Anda di halaman 1dari 9

Seminar Keinsinyuran 2022

ISSN (Cetak) 2798-0405


eISSN (Online) 2797-1775

Analisis Empiris Kerusakan Perkerasan Lentur Pada Ruas Jalan


Made Kecamatan Lakarsantri Kabupaten Gresik

Judo Harianto1, Diding Suhardi2,


1 PT. Bangun Sejajar Prima/ Jl. Wisma Permai II/39, Surabaya
2 Program Profesi Insinyur, Universitas Muhammadiyah Malang, Jl. Raya Tlogomas 246 Malang

Kontak Person:
Judo Harianto
Jl. Wisma Permai II/39 Surabaya
E-mail: haryantojudo@gmail.com

Abstrak
Suatu perkerasan jalan sangat penting diperhatikan,karena dengan perkerasan jalan yang baik akan memudahkan perjalanan
bagi alat transportasi darat. Dengan mudahnya akses perjalannan transportasi darat maka pertumbuhan ekonomi dan
kegiatan social lainnya dapat berjalan lancar. Perkerasan jalan perludiperhatikan agar meminimalisasi terjadinya kerusakan
pada jalan. Kerusakan jalan sangat berbahaya, selain dapat mengurangi pertumbuhan ekonomi kerusakan jalan dapat
mengakibatkan kecelakaan yang dapat mengakibatkan pengendara meninggal. Pada ruas Jalan Made Kecamatan Lakarsantri
Kab.Gresik merupakan jalan yang sangat ramai arus lalu lintas, akan tetapi banyak terjadi kerusakan pada perkerasan jalan.
Dengan adanya permasalahan tersebut penulis melakukan analisis faktor-faktor yang mengakibatkan kerusakan dan pada
ruas jalan tersebut dan menganalisis solusinya agar tidak terjadi kerusakan pada perkerasan jalan tersebut. Data yang
digunakan adalah data primer hasil survey dan data penelitian dilapangan, setalah data-data tersebut diperoleh maka
didapatkan ada berbagai jenis tipe kerusakan pada ruas Jalan Made Kecamatan Lakarsantri Kab.Gresik. Jenis kerusakan
jalan pada ruas Jalan Made Kecamatan Lakarsantri Kab.Gresik adalah retak melintang, retak memanjang, retak pinggir,
retak retak berkelok kelok, retak punggung buaya, pengelupasan, tambalan, pelepasan butiran,dan lubang. Faktor-faktor yang
mengakibatkan kerusakan perkerasan antara lain dikarenakan peningkatan jumlah kendaraan, jenis kendaraan angkutan
barang yang melebihi berat muatan, sistem drainase yang mengakibatkan air menggenang pada perkerasan. Berdasarkan
hasil analisis tersebut, maka yang harus dilakukan untuk perbaikan adalah dengan perbaikan perkerasan dengan perencanaan
ketebalan perkerasan disesuaikan dengan jumlah kapasitas dan pertubuhan kendaraan dan juga dilakukan pebaikan sistem
drainase.

Kata kunci: Kerusakan Jalan, Perkerasan Jalan

1. Pendahuluan
Kerusakan jalan merupakan masalah umum. Banyak jalan di kota-kota besar yang rusak atau
akan segera rusak. Situasi ini menjadi masalah hampir di setiap kota besar di Indonesia. Ruas jalan yang
mengalami kerusakan ringan seringkali diabaikan, sehingga memperburuk kerusakan dan mengurangi
kapasitas jalan. Sebelum kerusakan menjadi parah, Anda perlu mencari cara untuk mendeteksi
kerusakan jalan. Upaya ini dapat dicapai dengan melakukan pemeriksaan kondisi jalan secara berkala.
Tujuan pengelolaan permukaan jalan adalah untuk memperbaiki kualitas perkerasan dan
mencegah kecelakaan. Permukaan jalan rawan terhadap berbagai jenis kerusakan akibat penetrasi air
hujan ke dalam daerah yang rusak. Air ini kemudian menembus tanah yang dipadatkan di bawah trotoar
dan menyebabkan erosi tanah, yang mungkin memiliki efek buruk, seperti penurunan muka tanah.
Apalagi jika area yang rusak tidak diperbaiki, kualitas perkerasan akan semakin menurun,
mempengaruhi pengendalian kemudi kendaraan dan mengakibatkan kecelakaan. Untuk mencegah
kecelakaan, teknologi untuk manajemen kualitas jalan telah dikembangkan dioperasikan dalam
beberapa tahun terakhir. Ini termasuk kendaraan khusus dengan berbagai jenis peralatan otomatis.
Teknologi paling representatif termasuk sensor laser yang dipasang pada kendaraan yang mampu
mendeteksi kerusakan jalan dan mengukur kondisi jalan.
Kondisi suatu perkerasan jalan tentunya sudah direncanakan sedemikian rupa guna untuk
memastikan tidak terjadi kerusakan pada perkerasan jalan tersebut. Perkerasan jalan terdiri dari
perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan komposit. Perkerasan Lentur adalah perkerasan yang
menggunakan aspal sebagai bahan pengikat (Sukirman, 1991)[1]. Perkerasan kaku adalah perkerasan
jalan yang menggunakan campuran antara agregat halus dan agregat kasar yang di campur dengan

