PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerusakan perkerasan lentur jalan raya masih banyak terjadi pada jaringan
jalan di Indonesia. Jalan nasional yang kondisinya baik saat ini berjumlah sekitar
52,2%, sisanya dalam kondisi sedang dan rusak. Jalan propinsi yang kondisinya
baik sekitar 38,89 %, yang kondisinya rusak ringan sekitar 28,21%, dan yang
kondisinya rusak berat sekitar 32,9%. Jalan kabupaten dan jalan perkotaan yang
kondisinya baik sekitar 22,46% dan yang kondisinya normal sekitar 24,53%. Jalan
kabupaten dan perkotaan yang berada dalam kondisi buruk dan sangat buruk
sekitar 53,01 % (Direktorat Jenderal Bina Marga, 2010).
Kerusakan struktur perkerasan jalan dapat berasal dari ketidak-tepatan
mutu pelaksanaan perkerasan jalan, beban lalulintas kendaraan yang overloading,
dan drainase permukaan jalan yang tidak berfungsi dengan baik (Mulyono, 2011).
Ketidak-tepatan mutu pelaksanaan perkerasan jalan menyebabkan daya dukung
perkerasan jalan berkurang. Pengurangan daya dukung perkerasan menyebabkan
struktur perkerasan jalan tidak kuat menahan beban kendaraan, sehingga terjadi
kerusakan pada struktur perkerasan jalan. Beban lalulintas kendaraan yang
overloading menyebabkan peningkatan beban sumbu kendaraan menjadi berlipat
kurang lebih pangkat 4 dari beban sumbu kendaraan yang direncanakan
(Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2002). Peningkatan beban
sumbu kendaraan akan berakibat tidak kuatnya struktur perkerasan jalan menahan
beban lalulintas sehingga terjadi kerusakan pada struktur perkerasan jalan.
Drainase jalan yang tidak berfungsi dengan baik akan menyebabkan genangan air
di atas struktur perkerasan jalan saat musim hujan. Genangan air yang terlalu lama
akan menyebabkan air merembes ke dalam struktur perkerasan jalan melalui retak
yang terjadi pada permukaan jalan. Air didalam struktur perkerasan jalan akan
memperlemah ikatan antara agregat dan aspal. Pelemahan ikatan antara agregat
dan aspal akan menyebabkan kerusakan pada struktur perkerasan jalan saat
menerima beban lalulintas. Rembesan air yang sampai pada tanah dasar yang
bersifat plastis akan memperlemah kuat dukung tanah dasar, sehingga struktur
jalan menjadi tidak stabil dan jalan akan menjadi rusak saat menerima beban
lalulintas.
Kerusakan jalan akan menyebabkan penurunan kecepatan kendaraan dan
menjadikan kendaraan cepat rusak. Penurunan kecepatan kendaraan berakibat
1.2.Rumusan masalah
Dalam penulisan kali ini kami rumuskan tiga permasalahan penting
1.
perkerasan jalan
2. Bagaimanakah alternatif penanganan dan pemeliharaan kerusakan
jalan yang terjadi pada Perkerasan jalan.
1.3. Tujuan Dan Manfaat
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
Penanganan
kontruksi
perkerasan
apakah
itu
bersifat
pemeliharaan,
2. Ambles (depression)
Ambles adalah penurunan perkerasan yang terjadi pada area terbatas
yang mungkin dapat diikuti dengan retakan. Penurunan ditandai
dengan adanya genangan air pada permukaan perkerasan yang
membahayakan lalu lintas yang lewat.
Faktor penyebab kerusakan
1. Beban lalu lintas berlebihan
2. Penurunan sebagian dari perkerasan akibat lapisan dibawah
perkerasan
mengalami penurunan.
Resiko lanjutan
1. Dapat memicu terjadinya retakan
2. Mengurangi kenyamanan dan keselamatan kendaraan.
3. Ambles apabila digenangi air dapat mengakibatkan hydroplaning.
3. Retak (Crack)
Retak dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor dan melibatkan mekanisme yang kompleks. Secara
teoritis, retak dapat terjadi bila tegangan tarik yang terjadi pada lapisan
aspal melampaui tegangan tarik maksimum yang dapat di tahan oleh
perkerasan tersebut. Untuk mencegah terjadinya retak yang terlalu dini,
maka perancangan campuran harus memperhatikan faktor-faktor seperti:
1). Sifat rheologi aspal, misalnya penetrasi, kekentalan, dan indeks
penetrasi.
2). Kadar aspal optimum/efektif.
3). Tebal lapisan film aspal (Bitumen Film Thickness, BFT), dan
rongga dalam mineral agregat, dan rongga terisi aspal harus diperhatikan.
10
5.
Bergelombang (Corrugation)
Bergelombang atau keriting adalah kerusakan oleh akibat terjadinya
deformasi plastis yang menghasilkan gelombang-gelombang melintang atau
tegak lurus arah perkerasan aspal. Gelombang-gelombang terjadi pada jarak
yang relatif teratur, dengan panjang kerusakan kurang dari 3 m di sepanjang
perkerasan. Keriting sering terjadi pada titik-titik yang banyak mengalami
tegangan horisontal tinggi, di mana lalu lintas mulai bergerak dan berhenti.
Pada jalan dibukit, keriting terjadi akibat kendaraan mengerem saat turun,
pada belokan tajam atau pada persimpangan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian singkat diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa tanpa
pemeliharaan dan perbaikan jalan secara memadai, baik rutin maupun berkala, akan
dapat mengakibatkan kerusakan yang lebih parah pada jalan, sehingga jalan akan
lebih cepat kehilangan fungsinya baik perkerasan jalan lentur maupun perkerasan
jalan. Apabila perkerasan jalan dipelihara dengan baik dan tetap dalam kondisi yang
baik, maka kedua jenis perkerasan jalan tersebutakan mempunyai umur lebih lama
dari. Tetapi sekali jalan itu mulai rusak dan dibiarkan begitu saja tanpa perbaikan ,
maka kerusakan yang lebih parah akan berlangsung sangat cepat.
Oleh karena itu sangat penting untuk melakukan pemeliharaan yang bersifat
pencegahanseperti menutup sambungan atau retak-retak dan memperbaiki kerusakankerusakan, yangtimbul, dan menemukan penyebab-penyebabnya dengan melakukan
pemeriksaan
(inspeksi)secara
rutin.
Adapun
penyebab-penyebab
kerusakan