MODUL PERTEMUAN KE – 14
MATA KULIAH :
BAHAN PERKERASAN JALAN (2 SKS)
INDIKATOR PENILAIAN :
Ketepatan menjelaskan dan mengindentifikasi jenis-jenis kerusakan jalan
Ketepatan dalam menentukan kuantifikasi dan menjelaskan factor-faktor
penyebab kerusakan jalan
Ketepatan menjelaskan metode perbaikan berdasarkan tipe kerusakan dan
jenis perkerasan
METODE PEMBELAJARAN :
Kuliah
Dikusi
Penugasan dalam persentasi makalah
TM : 1 x (2 x 50”)
PT : 1 x (2 x 60”)
BM : 1 x (2 x 60”)
PUSTAKA :
1. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal
Bina Marga, 2017, Panduan Pemilihan Teknologu Pemeliharaan Preventif
Perkerasan Jalan.
2. OSM. Purba.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25717/3/Chapter%20II. pdf.
(diakses 26 Agustus 2016)
3. Rahmat Agus :https://www.slideshare.net/sendytha/02-aguskerusakan-
perkerasan-kaku, diunduh 22 mei 2019
4. Sukirman, S, 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung.
5. Tjitjik Wasiah Suroso, (2008) Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Dini Pada
Perkerasan Jalan Jalan. Jurnal Litbang Jalan,November, 2008
POKOK BAHASAN :
2) Retak kulit buaya (alligator crack), lebar celah lebih besar atau sama dengan
3 mm saling berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang
menyerupai kulit buaya. Retak ini disebabkan oleh bahan perkerasan yang
atau perkerasan jalan, atau akibat lintasan truk / kendaraan berat dibahu
jalan;
Gambar. 14.3 Retak Sambungan Bahu dan Perkerasan (edge joint crack)
Ketidakstabilian lapisan tanah pondasi dan tingkat pemadatan yang tidak
optimal menyebabkan terjadi retak sambungan pada bahu jalan.
5) Retak sambungan jalan (lane joint cracks) seperti pada Gambar 14.4, retak
memanjang, yang terjadi pada sambungan 2 lajur lalu lintas. Hal ini
disebabkan tidak baiknya ikatan sambungan kedua lajur;
lintas dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat
terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah yang timbul dengan
campuran aspal cair dan pasir. Jika tidak diperbaiki, air dapat meresap
masuk ke dalam lapisan perkerasan melalui celah-celah, butir-butir dapat
lepas dan retak dapat bertambah besar. Tindakan perbaikan dapat
dilakukan dengan lapisan tipis atau sand sheet pada permukaan aspal yang
mengalami kerusakan atau keretakan. Keretakan pada sambungan pada
pelebaran jalan dikarenakan ketidakstabilan lapisan pondasi atas.
yang tinggi. Keriting dapat juga terjadi jika lalu lintas dibuka sebelum
perkerasan mantap (untuk perkerasan yang menggunakan aspal cair);
Kerusakan
Rongga besar secara dini
Umur
pelayanan
rendah
Kadar rongga %
ᶯa
Indeks Penuaan
ᶯo
2) Mutu aspal;
3) Kadar aspal yang akan mempengaruhi tebal lapisan aspal;
4) Pemadatan (jumlah lintasan dan tipe pemadat) akan mempengaruhi besarnya
rongga udara;
5) Kurang sesuainya tipe aspal yang digunakan untuk daerah dan jumlah / tipe
kendaraan yang lewat;.
6) Temperatur, cuaca dan penyerapan air; dan
7). Beban kendaraan yang berlebih (over loading).
Agar perkerasan dapat tahan lama maka diusahakan hardening
diperlambat yaitu dengan :
1). Tebal lapisan aspal yang sesuai dengan hasil Job Mix Formula;
2) Rongga udara kecil ini dapat diperoleh apabila kepadatan lebih besar dari
95% kepadatan di laboratorium.
