Disusun Oleh :
ACHMAD NUR SYAMSUDIN
NIM. 16.22201.1.078
Kantor Pusat : Kampus Jl. Lettu Suyitno No. 2 Telp. (0353) 881984 PO. BOX. 114
BOJONEGORO
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh :
Tim Penguji
1. Ketua ……………………………
2. Sekretaris ……………………………
3. Anggota ……………………………
Mengetahui
Ketua Program Studi Teknik Sipil
PENDAHULUAN
Jalan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Untuk masa
sekarang dan masa yang akan datang, pada era industrialisasi, perdagangan serta angkutan
umum, angkutan barang dan jasa, harus didukung oleh infrastruktur yang memadai, salah
satunya adalah dengan adanya prasarana hubungan darat yaitu jalan raya. Tingginya
frekuensi kendaraan yang lewat di atas permukaan jalan yang ada. menyebabkan turunnya
tingkat pelayanan jalan. Karena pada umumnya jalan jalan dalam kota jarang dilewati
kendaraan berat, maka penurunan tingkat pelayanan dapat berupa kerusakan pada permukaan
pada permukaan jalan merupakan bukti bahwa jalan mengalami penurunan tingkat pelayanan
kerusakan yang terjadi semakin parah, pengaruhnya semakin luas serta mengurangi kapasitas
jalan itu sendiri. Dari sekian banyak ruas jalan poros kecamatan di kabupaten Bojonegoro
Jawa Timur, khususnya jalan salah satunya adalah ruas jalanRaya Bakalan Kecamatan Kapas
Kab. Bojonegoro, terdapat kerusakan yang cukup banyak seperti retak buaya, lubang, retak
memanjang, tambalan ataupun retak samping jalan. Hal ini di sebabkan oleh banyaknya
kendaraan barang dan angkutan bermuatan berat yang melalui ruas jalan Raya Bakalan yang
menyebabkan terjadinya kerusakan pada lapis permukaan jalan. Ternyata ini memberikan
pengaruh dan dampak yang merugikan bagi kemampuan pelayanan struktur jalan. Dari hasil
pemantauan di lapangan terlihat adanya beban lalu lintas yang melebihi kapasitas dari yang
1
ACHMAD NUR SYAMSUDIN 16.222.01.1.078
direncanakan. Bahkan kemungkinan dengan adanya kondisi arus lalu lintas sekarang ini,
struktur perkerasan jalan akan lebih cepat rusak. Untuk menentukan apakah pada waktu dekat
atau di masa yang akan datang, jalan masih dalam kondisi baik, maka kondisi permukaan,
kemampuan struktur dan geometri perlu dievaluasi. Jika pertimbangannya dibuat untuk
menentukan atau memilih perbaikan yang dibutuhkan, maka perbaikan yang paling ekonomis
1.2 RumusanMasalah
Adapun rumusan masalah yang dibahas dalam tugas akhir ini adalah :
1. Apa jenis kerusakan lapis perkerasan yang terjadi pada ruas jalan raya bakalan.
2. Bagaimana penanganan kerusakan ruas jalan raya bakalan?
1. Mengetahui jenis kerusakan yang terjadi pada ruas jalan raya bakalan sepanjang 1,8
km.
2. Sebagai literatur dalam kegiatan akademik khususnya dalam bidang Teknik Sipil
Agar tidak menimpang dari tujuan penulisan tugas akhir nantinya, maka dilakukan
3. Ruas jalan yang di teliti adalah ruas jalan raya bakalan sepanjang 1,8 km.
4. Mengevaluasi jenis kerusakan pada perkerasan lentur yang selama ini terjadi pada
ruas jalan raya bakalan hanya sebatas pada kerusakan yang terjadi pada permukaan
1.6 KeaslianPenelitian
sepengetahuan penulis untuk lokasi ruas jalan Raya Bakalan belum pernah ada yang
LANDASAN TEORI
Kinerja perkerasan adalah respon perkerasan akibat beban lalu lintas, umur, lingkungan serta
kekuatan dan mutu perkerasan sendiri dimana suatu perkerasan akan mengalami kerusakan
sejalan dengan bertambahnya umur dan jumlah lalu lintas yang melewati perkerasan tersebut
oleh karena itu baik atau buruknya kinerja suatu perkerasan baik secara struktural maupun
fungsional secara fisik akan ditunjukan oleh cepat atau lambatnya awal terjadinya serta
2.2 PenilaianKondisiPerkerasan
Survei kondisi permukaan jalan dilakukan secara visual dengan cara melihat sepanjang jalan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan survei adalah sebagai berikut:
3. Tambalan(Patching)
4. Retak-retak (Cracking)
5. Alur (Ruting)
6. Amblas (Depression)
Urutan Prioritas 0 – 3
Jalan-jalan yang terletak pada urutan prioritas ini dimasukkan ke dalam program
peningkatan.
