Disusun oleh:
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang memegang
peranan penting dalam sektor perhubungan terutama untuk distribusi barang dan
jasa. Dengan demikian perkembangan jalan saling berkaitan dengan
perkembangan sumber daya umat manusia. Peranan jalan sangat penting dalam
memfasilitasi besar kebutuhan pergerakan yang terjadi. Oleh karena ituagar jalan
dapat tetap mengakomodasi kebutuhan pergerakan dengan tingkat layanan
tertentu perlu dilakukan suatu usaha untuk menjaga kualitas lapis layanan jalan,
dan salah satu usaha tersebut adalah melakukan analisa pada kerusakan dan
melakukan kegiatan pemeliharan. Kinerja perkerasan merupakan kondisi
perkerasan yang dapatmemberikan pelayanan kepada pemakai jalan selama
kurun waktu perencanaan tertentu (Sukirman : 1999). Kinerja pelaksanaan
menjadi 3 (tiga) bagian yaitu diantaranya sebagai berikut ini.
a. Keamanan yang ditentukan oleh besarnya gesekan akibat adanya
kontak antara ban dan permukaan jalan.
b. Struktur pelayanan, yang berhubungan dengan kondisi fisik dari
jalan yang dipengaruhui oleh beban lalu lintas dan lingkungan.
c. Fungsi pelayanan, yang berhubungan dengan bagaimana perkerasan
tersebut memberikan pelayanan kepada pengguna jalan.
bersangkutan.
c. Survai Lalu Lintas yaitu Survai lalu–lintas dilakukan untuk
mendapatkan data lalu –lintas yang meliputi data Volume lalu–lintas,
komposisi kendaraan, frekuensi kendaraan, dan arah perjalanan.
d. Data Primer adalah data yang didapat dengan cara melakukan survai
langsung di lapangan.
e. Data Sekunder adalah data yang didapat dari pengumpulan data dari
instansi– instansi terkait dan tidak perlu melakukan survai lapangan.
f. Klasifikasi Fungsi Jalan berdasarkan fungsinya, sistim jaringan jalan di
dalam kota dapat dibedakan atas sistim primer dan sistim sekunder yang
masing–masing dikelompokan menurut peranannya sebagai jalan arteri,
kolektor dan lokal. Secara garis besar dapat disebutkan bahwa sistim
jaringan primer disusun mengikuti ketentuan peraturan tata ruang dan
struktur pengembangan wilayah tingkat nasional yang menghubungkan
antar kota. Sedangkan sistim jaringan sekunder disusun berdasarkan
ketentuan peraturan tata ruang dan struktur kota yang menghubungkan
kawasan–kawasan yang mempunyai fungsi primer dan fungsi sekunder.
Dengan demikian, aspal haruslah memiliki daya tahan (tidak cepat rapuh)
terhadap cuaca, mempunyai adhesi dan kohesi yang baik dan memberikan sifat
elastis yang baik antara lain sebagai berkut ini.
penilai, maka lebih baik dilakukan oleh dua orang atau lebih personil
yang berpengalaman. Hasil akhir diambil rata-ratanya.
26).Sistem Penilaian Menurut AASHTO
Sistem penilaian AASHTO menggunakan indeks permukaan
(Serviceability Index). Indeks permukaan diperoleh dari pengamatan
kondisi jalan, meliputi kerusakan-kerusakan seperti retak,alur, lubang,
lendutan pada lajur roda dan lain sebagainya yang terjadi selama umur
jalan tersebut. Indeks permukaan menunjukan fungsi pelayanan dalam
variasi angka 0 – 5, seperti di tunjukkan pada Tabel 2.3
dan titik pengenal lainnya, tipe dan kondisi perkerasan. Mencatat waktu
odometer untuk mengetahui panjang ruas, patok kilometer dan waktu perjalanan
yang dibutuhkan. Pengisian formulir S1 dimulai daribawah ke atas.
2.13 Dokumentasi
Dokumentasi dalam hal ini yaitu pemotretan yang bertujuan untuk
membantu menaksir jenis pemeliharaan yang diperlukan dan sesuai dengan
kondisi kerusakan, serta membantu pada saat pengolahan data dan sebagai bukti
bahwa survei telah dilakukan. Pengambilan foto di fokuskan pada permukaan
perkerasan yang mengalami kerusakan, lokasi survei, dan jalannya kegiatan
survei penjajagan kondisi jalan.
dalam kondisi sedang dan 5,6 % dalam kondisi rusak, dan untuk jalan
dengan nilai kondisi paling bagus adalah Jalan Kyai Brengkel dengan
nilai kondisi 3,5 dan jalan yang mempunyai kerusakan terparah adalah
Jalan Ksatrian dengan nilai kondisi 8,14.