Besarnya rongga akan mempengaruhi kecepatan pengerasan aspal yang
ditunjukkan dengan rendahnya nilai penetrasi aspal. Perkerasan dengan rongga
udara yang besar akan menghasilkan penurunan penetrasi yang besar sebagai
akibat terjadinya oksidasi dan polimerisasi. Perkerasan dengan rongga yang baik
oksidasi akan berjalan lebih lama karena sinar matahari lebih susah menembus
sehingga aspal akan mempunyai nilai penetrasi aspal yang masih tinggi dengan
demikian perkerasan dapat berumur lama.
14.2.3 Pengaruh Nilai Penetrasi / Performance grade (PG) Terhadap
Terjadinya Alur Pada Perkerasan
tersebut. Hubungan type bahan pengikat dengan kedalaman alur seperti pada
Gambar 14.15 yang menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat penetrasi
aspal, semakin tinggi kedalaman alur akibat jejak roda ban kendaraan pada
kondisi temperatur yang tinggi. Peningkatan temperatur menyebabkan
perubahan sifat viscoelastis aspal pada campuran beton aspal mengakibatkan
ikatan pada campuran menjadi lemah sehingga agregat mengalami pergeseran
akibat beban kendaraan
Kedalaman Alur, mm
Makin tinggi tipe aspal (PG aspal) seperi pada Gambar 14.16 maka
terjadinya alur di perkerasan jalan akan lebih kecil, hal ini disebabkan aspal yang
Log Penetrasi
Temperatur
jalan itu sendiri. Struktur perkerasan terdiri dari beberapa lapisan dengan
kekerasan dan daya dukung yang berbeda-beda, tiap lapisan perkerasan harus
terjamin kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan mengalami distress
yaitu perubahan karena tidak mampu menahan beban dan tidak cepat kritis atau
failure. Struktur perkerasan jalan dalam menjalankan fungsinya berkurang
sebanding dengan bertambahnya umur perkerasan dan bertambahnya beban
lalu lintas yang dipikul dari kondisi awal desain perkerasan tersebut. Umur
perkerasan jalan ditetapkan pada umumnya berdasarkan jumlah kumulatif
lintasan kendaraan standar (CESA, Cumulative Equivalent Standard Axle) yang
diperkirakan akan melalui perkerasan tersebut, diperhitungkan dari mulai
perkerasan tersebut dibuat dan dipakai untuk umum sampai dengan perkerasan
tersebut dikategorikan rusak (habis masa pelayanannya). Sebagai salah satu
jalan negara, jalur pantura memiliki peran penting dalam pengembangan
perekonomian nasional. Perkembangan ekonomi tersebut diikuti dengan
pertumbuhan lalu lintas yang terjadi di ruas ini, baik dari segi jumlah kendaraan
dan beban yang diangkut. Permasalahan yang berulang kali terjadi adalah
kerusakan jalan dan pengurangan umur layanan perkerasan jalan sebagai
indikasi kerusakan jalan banyak dituduhkan sebagai penyebab terjadinya
kerusakan jalan.
Terdapatnya kendaraan berlebih pada jalan disebabkan penyelewengan
pengawasan pada jembatan timbang terhadap beban kendaraan yang melintasi
jalan.Dampak nyata yang ditimbulkan oleh muatan berlebih (over loading) adalah
kerusakan jalan sebelum periode / umur teknis rencana tercapai. Dampak negatif
lain yang timbul dari kelebihan muatan adalah menurunnya tingkat keselamatan,
menurunnya tingkat pelayanan lalu lintas, dan menurunnya kualitas lingkungan
Secara definisi beban berlebih (over loading) adalah suatu kondisi beban gandar
kendaraan melebihi beban standar yang digunakan pada asumsi desain
perkerasan jalan atau jumlah lintasan operasional sebelum umur rencana
tercapai, atau sering disebut dengan kerusakan dini. Sedangkan umur rencana
perkerasan jalan adalah jumlah repetisi beban lalu lintas (dalam satuan
Equivalent Standard Axle Load, ESAL) yang dapat dilayani jalan sebelum terjadi
kerusakan struktural pada lapisan perkerasan. Kerusakan jalan akan terjadi lebih
cepat karena jalan terbebani melebihi daya dukungnya. Kerusakan ini
disebabkan oleh salah satu faktor yaitu terjadinya beban berlebih (over sloading)
Retak tepi biasanya terjadi sejajar dengan tepi perkerasan dan berjarak
sekitar 0,3-0,5 m dari tepi luar. Akibat pecah pinggir perkerasan,maka bagian ini
menjadi tidak beraturan.
