Anda di halaman 1dari 21

Laporan Geoteknik

Evaluasi Kualitas Jalan Lingkungan Primer


(Studi Kasus: Jl. Raya Ledug, Prigen, Pasuruan, Jawa Timur)

Oleh:
Vareyna Tsamrotul Fikriyah
03411940000015

Dosen Pengampu:
Dr.Dwa Desa Warnana S.Si., M.Si

DEPARTEMEN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNIK SIPIL PERENCANAAN DAN KEBUMIAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
2022
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Jalan merupakan salah satu infrastruktur darat yang bertujuan untuk
mendukung lalu lintas kendaraan. Seiring berkembangnya zaman, jalan darat sangat
dibutuhkan oleh masyarakat dalam aktifitas sehari-hari sehingga semakin banyaknya
aktifitas masyarakat yang menggunakan prasarana jalan darat maka dibutuhkan
keseimbangan prasarana jalan raya yang berkualitas dan aman jika dilewati.
Jalan Raya Ledug, Prigen, Pasuruan, Jawa Timur merupakan salah satu prasarana
jalan raya yang selalu dilewati oleh masayarakat sekitar dan merupakan jalur utama
yang menghubungkan antar desa. Pada dasarnya Desa Ledug berada dikawasan yang
dikelilingi Gunung Welirang, Gunung Arjuno, dan Gunung Penanggungan dan
beberapa wisata yang ramai dikunjungi menjadikan kawasan ini ramai dikunjungi
pengunjung ditambah lagi akses jalan yang sudah beraspal sehingga mudah
dijaungkau dari segala arah. Dalam sehari-hari komposisi lalu lintasan Jalan Raya
Ledug, Prigen, Pasuruan antara lain sepeda motor, mobil, bus kecil, hingga truk
pengangkut bunga.
Prasarana jalan darat yang terbebani terus menerus dengan volume lalu lintas
yang lumayan tinggi dan berulang-ulang akan menyebabkan penurunan kualitas jalan
yang dapat dilihat melalui kondisi permukaan jalan baik secara struktural maupun
fungsionalnya. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah melakuan penlilaian untuk
mengetahui dan mengelompokan jenis dan tingkat kerusakan permukaan jalan dan
bagian jalan lainnya dimana penelitiannya dengan melakukan analisis visual yaitu
dengan melihat secara mata telanjang dan dengan riding quality sebagai dasar untuk
pemeliharaan dan perbaikan Jalan Raya Ledug, Prigen, Pasuruan kedepannya.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang diangkat pada
laporan ini antara lain,
1.2.1. Bagaimana jenis kerusakan permukaan Jalan Raya Ledug baik secara
struktural dan fungsional berdasarkan survey visual dan riding quality?
1.2.2. Bagaimana tingkat kerusakan permukaan Jalan Raya Ledug, Prigen
Pasuruan, Jawa Timur menggunakan skala kualitas dalam persentase?
1.2.3. Bagaiman kondisi drainase Jalan Raya Ledug, Prigen, Pasuruan, Jawa
Timur menggunakan skala kualitas dalam persentase?

1.3. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan diatas maka tujuan pada laporan ini
antara lain,
1.3.1. Untuk mengatahui jenis kerusakan permukaan Jalan Raya Ledug baik
secara struktural dan fungsional berdasarkan survey visual dan riding quality.
1.3.2. Untuk mengetahui tingkat kerusakan permukaan Jalan Raya Ledug, Prigen
Pasuruan, Jawa Timur menggunakan skala kualitas dalam persentase.
1.3.3. Untuk mengetahui kondisi drainase Jalan Raya Ledug, Prigen, Pasuruan,
Jawa Timur.
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. Jalan
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006, jalan merupakan
prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk infrastruktur
pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas yang berada pada
permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air,
serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel.
Jalan raya merupakan jalur yang berada di tanah di atas permukaan bumi yang
dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran – ukuran dan jenis konstruksinya,
sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan berbagai jenis kegiatan seperti, lalu
lintas orang, hewan, dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat
ketempat lainya dengan mudah dan cepat. Dengan arti lain, jalan adalah tatanan ruang
baik di daratan maupun di atas permukaan air atau diudara yang khusus, patut dan
dipergunakan untuk perhubungan lalu lintas antar tempat dipermukaan bumi (Lubis,
1973).
Menurut Direktorat Pembinaan Jalan Kota (1990) Jalan dapat dibedakan atas
jalan lingkungan primer dan jalan lingkungan skunder. Jalan lingkungan primer
merupakan jalan yang menghubungkan kota jenjang kesatudengan persil atau
menghubungkan kota jenjang kedua dengan persil atau menghubungkan kota jenjang
ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota jenjang ketiga dengan kota jenang
dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan persil, atau kota dibawah jenjang ketiga
sampai persil. Dimana untuk kawasan ini merupakan kawasan kota yang mempunyai
fungsi primer yaitu menghubungan kedudukan kota sebagai pusat pelayanan jasa bagi
kebutuhan pelayanan kota dan wilayah pengembangannya. Sedangkan jalan
lingkungan skunder merupakan jalan yang menghubungan kedudukan kota sebagai
pusat peayanan jasa bagi kebutuhan penduduk kota itu sendiri