E - 88
Seminar Keinsinyuran 2022
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

semen. Sedangkan perkerasan komposit adalah gabungan antara perkerasan kaku dan perkerasan lentur
sebagai lapis aus.
Pada ruas jalan Made Kecamatan Lakarsantri Kab. Gresik perkerasan yang digunakn adalah
perkerasan lentur. Ruas jalan ini merupakan jalan yang sangat ramai kendaraan, karena menghubungkan
antara kota Surabaya dengan kota gresik. Selain mobilitas transportasi yang begitu ramai kendaraan
dengan muatan berat sering melintasi ruas jalan ini. Banyak kendaraan Overloading yang melintasi
daerah ini, sehingga mengakibatkan kerusakan pada perkerasan jalan.

1.1 Definisi dan Klasifikasi Jalan


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2006 mendefinisikan jalan sebagai
salah satu prasarana transportasi dalam kehidupan nasional, letak dan peranan jaringan jalan pada
hakekatnya adalah tercapainya pembangunan antar daerah yang terutama seimbang dengan hajat hidup
orang banyak. struktur pembangunan daerah pada tingkat nasional dalam kaitannya dengan pemerataan
hasil pembangunan dan peningkatan pertahanan dan keamanan. Sulaksono (2001) dalam Copricon et.al.,
(2018) Struktur perkerasan telah mengalami proses degradasi yang progresif sejak jalan pertama kali
dibuka dan terkena beban lalu lintas. Untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan suatu cara untuk
mengetahui kondisi jalan sehingga kita dapat memesan suatu program pemeliharaan jalan. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk menilai kondisi kerusakan perkerasan jalan adalah metode jalan
raya. Langkah ini meninjau tingkat lalu lintas dan kerusakan yang terjadi pada lapisan permukaan jalan.

1.2 Survei Kerusakan Perkerasan


Kerusakan struktur jalan dapat terjadi dalam berbagai kondisi, tergantung pada tingkat
kerusakannya. Berat, sedang atau ringan. Pemeliharaan rutin dianjurkan untuk memungkinkan
kerusakan kecil diperbaiki segera untuk mencegah kerusakan berkembang atau memburuk dan
menyebabkan perbaikan yang lebih mahal. Tergantung pada jenis perkerasan yang biasa diletakkan,
kerusakan yang terjadi pada umumnya tergantung pada jenis perkerasan yang bersangkutan.
Tujuan dilakukannya survei kinerja perkerasan adalah untuk mengetahui perkembangan
kerusakan perkerasan jalan dan memperkirakan biaya pemeliharaan. Informasi ini sangat membantu
pihak yang berwenang dalam mengalokasikan dana untuk pemeliharaan. Tugas ini sangat penting dan
biasanya diprioritaskan agar tingkat biaya pemeliharaan yang dibutuhkan dapat diperkirakan setiap
tahunnya. Selain itu, survei kinerja perkerasan dapat membantu mengidentifikasi penyebab dan dampak
kerusakan perkerasan. Penyebab kerusakan harus diidentifikasi sebelum perawatan yang tepat dapat
dilakukan. Demikian pula, untuk memperhitungkan hal ini nanti dalam desain, kita perlu mengetahui
penyebab kegagalan perkerasan.