2. Daniar Siswo Hidayano (2015)
Penelitian dari Daniar Siswo Hidayanto yang berjudul “Evaluasi
Tingkat Kerusakan Jalan Dengan Metode Bina Marga” membahas
tentang tingkat kerusakan jalan di Kabupaten Kebumen dan disimpulkan
bahwa nilai kondisi terbesar adalah Jalan Tembono-Peniron dengan nilai
10,17 sedangkan nilai kondisi terkecil adalah Jalan Indrakila dengan
nilai kondisi 0, untuk pengelompokan urutan prioritas dibagi menjadi 3
kelompok yaitu urutan prioritas 0-3, urutan prioritas 3-6, dan urutan
prioritas > 6. Sehingga peneliti memberikan usulan-usulan sebagai
berikut: 1. Untuk urutan prioritas 0-3 dimasukkan dalam Program
Peningkatan Jalan, 2. Untukurutan prioritas 3-6 dimasukkan dalam
Program Pemeliharaan Berkala, dan 3. Untuk urutan prioritas > 6
dimasukkan dalam Program Pemeliharaan Rutin Jalan Kabupaten.
3. Hary Christady Hardiyatmo (2007)
Hary Christady Hardiyatmo dalam bukunya yang berjudul
“Pemeliharaan Jalan Raya” membahas tentang pemeliharaan untuk
perkerasan jalan, drainase, dan longsoran. Dimana untuk bab
perkerasan jalan berisikan jenis- jenis kerusakan jalan, faktor penyebab
kerusakan jalan, perkerasan lentur dan kaku, bagian-bagian struktur
jalan raya,survai penilaian kondisi perkerasan,dan pemeliharaan
perkerasan. Pada bab drainase membahastentang pemeliharaan
drainase dan pada bab longsoran berisikan tentang stabilitas
lereng,pemeliharaan lereng dan sebagainya terkait longsoran.
4. Silvia Sukirman (1999)
Silvia sukirman dalam bukunya yang berjudul “Perkerasan Lentur
Jalan Raya” membahas tentang konstruksi jalan raya khusus nya
perkerasan lentur, jenis an fungsi lapsan perkerasan, material
konstruksi perkerasan, perencanan tebal perkerasan, kerusakan-
kerusakan dan pemeliharaan permukaan jalan. Pada bagian yang
membahas kerusakan dan pemeliharan jalan penulis secara detail
mencantumkan jenis-jenis kerusakan lapis permukaan dan sebab-sebab
2
5
2.15 Hipotesis
Kesimpulan sementara kerusakan jalan di wilayah perkotaan Wonosobo
adalah Jalan Masjid dan Jalan Pemuda merupakan ruas jalan dengan nilai
Prioritas tertinggi, karena kedua ruas jalan tersebut adalah jalan dalam kota yang
mengarah dan menyambung ke Jalan Dieng. Diperkirakan volume lalu lintas
pada jalan tersebut lebih tinggi dan kerusakan jalan dikedua jalan tersebut lebih
besar dibanding jalan lain.
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
penjajagan kondisi jalan untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Dari data
mendapatkan data akhir yang lebih falid untuk diolah dan dianalisis
dengan lebar ruas ≥ 10 meter dan berada paling dekat dengan pusat Kabupaten
juga untuk jalan dengan lebar ruas ≥ 10 m bisa dilalui mobil dan dapat
Gambar 1.
2
7
Gambar 1
Peta Jalan Perkotaan Kabupaten Lhokseumawe
3.3.1 Alat
a).Kendaran yang dilengkapi odometer yan masih berfungsi dengan baik dan
dapat mencatat interval 100 meter, atau Odometer Tangan (Hand Odometer)
b).Meteran atau pita ukur digunakan untuk mengukur lebar dan dan kerusakan
jalan.
amblas.
d).Alat tulis dan formulir survey S1 untuk survai penjajagan kondisi jalan dan
28
dengan baik, pengukuran lebar ruas menggunakan pita ukur, dan pengukuran
survei penjajagan kondisi jalan sesuai panduan teknis adalah sebagai berikut
ini.
lebar perkerasan pada titik pangkal ruas, pengukuran dilakukan dengan pita
ukur, tetapi jika kondisi lalu-lintas terlalu padat dan terlalu sulit untuk
pengukuran dengan pita ukur, dapat dilaukan dengan Odometer tangan. Serta
dan keadaan disekitar ruas jalan baik bahu jalan maupun saluran drainase
dilakukan pata titik 0 yang telah ditentukan, dan dilakukan sebaik mungkin
Mengamati, menilai dan mencatat kondisi bahu jalan, kemiringan jalan serta
panjang ruas jalan, mencatat dan memotret kerusakan yang terjadi sambil
jarak/segmen 100 meter. Demikian juga dengan ruas jalan lain yang akan
diteliti.
