Anda di halaman 1dari 41

2

Program Studi Teknik Sipil Modul ke


Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

MODUL PERTEMUAN KE – 14

MATA KULIAH :
BAHAN PERKERASAN JALAN (2 SKS)

CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK) :

Mampu memahami hubungan kualitas campuran dengan karateristik campuran


dan bahan -bahan penyusunnya dalam sistim pengendalian mutu, serta
kerusakan jalan yang terkait dengan mutu dan karateristik bahan perkerasan

DIKSRIPSI MATERI MATA KULIAH :


Pada mata kuliah ini mahasiswa belajar tentang factor-faktor penyebab
kerusakan jalan perkerasan lentur, jenis-jenis kerusakan jalan, metode
penanggulangan, factor-faktor kerusakan jalan perkerasan kaku dan metode
perbaikan dan kreteria pemilihan teknologi preventif

KEMAMPUAN AKHIR (SUB CMPK-14)


1. Mampu menjelaskan Pengertian dan identifikasi kerusakan jalan
2. Mampu menjelaskan kuatifikasi dan factor-faktor penyebab kerusakan jalan
dan kreteria pemilihan teknologi preventif berdasark tipe kerusakan dan
jenis perkerasan

INDIKATOR PENILAIAN :
 Ketepatan menjelaskan dan mengindentifikasi jenis-jenis kerusakan jalan
 Ketepatan dalam menentukan kuantifikasi dan menjelaskan factor-faktor
penyebab kerusakan jalan
 Ketepatan menjelaskan metode perbaikan berdasarkan tipe kerusakan dan
jenis perkerasan

METODE PEMBELAJARAN :
 Kuliah

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

 Dikusi
 Penugasan dalam persentasi makalah
TM : 1 x (2 x 50”)
PT : 1 x (2 x 60”)
BM : 1 x (2 x 60”)

PUSTAKA :
1. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Direktorat Jenderal
Bina Marga, 2017, Panduan Pemilihan Teknologu Pemeliharaan Preventif
Perkerasan Jalan.
2. OSM. Purba.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25717/3/Chapter%20II. pdf.
(diakses 26 Agustus 2016)
3. Rahmat Agus :https://www.slideshare.net/sendytha/02-aguskerusakan-
perkerasan-kaku, diunduh 22 mei 2019
4. Sukirman, S, 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung.
5. Tjitjik Wasiah Suroso, (2008) Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Dini Pada
Perkerasan Jalan Jalan. Jurnal Litbang Jalan,November, 2008

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

POKOK BAHASAN :

XIV. KERUSAKAN JALAN PERKERASAN LENTUR

14.1 FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN JALAN


Lapisan perkerasan sering mengalami kerusakan atau kegagalan
sebelum mencapai umur rencana. Kerusakan pada perkerasan dapat dilihat dari
kegagalan fungsional dan struktural. Kegagalan fungsional adalah apabila
perkerasan tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan yang direncanakan dan
menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan. Kegagalan struktural
terjadi ditandai dengan adanya rusak pada satu atau lebih bagian dari struktur
perkerasan jalan yang disebabkan lapisan tanah dasar yang tidak stabil, beban
lalu lintas, kelelahan permukaan, dan pengaruh kondisi lingkungan sekitar Purba,
(2011).
Kerusakan pada konstruksi jalan (demikian juga dengan bahu beraspal)
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
a) Air, yang dapat berasal dari hujan, sistem drainase jalan yang tidak baik, atau
naiknya air berdasarkan sifat kapilaritas air bawah tanah ;
b) Iklim, di Indonesia yang termasuk beriklim tropis dimana suhu dan curah hujan
yang umumnya tinggi;
c) Lalu lintas, yang diakibatkan dari peningkatan beban (sumbu kendaraan) yang
melebihi beban rencana, atau juga repetisi beban (volume kendaraan) yang
melebihi volume rencana sehingga umur rencana jalan tersebut tidak tercapai;
d) Material konstruksi perkerasan, yang dapat disebabkan baik oleh sifat/ mutu
material yang digunakan ataupun dapat juga akibat cara pelaksanaan yang
tidak sesuai; dan
e) Kondisi tanah dasar yang tidak stabil, yang mungkin disebabkan karena cara
pemadatan tanah dasar yang kurang baik, ataupun juga memang sifat tanah
dasarnya yang memang jelek.
14.2 JENIS-JENIS KERUSAKAN JALAN
14.2.1 Bentuk-Bentuk Kerusakan
Kerusakan yang terjadi pada perkerasan lentur adalah mencakup semua
kerusakan. Manurun, ( 2011) :
a. Retak (Cracks)

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

Retak adalah suatu gejala kerusakan/ pecahnya permukaan perkerasan


sehingga akan menyebabkan air pada permukaan perkerasan masuk ke
lapisan dibawahnya dan hal ini merupakan salah satu faktor yang akan membuat
luas/ parah suatu kerusakan (Departemen Pekerjaan Umum, 2007). Di dalam
pendekatan mekanika retak diasumsikan ada bagian yang lemah pada setiap
material.
Berdasarkan bentuknya retak dibagi menjadi: meander, garis, blok, kulit
buaya dan parabola.
1) Retak halus atau retak garis (hair cracking), lebar celah lebih kecil atau sama
dengan 3 mm, penyebab adalah bahan perkerasan yang kurang baik, tanah
dasar atau bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil.
Retak halus ini dapat meresapkan air ke dalam permukaan dan dapat
menimbulkan kerusakan yang lebih parah seperti retak kulit buaya bahkan
kerusakan seperti lubang dan amblas. Retak ini dapat berbentuk melintang
dan memanjang, dimana retak memanjang terjadi pada arah sejajar dengan
sumbu jalan, biasanya pada jalur roda kendaraan atau sepanjang tepi
perkerasan atau pelebaran, sedangkan untuk retak melintang terjadi pada
arah memotong sumbu jalan, dapat terjadi pada sebagian atau seluruh lebar
jalan. Model dan pola retak halus pada lapisan permukaan seperti pada
Gambar 14.1.

Gambar 14.1 Retak Halus (hair craks)

2) Retak kulit buaya (alligator crack), lebar celah lebih besar atau sama dengan
3 mm saling berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil yang
menyerupai kulit buaya. Retak ini disebabkan oleh bahan perkerasan yang

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

kurang baik, pelapukan permukaan, tanah dasar atau bagian perkerasan di


bawah lapisan permukaan kurang stabil, atau bahan pelapis pondasi dalam
keadaan jenuh air (air tanah naik) seperti pada Gambar 14.2 . Umumnya
daerah dimana terjadi retak kulit buaya tidak luas. Jika daerah dimana terjadi
retak kulit buaya luas, mungkin hal ini disebabkan oleh repetisi beban lalu
lintas yang melampaui beban yang dapat dipikul oleh lapisan permukaan
tersebut.

Gambar. 14.2 Retak Kulit Buaya ( Alligator craks)


3) Retak pinggir (edge crack), bentuk dan pola retak menunjukkan pola
retak memanjang jalan, dengan atau tanpa cabang yang mengarah ke
bahu dan terletak dekat bahu. Retak ini disebabkan oleh tidak baiknya
sokongan dari arah samping, drainase kurang baik, terjadinya
penyusutan tanah, atau terjadinya settlement di bawah daerah tersebut.
Akar tanaman yang tumbuh di tepi perkerasan dapat pula menjadi sebab
terjadinya retak pinggir ini. Retak dapat diperbaiki dengan mengisi celah
dengan campuran aspal cair dan pasir. Perbaikan drainase harus
dilakukan, bahu diperlebar dan dipadatkan.
4) Pada Gambar 14.3 menunjukkan bentuk retak sambungan bahu pada
lapisan perkerasan (edge joint crack), retak memanjang, umumnya terjadi
pada sambungan bahu dengan perkerasan. Retak dapat disebabkan oleh
kondisi drainase di bawah bahu jalan lebih buruk dari pada di bawah
perkerasan, terjadinya settlement di bahu jalan, penyusutan material bahu

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

atau perkerasan jalan, atau akibat lintasan truk / kendaraan berat dibahu
jalan;

Gambar. 14.3 Retak Sambungan Bahu dan Perkerasan (edge joint crack)
Ketidakstabilian lapisan tanah pondasi dan tingkat pemadatan yang tidak
optimal menyebabkan terjadi retak sambungan pada bahu jalan.
5) Retak sambungan jalan (lane joint cracks) seperti pada Gambar 14.4, retak
memanjang, yang terjadi pada sambungan 2 lajur lalu lintas. Hal ini
disebabkan tidak baiknya ikatan sambungan kedua lajur;

Gambar. 14.4 Retak Sambungan (lane joint cracks)


6) Pada Gambar 14.5 menunjukkan bentuk retak sambungan pelebaran jalan
(widening cracks), adalah retak memanjang yang terjadi pada sambungan
antara perkerasan lama dengan perkerasan pelebaran. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan daya dukung di bawah bagian pelebaran dan bagian jalan
lama, dapat juga disebabkan oleh ikatan antara sambungan tidak baik.
Sesuai dengan namanya retak ini terjadi pada sambungan dua jalur lalu

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

lintas dan berbentuk retak memanjang (longitudinal cracks). Retak ini dapat
terdiri atas beberapa celah yang saling sejajar.
Perbaikan dilakukan dengan mengisi celah-celah yang timbul dengan
campuran aspal cair dan pasir. Jika tidak diperbaiki, air dapat meresap
masuk ke dalam lapisan perkerasan melalui celah-celah, butir-butir dapat
lepas dan retak dapat bertambah besar. Tindakan perbaikan dapat
dilakukan dengan lapisan tipis atau sand sheet pada permukaan aspal yang
mengalami kerusakan atau keretakan. Keretakan pada sambungan pada
pelebaran jalan dikarenakan ketidakstabilan lapisan pondasi atas.

