Anda di halaman 1dari 21

2

Program Studi Teknik Sipil Modul ke


Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

MODUL PERTEMUAN KE – 4

MATA KULIAH :
BAHAN PERKERASAN JALAN (2 SKS)

CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK) :

1. Mampu memahami dan menjelaskan karateristik dan spesifikasi bahan


penyusun dan jenis konstruksi lapisan perkerasan jalan
2. Mampu menjelaskan dan mengevaluasi karaterisrik aspal dan fungsinya
sebagai bahan pengikat pada campuran aspal
3. Mampu Menjelaskan dan mengevaluasi karateristik agregat sebagai bahan
utama pada lapisan perkerasan

DIKSRIPSI MATERI MATA KULIAH :


Pada mata kuliah ini mahasiswa belajar tentang karateristik dan jenis aspal
Buton
KEMAMPUAN AKHIR (SUB CMPK4)
Mampu memahami dan menjelaskan karateristik dan fungsi aspal sebagai
material perkerasan jalan dan mengembangkan modifikasi aspal.

INDIKATOR PENILAIAN :
 Ketepatan menjelaskan jenis-jenis aspal berdasarkan tingkat penetrasi
 Ketepatan menjelaskan sifat dan komposisi unsur senyawa kimia aspal
 Ketepatan menjelaskan fungsi aspal sebagai material perkerasan jalan
 Ketepatan menjelaskan modifikasi aspal dalam meningkatkan sifat dan
karateristik aspal

METODE PEMBELAJARAN :
 Kuliah
 Dikusi
 Penugasan dalam persentasi makalah
TM : 2 x (2 x 50”)

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

PT : 2 x (2 x 60”)
BM : 2 x (2 x 60”)

PUSTAKA :
1. Blackborrot, 12 Juli 2003, ”Sedikit Info Tentang Aspal”, Diperoleh 12
November 2013, dari http://blackborrot.wordpress.com
2. Drakos, C. (2009). Flexible Pavement Distress. University of Florida. www.pdf-
finder.com/Dr.-Christos-Drako
3. Departemen Pekerjaan Umum Badan, (2005), Modul Road Design Engineer
(RDE)-12 : Bahan Perkerasan Jalan, Jakarta, Badan Pembinaan Konstruksi
dan Sumber Daya Manusia Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan
Konstruksi (PUSBIN-KPK)
4. Departemen Pekerjaan Umum Badan, (2005), Teknik Bahan Perkerasan
Jalan, Seri Panduan Pemeliharaan Jalan Kabupaten, Jakarta, Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Penelitian Pengembangan Prasarana
Transportasi
5. Departemen Pekerjaan Umum, 2018. “Spesifikasi Umum Perkerasan Aspal”,
Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Bina Marga
6. Departemen Pekerjaan Umum Badan, (2005), Modul-3 : Jenis Bahan Lapis
Perkerasan Lentur, Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat
Penelitian Pengembangan Prasarana Transportasi
7. Huang, Y.H. University of Kentucky (2004). 2nd Edition. Pavement Analysis
and Design. Published by Pearson Prentice Hall. pp 1.
8. Gatot Rusbintardjo (2011). Oil Palm Fruit Ash (OPFA) Modified Bituman –
New Binder for Hot-Mix Asphalt (HMA) Pavement Mixtures. Lambert
Academic Publshing GmbH & Co. KG Germany 2011.
9. Kerbs, R.D dan Walker, R.D, 1971. Highway Materials, McGraw-Hill Book
Company, New York, USA.
10. Robert, F.L., Kandhal, P.S., Brown, E.R., Dah, Y. L., and Kennedy, T.W.
(1996). Hot Mix Asphalt – Materials, Mixture Design and Construction. 2 nd
edition. NAPA Education Foundation, Lanham, Maryland. pp 448-463.
11. Silvia Sukirman, 2003, Beton Campuran Panas, Jakarta, Penerbit Granit.
12. Suhartono, 2010, Aspal Modifikasi Ditinjau Dari Kebutuhan Produksi,
Penggunaan Dan Pengalaman Pemakaiannya, Jakarta

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

13. Tri Mulyono, (2015), Jalan Raya 2 : Modul 2 – Spesifikasi Bahan Perkerasan
Jalan dalam Infrastruktur Jalan dan Jembatan, Jakarta: Program D3
Transportasi Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
14. Shell Bitumen, 1990, Shell Bitumen Handbook, Publised By Shell Bitumen,
U.K.