2.2. Survei Kondisi Pengkerasan Jalan


Menurut Shahin (1994) dalam Hardiyatmo (2007), menyatakan bahwa survei
kondisi jalan merupakan survei untuk menentukan kondisi perkerasan pada daerah
dan pada waktu tertentu, sehingga, bersifat kualitatif. Selain itu, survei ini berguna
untuk persiapan analisis struktural secara detail, dan untuk rehabilitasi.
Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang berada di antara lapisan
tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi untuk memberikan pelayanan kepada
sarana transportasi agar mudah dilewati. Adapun konstruksi perkerasan terdiri dari
beberapa jenis sesuai dengan bahan ikat yang digunakan serta komposisi dari
komponen konstruksi perkerasan itu sendiri yang terdiri dari konstruksi perkerasan
lentur (Flexibel Pavement), konstruksi perkerasan kaku (Rigid Pavement) , dan
konstruksi perkerasan komposit (Composite Pavement) (Matitaputty, 2021).

2.3. Jenis-jenis Kerusakan Jalan


Sebagai bagian dari perencanaan dan desain proyek restorasi, diperlukan
penyelidikan kerusakan yang mendetail mengenai kondisi jalan raya. Survey
Kerusakan Perkerasan merupakan kompilasi dari berbagai jenis kerusakan, tingkat
keparahan kerusakan, lokasi dan distribusi. Tujuan dilakukannya survei ini adalah
untuk mengetahui perkembangan kerusakan perkerasan jalan guna memperkirakan
biaya perawatan, pemeliharaan, dll. Selain itu, survei kinerja perkerasan juga dapat
membantu untuk menentukan penyebab dan dampak kerusakan perkerasan.
Penentuan sebab- sebab kerusakan harus diketahui sebelum penanganan pemeliharaan
yang memadai dapat dilakukan. Demikian pula penyebab kegagalan perkerasan harus
juga diketahui, sehingga hal ini dapat diperhitungkan dalam perancangan di kemudian
hari (Udiana, Saudale, & Pah, 2014).
Menurut Direktorat Jenderal Bina Marga (2017) jenis-jenis kerusakan perkerasan
jalan terdiri dari
a) Pelepasan butir (raveling), lepasnya butir agregat pada permukaan jalan beraspal,
dapat diakibatkan oleh kandungan aspal yang rendah, campuran yang kurang baik,
pemadatan yang kurang, segregasi, atau pengelupasan aspal
b) Retak (cracking)
1) Retak memanjang (longitudinal cracking), retak paralel yang sejajar dengan
sumbu jalan atau arah penghamparan yang dapat disebabkan oleh
pembentukan sambungan memanjang yang kurang baik, akibat penyusutan
lapis beton aspal yang diakibatkan oleh temperatur yang rendah atau penuaan
aspal, atau siklus temperatur harian, atau gabungan dari faktor-faktor
tersebut.
2) Retak melintang (transverse cracking), retak yang terjadi pada arah lebar
perkerasan dan hampir tegak lurus sumbu jalan atau arah penghamparan.
Retak melintang biasanya tidak terkait dengan beban lalu lintas.
3) Retak blok (block cracking), retak blok merupakan retak saling berhubungan
dan membagi permukaan menjadi kotak-kotak yang berbentuk hampir bujur
sangkar, utamanya disebabkan oleh penyusutan lapis beraspal atau
karakteristik aspal dan temperatur, bukan akibat beban lalu lintas.
4) Retak tepi (edge deterioration), retak memanjang yang sejajar dengan tepi
perkerasan dan biasanya terjadi sekitar 0,3 m sampai 0,5 m dari tepi luar
perkerasan. Retak tepi diperparah oleh beban kendaraan dan dapat
ditimbulkan oleh pelemahan lapis fondasi atas atau tanah dasar
5) Retak buaya (alligator cracking), retak yang membentuk serangkaian
kotak-kotak kecil yang saling berhubungan pada permukaan perkerasan