Gambar. 14.5 Retak Sambungan Pelebaran Jalan (widening cracs)


7) Retak refleksi (reflection cracks), retak memanjang, melintang, diagonal atau
membentuk kotak. Pada Gambar 14.6 retak refleksi terjadi pada lapis
tambahan (overlay) yang menggambarkan pola retakan dibawahnya. Retak
refleksi dapat terjadi jika retak pada perkerasan lama tidak diperbaiki secara
baik sebelum pekerjaan overlay dilakukan. Retak refleksi dapat pula terjadi
jika terjadi gerakan vertical / horizontal dibawah lapis tambahan sebagai
akibat perubahan kadar air pada jenis tanah yang ekspansif;

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

Gambar. 14.6 Retak Refleksi (reflection cracks)


8) Retak susut (shrinkage cracks) seperti pada Gambar 14.7, dimana pola retak
yang terjadi saling bersambungan membentuk kotak-kotak besar dengan
susut tajam. Retak disebabkan oleh perubahan volume pada lapisan pondasi
dan tanah dasar;

Gambar. 14.7 Retak Susut (shrinkage cracks)


9) Retak slip (slippage cracks), retak yang bentuknya melengkung seperti bulan
sabit (Gambar 14.8). Hal ini terjadi disebabkan oleh kurang baiknya ikatan
antar lapis permukaan dan lapis dibawahnya.

Gambar. 14.8 Retak Slip (slippage cracks)


Retak selip pun dapat terjadi akibat terlalu banyaknya pasir dalam
campuran lapisan permukaan, atau kurang baiknya pemadatan lapisan
permukaan. Perbaikan dapat dilakukan dengan membongkar bagian yang
rusak dengan dan menggantikannya dengan lapisan yang lebih baik.
b) Perubahan Bentuk (deformation)

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

Dikenal juga dengan istilah Distorsion. Kerusakan ini menyebabkan


perubahan bentuk permukaan perkerasan dari bentuk aslinya. Deformasi dapat
dibedakan atas: alur (rutting), keriting (corrugation), sungkur (shoving), amblas
(depression), dan jembul (upheaval). Distorsi dapat dibedakan atas :
1) Alur (ruts), yang terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan.
Bentuk alur pada Gambar 14.9 dapat merupakan tempat
menggenangnya air hujan yang jatuh di atas permukaan jalan,
mengurangi tingkat kenyamanan, dan akhirnya dapat timbul retak-
retak. Terjadinya alur disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang
padat, dengan demikian terjadi tambahan pemadatan akibat repetisi
beban lalu lintas pada lintasan roda

Gambar. 14.9 Alur (ruts)


Campuran aspal dengan stabilitas rendah dapat pula menimbulkan
deformasi plastis. Perbaikan dapat dilakukan dengan melakukan metode
perbaikan P6 (perataan) untuk kerusakan alur ringan. Untuk kerusakan
alur yang cukup parah dilakukan perbaikan P5 (penambalan lubang);
2) Keriting (corrugation), alur yang terjadi melintang jalan seperti pada
Gambar 14.10. Dengan timbulnya lapisan permukaan yang berkeriting ini
pengemudi akan merasakan ketidaknyamanan dalam mengemudi.
Penyebab kerusakan ini adalah rendahnya stabilitas campuran yang
dapat berasal dari terlalu tingginya kadar aspal, terlalu banyak
menggunakan agregat halus, agregat berbentuk butiran dan
berpermukaan licin, atau aspal yang dipergunakan mempunyai penetrasi

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

yang tinggi. Keriting dapat juga terjadi jika lalu lintas dibuka sebelum
perkerasan mantap (untuk perkerasan yang menggunakan aspal cair);

Gambar. 14.10 Keriting (corrugation)


3) Sungkur (shoving), pada Gambar 14.11 menunjukkan deformasi plastis
yang terjadi setempat, ditempat kendaraan sering berhenti, kelandaian
curam, dan tikungan tajam. Kerusakan terjadi dengan atau tanpa retak.
Penyebab kerusakan sama dengan kerusakan keriting;

Gambar. 14.11 Sungkur (shoving)


4) Amblas (grade depressions), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak.
Amblas dapat terdeteksi dengan adanya air yang tergenang. Air yang
tergenang ini dapat meresap ke dalam lapisan permukaan yang akhirnya
menimbulkan lobang. Penyebab amblas adalah beban kendaraan yang
melebihi apa yang direncanakan, pelaksanaan yang kurang baik, atau
penurunan bagian perkerasan dikarenakan tanah dasar mengalami
settlement.

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

c) Cacat Permukaan (surface defect)


Kerusakan ini sering disebut dengan Disintegration. Kerusakan ini
ditimbulkan akibat pecahnya lapisan permukaan menjadi fragmen-fragmen
kecil yang jika dibiarkan akan menyebabkan kehancuran total seluruh
perkerasan. Kerusakan ini dikelompokan menjadi: delaminasi (delamination),
kegemukan (bleeding), pengausan (polishing), pelepasan butir (raveling),
pengelupasan lapis perkerasan (stripping), dan tambalan (patches).
4) Cacat Tepi (edge defect)
Kerusakan ini terjadi pada pertemuan tepi permukaan perkerasan dengan
bahu jalan tanah (bahu tidak beraspal) atau juga pada tepi bahu jalan
beraspal dengan tanah sekitarnya. Bentuk kerusakan cacat tepi permukaan
dibedakan atas gerusan tepi (edge break) dan penurunan tepi (edge drop).
Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul itu tidak disebabkan oleh
satu faktor saja, tetapi dapat merupakan gabungan dari penyebab yang saling
kait-mengait. Sebagai contoh adalah retak pinggir, pada awalnya dapat
diakibatkan oleh tidak baiknya sokongan dari damping. Dengan terjadinya
retak pinggir, memungkinkan air meresap masuk ke lapis di lubang-lubang
disamping melemahkan daya dukung lapisan di bawahnya (Departemen
Pekerjaan Umum, 2007).
Kerusakan pada struktur perkerasan jalan ke dalam beberapa kategori
Highway Development and Management, (2001), yaitu:
(1) Kerusakan permukaan jalan
Pada kategori kerusakan permukaan jalan dibagi menjadi tiga bagian:
(a). Retak (cracking);
(b) Lubang (potholing);
(c) Pelepasan butir (raveling); dan
(d). Cacat tepi perkerasan (edge break).
(2) Kerusakan deformasi
Pada kategori kerusakan deformasi dibagi menjadi dua bagian:
(a) Alur (rutting);
(b). Ketidakrataan (roughness).
(3) Kerusakan tekstur permukaan jalan
Pada kategori tekstur permukaan jalan dibagi menjadi dua bagian:

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

(a) Kedalaman tekstur (texture depth);


(b). Kekesatan (skid resistance).
(4) Kerusakan akibat sistem drainase yang buruk
14.2.2 Skema Kerusakan Jalan
Bahan perkerasan jalan terdiri dari aspal dan agregat dimana jumlah dan
mutunya sangat menentukan mutu perkerasan jalan disamping beberapa faktor
antara lain temperatur pencampuran, temperatur penghamparan,temperatur
pemadatan dan lainnya. Aspal merupakan bahan pengikat agregat apabila
kadarnya kurang dari kebutuhan maka aspal yang melapisi agregat menjadi tipis,
yang berakibat pengerasan lebih besar yang pada akhirnya mudah retak atau
terjadi pengelupasan sebagai akibat terjadinya oksidasi yang terjadi pada aspal.
Oksidasi terjadi pada tebal lapisan 5 micron sehingga apabila lapisan aspal sama
atau hanya sedikit lebih besar dari 5 micron maka aspal akan cepat menjadi
lapuk yang pada akhirnya mudah terjadi deformasi antara lain pengelupasan dan
retak.
Demikian pula apabila kepadatan perkerasan tidak terpenuhi sebagai
akibat kurangnya pemadatan (jumlah lintasan), atau tipe pemadat yang tidak
sesuai dengan kebutuhan, maka rongga antara agregat menjadi besar sehingga
oksidasi/ polimerisasi lebih cepat dibandingkan dengan perkerasan yang semua
faktor-faktor yang disyaratkan terpenuhi. Sebagai ilustrasi terjadinya kerusakan
jalan seperti pada Gambar 14.12 yang diakibatkan kurangnya kadar aspal yang
melapisi agregat, temperatur pencampuran yang rendah serta kepadatan
campuran beraspal yang rendah

 Kadar aspal rendah


Tebal lapisan Penurunan : Indeks
dan atau
tipis,  Penetrasi tinggi pelapukan
 Temperatur rendah
 Kenaikan titik lembek besar
dan atau
 Kepadatan rendah

 Kerusakan
Rongga besar secara dini
 Umur
pelayanan
rendah

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

Gambar 14.12 Skema Penyebab Kerusakan Dini Perkerasan Jalan


(Sumber : Suroso, 2008)

Setiap desain dan pelaksanan suatu struktur perkerasan jalan akan


menghasilkan perkerasan yang tahan terhadap pengerasan (hardening) aspal di
perkerasan. Hal yang menyangkut pada desain adalah tebal lapisan aspal,
rendahnya rongga udara, pemadatan yang sesuai akan menghasilkan
perkerasan dengan kepadatan yang tinggi, dengan demikian terjadinya oksidasi
bisa lebih lambat yang pada akhirnya perkerasan dapat mempunyai umur
pelayanan sesuai rencana. (Suroso, 2008).
Tebal lapisan aspal akan mempengaruhi terhadap kecepatan terjadinya
pelapukan aspal (Aging Index), makin tipis tebal lapisan aspal yang diakibatkan
rendahnya kadar aspal maka indek pelapukan menjadi besar, umur pelayanan
menjadi lebih rendah.
Pada Gambar 14.13 hubungan kepadatan perkerasan berhubungan
dengan rongga diantara agregat maupun rongga dalam campuran (The Shell
Bitumen, 1995) menunjukkan besarnya rongga berhubungan dengan
pengerasan atau nilai penetrasi aspal, makin besar rongga maka makin kecil nilai
penetrasi sebagai hasil terjadinya oksidasi dan polimerisasi aspal.

