MODUL PERTEMUAN KE – 4
MATA KULIAH :
BAHAN PERKERASAN JALAN (2 SKS)
INDIKATOR PENILAIAN :
Ketepatan menjelaskan jenis-jenis aspal berdasarkan tingkat penetrasi
Ketepatan menjelaskan sifat dan komposisi unsur senyawa kimia aspal
Ketepatan menjelaskan fungsi aspal sebagai material perkerasan jalan
Ketepatan menjelaskan modifikasi aspal dalam meningkatkan sifat dan
karateristik aspal
METODE PEMBELAJARAN :
Kuliah
Dikusi
Penugasan dalam persentasi makalah
TM : 2 x (2 x 50”)
PT : 2 x (2 x 60”)
BM : 2 x (2 x 60”)
PUSTAKA :
1. Blackborrot, 12 Juli 2003, ”Sedikit Info Tentang Aspal”, Diperoleh 12
November 2013, dari http://blackborrot.wordpress.com
2. Drakos, C. (2009). Flexible Pavement Distress. University of Florida. www.pdf-
finder.com/Dr.-Christos-Drako
3. Departemen Pekerjaan Umum Badan, (2005), Modul Road Design Engineer
(RDE)-12 : Bahan Perkerasan Jalan, Jakarta, Badan Pembinaan Konstruksi
dan Sumber Daya Manusia Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan
Konstruksi (PUSBIN-KPK)
4. Departemen Pekerjaan Umum Badan, (2005), Teknik Bahan Perkerasan
Jalan, Seri Panduan Pemeliharaan Jalan Kabupaten, Jakarta, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian Pengembangan Prasarana
Transportasi
5. Departemen Pekerjaan Umum, 2018. “Spesifikasi Umum Perkerasan Aspal”,
Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga
6. Departemen Pekerjaan Umum Badan, (2005), Modul-3 : Jenis Bahan Lapis
Perkerasan Lentur, Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Penelitian Pengembangan Prasarana Transportasi
7. Huang, Y.H. University of Kentucky (2004). 2nd Edition. Pavement Analysis
and Design. Published by Pearson Prentice Hall. pp 1.
8. Gatot Rusbintardjo (2011). Oil Palm Fruit Ash (OPFA) Modified Bituman –
New Binder for Hot-Mix Asphalt (HMA) Pavement Mixtures. Lambert
Academic Publshing GmbH & Co. KG Germany 2011.
9. Kerbs, R.D dan Walker, R.D, 1971. Highway Materials, McGraw-Hill Book
Company, New York, USA.
10. Robert, F.L., Kandhal, P.S., Brown, E.R., Dah, Y. L., and Kennedy, T.W.
(1996). Hot Mix Asphalt – Materials, Mixture Design and Construction. 2 nd
edition. NAPA Education Foundation, Lanham, Maryland. pp 448-463.
11. Silvia Sukirman, 2003, Beton Campuran Panas, Jakarta, Penerbit Granit.
12. Suhartono, 2010, Aspal Modifikasi Ditinjau Dari Kebutuhan Produksi,
Penggunaan Dan Pengalaman Pemakaiannya, Jakarta
13. Tri Mulyono, (2015), Jalan Raya 2 : Modul 2 – Spesifikasi Bahan Perkerasan
Jalan dalam Infrastruktur Jalan dan Jembatan, Jakarta: Program D3
Transportasi Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
14. Shell Bitumen, 1990, Shell Bitumen Handbook, Publised By Shell Bitumen,
U.K.
POKOK BAHASAN :
Asbuton butir adalah hasil pengolahan dari Asbuton berbentuk padat yang
dipecah dengan alat pemecah batu (crusher) atau alat pemecah lainnya yang
sesuai sehingga memiliki ukuran butir tertentu. Adapun bahan baku untuk
membuat Asbuton butir ini dapat asbuton padat dengan nilai penetrasi
bitumen rendah (<10 mm) seperti asbuton padat eks Kabungka atau yang
memiliki nilai penetrasi bitumen diatas >10 mm (misal asbuton padat eks
Lawele), namun dapat juga penggabungan dari kedua jenis asbuton padat
tersebut.
b. Asbuton Hasil Ekstraksi
Ekstraksi asbuton dapat dilakukan hingga mendapatkan bitumen asbuton
murni atau untuk memanfaatkan keunggulan mineral asbuton sebagaifiller,
ekstraksi dilakukan hingga mencapai kadar bitumen tertentu.