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

POKOK BAHASAN :

IV. ASPAL BUTON (ASBUTON)

4.1 KEUNGGULAN ASBUTON


Dengan giatnya pembangunan di Indonesia, salah satu issue yang ada
adalah kebutuhan aspal nasional yang tidak dapat dipenuhi oleh pemasok dalam
negeri sehingga perlu mengimpor. Guna menghemat devisa negara, maka salah
satu cara yang ditempuh adalah mengurangi impor aspal dengan menggunakan
produk dalam negeri yaitu dengan menggunakan aspal buton dan untuk itu terus
dilakukan pengembangan aspal buton untuk memperbaiki kinerja campuran
aspal
buton.
Didalam penggunaannya untuk konstruksi jalan, asbuton mengalami
beberapa kendala baik dari segi mutu asbuton yang diproduksi, penggunaan
jenis modifier yang tidak tepat, maupun teknologi yang digunakan untuk
membuat campuran beraspal dengan Asbuton. Namun demikian dari kajian yang
telah dilakukan menunjukkan Asbuton campuran panas mempunyai beberapa
keunggulan antara lain menaikkan nilai stabilitas Marshall, stabilitas dinamis dan
modulus resilien serta menurunkan deformasi permanent. Disamping itu
campuran beraspal panas dengan Asbuton mempunyai harga konstruksi sekitar
20% lebih murah dibandingkan lapisan beraspal tanpa Asbuton (Kurniaji, 2003).
4.1.1 Karatertistik Gradasi Asbuton
a. Butir Asbuton
Asbuton (aspal batu buton) adalah aspal alam yang ada di pulau Buton
(Indonesia), berbentuk serbuk sampai bongkahan yang terdiri atas campuran
antara mineral dan bitumen. aspal yang dimodifikasi dengan asbuton dan
bitumen asbuton hasil ekstraksi yang dimodifikasi. (DPU, Direktorat Jenderal
Bina Marga; Buku 1: Pedoman Pemanfaatan Asbuton, 2006).

Asbuton butir adalah hasil pengolahan dari Asbuton berbentuk padat yang
dipecah dengan alat pemecah batu (crusher) atau alat pemecah lainnya yang
sesuai sehingga memiliki ukuran butir tertentu. Adapun bahan baku untuk
membuat Asbuton butir ini dapat asbuton padat dengan nilai penetrasi
bitumen rendah (<10 mm) seperti asbuton padat eks Kabungka atau yang

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

memiliki nilai penetrasi bitumen diatas >10 mm (misal asbuton padat eks
Lawele), namun dapat juga penggabungan dari kedua jenis asbuton padat
tersebut.
b. Asbuton Hasil Ekstraksi
Ekstraksi asbuton dapat dilakukan hingga mendapatkan bitumen asbuton
murni atau untuk memanfaatkan keunggulan mineral asbuton sebagaifiller,
ekstraksi dilakukan hingga mencapai kadar bitumen tertentu.
Produk ekstraksi asbuton dalam campuran beraspal dapat digunakan sebagai
bahan tambah (aditif) aspal atau sebagai bahan pengikat sebagaimana halnya
aspal standar siap pakai atau setara aspal keras yang dikenal dengan
Asbuton modifikasi.
c. Kandungan mineral Asbuton
Kandungan bahan mineral dalam Asbuton terdapat dua unsur utama, yaitu
aspal(bitumen) dan mineral. Didalam pemanfaatannya untuk pekerjaan
peraspalan, keduaunsur tersebut akan sangat dominan mempengaruhi kinerja
dari campuran beraspal yang direncanakan.
Hasil pengujian fisik dan analisis kimia dari mineral dan bitumen Asbuton hasil
ekstraksi, dari deposit di lokasi Kabungka dan Lawele diperlihatkan pada Tabel
4.1