Kadar rongga %

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

Gambar 14.13 Pengaruh Kadar Rongga Dalam Campuran Terhadap


Penetrasi Aspal (Modifikasi sumber The shell Bitumen,1990)

Hubungan indeks penuaan terhadap ketebalan lapisan seperti pada


Gambar 14.14, dimana aspal pada perkerasan jalan akan mengeras dari waktu
ke waktu yang secara otomatis akan menaikkan stiffness modulus (kekakuan)
perkerasan yang pada akhirnya perkerasan jalan akan mengalami retak.
Aspal pada perkerasan akan mengalami pengerasan cepat apabila setelah
pemadatan, perkerasan mempunyai rongga udara yang besar. Besarnya rongga
udara (air void) menunjukkan bahwa pemadatan kurang sesuai,kadar aspal yang
rendah menyebabkan tipisnya lapisan aspal pada agregat yang memicu
cepatnya pengerasan (hardening) sehingga menurunkan

ᶯa
Indeks Penuaan
ᶯo

Tebal film, micron

Gambar 14.14 Pengaruh Tebal Lapisan Aspal Terhadap Pelapukan Aspal


(Modifikasi sumber : The Shell Bitumen,1990)

Aspal pada perkerasan akan mengalami pengerasan cepat apabila


setelah pemadatan, perkerasan mempunyai rongga udara yang besar. Besarnya
rongga udara (air void) menunjukkan bahwa pemadatan kurang sesuai,kadar
aspal yang rendah menyebabkan tipisnya lapisan aspal pada agregat yang
memicu cepatnya pengerasan (hardening) sehingga menurunkan kemampuan
kelekatan aspal terhadap agregadan pada akhirnya terjadi retak
Faktor - faktor penyebab terjadinya kerusakan perkerasan jalan adalah :
1) Mutu dan gradasi agregat;

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

2) Mutu aspal;
3) Kadar aspal yang akan mempengaruhi tebal lapisan aspal;
4) Pemadatan (jumlah lintasan dan tipe pemadat) akan mempengaruhi besarnya
rongga udara;
5) Kurang sesuainya tipe aspal yang digunakan untuk daerah dan jumlah / tipe
kendaraan yang lewat;.
6) Temperatur, cuaca dan penyerapan air; dan
7). Beban kendaraan yang berlebih (over loading).
Agar perkerasan dapat tahan lama maka diusahakan hardening
diperlambat yaitu dengan :
1). Tebal lapisan aspal yang sesuai dengan hasil Job Mix Formula;
2) Rongga udara kecil ini dapat diperoleh apabila kepadatan lebih besar dari
95% kepadatan di laboratorium.
Besarnya rongga akan mempengaruhi kecepatan pengerasan aspal yang
ditunjukkan dengan rendahnya nilai penetrasi aspal. Perkerasan dengan rongga
udara yang besar akan menghasilkan penurunan penetrasi yang besar sebagai
akibat terjadinya oksidasi dan polimerisasi. Perkerasan dengan rongga yang baik
oksidasi akan berjalan lebih lama karena sinar matahari lebih susah menembus
sehingga aspal akan mempunyai nilai penetrasi aspal yang masih tinggi dengan
demikian perkerasan dapat berumur lama.
14.2.3 Pengaruh Nilai Penetrasi / Performance grade (PG) Terhadap
Terjadinya Alur Pada Perkerasan

Pemilihan tipe aspal dapat juga memicu kurang awetnya perkerasan


jalan, sebagai contoh apabila pada daerah yang panas dan lalu lintas tinggi
maka sebaiknya dipilih aspal yang tahan akan perubahan temperatur yaitu
aspal yang mempunyai titik lembek tinggi atau mempunyai tipe penetrasi rendah
atau PG tinggi. (Suroso, 2008). Aspal dengan nilai PG tinggi akan mempunyai
nilai temperatur tinggi apabila diuji dengan alat DSR (Dinamic Shear Rheometer).
Persyaratan aspal berdasarkan Performance Grade lebih sesuai karena
akan menghasikan temperatur aspal yang sesuai dengan temperatur daerah
yang kita inginkan. Apabila temperatur udara atau temperature perkerasan pada
temperatur yang tertinggi = 64o C maka pilihlah aspal dengan minimum PG 64-27
jangan memilih aspal dengan PG 56-26 karena akan mudah terjadi alur karena
kurang tahannya aspal tersebut terhadap temperatur tertinggi pada daerah

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

tersebut. Hubungan type bahan pengikat dengan kedalaman alur seperti pada
Gambar 14.15 yang menunjukkan bahwa semakin rendah tingkat penetrasi
aspal, semakin tinggi kedalaman alur akibat jejak roda ban kendaraan pada
kondisi temperatur yang tinggi. Peningkatan temperatur menyebabkan
perubahan sifat viscoelastis aspal pada campuran beton aspal mengakibatkan
ikatan pada campuran menjadi lemah sehingga agregat mengalami pergeseran
akibat beban kendaraan

Kedalaman Alur, mm

Gelled AB SBS SBS


Type bahan pengikat
Gambar 14.15 Jenis Aspal (PG) Vs Kedalaman Alur (Ruth Depth) (Modifikasi
sumber : Suroso, 2008)

Makin tinggi tipe aspal (PG aspal) seperi pada Gambar 14.16 maka

terjadinya alur di perkerasan jalan akan lebih kecil, hal ini disebabkan aspal yang

mempunyai temperatur yang tinggi, tidak mudah terpengaruh oleh temperatur

udara/perkerasan sehingga perkerasan lebih kuat terhadap beban lalu lintas.

Log Penetrasi

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

Gambar 14.16 Pengaruh Type aspal Vs Temperature (Modifikasi


sumber : Suroso, 2008)

14.2.4 Pengaruh Indek Penetrasi (Kepekaan Aspal Terhadap Perubahan


Temperatur)

Aspal dengan kepekaan terhadap temperatur (PI) tinggi dan PI rendah


maka pada temperatur 25°C akan mempunyai kemungkinan terjadinya
kerusakan berupa deformasi dan resiko terjadinya retak dengan tren sama,
namun pada temperatur rendah resiko terjadinya retak aspal dengan PI rendah
adalah lebih rendah dibandingkan aspal dengan PI tinggi, namun pada
temperatur tinggi akan mempunyai resiko terhadap terjadinya retak dan resiko
terjadinya deformasi. Hal ini dapat terlihat pada hubungan kekakuan aspal
maupun kekakuan campuran beraspal yang merupakan fungsi dari temperatur
dan Indek penetrasi aspal seperti pada Gambar 14.17.

Temperatur

Gambar 14.17 Nilai Penetrasi Indek Vs Kecepatan Deformasi dan Resiko


Terjadinya Retak (Modifikasi sumber : Suroso, 2008)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa : Ketidak awetnya suatu


perkerasan jalan atau sering disebut dengan kerusakan secara dini terjadi
disebabkan oleh beberapa faktor: (Bahan rapat koordinasi Departemen
Kimbangwil, Surabaya 2000 dalam Suroso, 2008). Uraian faktor penyebab
kerusakan perkerasan secara dini pada Tabel 14.1

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

Tabel 14.1 Beberapa Faktor Penyebab Kerusakan Perkerasan Secara Dini

No. KESALAHAN/KELALAIAN YANG AKIBAT YANG TERJADI/MASALAH CARA


DILAKUKAN YANG TMBUL MEMPERBAIKI/MENGATASI
1 Penggunaan aspal dengan nilai Campuran aspal menjadi keras/ Digunakan aspal yang sesua
penetrasi rendah lebih getah spesfikasi
2 Kadar aspal kurang dari jumlah Lapisan aspal terhadap agregat Gunakan kadar aspa yang sesuai
yang diperoleh dari JMF kecil/tipis.aspal akan cepat dengan hasil peresncanan
mengalami pengerasan,pelapukan campuran (JMF)
aspal, perkerasan cepat retak
3 Temperatur di AMP terlalu rendah Penyelimutan agergat oleh aspal Laksanakan pencampuran sesuai
tidak merata dengan spesifikasi, tergantung
jenis aspal
4 Temperatur pemadatan terlalu Pemadatan tidak sempurna, rongga - Lindungi campuran beraspal
rendah udara besar sehingga cepat terjadi dengan terpal agar penuruan
pengerasan aspal, cepat terjadi temperatur tidak terlalu tinggi
retak - Jarak AMP dengan lokasi harus
paling lama 2 jam
- Jangan lakukan pemadatan
pada saat hujan
5 Temperatur pemadatan terlau Terjadi alur pada perkerasan Lakukan sesuai temperatur
tinggi pemadatan yang sesuai
6 Temperatur pencampuran tidak Target pemadatan tidak dipenuhi Lakukan pencampuran sesuai
sesuai dengan hasil dari dengan hasil dari pengujian
laboratorium laboratorium
7 Jumlah lintasan tidak ditetapkan Lintasan kurang dari target tidak Lakukan jumlah lintasan sesuai
dengan hasil percoban tercapai dengan hasil dari pengujian
Lintasan berlebih akan terjadi retak laboratorium
8 Menggunakan material yang tidak Kelekatan aspal terhada[ agregat Material yang harus digunakan
bersih kuran sehingga kualitas campuran harus selalu bersih dan menuhi
tidak bisa dipertanggungjawabkan persyaratan
9 Resep campuran sangat penting Persyaratan material tidak Dalam pembuatan JMF sejauh
pengaruhnya terhadap mutu terpenuhi sehingga kuallitas tidak mungkin menggunakan matrial
campuran berasapal terpebuhi sehingga kualitas tidak yang ada di dekat lokasi
Resep campuran (JMF) ditetapkan seperti yang diharapkan
tanpa mempertimbangkan
ketersediaan material, cara
pelaksanaan dan harga
10 Menggunakan batu kerikil (bukan Batu kerikil bulat tidak salin Gunakan batu kerikil yang
batu pecah) tanpa pengawasan mengunci (interloking) sehingga meminuhi syarat
ketat stabilitas campiuran menjadi
rendah
11 Tidak memggunakan thermometer Kualitas campuran tidak terkontrol Gunakan tjermometer dan ukur
untuk memantau hasil campuran, pada setiap tahapan agar sesuai
penghamparan dan pemadatan persyaratan
Sumber : Suroso, (2008)