Faktor penyebab kerusakan
1. Kurangnya dukungan dari arah lateral (dari bahu jalan).
2. Drainase kurang baik.
3. Kembang susut tanah di sekitarnya.
4. Bahu jalan turun terhadap permukaan perkerasan.
5. Seal coat lemah, adhesi permukaan ke lapis pondasi (base)hilang.
6. Konsentrasi lalu-lintas berat di dekat pinggir perkerasan.
7. Adanya pohon-pohonan besar di dekat pinggir perkerasan.
Cara perbaikan
1. Perbaikan bergantung pada tingkat kerusakannya. Jika bahu jalan tidak
mendukung pinggir perkerasan, maka material yang buruk dibongkar dan
digantikan dengan material baik yang dipadatkan.
2. Jika air menjadi faktor penyebab kerusakan pecah, maka harus dibuatkan
drainase.
3. Penutupan retakan/penutupan permukaan.
4. Penambalan parsial.
b Jalur/Bahu turun (Lane/Shoulder Drop-Off)
Jalur/bahu jalan turun adalah beda elevasi antara pinggir perkerasan dan
bahu jalan. Bahu jalan turun relatif terhadap pinggir perkerasan.Hal ini tidak
dipertimbangkan penting bila selisih tinggi bahu dan perkerasan kurang dari 10
sampai 15 mm.
Faktor penyebab kerusakan
1. Lebar perkerasan kurang.
2. Bahu jalan dibangun dengan material yang kurang tahan terhadap erosi
dan abrasi.
3. Penambahan lapis permukaan tanpa diikuti penambahan permukaan
bahu jalan.
Cara perbaikan
1. Untuk beda tinggi yang rclatif kccil dan bahu jalan berupa aspal, maka
campuran aspal panas (hot mix) dapat ditempatkanpada bagian yang
elevasinya berbeda.
2. Untuk beda tinggi yang besar, bahu jalan hams ditinggikan dengan
menghamparkan lapis tambahan (overlay).
3. Jika penyebabnya adalah drainase yang buruk, maka dibuatkan lagi
drainase yang baik.
4. Jika bahu jalan tidak diperkeras, maka dibongkar dan material jelek
diganti dengan material yang bagus dan dipadatkan.
1. Agregat kasar di permukaan beton tidak tahan aus, berbentuk bulat dan
licin, tidak berbentuk kubikal. Beberapa agregat, khususnya batu
gamping. menjadi halus oleh pengaruh lalu-lintas.
2. Beberapa macam kerikil yang secara alarmi permukaannya halus, jika
digunakan untuk permukaan perkerasan tanpa memecahnya, maka akan
menyebabkan gangguan kekesatan permukaan jalan. Agregat halus ini
menjadi licin bila basah oleh air hujan.
Cara perbaikan
1. Pelapisan ulang (overlay) tipis.
2. Membersihkan bahan-bahan yang bisa membuat aus agregat dilapisan
permukaan
3. Penghamparan lapis tambahan (overlay).
d. Stripping
Stripping adalah suatu kondisi hilangnya agregat kasar dari bahan
penutup yang disemprotkan, yang menyebabkan bahan pengikat dalam kontak
Iangsung dengan ban. Pada saat musim panas, aspal dapat tercabut dan
melekat pada ban kendaraan.
