BAB 3
Material Bitumen atau Aspal merupakan bahan hidrokarbon yang bersifat melekat
(adhesive), berwarna hitam kecoklatan, tahan terhadap air, dan bersifat viskoelastis
(sumber: id.wikipedia.org/wiki/Aspal). Bitumen biasanya cukup keras (bersifat padat)
pada suhu normal (suhu ruangan) dan saat dipanaskan bahan ini akan melunak dan
mengalir (bersifat cair). Saat bahan ini bercampur dengan bahan agregat dalam keadaan
cair dan kemudian perlahan mendingin, bahan ini akan membuat ikatan yang kuat dengan
agregat-agregat tersebut membentuk sebuah permukaan perkerasan.
Aspal merupakan bahan yang sangat kompleks dan secara kimia belum
dikarakterisasi dengan baik. Didalam kebutuhan rekayasa (enginnering), karakterisitik
aspal tidak diperhatikan dari ragam komposisi unsur penyusun bahannya, tetapi didasarkan
oleh beberapa parameter seperti nilai Penetrasi (PEN), Titik Lembek (Softening Point),
Viskositas, Titik Nyala dan Bakar Daktilitas, Kehilangan Berat akibat Pemanasan, Berat
Jenis, dan Kelarutan. Parameter-parameter tersebut digunakan untuk mengetahui
karakteristik dari aspal yang dimana didalam setiap perencanaan campuran beraspal
digunakan karakteristik aspal yang berbeda sesuai dengan kebutuhan aplikasinya di
lapangan dan target perkerasan yang akan dicapai.
Aspal yang digunakan didalam praktikum ini yaitu aspal Pertamina atau Shell
dengan nilai Penetrasi 60/70. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah aspal yang
diuji memenuhi standar spesifikasi yang ada. Acuan spesifikasi yang digunakan dalam
pengujian ini yaitu spesifikasi dari Bina Marga (Spesifikasi Umum 2010 divisi 6). Apabila
terjadi penyimpangan nilai (diluar batas spesifikasi), maka hasil pengujian akan di analisis
dan bila terjadi kesalahan dari pengujian, maka pengujian akan diulangi kembali dengan
sampel yang sama. Proses pengujian bahan aspal dilakukan sesuai dengan diagram alir
yang tertera dibawah ini:
Pengujian Penetrasi
Bahan-bahan Bitumen
Pengujian Kehilangan
Berat Akibat Pemanasan
dengan Thin Film Oven
Test
Pengujian Kelarutan
Bahan-bahan Bitumen
Sampel Aspal
Baru yang akan
Digunakan
Dalam
Campuran Pengujian Viskositas
Beraspal Bahan-bahan Bitumen
SESUAI
Campuran Beraspal
Persiapan
Bersihkan jarum penetrasi
Alat
C : bersihkan dengan toloene atau pelarut lain
Tutup cawan benda uji lalu biarkan pada suhu ruang
C : biarkan hingga 1-2 jam (tergantung kapasitas cawan)
Pencatatan data
C : catat setiap hasil penetrasi/bacaan pada skala arloji penetrometer
Perhitungan
Pelaporan
Data
dan
2. Penyiapan Sampel
a) Panaskan contoh perlahan-lahan serta aduklah hingga cukup
cair untuk dapat dituangkan. Pemanasan contoh untuk ter tidak
lebih dari 60oC di atas titik lembek, dan untuk bitumen tidak
lebih dari 90oC di atas titik lembek. Waktu pemanasan tidak
boleh melebihi 30 menit. Aduklah perlahan-lahan agar udara
tidak masuk ke dalam contoh.
b) Setelah contoh cair merata, tuangkan kedalam tempat contoh
dan diamkan hingga dingin. Tinggi contoh dalam tempat
tersebut tidak kurang dari angka penetrasi ditambah 10 mm.
Buatlah dua benda uji (duplo).
c) Tutuplah benda uji agar bebas dari debu dan diamkan pada
suhu ruang selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan
1,5 sampai 2 jam untuk yang besar.