14.2.5 Pengaruh Beban Lalu Lintas

Perkerasan dan struktur permukaan merupakan struktur yang terdiri dari


satu atau beberapa lapis perkerasan dimana fungsinya untuk mendukung berat
dari beban lalu lintas tanpa menimbulkan kerusakan yang berarti pada konstruksi

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

jalan itu sendiri. Struktur perkerasan terdiri dari beberapa lapisan dengan
kekerasan dan daya dukung yang berbeda-beda, tiap lapisan perkerasan harus
terjamin kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan mengalami distress
yaitu perubahan karena tidak mampu menahan beban dan tidak cepat kritis atau
failure. Struktur perkerasan jalan dalam menjalankan fungsinya berkurang
sebanding dengan bertambahnya umur perkerasan dan bertambahnya beban
lalu lintas yang dipikul dari kondisi awal desain perkerasan tersebut. Umur
perkerasan jalan ditetapkan pada umumnya berdasarkan jumlah kumulatif
lintasan kendaraan standar (CESA, Cumulative Equivalent Standard Axle) yang
diperkirakan akan melalui perkerasan tersebut, diperhitungkan dari mulai
perkerasan tersebut dibuat dan dipakai untuk umum sampai dengan perkerasan
tersebut dikategorikan rusak (habis masa pelayanannya). Sebagai salah satu
jalan negara, jalur pantura memiliki peran penting dalam pengembangan
perekonomian nasional. Perkembangan ekonomi tersebut diikuti dengan
pertumbuhan lalu lintas yang terjadi di ruas ini, baik dari segi jumlah kendaraan
dan beban yang diangkut. Permasalahan yang berulang kali terjadi adalah
kerusakan jalan dan pengurangan umur layanan perkerasan jalan sebagai
indikasi kerusakan jalan banyak dituduhkan sebagai penyebab terjadinya
kerusakan jalan.
Terdapatnya kendaraan berlebih pada jalan disebabkan penyelewengan
pengawasan pada jembatan timbang terhadap beban kendaraan yang melintasi
jalan.Dampak nyata yang ditimbulkan oleh muatan berlebih (over loading) adalah
kerusakan jalan sebelum periode / umur teknis rencana tercapai. Dampak negatif
lain yang timbul dari kelebihan muatan adalah menurunnya tingkat keselamatan,
menurunnya tingkat pelayanan lalu lintas, dan menurunnya kualitas lingkungan
Secara definisi beban berlebih (over loading) adalah suatu kondisi beban gandar
kendaraan melebihi beban standar yang digunakan pada asumsi desain
perkerasan jalan atau jumlah lintasan operasional sebelum umur rencana
tercapai, atau sering disebut dengan kerusakan dini. Sedangkan umur rencana
perkerasan jalan adalah jumlah repetisi beban lalu lintas (dalam satuan
Equivalent Standard Axle Load, ESAL) yang dapat dilayani jalan sebelum terjadi
kerusakan struktural pada lapisan perkerasan. Kerusakan jalan akan terjadi lebih
cepat karena jalan terbebani melebihi daya dukungnya. Kerusakan ini
disebabkan oleh salah satu faktor yaitu terjadinya beban berlebih (over sloading)

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

pada kendaraan yang mengangkut muatan melebihi batas beban yang


ditetapkan yang secara signifikan akan meningkatkan daya rusak (VDF, Vehicle
Damage Factor) kendaraan yang selanjutnya akan memperpendek umur
pelayanan jalan. Beban berlebih (oveload) akan menyebabkan kerusakan dini
akan terjadi pada jalan, karena jalan terbebani oleh kendaraan yang mengangkut
beban berlebih, hal ini akan menyebabkan CESA rencana akan tercapai sebelum
umur jalan yang direncanakan pada saat mendesain jalan. Umur rencana
perkerasan jalan adalah jumlah tahun dari saat jalan tersebut dibuka untuk lalu
lintas kendaraan sampai diperlukan suatu perbaikan struktural atau sampai
diperlukan overlay lapisan perkerasan. Sukirman, (1999)
Angka ekivalen adalah angka yang menunjukkan jumlah lintasan dari
sumbu tunggal seberat 8,16 ton yang akan menyebabkan kerusakan yang sama
atau penurunan indeks permukaan yang sama apabila kendaraan tersebut lewat
satu kali. Setiap jenis kendaraan akan mempunyai angka ekivalen (VDF, vehicle
damage factor) yang berbeda yang merupakan jumlah angka ekivalen dari
sumbu depan dan sumbu belakang. Jenis dan besarnya beban kendaraan yang
beraneka ragam menyebabkan pengaruh daya rusak dari masing-masing
kendaraan terhadap lapisan-lapisan perkerasan jalan raya tidaklah sama.
Semakin besar muatan / beban suatu kendaraan yang dipikul lapisan perkerasan
jalan maka umur perkerasan jalan akan semakin cepat tercapai, hal ini
disebabkan kendaraan-kendaraan yang melintas memiliki angka ekivalen yang
makin besar dan kendaraan yang lewat pada suatu lajur jalan raya memiliki
beban siklus atau suatu beban yang berulang-ulang yang mempengaruhi indeks
permukaan akhir umur rencana (IPt) dari perkerasan jalan raya. Sukirman,
(1999)
14.2.6 Drainase Jalan

Genangan air yang terjadi di kota-kota berdampak pada kondisi social


dan ekonomi masyarakat terutama pada transportasi darat. Ada beberapa
infrastruktur jalan dalam kota yang terkena dampak genangan dan limpasan air
di badan jalan. Dampak pada konstruksi jalan yaitu perubahan bentuk lapisan
permukaan jalan berupa lubang, bergelombang, retak-retak dan pelepasan
butiran serta gerusan tepi yang menyebabkan pelayanan kinerja jalan menjadi
menurun.

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

Dalam pengamatan empiris menunjukan bahwa timbulnya genangan air


di atas permukaan jalan dominan di sebabkan oleh sistim drainase jalan yang
tidak terintegrasi dengan sistim tata air special areal sekitar jalan serta semakin
kecil luas akibat penataan ruang yang tidak terkendali.
Teori perkerasan jalan menyatakan air merupakan musuh utama
terutama konstruksi flexible pavement. Genangan air akan memberikan
kesempatan melewati pori permukaan jalan beraspal yang akan merusak ikatan
agregat aspal. Parameter pengaruh yang harus dicermati adalah durasi waktu air
mengenang di atas permukaan jalan dari pada tingginya genangan.
Drainase jalan mengandung pengertian membuang atau mengalirkan air
(air hujan, air limbah, atau air tanah) ke tempat pembuangan yang telah
ditentukan dengan cara gravitasi atau menggunakan sistem pemompaan. Secara
umum dikenal adanya 2 (dua) sistem drainase yaitu sistem drainase permukaan
dan sistem drainase bawah permukaan. Kedua sistem tersebut direncanakan
dengan maksud untuk mengendalikan ”air” sebagai upaya memperkecil
pengaruh buruk air terhadap perkerasan jalan maupun subgrade (tanah dasar).
Fungsi drainase jalan dengan demikian ada 2 (dua) cakupan yaitu :
a)  Memperkecil kemungkinan menurunnya daya dukung subgrade karena kadar
airnya naik melebihi kadar air optimum sebagai akibat dari merembesnya air
hujan ke dalam subgrade melalui pori-pori perkerasan jalan atau yang
berasal dari air tanah yang naik ke permukaan;
b)  Memperkecil kemungkinan rusaknya perkerasan jalan sebagai akibat
terendamnya perkerasan jalan oleh genangan air hujan
Pengaruh merembesnya air ke dalam pori-pori perkerasan karena
drainase jalan yang tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan penurunan
sebesar 30%-50% modulus elastis perkerasan jalan. Fakta di lapangan
memperlihatkan genangan air di permukaan jalan lebih disebabkan sistim
drainase jalan yang tidak terintegrasi dengan sistim tata air wilayah. (Susanto
&Taufik, 2015).
14.3. METODE PENANGULANGAN
14.3.1   Penangulanan Kerusakan Retak (Crack)
Retak dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor dan melibatkan mekanisme yang kompleks. Secara teoritis,
retak dapat terjadi bila tegangan taik yang terjadi pada lapisan aspal melampui

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

tegangan tarik maksimum yang dapat ditahan oleh perkerasan tersebut.