Urutan Prioritas 4 – 6
Jalan-jalan yang berada pada urutan prioritas ini dimasukkan ke dalam program Pemeliharaan
Berkala.
Urutan Prioritas 7
Jalan-jalan yang berada pada urutan prioritas ini dimasukkan ke dalam program Pemeliharaan
Rutin.
Indeks Kondisi Perkerasan atau PCI (Pavement Condition Index) adalah tingkatan dari
kondisi permukaan perkerasan dan ukuran yang ditinjau dari kondisi permukaan perkerasan
dan ukuran yang ditinjau dari fungsi daya guna yang mengacu pada kondisi dan kerusakan di
permukaan perkerasan yang terjadi. PCI ini merupakan indeks numerik yang nilainya
berkisar diantara 0 sampai 100. Nilai 0, menunjukkan perkerasan dalam kondisi sangat rusak,
dan nilai 100 menunjukkan perkerasan masih sempurna. PCI ini didasarkan dari hasil survei
kondisi visual. Tipe kerusakan, tingkat keparahan kerusakan, dan ukurannya diidentifikasikan
saat survei kondisi tersebut. PCI dikembangkan untuk memberikan indeks dari integritas
diperoleh sebagai bagian dari survei kondisi PCI, memberikan informasi sebab-sebab
kerusakan, dan apakah kerusakan terkait dengan beban atau iklim. Dalam metoda PCI,
tingkat keparahan kerusakan perkerasan merupakan fungsi dari 3 faktor utama, yaitu : tipe
Setelah selesai melakukan survei, data yang diperoleh kemudian dihitung luas dan
berikutnya adalah menghitung nilai PCI untuk tiap-tiap sampel unit dari ruas-ruas
Density adalah presentase luas kerusakan terhadap luas sampel unit yang ditinjau,
density diperoleh dengan cara membagi luas kerusakan dengan luas sampel unit.
deduct value.
Total Deduct Value yang diperoleh pada suatu segmen jalan yang ditinjau
Syarat untuk menentukan nilai q ditentukan oleh jumlah nilai deduct value
individual yang lebih besar dari 5 pada setiap segmen ruas jalan yang diteliti.
Nilai CDV dapat dicari setelah nilai q diketahui dengan cara menjumlah nilai
deduct value selanjutnya mengeplotkan jumlah deduct value tadi pada gambar
grafik CDV yang dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini sesuai dengan nilai
q yang diperoleh.
Setelah nilai CDV diketahui maka dapat ditentukan nilai PCI dengan
dengan mengeplotkan grafik. Sedang untuk menghitung nilai PCI secara keseluruhan dalam
satu ruas jalan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
PCI
PCI :
N
Dimana:
Menurut Shanin (1994). M.Y, PCI (Pavement Condition Index) adalah petunjuk
1. Retak Kulit Buaya (Aligator Cracking) Retak yang berbentuk sebuah jaringan dari
bidang persegi banyak (polygon) kecil menyerupaik kulit buaya, dengan lebar celah
lebih besar atau sama dengan 3 mm. Retak ini disebabkan oleh kelelahan akibat beban
Kemungkinan penyebab :
a. Bahan perkerasan atau kualitas material yang kurang baik sehingga menyebabkan
b. Pelapukan aspal.
c. Penggunaan aspal kurang.
Level :
L = Retak memanjang dengan bentuk garis tipis yang tidak saling berhubungan.
Cacat permukaan ini berupa terjadinya konsentrasi aspal pada suatu tempat tertentu
di permukaan jalan. Bentuk fisik dari kerusakan ini dapat dikenali dengan
terlihatnya lapisan tipis aspal (tanpa agregat) pada permukaan perkerasan dan jika
pada kondisi temperatur permukaan perkerasan yang tinggi (terik matahari) atau
pada lalu lintas yang berat, akn terlihat jejak bekas ‘bunga ban’ kendaraan yang
melewatinya. Hal ini juga akan membahayakan keselamatan lalu lintas karena
Sesuai dengan namanya, retak ini berbentuk blok atau kotak pada perkerasan jalan.
Retak ini terjadi umumnya pada lapisan tambahan (overlay), yang menggambarkan
pola retakan perkerasan di bawahnya. Ukuran blok umumnya lebih dari 200 mm x
200 mm.