3. Prosedur Pengujian
a) Letakkan benda uji dalam tempat air yang kecil dan masukkan
tempat air tersebut ke dalam bak perendam yang telah berada
pada suhu yang ditentukan. Diamkan dalam bak tersebut
selama 1 sampai 1,5 jam untuk benda uji kecil dan 1,5 sampai
2 jam utnuk benda uji besar.
b) Periksalah pemegang jarum agar jarum dapat dipasang dengan
baik dan bersihkan jarum penetrasi dengan toluene atau
pelarut lain kemudian keringkan jarum tersebut dengan lap
bersih dan pasanglah jarum pada pemegang jarum.
c) Letakkan pemberat 50 gram diatas jarum untuk memperoleh
beban sebesar (100 0,1) gram.
d) Pindahkan tempat air dari bak perendam ke bawah alat
penetrasi.
II (kelompok
No. Penetrasi pada 250C, 100gr, I
4)
5 detik
1. Pengamatan 1 40 30
5. Pengamatan 5 40 50
3.1.4 Diskusi
Dari lima titik pengamatan dipakai titik yang memenuhi batas
toleransi, dalam kasus ini toleransinya 2 karena hasil penetrasi berada pada
nilai pen 40-50, artinya tiap titik pengamatan tidak boleh memiliki selisih
nilai penetrasi yang melebihi dua. Dan dari praktikum ini, didapat nilai
penetrasi sebesar 46,33 dmm. Menurut RSNI S-01-2003, nilai tersebut masuk
ke dalam nilai PEN 40, karena memiliki nilai penetrasi di antara 40-50, dan
masuk ke persyaratan untuk aspal keras berdasarkan penetrasi.
1. Alatnya harus lebih teliti, karena waktu pada saat jarum menuju
permukaan aspal tidak 5 detik pas.
2.
Perhitungan berat jenis, dibedakan antara aspal keras dan aspal cair,
karena substansi keduanya sangat berbeda. Pada aspal keras, dalam proses
pengujiannya harus pada suhu yang tinggi atau melalui pemanasan terlebih
dahulu, sedangkan pada aspal cair bila perlakuan seperti itu dilakukan maka
akan menyebabkan penguapan pada material curingnya (bensin, minyak
tanah atau solar).
Berat jenis dari bitumen sangat tergantung pada nilai penetrasi dan suhu
dari bitumen itu sendiri. Macam-macam berat jenis bitumen dan kisaran
nilainya adalah sebagai berikut:
(a) (b)
Gambar 3.6 (a) dan (b) Proses persiapan pengujian
(a) (b)
Gambar 3.7 (a) dan (b) Proses pengujian berat jenis aspal padat
2. Penyiapan Sampel
a) Panaskan contoh bitumen keras sejumlah 50 gram, sampai
menjadi cair dan aduklah untuk mencegah pemanasan
setempat. Pemanasan tidak boleh lebih dari 30 menit pada
suhu 115 °C di atas titik lembek;
3. Prosedur Pengujian
a) Isilah bejana dengan air suling sehingga diperkirakan bagian
atas piknometer yang terendam adalah 40 mm. Kemudian
rendam dan jepitlah bejana tersebut dalam bak perendam
sehingga terendam sekurang-kurangnya 100 mm;
b) Aturlah suhu bak perendam pada suhu 25° C;
c) Bersihkan, keringkan dan timbanglah piknometer dengan
ketelitian 1 mg (A);
d) Angkatlah bejana dari bak perendam dan isilah piknometer
dengan air suling kemudian tutuplah piknometer tanpa ditekan;
e) Letakkan piknometer ke dalam bejana dan tekanlah penutup
hingga rapat, kembalikan bejana berisi piknometer ke dalam
bak perendam. Diamkan bejana tersebut di dalam bak
perendam selama sekurang-kurangnya 30 menit, kemudian
angkatlah piknometer dan keringkan dengan lap. Timbanglah
dengan ketelitian 1 mg (B);
f) Tuangkan benda uji tersebut ke dalam piknometer yang telah
kering hingga terisi ¾ bagian;
g) Biarkan piknometer sampai dingin,waktu tidak kurang dari 40
menit dan timbanglah dengan penutupnya dengan ketelitian 1
mg (C);
h) Isilah piknometer yang berisi benda uji dengan air suling dan
tutuplah tanpa ditekan, diamkan agar gelembung-gelembung
udara keluar;
i) Angkatlah bejana dari bak perendam dan letakkan piknometer
di dalamnya dan kemudian tekanlah penutup hingga rapat.