beraspal menyerupai kulit buaya, umumnya akibat keruntuhan lelah oleh
beban kendaraan yang berulang.
c) Alur (rutting), penurunan memanjang yang terjadi pada jalur jejak roda kiri
(JRKI) dan jejak roda kanan (RJKA), terutama akibat dari deformasi permanen
pada lapis perkerasan atau tanah dasar, yang biasanya disebabkan konsolidasi
atau pergerakan lateral bahan perkerasan akibat beban kendaraan.
d) Lubang (Potholes), berupa mangkuk, ukuran bervariasi dari kecil sampai besar.
Lubang–lubang ini menampung dan meresapkan air ke dalam lapis permukaan
yang menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan. Lubang dapat terjadi
akibat :
1) Campuran material lapis permukaan jelek, seperti: Kadar aspal rendah,
sehingga film aspal tipis dan mudah lepas. Agregat kotor sehingga ikatan
antara aspal dan agregat tidak baik. Temperatur campuran tidak memenuhi
persyaratan.
2) Lapis permukaan tipis sehingga ikatan aspal dan agregat mudah lepas akibat
pengaruh cuaca.
3) Sistem drainase jelek, sehingga air banyak yang meresap dan mengumpul
dalam lapis perkerasan.
4) Retak–retak yang terjadi tidak segera ditangani sehingga air meresap dan
mengakibatkan terjadinya lubang–lubang kecil.
e) Profile Distortion, dapat terjadi akibat lemahnya tanah dasar, pemadatan yang
kurang pada lapis pondasi, sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban
lalu lintas (Yudaningrum & Ikhwanudin, 2017)
f) Excess Asphalt, Permukaan menjadi licin. Pada temperatur tinggi, aspal menjadi
lunak dan akan terjadi jejak roda. Kegemukan (bleeding) dapat disebabkan
pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian terlalu
banyak aspal pada pekerjaan prime coat atau tack coat. Dapat diatasi dengan
menaburkan agregat panas dan kemudian dipadatkan atau lapis aspal diangkat
dan kemudian diberi lapisan penutup (Yudaningrum & Ikhwanudin, 2017).
g) Pengausan (Polished Aggregate) Permukaan jalan menjadi licin, sehingga
membahayakan kendaraan. Pengausan terjadi karena agregat berasal dari material
yang tidak tahan aus terhadap roda kendaraan, atau agregat yang dipergunakan
berbentuk bulat dan licin, tidak berbentuk cubical. Dapat diatasi dengan menutup
lapisan dengan latasir, buras atau latasbun (Yudaningrum & Ikhwanudin, 2017).
h) Penurunan Pada Bekas Penanaman Utilitas (Utility cut depression) Terjadi di
sepanjang bekas penanaman utilitas. Hal ini terjadi karena pemadatan yang tidak
memenuhi syarat. Dapat diperbaiki dengan dibongkar kembali dan diganti dengan
lapis yang sesuai (Yudaningrum & Ikhwanudin, 2017)

2.3. Penilaian Riding Quality


Dalam menentukan jalan dapat diterima secara struktural juga harus dapat
diterima secara fungsional. Jalan secara fungsional merupakan fungsi kemampuan
pelayanan jalan selama masa pelayanan jalan. Studi yang menentukan fungsional atau
analisa performance diperlukan informasi mengenai "Riding quality" dari perkerasan
jalan dalam periode waktu tertentu. Hal ini berhubungan dengan adanya pembebanan
lalu lintas yang akan menyebabkan kondisi jalan menurun seperti adanya polished
agregat, flushing, patching, distorsi dan lubang-lubang yang dapat menyebabkan
berkurangnya tingkat riding quality. Hal ini dapat ditentukan melalui penyelidikan
secara periodik dan pengukuran perkerasan "Riding quality" yang digabungkan
dengan rekaman data lalu lintas pada periode waktu tertentu (Siswoyo, 1994).