Kemungkinan penyebab :
b. Retak pada lapis perkerasan yang lama tidak diperbaiki secara benar ebelum
c. Perbedaan penurunan dari timbunan atau pemotongan badan jalan dengan struktur
perkerasan.
Adanya akar pohon atau utilitas lainnya di bawah lapis perkerasan. Level:
L = Retak rambut yang membentuk kotak-kotak besar.
M = Pengembngan lebih lanjut dari retak rambut.
H = Retak sudah membentuk bagian-bagian kotak dengan celah besar.
Gambar 2.6 Deduct value Retak Kotak-Kotak
Sumber : Shanin M.Y, Army Corp of Engineers USA 1994
a. Bendul atau tonjolan yang dibawah PCC slab pada lapisan AC.
5. Perkerasan yang menjumbul keatas pada material disertai retakan yang ditambah
membentuk cekungan. Longsor itupun terjadi pada area yang lebih luas dengan
gelombang.
Level :
H = Cekungan dengan lembah yang agak dalam disertai dengan retakan dan celah
6. Keriting (Corrugation)
Kerusakan ini dikenal juga dengan istilah lain yaitu, Ripples.bentuk kerusakan ini
berupa gelombang pada lapis permukaan, atau dapat dikatakan alur yang arahnya
melintang jalan, dan sering disebut juga dengan Plastic Movement. Kerusakan ini
kendaraan.
Kemungkinan penyebab :
b. Penggunaan material atau agregat yang tidak tepat, seperti digunakannya agregat
Level :
7. Amblas (depression)
Bentuk kerusakan yang terjadi ini berupa amblas atau turunnya permukaan lapisan
retak. Kedalaman kerusakan ini umumnya lebih dari 2 cm dan akan menampung
Level :
Retak pinggir adalah retak yang sejajar dengan jalur lalu lintas dan juga biasanya
berukuran 1 sampai 2 kaki (0,3 – 0,6 m) dari pinggir perkerasan. Ini biasa
disebabkan oleh beban lalu lintas atau cuaca yang memperlemah pondasi atas
maupun pondasi bawah yang dekat dengan pinggir perkerasan. Diantara area retak
pinggir perkerasan juga disebabkan oleh tingkat kualitas tanah yang lunak dan
Kemungkinan penyebab :
Level :
Kerusakan ini umumnya terjadi pada perkerasan aspal yang telah dihamparkan di
atas perkerasan beton semen portland. Retak terjadi pada lapis tambahan (overlay)
aspal yang mencerminkan pola retak dalam perkerasan beton lama yang berbeda di
a. Gerakan vertikal atau horisontal pada lapisan bawah lapis tambahan, yang timbul
akibat ekspansi dan konstraksi saat terjadi perubahan temperatur atau kadar air.
c. Hilangnya kadar air dalam tanah dasar yang kadar lempungnya tinggi.
Level :
Bentuk kerusakan ini terjadi akibat terdapatnya beda ketinggian antara permukaan
perkerasan dengan permukaan bahu atau tanah sekitarnya, dimana permukaan bahu
Kemungkinan penyebab :
bahu.
Level :
Jenis kerusakan ini terdiri dari macam kerusakan sesuai dengan namanya yaitu,
retak memanjang dan melintang pada perkerasan. Retak ini terjadi berjajar yang
Kemungkinan penyebab :
a. Perambatan dari retak penyusutan lapisan perkerasan di bawahnya.
c. Bahan pada pinggir perkerasan kurang baik atau terjadi perubahan volume akibat
Level :
diganti dengan bahan yang baru dan lebih bagus untuk perbaikan dari perkerasan
Kemungkinan penyebab :
Level :
Kerusakan ini disebabkan oleh penerapan lalu lintas yang berulangulang dimana
agregat pada perkerasan menjadi licin dan perekatan dengan permukaan roda pada
aspal, permukaan agregat yang licin. Kerusakaan ini dapat diindikasikan dimana
Kemungkinan penyebab :
b. Bentuk agregat yang digunakan memeng sudah bulat dan licin (buakan hasil dari
Level :
Kerusakan ini berbentuk seperti mangkok yang dapat menampung dan meresapkan
air pada badan jalan. Kerusakan ini terkadang terjadi di dekat retakan, atau di
daerah yang drainasenya kurang baik (sehingga perkerasan tergenang oleh air).
Kemungkinan penyebab :
e. Merupakan kelanjutan daari kerusakan lain seperti retak dan pelepasan butir.