Masukkan dan diamkan bejana ke dalam bak perendam selama
sekurang-kurangnya 30 menit.
j) Angkat, keringkan dan timbanglah piknometer (D)
Persiapan
Benda Uji
Panaskan contoh aspal
Bersihkan piknometer dan timbang (A) C : Panaskan hingga dapat dituang sebanyak ±100 gram
C : lakukan dengan ketelitian 1mg
Pencatatan data
C : catat tiap penimbangan
Perhitungan
Pelaporan
Data
dan
Berat jenis bitumen keras atau ter sampai tiga angka di belakang koma.
Pemeriksaan berat jenis sampel aspal padat sebanyak kurang lebih 100 gram
yang sudah dipanaskan tidak lebih dari 30 menit pada suhu 115 oC di atas
titik lembeknya menghasilkan data-data sebagai berikut:
3.2.4 Diskusi
Dari hasil yang diperoleh yaitu berat jenis sebesar 1,035 gr/ml dan
1,02 gr/ml, sedangkan rata-ratanya adalah 1,0275 gr/ml. Dari data yang
didapat maka dapat diketahui bahwa aspal yang digunakan adalah jenis
aspal yang telah teroksidasi (oxidized asphalt) karena memiliki berat jenis
antara 1.015 – 1.035 gr/ml.
2. Penyiapan Sampel
a) Panaskan contoh aspal perlahan-lahan sambil diaduk terus
menerus hingga cair merata. Pemanasan dan pengadukan
dilakukan perlahan-lahan agar gelembung-gelembung udara
cepat keluar.
b) Setelah cair merata tuanglah contoh kedalam dua buah cincin.
Suhu pemanasan aspal tidak melebihi 56oC diatas titik
lembeknya dan untuk aspal tidak melebihi 111oC diatas titik
lembeknya.
c) Panaskan 2 buah cincin sampai mencapai suhu tuang contoh,
dan letakan kedua cincin diatas pelat kuningan yang telah
diberi lapisan dari campuran talk dan sabun.
d) Tuang contoh kedalam 2 buah cincin, diamkan pada suhu
kurang-kurangnya 8oC dibawah titik lembeknya sekurang-
kurangnya 30 menit.
e) Setelah dingin, ratakan permukaan contoh dalam cincin
dengan pisau yang telah dipanaskan.
(a) (b)
Gambar 3.9 Proses Pelaksanaan Pengujian Titik Lembek
Persiap
lembek
an Alat
Panaskan cincin hingga mencapai
suhu tuang contoh
Pencatatan suhu pada saat setiap bola menyentuh pelat dasar dan
suhu titik lembek bahan bersangkutan dari hasil pengamatan rata-rata dan
bulatkan sampai 0,5oC terdekat untuk tiap percobaan ganda (duplo). Jika
data yang diperoleh untuk kecepatan pemanasan melebihi ketentuan maka
pekerjaan diulangi dan dari suatu pekerjaan duplo perbedaan suhu dalam 6
melebihi 1oC maka pekerjaan diulangi.
Tabel 3.4 Pemeriksaan Titik Lembek Aspal (Softening Point of Asphalt and
Tar with Ring and Ball Test)
Suhu yang
diamati Waktu (detik) Titik Lembek ˚C
No.