Faktor penyebab kerusakan
1. Kandungan pengikat terlalu sedikit.
2. Pengikat tidak mengikat batuan dengan baik (kotor, Agregrat hydrophylic,
batuan basah).
3. Penyerapan pengikat.
4. Kerusakan/ausnya batuan.
5. Pencampuran pengikat kurang baik.
6. Pemadatan kurang.
Cara perbaikan
Penghamparan lapis tambahan (overlay) tipis.
e. Lubang (Potholes)
Lubang adalah lekukan permukaan perkerasan akibat hilangnya lapisan
aus dart material lapis pondasi (base). Kerusakan berbentuk lubang kecil
biasanya berdiameter kurang dari 0.9 m dan berbentuk mangkuk yang dapat
berhubungan atau tidak berhubungan dengan kerusakan permukaan lainnya.
Lubang ini terjadi ketika beban lalu-lintas menggerus bagian-bagian kecil dari
permukaan perkerasan, sehingga air bisa masuk. Jika lubang pada perkerasan
diciptakan oleh akibat retak kulit buaya yang sangat parah, maka kerusakan ini
harus diidentifikasikan sebagai kerusakan lubang (pothole) dan bukan
kerusakan tipe pelapukan(weathering) (Shahin,1994).
Faktor penyebab kerusakan
1. Campuran material lapis permukaan yang kurang baik.
2. Air masuk ke dalam lapis pondasi lewat retakan di permukaan perkerasan
yang tidak segera ditutup.
3. Beban lalu-lintas yang mengakibatkan disintegrasi lapis pondasi.
4. Tercabutnya aspal pada lapisan aus akibat melekat pada ban kendaraan.
Cara perbaikan
1. Perbaikan permanen dilakukan dengan penambalan diseluruh
kedalaman.
2. Perbaikan sementara dilakukan dengan membersihkan lubang dan
mengisinya dengan campuran aspal dingin yang khusus untuk tambalan
f. Tambalan dan galian utilitas (patching and utility cut patching)
Tambalan (patch) adalah penutupan bagian perkerasan yang mengalami
perbaikan. Kerusakan tambalan dapat diikuti/tidak diikuti oleh hilangnya
kenyamanan kendaraan (kegagalan fungsional) atau rusaknya struktur
perkerasan. Rusaknya tambalan menimbulkan distorsi, disintegrasi, retak atau
terkelupas antara tambalan dan permukaan perkerasan asli. Kerusakan
tambalan dapat terjadi karena permukaan yang menojol atau ambles terhadap
permukaan permukaan perkerasan. Jika kerusakan terjadi pada tambalan maka
kerusakan tersebut belum tentu disebabkan oleh lapisan yang utuh.
Faktor penyebab kerusakan
a. Amblesnya tambalan umumnya disebabkan oleh kurangnya pemadatan
material urugan lapis pondasi (base) atau tambalan material aspal.
b. Cara pemasangan material bawah buruk.
c. Kegagalan dari perkerasan di bawah tambalan dan sekitarnya.
Cara perbaikan
a. Perbaikan atau penggantian tambalan di seluruh kedalaman untuk
perbaikan permanen.
b. Dilakukan penambalan permukaan untuk perbaikan sementara.