Misalnya, retak cleh kelelahan (fatigue) terjadi akibat tegangan tank berulang-
ulang akibat beban lalu-lintas. Perkerasan yang kurang kuat tidak mempunyai
tahanan terhadap tegangan tarik yang tinggi. Mengacu pada AUSTROADS
(1987), retak pada perkerasan lentur dapat dibedakan menurut bentuknya yaitu :
a.. Retak memanjang (longitudinal craks)
Retak berbentuk memanjang pada perkerasan jalan, dapat terjadi dalam
bentuk tunggal atau berderet yang sejajar dan kadang-kadang sedikit bercabang.
Retak memanjang dapat terjadi oleh labilnya lapisan pendukung dari struktur
perkerasan. Retak memanjang dapat timbul oleh akibat beban maupun bukan.
Retak yang bukan akibat beban, misalnya oleh akibat adanya sambungan
pelaksanaan ke arah memanjang.
Faktor penyebab kerusakan :
1. Gerakan arah memanjang oleh akibat kurangnya gesek internal dalam
lapis pondasi (base) atau tanah-dasar, sehingga lapisan tersebut kurang
stabil.
2. Adanya perubahan volume tanah di dalam tanah-dasar oleh gerakan
vertikal.
3. Penurunan tanah urug atau bergeraknya lereng timbunan. Lebar celah
bisa mencapai 6 mm, sehingga memungkinkan adanya infiltrasi air dari
permukaan.
4. Adanya penyusutan semen pengikat pada lapis pondasi (base) atau
tanah-dasar.
5. Kelelahan (fatigue) pada lintasan roda.
6. Pengaruh tegangan termal (akibat perubahan suhu) atau kurangnya
pemadatan.
Resiko lanjutan
1. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan
2. Retak meluas ke seluruh area perkerasan.
3. Retak dengan celah yang terlalu besar memungkinkan air masuk ke lapis
pondasi dan tanah-dasar, sehingga melemahkan lapisan pendukung
perkerasan.
Cara perbaikan

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

Perbaikan atau penutupan retakan didasarkan pada ukuran dan tingkat


kerusakannya
b. Retak melintang ( transverse cracks)
Retak melintang merupakan retakan tunggal (tidak bersambungan satu
sama lain) yang melintang perkerasan. Perkerasan, retak ketika temperatur atau
lalu-lintas menimbulkan tegangan dan regangan yang melampaui kuat tarik atau
kelelahan dari campuran aspal padat. Retak melintang akan terjadi biasanya
berjarak lebar, yaitu sekitar 15 - 20 m. Dengan berjalannya waktu, retak
melintang berkembang pada interval jarak yang Iebih pendek. Retak awalnya
nampak sebagai retak rambut, danakan semakin lebar dengan berjalannya
waktu.
Faktor penyebab kerusakan
1. Penyusutan bahan pengikat pada lapis pondasi dan tanah-dasar.
2. Sambungan pelaksanaan atau retak susut (akibat temperature rendah
atau pengerasan) aspal dalam permukaan.
3. Kegagalan struktur lapis pondasi.
4. Pengaruh tegangan termal (akibat perubahan suhu) atau kurangnya
pemadatan.
Resiko lanjutan
1. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu-lintas.
2. Retak meluas ke seluruh area perkerasan.
3. Retakan dengan celah yang terlalu besar memungkinkan air masuk ke
lapis pondasi dan tanah-dasar, sehingga melemahkan lapisan pendukung
perkerasan.
Cara perbaikan
Perbaikan atau penutupan retakan didasarkan pada ukuran dan tingkat
kerusakannya
c.  Retak diagonal (diagonal cracks)
Retak diagonal adalah retakan yang tidak bersambungan satu sama lain yang
arahnya diagonal terhadap perkerasan.
Faktor penyebab kerusakan
a. Refleksi dari retak susut atau sambungan pada material pengikat yang
berada di bawahnya [umumya beton semen portland, lapis pondasi rekat
(cemented base) dan lapis pondasi aspal (asphalt base)].

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

b. Terjadi beda penurunan antara timbunan, galian atau bangunan.


c. Desakan akar pohon-pohonan.
d. Pemasangan bangunan layanan umum.
Resiko lanjutan
a. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan
b. Retak meluas ke seluruh area perkerasan.
c. Retakan dengan celah yang terlalu besar memungkinkan air masuk ke
lapis pondasi dan tanah-dasar, sehingga melemahkan lapisan pendukung
perkerasan.
Cara perbaikan
Perbaikan atau penutupan retakan didasarkan pada ukuran dan tingkat
kerusakannya
d. Retak Berkelok-kelok (Meandering Cracks)
Retak berkelok-kelok adalah retak yang tidak saling berhubungan, polanya tidak
teratur, dan arahnya bervariasi biasanya sendiri-sendiri
Faktor penyebab kerusakan
a. Penyusutan material di bawah material rekat atau material butiran halus
tertentu.
b. Pelunakan tanah di pinggir perkerasan akibat kenaikan kelembaban,atau
terjadi beda penurunan antara timbunan, galian atau struktur
c. Pengaruh akar tumbuh-tumbuhan.
Resiko lanjutan
a. Mengganggi kenyamanan dan keselamatan lalu-lintas.
b. Retak meluas ke seluruh area perkerasan.
c. Retakan dengan celah yang terlalu besar memungkinkan air masuk ke
lapis pondasi dan tanah-dasar, sehingga melemahkan lapisan pendukung
perkerasan.
Cara perbaikan
Perbaikan atau penutupan retakan didasarkan pada ukuran dan tingkat
kerusakannya
e. Retak reflektif sambungan (joint reflective cracks)
Kerusakan ini umumnya terjadi pada permukaan perkerasan aspal yang telah
dihamparkan di atas perkerasan beton semen portland (Portland Cement
Concrete, PCC). Retak terjadi pada lapis tambahan (overlay) aspal yang

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

mencerminkan pola retak dalam perkerasan beton lama yang berada di


bawahnya
Faktor penyebab kerusakan
a. Gerakan vertikal atau horizontal pada lapisan dibawah lapis tambahan,
yang timbul akibat ekspansi dan kontraksi saat terjadi perubahan
temperatur atau kadar air.
b. Gerakan tanah pondasi.
c. Hilangnya kadar air dalam tanah-dasar yang kadar lempungnya tinggi.
Resiko lanjutan
a. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu-lintas.
b. Retak meluas ke seluruh area perkerasan.
Cara perbaikan
Perbaikan atau penutupan retakan didasarkan pada ukuran dan tingkat
kerusakannya
f. Retak blok (block cracks)
Retak blok ini berbentuk blok-blok besar yang saling bersambuitgan, dengan
ukuran sisi blok 0,20 sampai 3 meter, dan dapat membentuk sudut atau pojok
yang tajam. Kerusakan ini bukan karena beban lalu-lintas. Kesulitan sering terjadi
untuk membedakan apakah retak blok disebabkan oleh perubahan volume di
dalam campuran aspal atau di dalam lapis pondasi (base) atau tanah-dasar.
Faktor penyebab kerusakan
a. Perubahan volume campuran aspal yang mempunyai kadar agregat halus
tinggi dari aspal penetrasi rendah dan agregat yang mudah menyerap
(odsorptive aggregate).
b. Pengaruh siklus temperatur harian dan pengerasan aspal.
c. Sambungan dalam lapisan beton yang berada di bawahnya.
d. Retak akibat kelelahan (fatigue) dalam lapisan aus aspal.
Resiko lanjutan
a. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu-lintas.
b. Retak meluas ke seluruh area perkerasan.
Cara perbaikan
a. Retak dapat ditutup dengan larutan pengisi. Retak yang besar diisi
dengan larutan emulsi aspal yang diikuti dengan penanganan permukaan
atau larutan pengisi.

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

b. Pengkasaran dengan pemanas (heater scarify) dan lapis tambahan


(overlay).
g. Retak kulit buaya (alligator cracks)
Retak kulit buaya adalah serangkaian retak memanjang paralel yang membentuk
banyak sisi menyerupai kulit buaya dengan lebar celah lebih besar atau sama
dengan 3 mm. Retak ini disebabkan oleh kelelahan akibat beban lalu-lintas
berulang-ulang. Retak kulit buaya terjadi hanya pada daerah yang dipengaruhi
beban kendaraan secara berulang-ulang, seperti pada lintasan roda. Karena itu,
retak ini tidak menyebar ke seluruh area perkerasan, kecuali jika pola lalu-
lintasnya juga menyebar.
Faktor penyebab kerusakan
a. Defleksi berlebihan dari permukaan perkerasan.
b. Gerakan satu atau lebih lapisan yang berada di bawah.
c. Modulus dari material lapis pondasi rendah.
d. Lapis pondasi atau lapis aus terlalu getas.
e. Kelelahan (fatigue) dari permukaan.
f. Pelapukan permukaan, tanah-dasar atau bagian perkerasan di bawah
lapis permukaan kurang stabil.
g. Bahan lapis pondasi dalam keadaan jenuh air, karena air tanah naik.
Resiko lanjutan
a. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan laiu-lintas.
b. Retak meluas ke seluruh area perkerasan.
Pilihan cara perbaikan
a. Penambalan parsial atau di seluruh kedalaman.
b. Jika tingkat kerusakan ringan, pemeliharaan sementara seperti menutup
dengan larutan penutup (slurry seal) atau penanganan permukaan yang
lain. Penambalan dapat membantu sebelum perbaikan permanen
dilakukan. Penutupan retakan dengan pengisi tidak begitu efektif untuk
perbaikan retak kulit buaya.
c. Lapisan tambahan.
h. Retak slip (slippage cracks) atau retak bentuk bulan sab
Retak selip atau retak yang berbentuk bulan sabit yang diakibatkan oleh gaya-
gaya horizontal yang berasal dari kendaraan. Retak ini diakibatkan oleh