Tabel 4.1 Hasil Uji Fisik Aspal Abuton dari Kabungka dan Lawele

Dilihat dari komposisi kimianya, aspal Asbuton dari kedua daerah deposit
memiliki senyawa Nitrogen base yang tinggi dan parameter malten yang baik.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa Asbuton memiliki pelekatan yang baik
dengan agregat dan keawetan yang cukup. Namun dilihat dari karakteristik

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

lainnya Asbuton dari Kabungka memiliki nilai penetrasi yang relatif rendah
dibandingkan dengan Asbuton dari Lawele.
Tabel 4.2 Sifat Kimia Aspal Abuton dari Kabungka dan Lawele

Mineral Asbuton didominasi oleh “Globigerines limestone” yaitu batu


kapur yang sangat halus yang terbentuk dari jasad renik binatang purba
foraminifera mikro yang mempunyai sifat sangat halus, relatif keras berkadar
kalsium tinggi dan baik sebagai filler pada campuran beraspal. Hasil pengujian
analisis kimia mineral Asbuton hasil ekstraksi, dari lokasi Kabungka dan Lawele
diperlihatkan pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Komposisi Kimia Aspal Abuton dari Kabungka dan Lawele

4.1.2 Asbuton Campuran Panas


a. Campuran beraspal panas dari aspal minyak dengan bahan tambah atau
bahan substitusi asbuton BGA (sesuai spesifikasi khusus Asbuton campuran

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

panas Bina Marga 2006). Prinsip penggunanaannya adalah campuran


beraspal panas minyak pen 60/70 ditingkatkan kualitasnya serta dikurangi
jumlah penggunaan aspal minyak dengan menambahkan BGA. Ada beberapa
tipe BGA yang dapat digunakan, yaitu tipe BGA 5/20 (nilai penetrasi bitumen
sekitar 5 dmm dan kadar bitumen sekitar 20%)
Tabel 4.4 Persyaratan Aspal Abuton Kabungka dan Lawele

b. Asbuton campuran panas dengan bahan pengikat asbuton BGA yang


diremajakan (sesuai “Pd T-07-2004-B Asbuton Campuran Panas”).
Keunggulan dari asbuton jenis ini adalah dapat menggunakan bahan
peremaja berupa minyak berat yang relative lebih murah atau bahkan limbah.
Limbah yang terkontaminasi mineral agregat atau sendimen tanah lainnya
tetap dapat digunakan karena minyak tersebut dapat diperhitungkan sebagai
filter atau bagian dari agregat pada perkerasan jalan.
c   Campuran beraspal panas Asbuton Lawele berupa campuran beraspal panas
aspal minyak pen 60 dengan substitusi Asbuton Lawele. Substitusi relative
tinggi yaitu di atas 50% dari kebutuhan bahan pengikat aspal, sedangkan
sisanya tetap dari aspal minyak pen 60. Keuntungan dari penggunaan
campuran ini adalah pemrosesan Asbuton Lawale yang banyak mengandung
minyak ringan (sekitar 7% dan bitumen sekitar 183) relative lebih mudah
disbanding memprosesnya menjadi BGA. Pada pemrosesan Asbuton Lawale
ini, dilakukan penguapan air dan minyak ringan sehingga di peroleh nilai
penetrasi bitumen 60-80 dmm. Ini lebih mudah disbanding harus

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

menjadikannya BGA dengan nilai penetrasi di bawah 20 dmm dan kadar


minyak ringan dibawah 1%

4.1.3 Asbuton Campuran Hangat


a. Campuran beraspal hangat adalah campuran yang dengan berbagai cara
dilakukan pencampuran dengan suhu 30 oC dibawah pencampuran beraspal
panas. Tujuan utamanya adalah mengurangi emisi gas CO 2 (ramah
lingkungan, mengurangi penyebab Global Warming).
b. Dengan cara membusakan aspal menggunakan alat khusus. Aspal panas
dibusakn dengan disemburkan bersamaan dengan air. Dalam kondisi
membusa ini volume aspal menjadi 20 kali lebih besar sehungga dapat
dicampur dengan agregatpada temperature sekitar 120o c. cara pembusaan
lainnya adalah dengan menambahkan 2% zeolit. Pada keaadaan panas, zeolit
melepaskan air sehingga terjadi pembusaan aspal. Temperature pamadatan
relative sama dengan campuran beraspal panas.
Ziolit ditambah pada campuran aspal di pugmil sedangkan additive wax harus
dicampur dengan aspal terlebih dahulu sebelum aspal tersebut dicampur dengan
agregat. Ziolit yang digunakan untuk campuran beraspal hangat, penggunaanya
adalah 1-1,5 % dari berat agregat dan harus memenuhi sifat yang disyaratkan