2.4. Drainase
Drainase didefenisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi kelebihan
air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air irigasi dari suatu
kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu. Drainase dapat juga
di artikan sebagai usaha untuk mengontrol kualitas air tanah dalam kaitannya dengan
salinitas. Jadi, darinase menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga air tanah
(Suripin, 2004).
Sistem drainase pada permukaan jalan berfungsi untuk mengendalikan limpasan
air hujan di permukaan jalan dan dari daerah di sekitarnya agar tidak merusak
konstruksi jalan akibat air banjir yang mengenai perkerasan jalan atau erosi pada
badan jalan (Ariwijaya, 2016). Dalam hal ini salah satu faktor kerusakan jalan adalah
kualitas drainase.
BAB III
METODOLOGI

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi pengukuran kerusakan jalan lingkungan berlokasi di Jalan Raya Ledug,
Prigen, Pasuruan, Jawa Timur dengan panjang lintasan sepanjang 150m dilaksanakan
pada hari Kamis, 5 Mai 2022 pada pukul 06.00 WIB. Adapun titik awal pengukuran
berada di koordinat dengan latitude 7°42'2.16"S dan longitude 112°38'41.39"E,
sedangkan titik akhir pengukuran berada di koordinat dengan latitude 7°42'5.12"S
dan longitude 112°38'44.66"E.

Gambar 3.1. Lokasi Track Evaluasi Kerusakan Jalan Lingkungan pada Google Earth

3.2. Peralatan Penelitian


Adapun perlatan dan bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini terdiri atas
kemara yang berguna untuk mendokumentasikan kerusakan jalan lingkungan, buku
catatan dan pena berfungsi untuk mencatat hasil pengukuran, mistar atau roll meter
berfungsi untuk mengukur panjang, lebar, dan kedalaman kerusakan jalan lingkungan.
Adapun software yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas, GPS essenstial
berfungsi untuk memplot koordinat lokasi kerusakan jalan, Google earth berfungsi
untuk menampilkan hasil plotting yang lebih jelas, micrsoft office berfungsi untuk
membuat laporan
3.2. Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini berupa pengumpulan data secara primer
dengan melakukan pengamatan dan peninjauan secara langsung pada daerah
penelitian yaitu Jalan Raya Ledug, Prigen, Pasuruan, Jawa Timur. Adapun survei
yang dilakukan terdiri aras
3.2.1. Survey Kerusakan Jalan
Dalam melakukan suvei ini dilakukan secara visual pada setiap segmen jalan
yang ditinjau dimana semua jenis kerusakan akan dinilai secara visual berupa
penjang, lebar, dan kedalaman kerusakan menggunakan mistar atau roll meter.
3.2.2. Penilaian Riding Quality
Penilaian Riding quality mengacu pada tingkat kenyamanan permukaan jalan
ketika dilewati oleh pengguna kendaraan bermotor sepanjang jalur jalan
lingkungan. Penilaian dilakukan dengan menggunakan 3 variasi kecepatan yaitu
40 km/s, 30 km/s, dan 20 km/s.
3.2.3. Survei Kondisi Drainase
Survey ini bertujuan untuk mengetahui kinerja drainase pada jalan
lingkungan yang berkaitan dengan kondisi perkerasan jalan. Adapun mekanisme
survei adalah dengan melakukan pengmatan secara visual yang nantinya akan
digunakan sebagai pertimbangan teknis dalam perawatan drainase lebih lanjut.