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

kurangnya ikatan antara lapisan permukaan dengan lapisan


dibawahnya,sehingga terjadi penggelineiran.
Faktor penyebab kerusakan
a. Kurangnya ikatan lapisan permukaan dengan lapisan dibawahnya. Hal ini
dapat disebabkan oleh debu, minyak, karet, kotoran, air atau bahan lain
yang tidak adhesif yang berada diantara lapis aus (wearing course) dan
lapisan di bawahnya. Biasanya, buruknya ikatan terjadi akibat tidak
digunakannya tack coat atau prime coat dengan lapisan tipis aspal pada
agregat pondasi (base).
b. Campuran terlalu banyak kandungan pasimya
c. Pemadatan perkerasan kurang.
d. Tegangan sangat tinggi akibat pengereman dan percepatan kendaraan.
e. Lapis aus di permukaan terlalu tipis.
f. Modulus lapis pondasi (base) terlalu rendah.
Resiko lanjutan
a. Mengganggu kenyamanan dan keselamatan lalu-lintas.
b. Retak meluas ke seluruh area perkerasan
Cara perbaikan
Membongkar lapisan aspal yang rusak, kemudian dilakukan penambalan
permukaan
i.  Retak halus (hair cracking)
Retak halus (hair cracking) lebar celah lebih kecil atau sama dengan 3 mm,
penyebab adalah bahan perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau bagian
perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil. Retak halus ini dapat
meresapkan air ke dalam lapis permukaan
Penanggulangan jenis kerusakan ini dapat dipergunakan lapisan tipis aspal pasir
(latasir) yaitu lapisan penutup yang terdiri dari aspal dan pasir alam bergradasi
menerus dicampur, di hampar dan dipadatkan dengan ketebalan 1 – 2 cm. Dapat
pula digunakan leburan aspal (buras), yaitu lapisan penutup yang terdiri dari
lapisan aspal taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8 inchi.
14.3.2   Penangulangan Kerusakan Pada Pinggir Perkerasan
a. Retak pinggir (edge cracking)/pinggir pecah (Edge Breaks)

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

Retak tepi biasanya terjadi sejajar dengan tepi perkerasan dan berjarak
sekitar 0,3-0,5 m dari tepi luar. Akibat pecah pinggir perkerasan,maka bagian ini
menjadi tidak beraturan.
Faktor penyebab kerusakan
1. Kurangnya dukungan dari arah lateral (dari bahu jalan).
2. Drainase kurang baik.
3. Kembang susut tanah di sekitarnya.
4. Bahu jalan turun terhadap permukaan perkerasan.
5. Seal coat lemah, adhesi permukaan ke lapis pondasi (base)hilang.
6. Konsentrasi lalu-lintas berat di dekat pinggir perkerasan.
7. Adanya pohon-pohonan besar di dekat pinggir perkerasan.

Cara perbaikan
1. Perbaikan bergantung pada tingkat kerusakannya. Jika bahu jalan tidak
mendukung pinggir perkerasan, maka material yang buruk dibongkar dan
digantikan dengan material baik yang dipadatkan.
2. Jika air menjadi faktor penyebab kerusakan pecah, maka harus dibuatkan
drainase.
3. Penutupan retakan/penutupan permukaan.
4. Penambalan parsial.
b  Jalur/Bahu turun (Lane/Shoulder Drop-Off)
Jalur/bahu jalan turun adalah beda elevasi antara pinggir perkerasan dan
bahu jalan. Bahu jalan turun relatif terhadap pinggir perkerasan.Hal ini tidak
dipertimbangkan penting bila selisih tinggi bahu dan perkerasan kurang dari 10
sampai 15 mm.
Faktor penyebab kerusakan
1. Lebar perkerasan kurang.
2. Bahu jalan dibangun dengan material yang kurang tahan terhadap erosi
dan abrasi.
3. Penambahan lapis permukaan tanpa diikuti penambahan permukaan
bahu jalan.
Cara perbaikan

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

1. Untuk beda tinggi yang rclatif kccil dan bahu jalan berupa aspal, maka
campuran aspal panas (hot mix) dapat ditempatkanpada bagian yang
elevasinya berbeda.
2. Untuk beda tinggi yang besar, bahu jalan hams ditinggikan dengan
menghamparkan lapis tambahan (overlay).
3. Jika penyebabnya adalah drainase yang buruk, maka dibuatkan lagi
drainase yang baik.
4. Jika bahu jalan tidak diperkeras, maka dibongkar dan material jelek
diganti dengan material yang bagus dan dipadatkan.

14.3.3 Penangulangan Kerusakan Deformasi


Deformasi yaitu perubahan permukaan jalan dari profil aslinya merupakan
kerusakan penting karena mempengaruhi kualitas kenyamanan lalu lintas, dan
mencerminkan kerusakan struktur perkerasan. Mengacu pada AUSTROADS
(1987) dan Shahnin (1994) beberapa tipe deformasi perkerasan Lentur adalah :
a.  Bergelombang / keriting (Corrugation)
Keriting atau bergelombang adalah kerusakan akibat terjadinya deformasiplastis
yang menghasilkan gelombang-gelombang melintang atau tegak lurus arah
perkerasan. Gelombang-gelombang terjadi pada jarak yang relatif teratur,
dengan panjang kerusakan kurang dari 3 m di sepanjang perkerasan.
Faktor Penyebab dari adanya kerusakan
1. Aksi lalu lintas dan permukaan perkerasan atau lapis pondasi yang tidak
stabil karena kadar aspal terlalu tinggi
2. agregat halus terlalu banyak, agregat berbentuk bulat dan licin, semen
aspal terlalu lunak, kadar air terlalu tinggi
3. Kadar air dalam lapis pondasi granuler (granular base) terlalu tinggi,
sehingga tidak stabil.
Resiko lanjutannya
1. Area yang mengalami keriting meluas
2. Mengurangi kenyamanan dan keselamatan kendaraan
Untuk cara penanganannya
1. Menambal di seluruh kedalaman.
2. Jika perkerasan mempunyai agregat pondasi (base) dengan lapisan tipis
perawat permukaan, maka permukaan dikasarkan, kemudian dicampur

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

dengan material pondasi, dan dipadatkan lagi sebelum meletakkan


lapisan permukaan kembali (resurfacing).
3. Jika perkerasan mempunyai tebal permukaan aspal dan pondasi melebihi
50 mm, keriting dangkal dapat dibongkar dengan mesin pengupas
(pavement milling machine), diikuti dengan lapis tambahan (overlay) dari
campuran aspal panas 1-1MA (hot mix) agar struktur perkerasan lebih
kuat.
b.  Alur (rutting)
Alur adalah deformasi permukaan perkerasan aspal dalam bentuk turunnya
perkerasan ke arah memanjang pada lintasan roda kendaraan akibat beban lalu
lintas yang berulang pada lintasan road sejajar dengan as jalan, biasanya baru
tampak jelas saat hujan. Gerakan ke atas perkerasan dapat timbul di sepanjang
pinggir alur. Menurut Asphalt Institute MS-17, sebab-sebab terjadiya alur adalah
disebabkan oleh pemadatan (deformasi tanah dasar) atau perpindahan
campuran aspal yang tidak stabil.
Faktor Penyebab kerusakan yaitu :
1. Pemadatan lapis permukaan dan pondasi (base) kurang, sehingga akibat
beban lalu lintas lapis pondasi memadat lagi.
2. Kualitas campuran aspal rendah, ditandai dengan gerakan arah lateral
dan ke bawah dari campuran aspal di bawah beban roda berat
3. Gerakan lateral dari satu atau lebih dari komponen pembentuk lapis
perkerasan yang kurang padat. Contoh terjadinya alur pada lintasan roda
yang disebabkan oleh deformasi dalam lapis pondasi atau tanah-dasar
4. Tanah-dasar lemah atau agregat pondasi (base) kurang tebal, periadatan
atau terjadi pelemahan akibat infiltrasi air tanah agregat pondasi (base)
kurang tebal, dan infiltrasi air tanah.
Resiko lanjutan
1. Terjadi kenaikan perkerasan secara berlebihan di sepanjang sisi alur.
2. Mengurangi kenyamanan dan keselamatan kendaraan.
3. Alur apabila diuenangi air, selain kerusakan lebih meluas, juga dapat
mengakibatkan kecelakaan kendaraan.
Cara penanganannya yaitu :
1. Seluruh kedalaman atau penambahan lapis tambahan (overlay)
campuran aspal panas (hot mix) dengan perataan dan pelapisan

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

permukaan. Perbaikan alur dengan menambal permukaan, umumnya


hanya untuk perbaikan sementara.
2. Jika penyebabnya adalah lemahnya lapis pondasi (base) atau tanah-
dasar, pembangunan kembali perkerasan secara total mungkin
diperlukan, ternasuk juga penambahan drainase, terutama jika air
menjadi salah satu faktor penyebab kerusakan
c.  Amblas (depressions)
Amblas adalah penurunan perkerasan yang terjadi pada area terbatas
yang mungkin dapat diikuti dengan retakan penurunan. Ditandai dengan adanya
genangan air pada pemiukaan perkerasan yang membahayakan lalu-lintas yang
lewat diukur dengan straightedge.
Faktor penyebab kerusakan
1. Beban lalu-lintas berlebihan.
2. Penurunan sebagian dari perkerasan akibat lapisan di bawah perkerasan
mengalami penurunan.
Cara penanganannya yaitu :
1. Perawatan permukaan (surface treatment) atau micro surfacing.
2. Untuk area kerusakan yang besar, perbaikan dapat dilakukan dengan
menambal kulitnya (permukaan), atau menambal pada seluruh
kedalaman
e.  Sungkur (shoving)
Sungkur adalah perpindahan permanen secara lokal dan memanjang dari
permukaan perkerasan yang disebabkan oleh beban lalu lintas. Karena saat lalu
lintas mendorong perkerasan, timbul gelombang pendek di permukaannya
Faktor penyebab kerusakan
1. Stabilitas campuran lapisan aspal rendah. Kurangnya stabilitas campuran
dapat disebabkan oleh terlalu tingginya kadar aspal,terlalu banyaknya
agregat halus, agregat berbentuk bulat dan licin atau terlalu lunaknya
semen aspal.
2. Terlalu banyaknya kadar air dalam lapis pondasi granuler(granular
base).
3. Ikatan antara lapisan perkerasan tidak bagus
4. Tebal perkerasan kurang.
Resiko lanjutan