Tabel 4.5 Sifat Bahan Tambah Ziolit unutk Campuran Beraspal Hangat

c.  Dengan cara penambahan additive yaitu wax sekitar 2% atau gabungan dari
keduanya. Dengan penambahan ini temperature percampuran dan juga
temperature pemadatan menjadi lebih rendah sekitar 300 C dari campuran
beraspal panas. Jarak tempuh dari lokasi penghamparan relative  sama
dengan jarak tempuh campuran beraspal panas. Namun kendalanya additive

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

wax dapat menurunkan kualitas aspal sedangkan additive wax dapat


menurunkan kualitas aspal sedangkan additive

4.1.4 Asbuton Campuran Dingin


a.  Asbuton campuran dingin aspal emulsi
Merupakan campuran dingin aspal emulsi bergradasi rapat (DEGEM) yang
diberi bahan tambah asbuton BGA (sesuai spesifikasi khusus Asbuton
campuran dingin aspal emulsi Bina Marga 2006). Kualitas relative sama
dengan campuran dingin aspal emulsi. Pengerjaan tidak harus menggunakan
AMP melainkan dengan  Pan Mixer atau Beton Molen sehingga cocok untuk
daerah terpancil/ pulau-pulau kecil yang tidak terjangklau AMP. Untuk lalu
lintas ringan. Uji coba lapangan oleh Puslitbang Jalan dan Jembatan di Muna
tahun 2006.
b. Asbuton campuran dingin aspal cair (Lasbutag versi baru)
Merupakan campuran dingin aspal cair (Cut Back Asphalt/MC-800) yang
diberi bahan tambah asbuton BGA (sesuai spesifikasi khusus Lastubag Bina
Marga 2006). Kualitas relative lebih tinggi dari campuiran dingin aspal cair
darin aspal minyak. Pengerjaan tidak harus menggunakan AMP melainkan
dengan Pan Miser atau Beton Molen sehingga cocok untuk daersah
terpencil/pulau-pulau kecil yang tidak terjangkau AMP. Untuk Lalu lintas
ringan. Uji coba lapangan dilakukan oleh Peslitbang Jalan dan Jembatan yang
didanai oleh Kementrian Riset dan teknologi melalui program Riset Unggulan
terpadu di jalan Lingkungan di Cisaranten kulon bandung pada tahun 2006.
4.2 PRODUK ASBUTON
4.2.1 Kendala Penggunaan Asbuton Konvensional
Produk awal dari sumber asbuton Hal ini dikarenakan sifat-sifat dari produk
asbuton konvensional antara lain :
 Kandungan mineral yang tinggi dan bervariasi;
 Kadar aspal yang relatif rendah dan tidak homogen. Pada Asbuton
konvensional kadar bitumen dapat bervariasi sampai 10%;
 Ukuran butir yang relatif besar, pada spesifikasi Lasbutag disyaratkan
ukuran butir maksimum adalah lolos saringan No.4 (4,76mm),
kenyataannya di lapangan dijumpai butir asbuton di atas 1” (2,54 mm),