1.3 Kerusakan Perkerasan Lentur


1.3.1 Kerusakan Struktural
Kerusakan struktural adalah kerusakan pada struktur jalan, sebagian atau keseluruhannya, yang
menyebabkan perkerasan jalan tidak lagi mampu mendukung beban lalu lintas[2]. Untuk itu perlu
adanya perkuatan struktur dari perkerasan dengan cara pemberian lapisan ulang (overlay) atau perbaikan
kembali terhadap lapisan perkerasan yang ada[2].

1.3.2 Kerusakan Fungsional


Kerusakan fungsional adalah kerusakan pada lapisan aus atau pada permukaan perkerasan yang
dapat mengakibatkan ketidak nyamanan pengendara saat melintasi perkerasan tersebut. Kerusakan ini
dapat berhubungan atau tidak dengan kerusakan struktural[2]. Pada kerusakan fungsional, perkerasan
jalan masih mampu menahan beban yang bekerja namun tidak memberikan tingkat kenyamanan dan
keamanan seperti yang diinginkan[2]. Untuk itu lapisan permukaan perkerasan harus dirawat agar
permukaan kembali baik[2].
Menurut Manual pemeriksaan jalan Bina Marga, kerusakan atau cacat pada perkerasan lentur
(flexible) dapat dibagi menjadi 5 (lima) besar bagian, yaitu[3] :
1. Retak (Cracking)
Jenis retak meliputi : Aligator cracks/retak kulit buaya, Edge Cracks/retak tepi, Edge Joint Cracks/
retak sambungan tepi perkerasan, Lane Joint Cracks/ retak sambungan jalur, Reflection Cracks/retak

E - 89
Seminar Keinsinyuran 2022
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

refleksi, Shringkage Cracks/ retak susut, Slippage Cracks/retak selip, Widening Cracks/retak pada
pelebaran[3].

2. Perubahan Bentuk (Distortion)


Perubahan bentuk perkerasan merupakan akibat dari subbase kurang padat atau subgrade mengalami
pergerakan[3]. Perubahan bentuk dapat juga disertai dengan keretakan, disamping itu juga
mengakibatkan bahaya bagi lalu lintas, memungkinkan tertampungnya air dan sering menjadikan
perkerasan mengalami kerusakan yang lebih besar[3]. Perubahan bentuk perkerasan meliputi
channel/ rut (alur), corrugation (keriting) dan shoving (sungkur), grade depression (penurunan
permukaan), upheaval (jembul) dan utility cut depression[3].

3. Kerusakan Permukaan (Disintegration)


Disintergration adalah pecahnya lapisan perkerasan menjadi bagianbagian yang lepas, termasuk di
dalamnya terlepasnya partikel agregat. Disintegration jika tidak segera ditangani akan berkembang
kerusakan menjadi rusak berat[3]. Bentuk disintegration meliputi : potholes (lubang) dan raveling
(pengelupasan)[3].

4. Permukaan Licin (Slippery Surface/ Skid Hazard)


Kondisi permukaan kering menyebabkan jalan menjadi licin akibat adanya lapisan tipis aspal pada
permukaan jalan, pengausan agregat lapisan permukaan dan akibat banyak minyak, lumpur dan lain-
lainnya[3]. Dalam kondisi basah mengakibatkan permukaan menjadi licin juga, hal ini disebabkan
adanya lapisan air pada permukaan jalan yang menyebabkan berkurangnya daya cengkeram roda[3].
Jenis kerusakan ini berbahaya bagi pengendara dengan kecepatan kendaraan yang sedang sampai
tinggi. Slippery surface meliputi : bleeding/ flushing asphalt, polished aggregate/pengausan agregat.

5. Kerusakan akibat surface treatment


Perbedaan pada metode pengerjaan dalam penanganan permukaan dapat menyebabkan kelainan hasil
yang didapat. Surface treatment atau perawatan permukaan jalan meliputi: loss of cover aggregate
yaitu lepasnya agregat penutup, longitudinal streaking dan transverse streaking[3].