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

1. Area yang mengalami sungkur meluas.


2. Mengurangi kenyamanan dan keselamatan kendaraan.
3. Memicu terjadinya retakan dan air masuk ke dalam perkerasan.
Cara perbaikan
1. Perbaikan yang paling baik dilakukan dengan menambal di seluruh
kedalaman.
2. Jika perkerasan mempunyai agregat pondasi (base) dengan perawat
permukaan tipis, kasarkan permukaan, campur dengan material agregat
pondasi, dan padatkan sebelum meletakkan lapisan permukaan kembali
(resurfacing).
3. Jika perkerasan mempunyai tebal permukaan aspal dan lapis pondasi 50
mm, sungkur dangkal dapat dibongkar dengan mesin pengupas
(pavement milling machine), yang diiikuti dengan lapis tambahan
campuran aspal panas (hot mix) agar memberikan kekuatan yang cukup
pada perkerasan.
e.  Mengembang (swell)
Pengembangan adalah gerakan lokal ke atas dari perkerasan akibat
pengembangan (pembekuan air) dari tanah dasar atau dari bagian struktur
perkerasan. Perkerasan yang naik akibat tanah dasar yang mengembang ini
dapat menyebabkan retaknya permukaan aspal. Pengembangan dapat
dikarakteristikkan dengan gerakan perkerasan aspal, dengan panjang
gelombang > 3 m.
Faktor penyebab kerusakan
1. Mengembangnya material lapisan di bawah perkerasan atau tanah-dasar.
2. Tanah dasar perkerasan mengembang, bila kadar air naik. Umumnya, hal
ini terjadi bila tanah pondasi berupa lempung yang intidali mengembang
(lempung montmordlonite) oleh kenaikan kadar air.
Resiko lanjutan
1. Mengurangi kenyamanan dan membahayakan keselamatan kendaraan.
2. Memicu terjadinya retakan
Cara perbaikan
1. Menambal di seluruh kedalaman
2. Pembongkaran total area yang rusak dan menggantikannya dengan
material baru.

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

3. Perataan permukaan dengan cara menimbunnya dengan material baru.


4. Sembarang cara, untuk perbaikan pennanen, pada prinsipnya harus
ditujukan untuk menstabilkan kadar air dalam struktur perkerasan.
f.  Tonjolan dan turun (hump and sags)
Tonjolan adalah gerakan atau perpindahan ke atas, bersifat lokal dan kecil dari
permukaan perkerasan aspal. Sags adalah gerakan ke bawah dari permukaan
perkerasan. Bila perpindahan terjadi dalam area yang luas, disebuh swelling.
Kerusakan benjol tidak sama dengan sungkur, di mana kerusakan sungkur
diakibatkan oleh perkerasan yang tidak stabil. Jika benjolan nampak mempunyai
pola tegak lurus arah lalu-lintas dan berjarak satu sama lain kurang dari 10 ft (3
m), maka kerusakannya disebut keriting (corrugation).
Faktor penyebab kerusakan
1. Tekukan atau penggembungan dari perkerasan pelat beton di bagian
bawah yang diberi lapis tambahan (over/ay) dengan aspal.
2. Kenaikan oleh pembekuan es (lensa-lensa es).
3. Infiltrasi dan penumpukan material dalam retakan yang diikuti dengan
pengaruh beban lalu-lintas
Resiko lanjutan
Mengurangi kenyamanan dan keselamatan kendaraan.
Cara perbaikan
1. Cold mill.
2. Penambalan dangkal, parsial atau di seluruh kedalaman.
3. Pelapisan tambahan (overlay).

14.3.4 Penangulangan Kerusakan Tekstur Permukaan


Kerusakan tekstur permukaan merupakan kehilangan material perkerasan
secara berangsur-angsur dari lapisan pennukaan ke arah bawah. Perkerasan
nampak seakan pecah menjadi bagian-bagian kecil, seperti pengelupasan akibat
terbakar sinar matahari, atau mempunyai garis-garis goresan yang sejajar.
Butiran lepas dapat terjadi di atas seluruh permukaan, dengan lokasi terburuk di
jalur lalulintas. Beberapa kerusakan yang tidak diperbaiki, dapat mengakibatkan
berkurangnya kualitas struktur perkerasan. Kerusakan tekstur permukaan aspal
dapat dibedakan menjadi:
a. Pelapukan dan Butiran Lepas (Weathering and Raveling)

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

Faktor penyebab kerusakan


1. Campuran material aspal lapis permukaan kurang baik.
2. Melemahnya bahan pengikat dan/atau batuan.
3. Pemadatan kurang baik, karena dilakukan pada musim hujan.
4. Agrcgat hydrophilic (agregat mudah menyerap air).
Cara perbaikan
Perawatan permukaan dengan menggunakan chip .vcal atau slurry seal
b. Kegemukan (Bleeding/Flushing)
Kegemukan adalah hasil dari aspal pengikat yang berlebihan, yang bermigrasi ke
atas permukaan perkerasan. Kelebihan kadar aspal atau terlalu rendahnya
kadar udara dalam campuran, dapat mengakibatkan kegemukan. Kerusakan ini
menyebabkan permukaan jalan menjadi licin. Pada temperatur tinggi, aspal
menjadi lunak dan akan terjadi jejak roda.
Faktor penyebab kerusakan
1. Pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal.
2. Kadar udara dalam campuran aspal terlalu rendah.
3. Pemakaian terlalu banyak aspal pada pekerjaan prune coat atau tack
coat.
4. Pada tambiilan, terlalu banyaknya aspal di bawah permukaan tambalan.
5. Aeregat terpenetrasi ke dalam lapis pondasi, sehingga lapis pondasi
menjadi lemah.
Cara perbaikan
1. Pemberian pasir panas atau batu caring panas untuk mengimbangi
kelebihan aspal.
2. Jika kegemukan ringan, perawatan dilakukan dengan agregat seal coat,
dengan menggunakan agregat yang mudah menyerap
c.  Agregat licin / Aus (polished aggregate)
Agregat licin adalah licinnya permukaan bagian alas perkerasan, akibat
ausnya agregat di permukaan, Kecenderungan perkerasan menjadi licin
dipengaruhi oleh sifat-sifat geologi dari agregat. Akibat pelicinan agregat oleh lalu
lintas, aspal pengikat akan hilang dan permukaan jalan menjadi iicin, terutama
sesudah hujan, sehingga membahayakan kendaraan.
Faktor penyebab kerusakan

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

1. Agregat kasar di permukaan beton tidak tahan aus, berbentuk bulat dan
licin, tidak berbentuk kubikal. Beberapa agregat, khususnya batu
gamping. menjadi halus oleh pengaruh lalu-lintas.
2. Beberapa macam kerikil yang secara alarmi permukaannya halus, jika
digunakan untuk permukaan perkerasan tanpa memecahnya, maka akan
menyebabkan gangguan kekesatan permukaan jalan. Agregat halus ini
menjadi licin bila basah oleh air hujan.
Cara perbaikan
1. Pelapisan ulang (overlay) tipis.
2. Membersihkan bahan-bahan yang bisa membuat aus agregat dilapisan
permukaan
3. Penghamparan lapis tambahan (overlay).
d.  Stripping
Stripping adalah suatu kondisi hilangnya agregat kasar dari bahan
penutup yang disemprotkan, yang menyebabkan bahan pengikat dalam kontak
Iangsung dengan ban. Pada saat musim panas, aspal dapat tercabut dan
melekat pada ban kendaraan.
Faktor penyebab kerusakan
1. Kandungan pengikat terlalu sedikit.
2. Pengikat tidak mengikat batuan dengan baik (kotor, Agregrat hydrophylic,
batuan basah).
3. Penyerapan pengikat.
4. Kerusakan/ausnya batuan.
5. Pencampuran pengikat kurang baik.
6. Pemadatan kurang.
Cara perbaikan
Penghamparan lapis tambahan (overlay) tipis.
e. Lubang (Potholes)
Lubang adalah lekukan permukaan perkerasan akibat hilangnya lapisan
aus dart material lapis pondasi (base). Kerusakan berbentuk lubang kecil
biasanya berdiameter kurang dari 0.9 m dan berbentuk mangkuk yang dapat
berhubungan atau tidak berhubungan dengan kerusakan permukaan lainnya.
Lubang ini terjadi ketika beban lalu-lintas menggerus bagian-bagian kecil dari
permukaan perkerasan, sehingga air bisa masuk. Jika lubang pada perkerasan

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

diciptakan oleh akibat retak kulit buaya yang sangat parah, maka kerusakan ini
harus diidentifikasikan sebagai kerusakan lubang (pothole) dan bukan
kerusakan tipe pelapukan(weathering) (Shahin,1994).
Faktor penyebab kerusakan
1. Campuran material lapis permukaan yang kurang baik.
2. Air masuk ke dalam lapis pondasi lewat retakan di permukaan perkerasan
yang tidak segera ditutup.
3. Beban lalu-lintas yang mengakibatkan disintegrasi lapis pondasi.
4. Tercabutnya aspal pada lapisan aus akibat melekat pada ban kendaraan.
Cara perbaikan
1. Perbaikan permanen dilakukan dengan penambalan diseluruh
kedalaman.
2. Perbaikan sementara dilakukan dengan membersihkan lubang dan
mengisinya dengan campuran aspal dingin yang khusus untuk tambalan
f. Tambalan dan galian utilitas (patching and utility cut patching)
Tambalan (patch) adalah penutupan bagian perkerasan yang mengalami
perbaikan. Kerusakan tambalan dapat diikuti/tidak diikuti oleh hilangnya
kenyamanan kendaraan (kegagalan fungsional) atau rusaknya struktur
perkerasan. Rusaknya tambalan menimbulkan distorsi, disintegrasi, retak atau
terkelupas antara tambalan dan permukaan perkerasan asli. Kerusakan
tambalan dapat terjadi karena permukaan yang menojol atau ambles terhadap
permukaan permukaan perkerasan. Jika kerusakan terjadi pada tambalan maka
kerusakan tersebut belum tentu disebabkan oleh lapisan yang utuh.
Faktor penyebab kerusakan
a. Amblesnya tambalan umumnya disebabkan oleh kurangnya pemadatan
material urugan lapis pondasi (base) atau tambalan material aspal.
b. Cara pemasangan material bawah buruk.
c. Kegagalan dari perkerasan di bawah tambalan dan sekitarnya.
Cara perbaikan
a. Perbaikan atau penggantian tambalan di seluruh kedalaman untuk
perbaikan permanen.
b. Dilakukan penambalan permukaan untuk perbaikan sementara.
14.4 Kriteria Pemilihan Teknologi Preventif
14.4.1. Matriks Kerusakan Vs Teknologi Preventif