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

dimana hal ini akan mempengaruhi pengakrtifan bitumen asbuton oleh


bahan peremaja;
 Bahan peremaja tidak cocok digunakan untuk mengaktifkan bitumen
asbuton;
 Kadar relatif air tinggi. Pada asbuton konvensional kadar air asbuton
dapat terjadi hingga di atas 20%; dan
 Bentuk curah, mudah terkontaminasi antara asbuton dengan lempung
dan bahan lainnnya pada saat penimbunan serta pengangkutan.
Akibat kegagalan Campuran Lasbutag dingin, Asbuton dicoba digunakan dalam
campuran beraspal secara hangat namun mengalami beberapa kendala yaitu:
 Harus dilakukan modifikasi pada alat pencampur;
 Jenis peremaja yang tidak tepat;
 Penempatan campuran di lokasi yang tidak tepat; dan
 Kadar air asbuton yang tinggi.
Selanjutnya usaha yang dilakukan adalah dengan melakukan pencampuran
asbuton secara panas, namun meskipun hasil yang diperoleh relatif baik,masih
terdapat kendala-kendala antara lain:
 Harus melakukan modifikasi alat pencampur;
 Jenis peremaja yang tidak tepat; dan
 Kadar air yang relatif tinggi.
4.2.2. Perbaikan Kinerja Asbuton Konvensional
Disamping kekurangan-kekurangan yang ada pada produk asbuton, terdapat
pula kelebihan/ keuntungan penggunaan asbuton dibandingkan dengan
penggunaan aspal buatan. Kelebihan-kelebihan tersebut antara lain:
 Pada campuran dingin, pelaksanaan tidak menggunakan alat-alAMP dan
dapat dilakukan pencampuran dengan alat sederhanaseperti Beton Molen;
 Penghamparannya dapat menggunakan tenaga manual atau padat karya;
 Pada campuran dingin, hasil pencampuran asbuton dapat disimpan dalam
waktu yang cukup lama dan siap dihampar.Sehingga lebih menguntungkan
pada kegiatan pemeliharaan jalan;
 Menghemat devisa, karena menggunakan produk dalam negeri sendiri.
Pada prinsipnya untuk mengatasi kekurangan dari asbuton produkalam
atau asbuton konvensional adalah dengan melakukan perbaikan kinerja yang

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

dilakukan antara lain mengembangkan teknologi produk asbuton dengan


kegiatan-kegiatan:
 Proses pemecahan (crushing)
Kegiatan ini dilakukan dengan membuat butiran asubuton produk alam
menjadi butiran yang kecil sehingga memudahkan aktifnya bitumen dengan
penambahan bahan peremaja.
 Proses pengeringan (drying)
Kegiatan ini dilakukan dengan pengeringan agregat asbuton untuk
mendapatkan kadar air yang seragam dan hal ini akan juga membantu dalam
proses pemadatan dilapangan.
 Proses pengadukan (mixing)
Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan pencampuran/pengadukan agregat
untuk mendapatkan kadar aspal yang seragam. Pada umumnya dilakukan
setelah dilakukan proses penggilingan.
 Proses ekstrasi (refinery)
Kegiatan ini dilakukan dengan mengekstraksi asbuton untuk mendapatkan
asbuton murni dan memanfaatkannya sebagai bahan yang berkualitas tinggi
dibanding dengan proses-proses lainnya
4.2.3 Pengembangan Produk Asbuton
Untuk mengatasi kendala penggunaan pada asbuton, maka terus
dilakukan pengembangan produk asbuton seperti yang ditunjukan paTabel 3.9
dimulai dari asbuton konvensional sampai pada saat ini yang digunakan sebagai
bahan jalan. Dari beberapa produk yang adtersebut beberapa sudah tidak
diproduksi lagi.
a. Asbuton Konvensional
Asbuton konvensional adalah asbuton hasil produksi proses peremukan yang
langsung dari tambang. Kegunaannya adalah untuk konstruksi Lasbutag (Lapis
aspal beton agregat) dengan mengacu pada spesifikasi Bina Marga
No.09/PT/B/1983. Dengan terbitnya spesifikasi Bina Marga No.15/PT/B/1989
maka spesifikasi tahun 1983 dicabut, sehingga jika akan menggunakan asbuton
konvensional diperlukan pemrosesan lagi dengan pengeringan sehingga kadar
air 6% dan menghaluskannya. Dengan adanya beberapa proses ini, maka
tingkat keberhasilan aplikasi asbuton konvensional sangat tergantung pada
pelaksanaan di lapangan.

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

Gambar 4.1 Asbuton Konvensional

Tabel 4.6 Produk Asbuton untuk Bahan Jalan

b. Asbuton Halus
Asbuton halus adalah asbuton konvensional yang diproses kembali, yaitu
dengan mengeringkan secara mekanis dengan bantuan pengering ’drier’

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

kemudian memecahkannya menjadi ukuran yang lebih halus. Proses ini


dilakukan guna mengatasi permasalahan yang berhubungan dengan kadar air,
ukuran butir dan variasi kadar yang besar. Kegunaan asbuton halus adalah
utntuk konstruksi Lasbutag dan Latasbusir (Lapis tipis asbuton pasir) sesuai
dengan spesifikasi Bina
Marga No. 15/PT/B/1989.