Level :
Jalan rel atau persilangan rel dan jalan raya, kerusakan pada perpotongan rel adalah
penurunan atau benjol sekeliling atau diantara rel yang disebabkan oleh perbedaan
karakteristik bahan. Tidak bisanya menyatu antara rel dengan lapisan perkerasan
dan juga bisa disebabkan oleh lalu lintas yang melintasi antara rel dan perkerasan.
Kemungkinan penyebab :
Level :
Istilah lain yang digunakan untuk menyebutkan jenis kerusakan ini adalah
longitudinal ruts, atau channel/rutting. Bentuk kerusakan ini terjadi pada lintasan
a. Keteblan lapisan permukaan yang tidak mencukupi untuk menahan beban lalu
lintas.
Level :
disebabkan oleh beban lalu lintas. Beban lalu lintas akan mendorong berlawanan
Kerusakan ini biasanya disebabkan oleh aspal yang tidak stabil dan terangkat
Kemungkinan penyebab :
Level :
Patah slip adalah retak yang seperti bulan sabit atau setengah bulan yang
Level :
(10m). Mengembang jembul dapat disertai dengan retak lapisan perkerasan dan
biasanya disebabkan oleh perubahan cuaca atau tanah yang menjembul keatas.
Level :
Pelepasan butiran disebabkan lapisan perkerasan yang kehilangan aspal atau tar
salah satu pada aspal pengikat tidak kuat untuk menahan gaya dorong roda
kendaraan atau presentasi kualitas campuran jelek. Hal ini dapat disebabkan oleh
tipe lalu lintas tertentu, melemahnya aspal pengikat lapisan perkerasan dan
tercabutnya agregat yang sudah lemah karena terkena tumpahan minyak bahan
bakar.
Kemungkinan penyebab :
Level :
METODE PENELITIAN
kompilasi dari berbagai tipe kerusakan, tingkat keparahan kerusakan, lokasi, dan
Informasi ini digunakan ketika melakukan penilaian tebal efektif dari perkerasan
yang telah ada dalam satu prosedur dan juga untuk melakukan estimasi kebutuhan
permukaan perkerasan.
3.2 Bagan Penelitian
Metode yang digunakan dalam survei ini adalah metode dengan cara deskriptif
survei yang memusatkan pada masalah-masalah yang ada pada saat sekarang,
keadaan kerusakan perkerasan jalan yang diteliti, sedangkan analisis berati data
dan pengolahan data. Tahap ini dilakukan dengan penyusunan rencana sehingga
diperoleh efisiensi serta efektifitas waktu dan pekerjaan. Tahap ini juga dilakukan
dan merumuskan masalah yang ada di lapangan. Tahap persiapan ini meliputi :
4. Studi literatur yaitu dengan mengumpulkan data - data dari lapangan atau ruas
yang akan dijadikan bahan penelitian dan keterangan dari buku-buku yang
berhubungan dengan pembahasan pada tugas akhir ini serta masukan - masukan
3.5 LokasiSurvei
Lokasi survei ini mengambil ruas jalan yang ada di wilayah Kecamatan Kapas,
yaitu pada ruas jalan poros kecamatan jalan raya bakalan, kapas, kab.bojonegoro
sepanjang 1800m.
Sumber : https://maps.apple.com/?ll=-7.159885,111.928047&q=Marked
Location&_ext=EiQpkOe43LijHMAxFEETHmX7W0A5kOe43LijHMBBFEETH
mX7W0A=
3.6 Alat dan Bahan Survei
Adapun peralatan dan hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam survei ini meliputi :
1. Alat tulis, digunakan untuk menulis berupa ballpoint, pena, pensil dan lain-lain.
2. Roll meter, digunakan mengukur lebar kerusakan dan lebar penampang jalan.
4. Cat semprot atau White Board, digunakan untuk menandai jarak per kerusakan.
persiapan dalam proses pelaksanaan evaluasi dan perencanaan yang sangat penting,
karena dari sini dapat ditentukan permasalahan dan rangkaian penentuan alternatif
1. Data Sekunder
Yang dimaksud data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dari instasi terkait
yang berupa peta lokasi penelitian, geometrik jalan, dan data himpunan
2. Data Primer
Yang dimaksud data primer adalah data yang tidak mengalami perubahan selama
pelaksanaan survei, data yang dimaksud adalah data geometri jalan. Data geometri
c. Menentukan tingkat kerusakan jalan yaitu biasa (low), sedang (medium), parah
(high)
mengunkan metode Pavement Condition Index (PCI). Kegiatan yang dilakukan pada
survei adalah :
Pengukuran untuk setiap jenis kerusakan diambil dari setiap unit yang telah
dipilih pada lokasi ruas jalan yang mengalami kerusakan. Tiap kerusakan memiliki
cara pengukuran yang berbeda. Cara pengukuran kerusakan jalan menurut Shahin
Retak kulit buaya diukur dengan cara mengukur luas permukaan dalam satuan
meter persegi (m2). Kesulitan utama dalam mengukur jenis kerusakan ini yaitu jika
terdapat dua atau tiga tingkat kerusakan dalam satu unit. Jika kerusakan tersebut
mudah dibedakan satu sama lain, maka harus diukur dan dicatat secara terpisah.