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

Pemilihan teknologi preventif (lentur dan kaku) berdasarkan kriteria jenis


kerusakan, dengan mempertimbangkan manfaat dan variabel lalu lintas harian
yang melewati ruas jalan tinjauannya pada Tabel 14.2.
Tabel 14.2. Matriks Kerusakan Vs Teknologi Preventif Perkerasan Lentur

Thin HMA
Uraian Overlay (LTBA)
Fog Chip Slurry Micro
Seal Seal Seal surfacing
Jenis Kerusakan
Pelepasan butir (raveling)
Retak Memanjang (longitudinal crack) √ √ √ √ √
Retak Melintang (transverse crack) √ √ √ √ √
Retak Tepi (edge crack) √ √ √ √
Retak Blok (block crack) √ √ √ √
Retak Buaya (alligator crack) √
Alur (rutting) *
Manfaat
Friksi
Oksidasi √
LHRT
< 2000 √ √ √ √ √
2000≤LHRT≤5000 √ √ √
> 5000 √ √ √

14.4.2. Pilihan Teknologi Preventif


Pemilihan teknologi preventif yang tepat untuk masing-masing jenis, tingkat, dan
sebaran kerusakan yang terjadi di ruas tinjauan, dapat dilihat pada Tabel 14.3.

Tabel 14.3. Pilihan Teknologi Preventif Perkerasan Lentur


Teknologi Penanganan Lentur Fog Seal Chip Seal Slurry Micro Thin HMA
Seal Surfacing Overlay
(LTBA)
Jenis Kerusakan Sebaran R S T R S T R S T R S T R S T
Kerusakan
 Pelepasan Butir < 20% √ √
(raveling) 20-50% √ √ √
>50% √ √ √ √
 Retak Memanjang < 20% √ √
(longitudinal crakc) 20-50% √ √ √
>50% √ √ √
 Retak Melintang < 20% √ √
(transverse crack) 20-50% √ √ √
>59% √ √ √
 Retak Tepi (edge crack) < 20% √ √
20-50% √ √ √
>50% √ √ √

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

 Retak Buaya (alligator edge) < 20% √


 Alur (rutting) < 20% √ √ √
20-50% √ √ √
>50% √

14.4.3 Prioritas Pemilihan Teknologi Preventif


Dalam melakukan prioritas pemilihan teknologi preventif yang tepat,
Perencana harus mengevaluasi segmen tinjauan dengan mengutamakan
kelayakan penggunaan teknologi preventif terkait dengan produktifitas peralatan.
Pemilihan prioritas teknologi preventif dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan
penanganan dominan. Untuk penanganan perkerasan kaku, harus dilakukan
survey dan investigasi terhadap kerusakan plat beton sehingga kebutuhan
penanganan dapat disesuaikan dan atau dikombinasikan antar pilihan
teknologi preventif perkerasan lentur dan Perkerasan Kaku
14.4.4 Tingkat dan Sebaran Kerusakan

Indikator keparahan pada tiap jenis kerusakan akan ditunjukan dari tingkat
kerusakan (distress severity), dengan kategori yang digunakan yaitu Rendah (R),
Sedang (S), dan Tinggi (T), dan masing-masing tingkat kerusakan dapat meliputi
beberapa kategori sebaran kerusakan seperti kecil, menengah, dan besar
14.4.5 Teknologi Preventif Jalan
Uraian pelasksanaan terhadap pemilihan teknologi serta metode
pelaksanaan dapat dilihat padat tabel 14.4

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

Teknologi Uraian Manfaat Keterangan


Metode aplikasi penyemprotan a. Menunda penuaan aspal. a. Berbiaya rendah (low cost)
Fog seal ringan aspal emulsi encer atau b. Mengisi celah retak
aspal emulsi yang diencerkan halus/kecil dan mengisi b. Ruas jalan harus ditutup untuk kendaraan
selama ±2 jam, selama bahan pengikat
dengan air pada permukaan rongga pada permukaan
mengering.
perkerasan beraspal eksisting. perkerasan.
c. Melapisi permukaan c. Hindari pemakaian berlebih karena akan
partikel agregat agar tidak mengakibatkan aspal lengket pada ban
terjadi lepasnya butiran atau permukaan jadi licin.
(raveling).
d. Menjadikan permukaan d. Gunakan tipe ikatan lambat (slow setting)
asal kedap air.
untuk sistem lalu lintas lambat, tipe ikatan
Penanganan permukaan a. Melindungi perkerasancepat (quickuntuk
Penanganan setting)
tebaluntuk sistemtidak
satu lapis, lalu

Chip Seal perkerasan aspal dengan cara dari intrusi air dari
disemprot menggunakan aspal perkerasan yang retak- bisa menangani alur dan depresi.
(aspal cair, aspal emulsi dan aspal retak ke struktur
modifikasi) dan kemudian dilapisi perkerasan bagian bawah
dengan satu lapis agregat. b. Memperbaikin permukaan
perkerasan yang
mengalami pelepasan butir
c. Memberikan tekstur pada
perkerasan, sehingga
memberikan tahanan
gelincir atau memberikan
kekesatan pada
perkerasan.

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

Teknologi Uraian Manfaat Keterangan


Terdiri dari agregat, bahan pengisi a. Menutup retak. a. Tidak menambah kekuatan perkerasan,
Bubur Aspal (Slurry seal) (bila diperlukan), air, dan aspal b. Mengurangi pelepasan hanya untuk memperbaiki karakteristik
emulsi yang dicampur secara butiran. fungsional perkerasan.
dingin dengan menggunakan alat c. Membuat permukaan b. Dapat dilintasi oleh kendaraan
menjadi kedap air.
pencampur, serta penghamparan umumnya <24 jam setelah pekerjaan
d. Memperbaiki kekesatan
dan pemadatan (bila diperlukan) di permukaan. selesai.
atas permukaan perkerasan e. Membantu mereduksi c. Retak direkomendasikan untuk
beraspal eksisting yang telah kerusakan permukaan ditangani dengan sealing / filling
disiapkan. yang disebabkan oleh sebelum dilakukan slurry seal, terutama
oksidasi. pada metoda Quick Setting.

Terdiri dari agregat, bahan pengisi, a. Menutup retak. a. Menggunakan polimer termodifikasi.
Lapis Permukaan Mikro air, dan aspal emulsi yang b. Mengurangi pelepasan b. Dapat dilintasi oleh kendaraan
(Microsurfacing) dicampur secara dingin dengan butiran. umumnya 1 jam setelah pekerjaan
menggunakan alat pencampur, c. Membuat permukaan selesai.
menjadi kedap air.
serta dilakukan penghamparan dan c. Tidak menambah kekuatan perkerasan,
d. Memperbaiki kekesatan
pemadatan (bila diperlukan) di atas hanya untuk memperbaiki karakteristik
permukaan.
permukaan perkerasan beraspal fungsional perkerasan.
e. Membantu mereduksi
eksisting yang telah disiapkan. kerusakan permukaan d. Retak direkomendasikan untuk
yang disebabkan oleh ditangani dengan sealing / filling
oksidasi. sebelum dilakukan micro-surfacing.
f. Tahan terhadap abrasi.

BAHAN PERKERASAN JALAN | 


2
Program Studi Teknik Sipil Modul ke
Fakultas Teknik
14
Universitas Muslim Indonesia

Teknologi Uraian Manfaat Keterangan

Berupa lapis tambah atau bagian a. Umur pelayanan panjang a. Tidak dimaksudkan untuk perkuatan
Lapis Tipis Beton Aspal (LTBA) dari stragtegi mill dan fill dengan dan life cycle cost rendah struktural, hanya fungsional sebagai
ketebalan maksimum 30mm. bila ditempatkan pada strategi preservasi jalan.
Merupakan campuran beraspal struktur perkerasan yang b. Biaya penanganan awal bisa lebih
tinggi.
panas yang menggunakan gradasi baik.
dengan ukuran maksimum 4,75mm b. Kemampuan untuk
dan 9,5mm. menahan lalu lintas yang
berat dan tegangan geser
yang tinggi.
c. Memiliki permukaan halus
(kedap) dan tingkat
kebisingan yang rendah.
d. Mudah didaur ulang dan
dipelihara.

Crack sealing digunakan untuk Menghindari masuknya air Performa sealent sangat bergantung pada
PCC Joint & Crack Sealing mengisi sambungan (joint) dan atau bahan lainnya kedalam desain sambungan (joint) yang benar dan
retak pada slab beton (PCC). perkerasan kebersihan saat pelaksanaan.
Biasanya sealent ini digunakan
pada tahap awal atau retak panel Bahan sealent yang digunakan
yang terisolasi. Untuk retak diantaranya:
extensive panel seperti kurangnya  Hot-pour seals
dukungan pada slab atau  Compression seals
kesalahan pada masa konstruksi  Silicone seals
tidak dapat diperbaiki dengan
sealent ini.

BAHAN PERKERASAN JALAN | 

Anda mungkin juga menyukai