Saybolt berdasarkan
pada AASHTO T 72 – 90 yaitu sebagai berikut:

1. Peralatan

a) Saybolt viscosimeter dan bak perendam,

b) Penyumbat lubang tabung viscosimeter

c) Dudukan atau penyangga termometer

d) Termometer untuk viskositas Saybolt

e) Termometer untuk bak perendam;

f) Labu penampung

g) Lubang universal, digunakan untuk bahan yang mempunyai


kekentalan (32-1000) detik.

h) Alat pencatat waktu, dengan interval 0,1 detik dan mempunyai


ketelitian hingga 0,1% bila diuji dengan menggunakan interval 60
menit.

i) Lubang Furol, digunakan untuk bahan yang mempunyai kekentalan


yang lebih besar dari 25 detik.

2. Persiapan Benda Uji

Benda uji yang dipakai adalah aspal uji sebanyak 120 ml. jika sampel
yang gunakan kental dan sulit untuk dituangkan pada suhu ruangan,
maka perlu untuk dipanaskan pada suhu 50° C selama beberapa menit
sampai dapat dituang. Apabila suhu pengujian di atas suhu ruang,
panaskan contoh uji tidak lebih dari 37° C di atas suhu penguapan.

3. Prosedur Pengujian

a) Mengaduk contoh dalam viscosimeter dengan termometer


viscosimeter yang telah dilengkapi penyangga dengan kecepatan 30
– 50 putaran per menit. Apabila suhu contoh tetap konstan dengan

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 51
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

toleransi 0.05°C dari suhu pengujian selama pengadukan 1 menit,


angkat termometernya;

b) Mengambil contoh yang berlebihan dengan penyedot sampai batas


over flow;

c) Mencabut gabus dari viscosimeter dan mulai nyalakan pencatat


waktu saat contoh menyentuh dasar labu;

d) Mematikan pencatat waktu apabila contoh tepat pada batas 60 ml


labu viscosimeter;

e) Mencatat waktu alir (t) dalam detik sampai 0.1 detik terdekat;

f) Menutup lubang viscosimeter dengan alat penyumbat.

Gambar 3.21 Proses Pelaksaanaan Pengujian Viskositas

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 52
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A
Persiapan
Benda Uji
Panaskan Contoh Aspal
C : panaskan hingga dapat dituang sebanyak 60 ml
Kalibrasi Alat Saybolt

Persiapan
Alat
Siapkan Bak Perendam Dengan Memilih Hitung Faktor Koreksi
Suhu Pengujian Tertentu

Aduk Contoh Kemudian Saring dan


Masukkan ke Tabung Viscosimeter

Aduk Contoh Dalam Viscisimeter Dengan Thermometer


C : ambil contoh yang berlebihan dengan penyedot sampai batas overlay
Pengujian

Cabut Gabus Dari Viscosimeter dan Mulai Nyalakan Pencatat Waktu


C : mulai nyalakan pencatat waktu saat contoh menyentuh dasar labu

Matikan Pencatat Waktu Apabila Contoh Tepat Pada Batas 60 ml


Labu Viscosimeter

Catat Waktu Alir (t) Dalam Detik

Tutup Lubang Viscosimeter Dengan Alat Penyumbat

Pencatatan Data
Perhitungan

C : catat waktu alir (t)


Pelaporan
Data
dan

Perhitungan dan Pelaporan Data


C : hitung viskositas kinetik (cst)

(Sumber: Modul Praktikum Mix Design (Perencanaan dan Campuran Beraspal))

Gambar 3.22 Diagram Alir Prosedur Pengujian Viskositas Bahan-bahan Bitumen

3.8.3 Data dan Perhitungan


Untuk proses perhitungan Viskositas Kinematik Bitumen Cairmenggunakan
rumus-rumus dibawah ini:

Kekentalan Engler pada t = Waktu pengaliran 50 ml(detik) pada t Faktor

Dimana t = Temperatur saat pengujian (°C)

Viskositas Kinetik (cst) dengan Alat Saybolt : SFS (detik) x FK

Dimana:

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 53
Laporan Praktikum
Material Perkerasan Jalan
Kelompok 1/A

SFS = kekentalan Saybolt Furol yang telah dikoreksi dalam detik;


FK = Faktor Koreksi, FK = 2,18;
Penentuan nilai viskositas kinematik sampel aspal sebanyak 60 ml dengan
bantuan alat Saybolt viscosimeter menghasilkan data-data sebagai berikut:

Tabel 3.11 Data hasil pengujian viskositas bahan-bahan bitumen (viscosity of bituminous
materials)

Pembacaan Pembacaan
Waktu Suhu
Persiapan Mulai Jam 16.22 260
Peralatan Mulai Jam 16.22 260
Pemanasan Mulai Jam 16.24 28˚
S/d 60˚C selesai jam 16.50 60˚
Pemeriksaan mulai jam 16.51 60˚
Selesai jam 16.56 60˚

Contoh
Viskositas s. F 60˚C
Waktu (detik) Cst

Pengamatan I (Furol)
(kanan) 250,12 545,26

Pengamatan II (universal)
(kiri) 252 549,36
Rata-rata 251,06 547,31

3.8.4 Diskusi
Faktor yang berpengaruh pada kekentalan adalah suhu karena itu
sebelum pencampuran dilakukan harus ditentukan dahulu suhu
pencampuran dan pemadatan untuk menjaga viskositas yang memenuhi
syarat. Viskositas yang didapat pada pengamatan furol adalah 545,26 cm2/s
sedangkan pada pengamatan universal adalah 549,36 cm2/s dan didapat
rata-rata dari kedua pengamatan adalah 547,31 cm2/s. Dikarenakan lubang
bukaan yang terdapat dasar tabung pengamatan furol lebih besar daripada
lubang pengamatan universal maka waktu pengamatan dan nilai
viskositasnya lebih kecil daripada pada furol.

Jurusan Teknik Sipil Itenas Bandung


Tahun 2017 3 - 54

Anda mungkin juga menyukai