3.3. Pengolahan Data


Hasil dari pengukuran dilakukan pengolahan data lebih lanjut dengan
menggunakan metode Dirgalaksono dan Mochtar (1990) untuk masing-masing survei
pada microsoft office.
Gambar 3.2. Form Survey Penilaian Kerusakan Jalan (Sumber: Metode Dirgalaksono
dan Mochtar (1990)

Gambar 3.3. Form Survey Penilaian Riding Quality (Sumber: Metode Dirgalaksono
dan Mochtar (1990)
3.4. Penilaian Nilai Kondisi Pengkerasan
Untuk menanggulangi masalah kerusakan jalan dengan metode D&M ini yaitu
dengan melihat hasil dari penjumlahan masingmasing kerusakan jalan dan drainase
yang telah dikali dengan faktor pengalinya kemudia dicocokkan dengan kategori
penanganan yang telah disediakan. Menurut Yudaningrum & Ikhwanudin (2017)
penanganannya di jelaskan sebagai berikut,
a) Jika nilai kondisi 0-20, Ruas Jalan dengan total nilai kondisi perkerasan
dibawah 20, secara umum kondisi jalan masih baik. Kerusakan yang terjadi
tidak lebih dari 10% masih dalam tingkat keparahan rendah. Jalan dalam
kelompok ini tidak memerlukan pemeliharaa ringan
b) Jika nilai kondisi 20-40,Ruas jalan dengan total nilai kondisi pada golongan
ini, mulai mengalami kerusakan ringan. Kerusakan yang terjadi kurang dari
30% tetapi tanpa diikuti dengan tingkat kerusakan kategori I. perkerasan
hanya butuh pemeliharaan ringan
c) Jika nilai kondisi 40-90, ruas jalan dalam kondisi kritis, dan telah mencapai
sampaii dengan 60% diikuti kerusakan kategori I dengan tingkat keparahan
rendah. Perkerasan jalan memerlukan pemeliharaan tingkat sedang seperti
manual patching, sealing dan skin patching
d) Jika nilai kondisi >90, ruas jalan yang mengalami kerusakan telah mencapai
60% berada dalam tingkat keparahan tinggi. Perkerasan memerlukan
perbaikan seperti manual patching, perbaikan base, overlay. Untuk ruas jalan
dengan profile distortion dengan tingkat keparahan sedang maupun tinggi,
jalan tersebut memerlukan rekonstruksi

Gambar 3.3. Klasifikasi Kerusakan dan Cara Penangananya


3.5. Diagram Alir Penelitian
Berdasarkan penelitian diatas maka diagaram penelitian ini terdiri dari

Gambar 3.4. Diagram Alir Penelitian


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
4.1.1. Survei Kerusakan Jalan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan secara visual didapatkan beberapa
jenis kerusakan pada Jalan Raya Ledug, Prigen, Pasuruan, Jawa Timur dengan
identifikasi sebagai berikut
Tabel 1. Survei Kerusakan Jalan
Koordinat Kerusakan Meter Jenis
No Kerusakan Jalan Keterangan
Latitude Longitude ke- Kerusakan

Edge Deterioration
Edge
- Panjang = 1,46 m
1 7°42'2.28" 112°38'41.57" Deterioration
6.95
S E - Lebar = 7 cm
- Kedalaman= 2 cm

Potholes:
- Panjang = 20 cm
Potholes dan - Lebar = 8 cm
2 7°42'2.14" 112°38'41.66" Block - Kedalaman= 2 cm
12.05
S E
Cracking Block Cracking
- Panjang = 27 cm
- Lebar = 19 cm
Potholes:
- Panjang = 10 cm
- Lebar = 10 cm
Potholes dan
3 7°42'2.35" 112°38'41.78" -Kedalaman= 2,5cm
19.74
S E Ravelling
Ravelling
- Panjang = 1 m
- Lebar = 1 m
Ravelling
- Panjang = 30 cm
4 7°42'2.55" 112°38'42.23" Ravelling
34.54
S E - Lebar = 25 cm
-kedalaman= 0,5 cm

Edge Deterioration
Edge
- Panjang = 1,80 m
5 7°42'2.66" 112°38'42.32" Deterioration
38.84
S E - Lebar = 7 cm
- Kedalaman= 2 cm

Ravelling:
- Panjang = 1,5 m
Ravelling - Lebar = 25 cm
6 7°42'3.34" 112°38'43.33" dan Block -Kedalaman=0,3 cm
76.44
S E
cracking Block Cracking
- Panjang = 3 m
- Lebar = 1m

Potholes:
- Panjang = 23 cm
7 7°42'3.33" 112°38'43.51" Potholes
81.5
S E - Lebar = 8 cm
- Kedalaman= 4 cm