Terdapat banyak jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada perkerasan. Jenis-jenis kerusakan
tersebut antara lain :
a) Aligator cracks/retak kulit buaya, merupakan type kerusakan yang terjadi pada lapisan aur dengan
bentuk polygon yang banyak seperti kulit buaya. Ada berbagai macam penyebab kerusakan dengan
type kulit buaya antara lain :
• Material yang digunakan kurang baik, sehingga mengakibatkan retak pada lapisan aspal.
• Material Aspal yang sudah lapuk
• Campuran Aspal kurang
• Sistem drainase yang kurang baik sehingga muka air tanah lebih tinggi dari perkerasan
• Pondasi perkerasan atau lapisan bawah yang kurang stabil

b) Kegemukan (Bleeding) terdapat ciri-ciri fisik pada jenis kerusakan ini. Jenis kerusakan ini terlihat
lapisan aus atau lapisan aspal pada saat terkena sinar matahari atau pada saat temperatus suhu tinggi
dan pada saat arus lalu lintas yang tinggi akan terlihat pada lapisan aspal terdapat bercak ban
kendaraan. Keruskan ini dapat mebahayakan pengendara yang melintas dikarenakan jalan menjadi
licin. Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan perkerasan menjadi kegemukan (bleeding) antara
lain :
• Pada saat pengerjaan campuran aspal kurang merata
• Penggunaan binder tidak digunakan yang sesuai
• Aspal mengalami kelebihan yang mengakibatkan aspal keluar dari lapisan bawah

c) Retak Kotak-kotak (Block Cracking) merupakan jenis kerusakan yang pada umumnya terjadi pada
lapisan overlay atau lapisan tambalan. Bentuk fisik pada kerusakan Retak Kotak-kotak (Block

E - 90
Seminar Keinsinyuran 2022
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

Cracking) ini memiliki bentuk kotak-kotak pada lapisan aus. Ada beberapa penyebab yang
mengakibatkan perkerasan menjadi Retak Kotak-kotak (Block Cracking) antara lain :
• Terjadi penurunan perkerasan pada timbunan atau pemotongan pada badan jalan dengan struktur
yang berbeda.
• Adanya instalasi atau utilitas tau akar pohon pada bawah pondasi perkerasan.
• Terjadinya retak susut pada bawah pondasi perkerasan.
• Terjadi perubahan volume pada tanah dasar dan lapisan pondasi perkerasan.
• Terjadi kerusakan ratak pada salah satu lapisan perkerasan dan tidak segera di tangani aau
diperbaiki sebelum dilakukan pelapisan overlay atau lapisan tambalan.

d) Cekungan (Bumps and Sags), ciri-ciri fisik pada kerusakan ini adalah adanya tonjolan kecil ke atas.
Penyebab terjadinya kerusakan ini dikarenakan perkerasan mengalami kitidak stabilan. Dan juga ada
beberapa faktor lain yang mengakibatkan kerusakan Cekungan (Bumps and Sags) antara lain :
• Lapisan aus atau lapisan aspal melembung
• Terjadi benjolan pada lapisan AC
e) Keriting (Corrugation) ciri-ciri fisik yang terjadi pada kerusakan ini adalah pada lapisan aspal
bergelombang dengan arah melintang. Keruskan ini biyasanya juga di sebut dengan Plastic
Movement, kerusakn ini sering kita jumpai pada area yang sering kendaraan berhenti. Penyebab dari
keruskan ini antara lain :
• Lapisan permukaan memiliki tingkat stabilitas yang rendah
• Lapisan bawah bergelombang
• Kendaraan lewat sebelum perkerasan sudah benar benar matang
• Campuran material yang memiliki composisi yang krang tepat
• Agregat halus terlalu banyak
f) Amblas (Depression) ciri-ciri dari kerusakan ini adalah turunnya suatu perkerasan permukaan pada
beberapa titik. Keruskan ini bersifat cekung, dengan kedalaman lebuh krang 2 cm atau lebih.
Penyebab dari keruskan ini antara lain :
• Banyak kendaraan Overloading yang melintasi
• Kondisi tanah dasar menurun
• Pada tahap pelaksanaan perkerasan pemadatan yang dilakukan pada tanah dasar kurang sesuai.
g) Retak Pinggir (Edge Cracking) ciri-ciri fisik dari kerusakan ini adalah retah yang berada pada tepi
jalan dengan keretakan pada lapisan permukaan yang sejajar dengan jalan. Penyebab dari keruskan
ini antara lain :
• Sistem drainase tidak dapat menampung air secara maksimal
• Dukungan pada bahu jalan yang kurang baik
• Terlalu seringnya beban kendaraan yang Overloading di area tepi jalan
h) Retak Sambung (Joint Reflection Cracking) jenis kerusakan pada type ini sering terjadi pada
perkerasan kaku yang di lapisi dengan perkerasan lentur. Biyasanya kerusakan ini terjadi pada
lapisan (overlay). Penyebab dari keruskan ini antara lain :
• Terjadinya pondasi yang bergerak
• Kadar air lemping tinggi
• Terjadinya Gerakan pada pondasi atau perkerasan kaku dikarenakan suhu dan kadar air.
i) Pinggiran Jalan Turun Vertikal (Lane/Shoulder Drop Off) ciri-ciri fisik dari kerusakan ini adalah
perkerasan bahu jalan lebih rendah dari pada perkerasan yang di tengah. Terjadinya penurunan hanya
pada area perkerasan bahu jalan. Penyebab dari keruskan ini antara lain :
• Lebar perkerasan yang kurang.
• Material bahu yang mengalami erosi atau penggerusan.
• Dilakukan pelapisan lapisan perkerasan, namun tidak dilaksanakan pembentukan bahu