Namun, jika tingkat kerusakan yang berbeda sulit dibedakan, maka seluruh
kerusakan harus dinilai pada tingkat kerusakan tertinggi. Jika retak buaya dan alur
terjadi di daerah yang sama, masing- masing dicatat secara terpisah di masing-
masing tingkatannya.
b. Kegemukan (Bleeding)
Cacat permukaan ini diukur dengan cara mengukur luas permukaan dalam satuan
Retak Blok diukur dengan cara mengukur luas permukaan dalam satuan meter
persegi (m2). Setiap bagian perkerasan yang memiliki tingkat kerusakan yang jelas
d. Keriting (Corrugation)
Keriting diukur dalam meter persegi (m2). Perbedaan ketinggian rata-rata antara
tinggi dan kedalaman lipatan menunjukkan tingkat keparahan. Untuk menentukan
perbedaan ketinggian rata-rata, alat ukur harus ditempatkan tegak lurus terhadap
lipatannya sehingga kedalaman bisa diukur dalam satuan inci (mm). Kedalaman
e. Amblas (Depression)
Amblas diukur dalam meter persegi (m2) dari permukaan unit. Kedalaman
kedalamannya.
Cacat permukaan ini diukur dengan cara mengukur luas permukaan dalam satuan
Diukur dalam meter panjang (m), panjang dan tingkat kerusakan retak masing-
masing harus diidentifikasi dan dicatat. Jika retak memiliki tingkat kerusakan yang
berbeda dalam satu unit, maka setiap bagian harus dicatat secara terpisah.
memanjang dan melintang diukur di dalam meter panjang (m). Panjang dan tingkat
kerusakan masing-masing retak harus diidentifikasi dan dicatat. Jika setiap bagian
Tambalan diukur dalam satuan meter persegi (m2) dari permukaan unit yang
mengalami kerusakan. Namun, jika luas unityangmengalami kerusakan memiliki
tingkat kerusakan yang berbeda, bidang-bidang ini harus diukur dan dicatat secara
terpisah.
Diukur dalam satuan meter persegi (m2) dengan cara mengukur luas permukaan
k. Lobang (Potholes)
Diukur dalam meter persegi (m2) dari permukaan unit. Kedalaman maksimum
l. Alur(Rutting)
Alur diukur dalam satuan meter persegi (m2), dan tingkatan kerusakannya
ditentukan oleh kedalaman alur tersebut. Untuk menentukan kedalaman, alat ukur
m. Sungkur (Shoving)
Sungkur diukur dalam meter persegi (m2) dengan cara mengukur luas permukaan
Density atau kadar kerusakan adalah persentase luasan dari suatu jenis kerusakan
terhadap luasan suatu unit segmen yang diukur dalam meter panjang. Nilai density
Deduct Value adalah nilai pengurangan untuk tiap jenis kerusakan yang diperoleh
dari kurva hubungan antara density dan deduct value. Grafik Deduct value juga
dibedakan atas tingkat kerusakan untuk tiap - tiap jenis kerusakan yang dapat
Total Deduct Value (TDV) adalah nilai total dari individual deduct value untuk
tiap jenis kerusakan dan tingkat kerusakan yang ada pada suatu unit penelitian.
d. Menentukan Nilai q Syarat untuk menentukan nilai q ditentukan oleh jumlah nilai
deduct value individual yang lebih besar dari 5 pada setiap segmen ruas jalan yang
diteliti.
Corrected Deduct Value (CDV) diperoleh dari kurva hubungan antara Jumlah nilai
Deduct Value Yang lebih dari 5 dengan nilai CDV. dilanjutkan pemilihan
lengkung kurva sesuai dengan jumlah nilai individual Deduct Value yang
Setelah nilai CDV diketahui maka dapat ditentukan nilai PCI dengan menggunakan
rumus (3.3) Sedang untuk menghitung nilai PCI secara keseluruhan dalam satu
(excellent), sangat baik (very good), baik (good), sedang (fair), jelek (poor), sangat
Setelah diketahui nilai kondisi perkerasan berdasarkan hasil dari perhitungan nilai