5).Survei dakhiri pada ujung ruas jalan mengukur lebar, mencatat kondisi ruas
jalan serta mencatat titik pengenal ujng jalan dan waktu akhir survei.
Keadaan lalu – lintas suatu ruas jalan dapat digunakan untuk mengevaluasi
apakah jalan tersebut masih mampu melayani lalu – lintas di suatu daerah atau
tidak. Disamping itu survai perhitungan lalu – lintas dapat digunakan untuk
dilaksanakan pada jam sibuk, dimana volume lalu lintas dianggap paling tinggi
Data hasil survei penjajagan kondisi jalan berupa tipe dan ukuran
kerusakan dihitung untuk mendapatkan luasan setiap tipe kerusakan, dari setiap
30
tipe kerusakan. Presentase tipe kerusakan diperoleh dari hasl bagi antara tipe
kerusakan dengan luasan segmen 100 meter dikalikan 100%. Sebagai contoh
jalan Sumbing memiliki panjang ruas 424 m, dan lebar 7,5 m. Dibagi dalam 5
segmen 300-400, dan segmen 400-424 m. Luasan segmen 0-100 m = 100 x 7,5
= 750 m2, cara yang sama juga dilakukan untuk menghitung luasan segmen
Cara yang sama juga dilakukan untuk menghitung persentase tipe kerusakan
yang lain pada segmen ruas jalan dan pada semua ruas jalan yang disurvei.
Penilaian didapat dari penjumlahan tiap tipe kerusakan pada tiap ruas
Tabel 3.0
Penilaian Bahu Jalan dan Kemiringan Jalan
Penilaian Bahu Jalan (L) Kemiringan (K)
1 Bentuk dan kemiringan baik 4% - 2%
2 Bentuk dan kemiringn buruk 2% - 0 (flat/hampir datar)
3 Tingi/rendah <10 cm Datar tidak merata
4 >10 cm atau tidak ada Tidak berbentuk
Sumber : Modul Jalan Kabupaten, Bantuan Petunjuk Teknis Pembinaan Untuk
Penyelenggaraan Jalan Daerah.
Tabel 3.1
Kerusakan Pemukaan Perkerasan
Kerusakan Pemukaan Perkerasan : % Luas
1 2 `3 4
Tipe kerusakan Rusak
baik sedang rusak
berat
B lubang 1-5 >15
C legokan 0-1 5-10 5-15
0-5 10-5- >50
D Retak ratak 3-12 >25
E Alur bekas roda 0-3 3.5 12-25
0-3 3-5 >25
kendaraan.
Sumber : Modul Jalan Kabupaten, Bantuan Petunjuk Teknis Pembinaan Untuk
Penyelenggaraan Jalan Daerah.
adalah 0,440% termasuk kategori baik dengan nilai 1, untuk kerusakan amblas
bahu jalan = 1, bahwa jalan Sumbing mempunyai bentuk dan kemiringan baik,
tapi kebanyakan pada ruas jalan perkotaan bahu jalan berupa trotoar.
Nilai kondisi adalah nilai yang diberikan terhadap kondisi jalan. Nilai
tersebut didapat dari skor total di semua segmen pada ruas jalan dibagi dengan
jumlah segmen.
Sebagai contoh Jalan Sumbing mempunyai panjang ruas 424 m, lebar 7,5 m,
segmen di jalan tersebut, Jadi didapat nilai kerusakan jalan Sumbing adalah
5,4.
Langkah yang sama dilakukan untuk perhitungan semua ruas jalan yang
disurvei. Setelah semua ruas jalan didapat, dapat diketahui ruas jalan yang
memiliki nilai kerusakan terbesar dan terkecil. Pada metode Bina Marga
Misal nilai kelas LHR pada Jalan Sumbing didapat Volume lalu lintas
sebanyak 1701 kendaraan dengan nilai LHR 686,62 SMP/Jam, seperti pada
Tabel 3,2, termasuk kedalam kelas LHR dengan nilai 4 yang bisa dilihat pada
3
3
Tabel 8.
Tabel 3,2
Contoh Hasil Volume Kendaraan
Volume Lalu Lintas Jalan
No Jenis kendaraan EMP
Kendaraan /Jam SMP/Jam
1 Sepeda Motor (MC) 0,3 3799 1253,67
Kendaraan Ringan
2 1,0 850 850
(LV)
Kendaraan Berat
3 1,3 24 36
(HV)
Jumlah 4673 2139,67
= 17 – (4 + 5,4)
= 7,60
Untuk ruas jalan lain dilakukan cara yang sama untuk menentukan urutan
prioritas penanganan sehingga akan didapat ruas jalan mana yang lebih
Mulai
Studi Pustaka
Analisa Menggunakan
Metode Bina Marga
Perhitungan Nilai
Kondisi Jalan
3
5
Selesai