E - 91
Seminar Keinsinyuran 2022
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

j) Retak Memanjang/Melintang (Longitudinal/Transverse Cracking) Kerusakan yang disebabkan


karena lapis aus yang retak, bisa retak memnjang dan retak melintang pada lapis perkerasan. Retak
ini mempunyai beberapa celah yang berjajar, retak ini terjadi karena
• Sambugan perkerasan yang kurang kuat.
• Bahan perkerasan jelek atau terjadi perubahan volume akibat pemuaian lempung pada tanah
dasar.
• Sokongan atau material bahu samping jelek
k) Tambalan (Patching and Utility Cut Patching) menambal lapis aus yang mengalami kerusakan atau
penurunan bidang perkerasan dengan tujuan untuk mengembalikan perkerasan yang rusak dengan
material yang baru untuk memperbaiki perkerasan yang ada. Tambalan adalah pertimbangan
kerusakan diganti dengan bahan yang baru dan lebih bagus untuk perbaikan dari perkerasan
sebelumnya. Tambalan dilaksanakan pada seluruh atau beberapa keadaan yang rusak pada badan
jalan tersebut. Adapun faktor dari tambalan (patching and utility cut patching) juga dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu:
• Perbaikan level lapis aus.
• Perbaikan dari pemeliharaan jalan.
• Galian saluran atau pipa

l) Pengausan Agregat (Polished Aggregate) penerapan lalu lintas yang berulang ulang dimana agregat
pada perkerasan menjadi licin dan perekatan dengan permukaan roda pada tekstur perkerasan yang
mendistribusikannya tidak sempurna dan menjadi penyebab utama kerusakan. Pada pengurangan
kecepatan roda atau gaya pengereman, jumlah pelepasan butiran dimana pemeriksaan masih
menyatakan agregat itu dapat dipertahankan kekuatan dibawah aspal, permukaan agregat yang licin.
Kerusakaan ini dapat diindikasikan dimana pada nomor skid resistence test adalah rendah. Adapun
penyebab dari pengausan agregat (polished aggregate) juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu:
• Agregat tidak tahan aus terhadap roda kendaraan.
• Agregat yang tidak sempurna dan bulat

m) Lubang (Potholes) Biasanya kerusakan jalan tipe ini seperti kubangan atau mangkok dan dapat
menampung dan meresapkan air pada badan jalan. Kerusakan ini terkadang terjadi di dekat retakan,
atau di daerah yang drainasenya kurang baik (sehingga perkerasan tergenang oleh air). Adapun
penyebab dari lubang (potholes) juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
• Aspal mempunyai kapasitas yang rendah.
• Aspal yang mengalami pelapukan.
• Material tidak bersih.
• Suhu campuran tidak memenuhi persyaratan.
• Tidak adanya saluran drainase.
• Merupakan bagian dari kerusakan sebelumnya

n) Alur (Rutting) sebagian orang juga menyebut kerusakan jalan ini sebagai longitudinal ruts, atau
channel/rutting. Bentuk kerusakan ini terjadi pada lintasan roda sejajar dengan as jalan dan berbentuk
alur. Adapun penyebab dari Alur (Rutting) juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
• Lapisan permukaan dengan tebal yang tidak memenuhi dengan kapasitas beban lalu lintas
• Kurang padatnya plapisan pondasi.
• Stabilitas rendah pada lapis pondasi dan lapis aus dan berakibat terjadinya deformasi plastis
o) Sungkur (Shoving) Beban lalu lintas dapat menyebabkan perpindahan lapisan perkerasan pada titik
tertentu. Beban lalu lintas akan mendorong berlawanan dengan perkerasan dan akan menghasilkan
ombak pada lapisan perkerasan. Kerusakan ini biasanya disebabkan oleh aspal yang tidak stabil dan
terangkat ketika menerima beban dari kendaraan. Adapun penyebab dari sungkur (shoving) juga
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
• Lapisan perkerasan jalan dan stabilitas tanah dasar yang rendah.