II
˚C I (kiri) (kanan) I II
1 5 - - - -
2 10 - - - -
3 15 - - - -
4 20 - - - -
5 25 - - - -
6 30 119,65 119,65 - -
7 35 235,9 235,9 - -
8 40 343,66 343,66 - -
9 45 454,71 454,71 - -
10 50 538 537,2 - 49
11 55 540,6 - 50 -
3.3.4 Diskusi
3.4 Pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar Menggunakan Cleveland Open Cup (Flash
and Fire Points By Cleveland Open Cup)
Pemeriksaan titik nyala dan titik bakar dilakukan untuk semua jenis
hasil minyak bumi kecuali yang memiliki titik nyala open cup kurang dari
79oC. Titik nyala adalah suhu pada saat terlihat nyala singkat pada suatu
titik diatas permukaan aspal. Titik bakar adalah suhu pada saat terlihat
nyala sekurang-kurangnya 5 detik pada suatu titik diatas permukaan aspal.
Pengujian ini bertujuan untuk mengukur suhu dimana aspal mulai dapat
mengeluarkan nyala api dan terbakar akibat pemanasan dengan
menggunakan Cleveland Open Cup. Titik nyala dan titik bakar aspal perlu
diketahui karena:
b) Thermometer.
c) Nyala penguji, yaitu nyala api yang dapat diatur dan memberikan
nyala dengan diameter 3,2 - 4,8 mm dengan panjang tabung 7,5
cm.
f) Stop watch.
3. Prosedur Pengujian
Persiapan
Tuangkan Contoh ke cawan cleveland
Alat
C : isikan cawan cleveland sampai garis dan hilangkan (pecahkan) Panaskan cincin hingga mencapai
gelembung udara yang ada pada permukaan cairan suhu tuang contoh
Pasanglah thermometer
Lanjutkan membaca
thermometer
Pencatatan data
C : catat suhu saat terjadi nyala singkat dan nyala sekurang-kurangnya
Perhitungan
Pengumpul
5 menit
an Data
dan
Gambar 3.12 Diagram Alir Prosedur Pengujian Titik Nyala Dan Titik Bakar Aspal
Catatan :
Jika tekanan barometrik tidak sama dengan 760 mmHg, maka dipakai
faktor koreksi = suhu terbaca + 0,03 (760-tekanan barometrik terukur).
Tabel 3.6 Toleransi pemeriksaan duplo pengujian Titik Nyala dan Titik Bakar
3.4.4 Diskusi
Pada hasil percobaan pengujian titik nyala dan titik bakar didapat
titik nyala sampel aspal sebesar 3340 C dan titik bakar aspal sebesar 3390 C.
Hal ini berarti memenuhi syarat minimum temperatur titik nyala dari Bina
Marga (Spesifikasi Umum 2010) untuk aspal PEN 60-70 (>232oC). Kesulitan
yang dialami pengujian lama, yaitu sekitar 5 jam maka dari itu untuk
pengujian ini memerlukan waktu yang relatif lama sehingga untuk
membersihkan alatnyapun membutuhkan waktu yang lama karena cawan
yang digunakan sangat panas. Saran yang kami berikan adalah persiapan
alat dan bahan untuk praktikum diadakan serta diperbanyak agar pada saat
praktikum tidak terhambat.
(Sumber: www.expertsmind.com)
d) Termometer.
e) Mesin uji yang dapat menjaga sampel tetap terendam dan tidak
menimbulkan getaran selama pemeriksaan.
3. Prosedur Pengujian
b) Memasang cetakan daktilitas yang telah terisi sampel pada alat mesin
uji dan jalankan mesin uji sehingga akan menarik sampel secara
teratur dengan kecepatan 5 cm/menit sampai sampel putus.
Perbedaan kecepatan 5% masih diijinkan;
gagal dan tidak normal. Oleh karena itu, untuk menghindari kejadian
tersebut berat jenis air harus disesuaikan dengan berat jenis sampel dengan
menambahkan methyl alkohol atau sodium klorida. Pengujian yang tidak
berhasil secara 3 kali berturut-turut, maka pengujian daktilitas bahan
bitumen tersebut gagal.