Gambar 4.2 Aspal Buton Halus

c. Asbuton Micro/ Micro Plus


Asbuton mikro adalah merupakan hasil pemrosesan asbuton konvensional
menjadi bubuk asbuton yang kering dengan kadar bitumen yang seragam. Kadar
bitumen asbuton micro relatif lebih tinggi dibandingkan dengan asbuton halus.
Karena kadar bitumen yang tinggi tersebut maka sering terjadi penggumpalan
dalam karung bila tersimpan agak lama. Sehingga perlu pemecahan kembali
gunpalan-gumpalan tersebut pada pelaksanaan di proyek. Untuk mencegah
penggumpalan tersebut maka asbuton micro saat ini diproduksi dengan
menambah bahan additive anti penggumpalan, nama produknya menjadi Aspal
Micro Plus. Asbuton mikro ini dapat digunakan pada konstruksi Lasbutag dan
dapat digunakan sebagai filler dalam hotmix.
d. Butonite Mastic Asphalt (BMA)
Butonite Mastic Asphalt (BMA) adalah merupakan aspal mastic yang terbuat dari
asbuton micro ditambah dengan aspal minyak, bahan peremaja dan aditif yang

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

kemudian diaduk dalam temperature tinggi. BMA digunakan dalam konstruksi


campuran panas (hotmix).
Mastik asbuton dapat digunakan sebagai binder dalam campuran beraspal
panas. Karakteristik keunggulan BMA adalah pada stability
yang tinggi dan ketahanan terhadap perubahan bentuk dan perubahan
temperatur sehingga dapat digunakan untuk lalu lintas yang tinggi.
e. Retona
Retona adalah merupakan nama produk asbuton cair yang merupakan hasil
refine (ekstraksi tidak langsung) dari asbuton bongkahan asli. Bitumen yang
berkualitas tinggi dapat diproduksi dari asbuton tipe Lawele maupun Kabungka
(tambang F) karena dapat dihasilkan asbuton dengan kadar bitumen 60% dan
90%.
Retona dapat digunakan untuk konstruksi campuran panas dengan dilakukan
terlebih dahulu pencampuran awal (preblending) dengan aspal keras dengan
perbandingan retona dan aspal keras adalah 20% dan 80%, proporsi ini
tergantung dari desain jenis aspal yang akan dipergunakan. Namun yang harus
diperhatikan adalah pada tangka aspal pada AMP harus harus dilengkapi
dengan alat pengaduk. Hal ini disebabkan karena BJ retona dan BJ aspal keras
berbeda
sehingga Retona ini akan mengendap dibawah tangki aspal jika tidak diaduk.
Penggunaan Retona ini adalah sebagai bahan tambah untuk memperbaiki sifat
aspal padat dan sebagai pengikat untuk mensubstitusi aspal padat dalam
campuran beraspal.

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

Gambar 4.3 Asbuton Lawele

Gambar 4.4 Retona Blend

f. Butonite Granular Asphalt (BGA)


Adalah merupakan pengolahan di pabrik dari aspal buton asli sehingga
didapatkan butiran yang sangat halus, homogen dan kadar aspal yang seragam.
Dengan butiran-butiran yang halus maka lebih mudah untuk diresapi oleh bahan
modifier.
BGA diproduksi dari Lawele dan Kabungka (tambang F) dengan cara dipanaskan
dengan suhu tinggi. Sedangkan untuk asbuton yang berasal dari Kabungka
(tambang A) harus didinginkan/ dibekukan untuk memudahkan penggilingan
kemudian ditambahkan abu batu atau katalis lainnya. Perbedaan ini disebabkan
keran perbedaan fisik dari kedua jenis tambang tersebut.