E - 92
Seminar Keinsinyuran 2022
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

• Lapis permukaan mempunyai daya dukung yang buruk.


• Kurangnya pemadataan saat proses pekerjaan.
• Over kapasitas lalu lintas kendaraan yang lewat.
• Terlalu cepat membuka aktifitas lalu lintas padahal umur perkerasan belum siap
p) Patah Slip (Slippage Cracking) Patah slip sering disebut dengan patah bulan sabit biasanya setengah
bulan yang disebabkan lapisan perkerasan terdorong atau meluncur merusak bentuk lapisan
perkerasan. Kerusakan ini biasanya disebabkan oleh kekuatan dan pencampuran lapisan perkerasan
yang rendah dan jelek. Adapun penyebab dari patah slip (slippage cracking) juga dapat disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu :
• Kurang meratanya lapisan prime coat dan teak coat.
• Tidak meratanya lapis perekat aspal.
• Agregat kasar terlalu sedikit.
• Kurang padatnya lapis Aus
q) Pelepasan Butir (Weathering/Raveling) Butiran yang lepas karena lapisan perkerasan yang menjadi
penyebab kehilangan aspal atau tar pengikat dan tercabutnya partikel-partikel agregat. Kerusakan ini
menunjukan salah satu pada aspal pengikat tidak kuat untuk menahan gaya dorong roda kendaraan
atau presentasi kualitas campuran jelek. Pelepasan butir ini dikarenakan karena lalu lintas tertentu,
aspal yang melemah karena pengikat aspal sudah kehilangan daya rekatnya, dan agregat yang lepas
karena aktifitas lalu lintas. Faktor penyebabnya seperti
• Terjadinya agregat dan material pengikat yang mengalami pelapukan.
• Kurangnya pemadataan saat proses pekerjaan.
• Material yang tidak bersih.
• Pemilihan material aspal yang jelek.
• Compack yang tidak maksimal

2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam analisis ini menggunakan metode penelitian lapangan dengan
data primer dan menggunakan data sekunder. Data Primer diperoleh dari hasil penelitian dilapangan
dilakukan secara langsung dengan cara melakukan observasi lapangan. Setelah dilakukan observasi
kemudian dilakukan pencatatan terkait jenis-jenis kerusakan pada perkerasan dan pengambilan
dokumentasi. Data Sekunder di peroleh dari literatur-literatur yang berkaitan dengan pembahasan ini.
Lokasi yang di observasi adalah ruas Jalan Made Kecamatan Lakarsantri Kab.Gresik (Sta. 0.00 dimulai
dari gapura sampai Sta. 2+500 ). Hal-hal yang di analisis pada karya tulis ini adalah jenis-jenis kerusakan
perkerasan yang ada pada ruas Jalan Made Kecamatan Lakarsantri Kab. Gresik (Sta. 0.00 dimulai dari
gapura sampai Sta. 2+500 ). Alat yang digunakan dalam survey dilapangan antara lain kamera digital
digunakan untuk mengambil foto dokumentasi kerusakan jalan, buku dan alat tulis digunakan untuk
mencatat hasil obesrvasi dilapangan, dan meteran roll digunakan untuk mengukur panjang ruas jalan
yang rusak. Metode survey lapangan dilakukan dengan cara membagi ruas Jalan Lakarsantri arah Jl.
Benowo Kab.Gresik (Sta. 0.00 dimulai dari gapura sampai Sta. 2+500 ) dibagi menjadi 5 segmen dengan
Panjang per segmen + 500meter. Setelah di dapatkan data lapangan, kemudian dilakukan analisis
deskriptif yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran kondisi lapangan.