14.4 Kriteria Pemilihan Teknologi Preventif
14.4.1. Matriks Kerusakan Vs Teknologi Preventif
Thin HMA
Uraian Overlay (LTBA)
Fog Chip Slurry Micro
Seal Seal Seal surfacing
Jenis Kerusakan
Pelepasan butir (raveling)
Retak Memanjang (longitudinal crack) √ √ √ √ √
Retak Melintang (transverse crack) √ √ √ √ √
Retak Tepi (edge crack) √ √ √ √
Retak Blok (block crack) √ √ √ √
Retak Buaya (alligator crack) √
Alur (rutting) *
Manfaat
Friksi
Oksidasi √
LHRT
< 2000 √ √ √ √ √
2000≤LHRT≤5000 √ √ √
> 5000 √ √ √
Indikator keparahan pada tiap jenis kerusakan akan ditunjukan dari tingkat
kerusakan (distress severity), dengan kategori yang digunakan yaitu Rendah (R),
Sedang (S), dan Tinggi (T), dan masing-masing tingkat kerusakan dapat meliputi
beberapa kategori sebaran kerusakan seperti kecil, menengah, dan besar
14.4.5 Teknologi Preventif Jalan
Uraian pelasksanaan terhadap pemilihan teknologi serta metode
pelaksanaan dapat dilihat padat tabel 14.4
Chip Seal perkerasan aspal dengan cara dari intrusi air dari
disemprot menggunakan aspal perkerasan yang retak- bisa menangani alur dan depresi.
(aspal cair, aspal emulsi dan aspal retak ke struktur
modifikasi) dan kemudian dilapisi perkerasan bagian bawah
dengan satu lapis agregat. b. Memperbaikin permukaan
perkerasan yang
mengalami pelepasan butir
c. Memberikan tekstur pada
perkerasan, sehingga
memberikan tahanan
gelincir atau memberikan
kekesatan pada
perkerasan.
Terdiri dari agregat, bahan pengisi, a. Menutup retak. a. Menggunakan polimer termodifikasi.
Lapis Permukaan Mikro air, dan aspal emulsi yang b. Mengurangi pelepasan b. Dapat dilintasi oleh kendaraan
(Microsurfacing) dicampur secara dingin dengan butiran. umumnya 1 jam setelah pekerjaan
menggunakan alat pencampur, c. Membuat permukaan selesai.
menjadi kedap air.
serta dilakukan penghamparan dan c. Tidak menambah kekuatan perkerasan,
d. Memperbaiki kekesatan
pemadatan (bila diperlukan) di atas hanya untuk memperbaiki karakteristik
permukaan.
permukaan perkerasan beraspal fungsional perkerasan.
e. Membantu mereduksi
eksisting yang telah disiapkan. kerusakan permukaan d. Retak direkomendasikan untuk
yang disebabkan oleh ditangani dengan sealing / filling
oksidasi. sebelum dilakukan micro-surfacing.
f. Tahan terhadap abrasi.
Berupa lapis tambah atau bagian a. Umur pelayanan panjang a. Tidak dimaksudkan untuk perkuatan
Lapis Tipis Beton Aspal (LTBA) dari stragtegi mill dan fill dengan dan life cycle cost rendah struktural, hanya fungsional sebagai
ketebalan maksimum 30mm. bila ditempatkan pada strategi preservasi jalan.
Merupakan campuran beraspal struktur perkerasan yang b. Biaya penanganan awal bisa lebih
tinggi.
panas yang menggunakan gradasi baik.
dengan ukuran maksimum 4,75mm b. Kemampuan untuk
dan 9,5mm. menahan lalu lintas yang
berat dan tegangan geser
yang tinggi.
c. Memiliki permukaan halus
(kedap) dan tingkat
kebisingan yang rendah.
d. Mudah didaur ulang dan
dipelihara.
Crack sealing digunakan untuk Menghindari masuknya air Performa sealent sangat bergantung pada
PCC Joint & Crack Sealing mengisi sambungan (joint) dan atau bahan lainnya kedalam desain sambungan (joint) yang benar dan
retak pada slab beton (PCC). perkerasan kebersihan saat pelaksanaan.
Biasanya sealent ini digunakan
pada tahap awal atau retak panel Bahan sealent yang digunakan
yang terisolasi. Untuk retak diantaranya:
extensive panel seperti kurangnya Hot-pour seals
dukungan pada slab atau Compression seals
kesalahan pada masa konstruksi Silicone seals
tidak dapat diperbaiki dengan
sealent ini.