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

Gambar 4.5 Butonite Granular Asphalt (BGA)


4.2.4. Kinerja Aplikasi Asbuton
Kenyataan yang terjadi di lapangan bahwa aplikasi asbuton mulai dari asbuton
konvensional, asbuton halus, asbuton micro, BMA, dan Ekstaksi aspal buton
menunjukkan kinerja (performance) yang makin membaik. Fenomena ini
menunjukkan bahwa pada aplikasi Lasbutag bitumen asbuton belum
sepenuhnya efektif sebagai perekat dalam konstruksi sedang pada BMA bitumen
asbuton sudah mulai effektif sehingga BMA menunjukkan kinerja yang jauh lebih
baik.

Gambar 4.6 Ilustrasi Kinerja Jenis-Jenis Asbuton

Salah satu indikasi dari kinerja produk asbuton tersebut adalah kadar bitumen
dan kadar air seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.7

Tabel 4.7 Jenis Asbuton yan Telah Diproduksi

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

4.3 ASPAL POLIMER


Aspal polimer adalah suatu material yang dihasilkan dari modifikasi antara
polimer alam atau polimer sintetis dengan aspal. Modifikasi aspal polimer (atau
biasa disingkat dengan PMA) telah dikembangkan selama beberapa dekade
terakhir. Umumnya dengan sedikit penambahan bahan polimer (biasanyasekitar
2-6%) sudah dapat meningkatkan hasil ketahanan yang lebih baik terhadap
deformasi, mengatasi keretakan-keretakan dan meningkatkan ketahanan yang
tinggi dari kerusakan akibat umur sehingga dihasilkan pembangunan jalan lebih
tahan lama serta dapat mengurangi biaya perawatan atau perbaikan jalan.
Modifikasi polimer aspal yang diperoleh dari interaksi antara komponen aspal
dengan bahan aditif polimer dapat meningkatkan sifat-sifat dari aspal tersebut.
Dalam hal ini terlihat bahwa keterpaduan aditif polimer yang sesuai dengan
campuran aspal. Penggunaan polimer sebagai bahan untuk memodifikasi aspal
terus berkembang di dalam dekade terakhir.
Kelebihan Aspal Polimer
 Meningkatkan ketahanan terhadap suhu
 Meningkatkan ketahanan terhada pretak
 Meningkatkan ketahanan terhadap deformasi plastis
 Meningkatkan nilai elastis recovery
 Meningkatkan nilai ketahanan terhadap air
 Meningkatkan nilai adhesi dan kohesi
 Meningkatkan ketahanan terhadap oksidasi uv
Kekurangan Aspal Polimer
 Temperatur pecampuran tinggi
 Temperatur penggelaran cukup tinggi
4.3.1 Elastomer Alam
 Elastomer yaitu polimer yang memiliki sifat elastic. Berupa kumpulan
benda yg mempunyai sifat karet asli, karet vulkanisasi, karet olahan
ulang, atau karet tiruan yg meregang apabila dl tegangan (berkekuatan
meregang) mengerut secara cepat dan pulih ke dimensi semula secara
penuh

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

 Contoh : karet alam, getah asli, silikon, poliuretan, nesprene, dan lain-
lainnya. SBS (Styrene Butadine Styrene), SBR (Styrene Butadine
Rubber), SIS (Styrene Isoprene Styrene), dan karet adalah jenis-jenis
polymer elastromer yg biasanya digunakan sebagai bahan pencampur
aspal keras.
Kegunaan elastomer:
 Untuk permukaan yang bergesekan tinggi atau tidak licin
 Melindungi daripada kakisan dan lelasan
 Isolator elektrik
 Isolator kejutan dan getaran
4.3.2 Elastomer Sintetis / Plastomer
 Salah satu teknologi dalam aspal adalah penambahan bahan polymer
plastomer dimaksudkan untuk meningkatkan sifat rheologi baik pada
aspal keras dan sifat sifik campuran beraspal.
 Jenis polymer plastomer yang telah banyak digunakan antara lain adalah
EVA ( Ethylene Vinyle Acetate), Polypropilene, dan Polyethilene.
Presentase penambahan polymer ini ke dalam aspal keras juga harus
ditentukan berdasarkan pengujian labolatorium, karena penambahan
bahan tambah sampai dengan batas tertentu penambahan ini dapat
memperbaiki sifat-sifat Rheologi aspal dan campuran tetapi penambahan
yang berlebihan justru akan memberikan pengaruh yang negatif.