Potholes:
- Panjang = 25 cm
8 7°42'3.43" 112°38'43.63" Potholes - Lebar = 20 cm
86.73
S E
- Kedalaman= 3 cm

Block Cracking
Block
9 7°42'3.58" 112°38'43.76" - Panjang = 2,2 m
92.92
S E cracking
- Lebar = 1,3 m
Potholes:
- Panjang = 30 cm
Potholes dan - Lebar = 15 cm
10 7°42'3.83" 112°38'43.97" 102.4 Profile -Kedalaman= 5 cm
S E 5
distortion Profile Distortion
- Panjang = 2 m
- Lebar = 40 cm

Edge Deterioration
Edge
- Panjang = 1,5 m
11 7°42'4.15" 112°38'44.27" 115.9 Deterioration
S E 5 - Lebar = 10 cm
- Kedalaman= 2 cm

Edge Deterioration
Edge
- Panjang = 1 m
12 7°42'4.39" 112°38'44.34" Deterioration
123.8
S E - Lebar = 40 cm
- Kedalaman= 5 cm

Block Cracking
Block
13 7°42'4.62" 112°38'44.43" 131.4 - Panjang = 1,3 m
S E 5 cracking
- Lebar = 30 cm

Edge Deterioration
Edge - Panjang = 2 m
Deterioration - Lebar = 9 cm
14 7°42'4.74" 112°38'44.45" 135.0 dan - Kedalaman= 2 cm
S E 3
Revelling Ravelling:
- Panjang = 1 m
- Lebar = 40 cm

Edge Deterioration
Edge
- Panjang = 40 c m
15 7°42'4.99" 112°38'44.52" 142.9 Deterioration
S E 6 - Lebar = 25 cm
- Kedalaman= 3 cm
4.1.2. Survei Riding Quality
Berdasarkan hasil pengamatan dengan menggunakan kendaraan sepeda motor
didapatkan beberapa kondisi yang dirasakan pengendara pada Jalan Raya Ledug,
Prigen, Pasuruan, Jawa Timur dengan menggunakan variasi kecepatan mulai dari 40
km/s, 30 km/s, dan 20 km/s sebagai berikut
Tabel 4. Survei Riding Quality
No Kecepatan Hal yang dirasakan
1 40 km/s Sebagai batas kecepatan, kurang nyaman, Kerusakan
jalan sangat terasa, tidak nyaman, dan sangat tergoncang
2 30 km/s Nyaman, masih merasakan adanya geronjalan jalan, tidak
tergoncang
3 20 km/s Nyaman, geronjalan dapat diminalisir dan tidak
tergoncang

4.1.2. Kondisi Drainase


Pada Jalan Raya Ledug, Prigen, pasuruan, Jawa Timur drainase berada pada
sepanjang jalan di sebelah kiri dengan lebar 40 cm dengan kedalaman 50 cm.
Mengacu pada kondisi dranase berada dalam keadaan yang bagus tanpa adanya
sampah atau sumbatan lain sehingga air yang mengalir dapat mengalir semestinya dan
tidak sampai meluap ke jalan raya.