3. Hasil dan Pembahasan


Setelah dilakukan survey lokasi pada ruas Jalan Made Kecamatan Lakarsantri Kab. Gresik (Sta.
0.00 dimulai dari gapura sampai Sta. 2+500 ) merupakan jalan kolektor dengan kelas jalan III dan
melayani lalu lintas 2 arah. Ada beberapa jenis-jenis kerusakan perkerasan yang ada pada ruas jalan
tersebut, antara lain pengelupasan, retak melintang, bergelombang, retak memanjang, retak kulit buaya,
tambalan, bergelombang, retak pinggir, dan lubang. Pada ruas Jalan Made Kecamatan Lakarsantri
Kab.Gresik (Sta. 0.00 dimulai dari gapura sampai Sta. 2+500 ) dibagi menjadi 5 segmen dan tiap segmen
memiliki jeni-jenis keruskaan yang berbeda-beda. Untuk tingat kerusakan yang paling besar berada pada
segmen 1. Pada segmen 1 ini terdapat kerusakan jalan dengan jenis kerusakan tambalan, retak pinggir,
retak memanjang, lubang dan retak kulit buaya

E - 93
Seminar Keinsinyuran 2022
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

Gambar 1 Tambalan

Gambar 2 Retak Pinggir

Gambar 3 Memanjang

E - 94
Seminar Keinsinyuran 2022
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

Gambar 4 Lubang

Gambar 5 Retak Kulit Buaya

Gambar 6 Melintang
Ada berbagai faktor yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada ruas jalan Made Kecamatan
Lakarsantri Kab. Gresik (Sta. 0.00 dimulai dari gapura sampai Sta. 2+500 ) terlebih pada area segmen
1. Faktor-faktor yang mengakibatkan kerusakan perkerasan antara lain dikarenakan peningkatan jumlah
kendaraan, jenis kendaraan angkutan barang yang melebihi berat muatan, sistem drainase yang
mengakibatkan air menggenang pada perkerasan. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka yang harus
dilakukan untuk perbaikan adalah dengan perbaikan perkerasan dengan perencanaan ketebalan

E - 95
Seminar Keinsinyuran 2022
ISSN (Cetak) 2798-0405
eISSN (Online) 2797-1775

perkerasan disesuaikan dengan jumlah kapasitas dan pertubuhan kendaraan dan juga dilakukan pebaikan
sistem drainase.

4. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil observasi dilapangan pada ruas ruas jalan Made Kecamatan Lakarsantri
Kab.Gresik (Sta. 0.00 dimulai dari gapura sampai Sta. 2+500 ) tingkat kerusakan yang paling parah
berada pada segmen 1. Pada segmen 1 ini terdapat kerusakan jalan dengan jenis kerusakan tambalan,
retak pinggir, retak memanjang, lubang, retak kulit buaya, dan kerusakan retak melintang. Faktor-faktor
yang mengakibatkan kerusakan perkerasan antara lain dikarenakan peningkatan jumlah kendaraan, jenis
kendaraan angkutan barang yang melebihi berat muatan, sistem drainase yang mengakibatkan air
menggenang pada perkerasan. Berdasarkan hasil analisis tersebut, maka yang harus dilakukan untuk
perbaikan adalah dengan perbaikan perkerasan dengan perencanaan ketebalan perkerasan disesuaikan
dengan jumlah kapasitas dan pertubuhan kendaraan dan juga dilakukan pebaikan sistem drainase.

Referensi
[1] P. Putri, Vidya Annisah, I Wayan Diana, Sasana Putra, “Identifikasi Jenis Kerusakan Pada
Perkerasan Lentur,” Int. J. Cancer, vol. 32, no. 1, pp. 45–51, 1983, doi: 10.1002/ijc.2910320108.
[2] A. an Anisarida, “Evaluasi Kondisi Permukaan Jalan Dengan Metode Road Condition Index
(RCI),” Geoplanart, vol. 2, no. 1, pp. 13–21, 2017.
[3] I. A. Angreni, S. A. Adisasmita, M. I. Ramli, and S. Hamid, “Pengaruh Nilai K Pada Metode K-
Nearest Neighbor (Knn) Terhadap Tingkat Akurasi Identifikasi Kerusakan Jalan,” Rekayasa Sipil,
vol. 7, no. 2, p. 63, 2019, doi: 10.22441/jrs.2018.v07.i2.01.

E - 96

Anda mungkin juga menyukai