Persiapan
lembek
Lapisi cetakan dengan
Alat
campuran dextrin dan gliserin
Lepaskan cetakan
Pencatatan data
C : catat jarak pemegang cetakan, pada saat sampel putus
Pengumpulan
Perhitungan
Data
dan
3.5.4 Diskusi
3.6. Pengujian Kehilangan Berat Akibat Pemanasan dengan Thin-Film Oven Test (Loss
on Heating by Thin Film Oven Test)
3.6.1. Dasar Teori
Pada saat ini ada kecenderungan untuk mengganti TFOT dengan cara
pengujian yang lebih cepat, yang dinamakan Rolling Thin Film Oven Test
(RTFOT). Salah satu aspek positif dari cara pengujian ini adalah bahwa
pengujian dengan RTFOT dianggap mempunyai korelasi yang lebih baik
terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada bahan aspal saat
dilakukannya transportasi dari tempat penyimpanan ke lapangan,
dibandingkan dengan apa yang selama ini ditunjukkan oleh TFOT.
a) Termometer.
c) Cawan Logam atau gelas berbentuk silinder dengan dasar yang rata.
Ukuran dalam, diameter 15 mm dan tinggi 35 mm.
3. Prosedur Pengujian
a) Meletakkan sampel di atas pinggan setelah oven mencapai suhu (163
1)° C.
b) Memasang termometer pada dudukannya sehingga terletak pada jarak
1.9 cm dari pinggir pinggan dengan ujung 6 mm di atas pinggan;
c) Mengambil sampel dari oven setelah 5 jam sampai dengan 5 jam 15
menit.
d) mendinginkan sampel pada suhu ruang, kemudian menimbang sampel
dengan ketelitian 0.01 gram (B);
e) Memanaskan kembali sampel dan membuat benda uji untuk pengujian
penetrasi, titik lembek, dan daktilitas;
f) Melakukan kembali sampel pengetesan penetrasi (AASHTO T 49–89),
titik lembek (SNI M-20-1990-F atau AASHTO T 53–89) dan daktilitas
(SNI M-18-1990-F atau AASHTO T 51–81) sesuai prosedur yang ada dan
laporkan hasilnya sebagai kondisi aspal setelah kehilangan berat.
Catatan : Apabila semua hasil pengujian sama, maka tidak dilakukan
pengujian ulang, sedangkan apabila hasil pengujian tidak semuanya
sama, maka sampel dengan hasil yang sama dikelompokkan untuk
pengujian ulang.
KELOMPOK BENDA UJI 1 KELOMPOK BENDA UJI 2
Tuangkan Contoh Ke Tempat Contoh (Cawan) Buat Benda Uji Untuk Beberapa Pengujian
Persiapan
Benda Uji
Tutup Cawan Benda Uji Lalu Biarkan Pada Suhu Ruang Lakukan Pengujian Penetrasi, Titik Lembek dan
C : biarkan hingga 1-2 jam (tergantung kapasitas cawan) Daktilitas
Pasang Thermometer
Pencatatan Data
C : catat setiap hasil penimbangan A dan B, catat setiap hasil pengujian, baik kondisi sebelum kehilangan berat maupun
sesudahnya
Perhitungan
Pelaporan
Data
dan
Gambar 3.19 Diagram Alir Prosedur Pengujian Kehilangan Berat Akibat Pemanasan
dengan TFOT
Bandingkan nilai penetrasi, daktilitas dan titik lembek pada kondisi sebelum
dan setelah kehilangan berat.
Sampel I Sampel II
Berat Cawan + Aspal Keras = 100,502 g = 97,713 g
Berat Cawan Kosong = 21,027 g = 21,066 g
Berat Aspal Keras = 79,475 g = 76,647 g
1 Pengamatan 1 40 30 57 58
5 Pengamatan 5 40 50 57 55
Pada praktikum ini, sebagai penyaring digunakan material asbes dan hasil
yang didapatkan harus memenuhi syarat minimum 99,5% bitumen larut
dalam cairan pelarut.
1. Peralatan
b) Alas dari asbes dengan panjang serat kira-kira 1 cm, yang telah
dicuci dengan asam;
g) Pembakar gas;
i) Desikator;
k) Batang pembersih;
l) Cawan porselin.