Gambar 4.1. Kondisi Drainase Jalan Raya Ledug


4.2. Pembahasan
Berdasarkan Klasfikasi diatas berikut hasil penilaian kondisi kerusakan Jalan
Raya Ledug, Prigen, Pasuruan
Tabel 3. Hasil Penilaian Kondisi Kerusakan Jalan
Berdasarkan data diatas maka dapat dilakukan perhitungan kuantitatif terhadap
kondisi jalan berdasarkan metode Dirgalaksono dan Mochtar (1990) menggunakan
persamaan dibawah ini
KJ= 6*I + 2*II + 1*III + 0.25*IV
KJ= 6*2 + 2*5 + 1*6 + 0.25*4
KJ= 12 + 10 + 6 + 1
KJ = 29
Mengacu pada Gambar 3.3. menunjukkan bahwa nilai kerusakan jalan
menunjukkan perlunya adanya pemeliharaan ringan pada Jalan Raya Ledug, Prigen,
Pasuruan. Hal ini berhubungan dengan kenyamanan riding saat dilewati oleh
pengguna. Meskipun kerusakan jalan raya berada dapat rentang 20-40 yang artinya
perlu adanya pemelihaan ringan namun kenyamanan riding harus diperhatikan
mengingat riding quality berada berada di level 2 yang artinya pengendara mengalami
suatu goncangan pada satu tempat atau satu tempat sedikit kasar dengan
menggunakan kecepatan batas. Perlunya pemeliharaan ringan mengingat banyaknya
jenis kerusakan sehingga jika tidak dialkukan perawatan secara berkala kondisi jalan
akan terus menurun dan akan mempengaruhi kualitas berkendara mengingat wilayah
Jalan Raya Ledug merupakan jalur utama yang menghubungan antar desa.
Hal ini sesuai dengan pendapat Yudaningrum & Ikhwanudin (2017) dimana Jika
ruas jalan dengan total nilai kondisi pada golongan 2-30, mulai mengalami kerusakan
ringan. Kerusakan yang terjadi kurang dari 30% tetapi tanpa diikuti dengan tingkat
kerusakan kategori I. perkerasan hanya butuh pemeliharaan ringan.
Selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap kelayakan drainase dengan
menjumlahkan seluruh bagian dan menunjukkan hasil sebesar 1 hal ini menyatakan
bahwa berdasarkan Gambar 3.3. kondisi drainase berada dalam kondisi yang bagus
dan tidak perlu dilakukan pemeliharaan. Namun alangkah baiknya tetap dilakukan
pemeliharaan secara berkala mengingat kondisi drainase yang terbuka rentang
termasuki daun atau sampah sehingga dapat menyumbat saluran
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
1. Kerusakan Jalan Raya Ledug berada di angka 29 yang artinya perlu
pemeliharaan ringan terhadap kualitas jalan
2. Riding quaility berada di level II yang artinya pengendara merasakan suatu
goncangan pada satu tempat atau satu tempat sedikit kasar dengan
menggunakan kecepatan batas
3. Kondisi drainase dalam kondisi yang bagus ditunjukkan dengan hasil
perhitungan sebesar 1 yang menyatakan bahwa tidak perlu dilakukan
pemeliharaan drainase
4. Meskipun hasil dari survei jalan lingkungan menunjukkan hasil yang bagus
namun perlu dilakukan pemeliharaan secara berkala pada semua aspek untuk
menjamin keamanan dan kenyamanan pengendara yang lewat
DAFTAR PUSTAKA

Adriwijaya. (2016). Modul Perencanaan Drainase Permukaan Jalan. Bandung.


Direktorat Pembinaan Jalan Kota. (1990). Panduan Penentuan Klasifikasi Fungsi
Jalan di Wilayah Perkotaan. Jakarta: Direktorat Jenderal BIna Marga &
Direktorat Pembinaan Jalur Kota.
Hardiyatmo, Hary Christady., (2007). Pemeliharaan Jalan Raya. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Lubis. (1973). Lalu Lintas No. KM 14 Tahun 2016. Level Of Serviee Jalan (LOS)
Local Skunder.
Nurdin, M., & Mursidi, S. (2013). Evaluasi Tikungan di Ruas Jalan Dekso-Samigaluh,
Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Teknik Sipil.
Shahin, M.Y, (1996). Pavement for Airports, Roads, Parking Lots, Chapman and Hall,
Dept. BC., New York
Siswoyo, D. (1994). Studi Kerusakan Jalan di Daerah Surabaya Timur untuk
Menentukan Orositas Perbaikan Jalan. Surabaya: Jurusan teknik Sipil
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh
Nopember.
Suripin. (2004). Sistem Drainase yang Berkelanjutan, Edisi Pertama, Andi,
Yogyakarta
Udiana, I. M., Saudale, A. R., & Pah, J. J. (2014). Analisa Faktor Penyebab
Kerusakan Jalan (Studi Kasus Ruas Jalan W.J. Lalamentik dan Ruas jalan
Gor Flobamora). Jurnal Teknik Sipil , 13-18.
Yudaningrum, F., & Ikhwanudin. (2017). Identifikasi Jenis Kerusakan Jalan (Studi
Kasus Ruas Jalan Kedungmundu-Meteseh). Teknika, 16-23.

Anda mungkin juga menyukai