Produk ekstraksi asbuton dalam campuran beraspal dapat digunakan sebagai
bahan tambah (aditif) aspal atau sebagai bahan pengikat sebagaimana halnya
aspal standar siap pakai atau setara aspal keras yang dikenal dengan
Asbuton modifikasi.
c. Kandungan mineral Asbuton
Kandungan bahan mineral dalam Asbuton terdapat dua unsur utama, yaitu
aspal(bitumen) dan mineral. Didalam pemanfaatannya untuk pekerjaan
peraspalan, keduaunsur tersebut akan sangat dominan mempengaruhi kinerja
dari campuran beraspal yang direncanakan.
Hasil pengujian fisik dan analisis kimia dari mineral dan bitumen Asbuton hasil
ekstraksi, dari deposit di lokasi Kabungka dan Lawele diperlihatkan pada Tabel
4.1
Tabel 4.1 Hasil Uji Fisik Aspal Abuton dari Kabungka dan Lawele
Dilihat dari komposisi kimianya, aspal Asbuton dari kedua daerah deposit
memiliki senyawa Nitrogen base yang tinggi dan parameter malten yang baik.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa Asbuton memiliki pelekatan yang baik
dengan agregat dan keawetan yang cukup. Namun dilihat dari karakteristik
lainnya Asbuton dari Kabungka memiliki nilai penetrasi yang relatif rendah
dibandingkan dengan Asbuton dari Lawele.
Tabel 4.2 Sifat Kimia Aspal Abuton dari Kabungka dan Lawele
Tabel 4.5 Sifat Bahan Tambah Ziolit unutk Campuran Beraspal Hangat
c. Dengan cara penambahan additive yaitu wax sekitar 2% atau gabungan dari
keduanya. Dengan penambahan ini temperature percampuran dan juga
temperature pemadatan menjadi lebih rendah sekitar 300 C dari campuran
beraspal panas. Jarak tempuh dari lokasi penghamparan relative sama
dengan jarak tempuh campuran beraspal panas. Namun kendalanya additive
b. Asbuton Halus
Asbuton halus adalah asbuton konvensional yang diproses kembali, yaitu
dengan mengeringkan secara mekanis dengan bantuan pengering ’drier’
Salah satu indikasi dari kinerja produk asbuton tersebut adalah kadar bitumen
dan kadar air seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.7
Contoh : karet alam, getah asli, silikon, poliuretan, nesprene, dan lain-
lainnya. SBS (Styrene Butadine Styrene), SBR (Styrene Butadine
Rubber), SIS (Styrene Isoprene Styrene), dan karet adalah jenis-jenis
polymer elastromer yg biasanya digunakan sebagai bahan pencampur
aspal keras.
Kegunaan elastomer:
Untuk permukaan yang bergesekan tinggi atau tidak licin
Melindungi daripada kakisan dan lelasan
Isolator elektrik
Isolator kejutan dan getaran
4.3.2 Elastomer Sintetis / Plastomer
Salah satu teknologi dalam aspal adalah penambahan bahan polymer
plastomer dimaksudkan untuk meningkatkan sifat rheologi baik pada
aspal keras dan sifat sifik campuran beraspal.
Jenis polymer plastomer yang telah banyak digunakan antara lain adalah
EVA ( Ethylene Vinyle Acetate), Polypropilene, dan Polyethilene.
Presentase penambahan polymer ini ke dalam aspal keras juga harus
ditentukan berdasarkan pengujian labolatorium, karena penambahan
bahan tambah sampai dengan batas tertentu penambahan ini dapat
memperbaiki sifat-sifat Rheologi aspal dan campuran tetapi penambahan
yang berlebihan justru akan memberikan pengaruh yang negatif.
d. Glassphalt