3. Prosedur Pengujian
sedikit sampai semua sampel larut dan tidak ada bagian dari
sampel yang tidak larut tertinggal pada labu;
Persiapan
Benda Uji Panaskan Contoh Sampel
C : panaskan sampel sampai dengan mencapai suhu
tidak lebih dari 100 atau 180 °F (37,8 atau 82,2°
C) di atas titik lembek
Larutkan Contoh
Pencatatan Data
C : catat setiap hasil penimbangan
Perhitungan
Pelaporan
Data
dan
4. Perhitungan
A
Untuk sampel yang larut (%) = 100 - x 100
B
Dimana :
Sampel I Sampel II
Berat Erlenmeyer + bitumen = g g
98,9810 = 102,2458
Berat Erlenmeyer
= g g
kosong 96,9470 = 96,9470
Berat Bitumen = g = g
2,0340 5,2988
3.7.4 Diskusi
Pada temperatur yang tinggi atau pada lalu lintas lambat (slow
moving traffic), aspal bersifat viskos. Viskositas adalah karakteristik dari
suatu material yang menggambarkan ketahanan terhadap “keinginan”
cairan untuk mengalir. Bila suatu pergerakan aliran yang lambat (slow-flow
movement) pada aspal panas dapat diamati dengan menggunakan
mikroskop, dapat diamati lapisan-lapisan yang berdekatan saling bergeser
(sliding) satu sama lainnya, dengan kecepatan tertentu. Lapisan atas
mencoba untuk membawa/menarik lapisan dibawahnya bersamanya,
sementara lapisan bawah tersebut juga bergerak dengan kecepatan tertentu
sehingga seakan-akan mencoba untuk menahan lapisan diatasnya untuk
kembali. Maka terjadilah tegangan geser antara kedua lapisan tersebut.
Semakin besar tegangan gesernya, dikatakan bahwa material tersebut
semakin viskos. Viskositas ini seringkali lebih gampang untuk diartikan
sebagai kekentalan.
1. Peralatan
f) Labu penampung
Benda uji yang dipakai adalah aspal uji sebanyak 120 ml. jika sampel
yang gunakan kental dan sulit untuk dituangkan pada suhu ruangan,
maka perlu untuk dipanaskan pada suhu 50° C selama beberapa menit
sampai dapat dituang. Apabila suhu pengujian di atas suhu ruang,
panaskan contoh uji tidak lebih dari 37° C di atas suhu penguapan.
3. Prosedur Pengujian
e) Mencatat waktu alir (t) dalam detik sampai 0.1 detik terdekat;
Persiapan
Alat
Siapkan Bak Perendam Dengan Memilih Hitung Faktor Koreksi
Suhu Pengujian Tertentu
Pencatatan Data
Perhitungan
Dimana:
Tabel 3.11 Data hasil pengujian viskositas bahan-bahan bitumen (viscosity of bituminous
materials)
Pembacaan Pembacaan
Waktu Suhu
Persiapan Mulai Jam 16.22 260
Peralatan Mulai Jam 16.22 260
Pemanasan Mulai Jam 16.24 28˚
S/d 60˚C selesai jam 16.50 60˚
Pemeriksaan mulai jam 16.51 60˚
Selesai jam 16.56 60˚
Contoh
Viskositas s. F 60˚C
Waktu (detik) Cst
Pengamatan I (Furol)
(kanan) 250,12 545,26
Pengamatan II (universal)
(kiri) 252 549,36
Rata-rata 251,06 547,31
3.8.4 Diskusi
Faktor yang berpengaruh pada kekentalan adalah suhu karena itu
sebelum pencampuran dilakukan harus ditentukan dahulu suhu
pencampuran dan pemadatan untuk menjaga viskositas yang memenuhi
syarat. Viskositas yang didapat pada pengamatan furol adalah 545,26 cm2/s
sedangkan pada pengamatan universal adalah 549,36 cm2/s dan didapat
rata-rata dari kedua pengamatan adalah 547,31 cm2/s. Dikarenakan lubang
bukaan yang terdapat dasar tabung pengamatan furol lebih besar daripada
lubang pengamatan universal maka waktu pengamatan dan nilai
viskositasnya lebih kecil daripada pada furol.