Tabel 4.8 Persyaratan Aspal Polimer

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

4.3.3 Pemecahan dari Aspal Modifikasi


Selain tiga aspal modifikasi utama di atas, contoh beberapa pemecahan dari spal
modifikasi diantaranya :
a. Aspal Cariphalt

 Aspal cariphalt merupakan teknologi yang telah ada dan berkembang


selama 30 tahun  sejak digunakan untuk meningkatkan performa kualitas
jalan. Pelapisan cariphalt bermanfaat untuk mencegah rutting ( bekas
roda kendaraan) dan Cracking.
 Pemanfaatan aspalt cariphalt itu sendiri dimanfaatkan pada jalan yang
membutuhkan kualitas bahan yang tinggi, seperti jalan tol, landasan
pesawat dll.
b. Aspal karbit
Aspal karbit merupakan teknologi aspal yang memanfaatkan sisa penggunaan
carbit pada pemakaian las carbit. Pemanfaatan pada pemaikaian limbah las
carbit memberi keunggulan yaitu terkait dengan ketahanan terhadap deformasi
dan pada persen rongga.
c. Aspal beton
Karateristik beton aspal :

1. Stabilitas, adalah kemampuan perkerasan aspal menerima baban lalu


lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap, seperti gelombang, alur dan
bleeding.
2. Keawetan/durabilitas, adalah kemampuan beton aspal menerima repetisi
beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda
kendaraan dgn permukaan jalan, serta menahan keausan akibat
pengaruh suhu dan iklim
3. Kelenturan/fleksibilitas adalah kemampuanbeonaspal untuk
menyesusikan diri akibat penurunan danpergerakan dari pondasi atau
tanah dasar, tanpa terjadinya retak

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

4. Ketahan terhadap kelelahan/Fatique reistance, adalah kemampuan beton


aspal menerima lendutan berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadinya
kelelahan berupa alur dan retak
5. Kekesatan/tahanan geser /Skid resistance, adalah kemampuan
permukaan beton aspal terutama kondisi basah, memebrikan gaya gesk
pada roda kendaraan sehinga kendaraan tidak tergelincir atau slip
6. Kedap air/impermeabilitas, adalah kemapuan beton aspal untuk tidak
dapat dimasuki air ataupun udara kedalam lapisan beton aspal.
7. Mudah dilaksanakan/Workability, adalah kemampuan campuran beton
aspal untuk mudah dihamparkan dan dipadatkan. Tingkat workability
menentukan tingkat efisiensi pekerjaan.

Gambar 4.7 Penghamparan Campuran Aspal Beton

d. Glassphalt

 Glassphalt merupakan hasil dari sebuah teknologi yang memanfaatkan


bahan dari limbah kaca yang sudah tidak dimanfaatkan lagi. Banyak
perusahaan perusahaan besar di Amerika berlomba lomba
mengumpulkan limbah kaca yang digunakan sebagai bahan pelapis jalan,
kemudian memproses limbah tersebut dengan bahan alam.
 Setelah glashpalt dimodifikasi menjadi bahan pengeras jalan yang sudah
siap digunakan, sifat dari glasphalt ini hampir tidak dapat dibedakan

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
4
Universitas Muslim Indonesia

 Setelah di tempat, glassphalt sulit untuk dikenali dengan orang biasa


kecuali partikel kaca besar yang hadir di lapisan permukaan. Bila
dipasang, glassphalt tidak menyajikan bahaya bagi manusia, juga tidak
merusak ban kendaraan. Karena konten kaca, glassphalt akan menahan
panas lebih lama dari aspal konvensional. Karakteristik ini mungkin dapat
berguna dalam situasi di mana perbaikan jalan dilakukan dalam cuaca
dingin, atau saat waktu lama pasca-campuran transportasi yang
diperlukan. Selain itu, permukaan glassphalt tampaknya lebih cepat
kering dibandingkan tradisional paving setelah hujan karena partikel kaca
tidak menyerap air. Permukaan Glassphalt juga lebih reflektif dari aspal
konvensional, dan dapat meningkatkan visibilitas jalan malam hari.

BAHAN PERKERASAN JALAN | 

Anda mungkin juga menyukai