Anda di halaman 1dari 78

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI

CIVIL ENGINEERING F111 17 118

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Untuk membangun jalan raya yang memenuhi kebutuhan lalu lintas dibutuhkan
beberapa kriteria perancangan geometrik jalan. Perancangan Geometrik Jalan merupakan
bagian dari perencanaan jalan yang dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik
sehingga dapat memenuhi fungsi dasar dari jalan yaitu memberikan pelayanan yang
optimum pada arus lalu lintas dan sebagai akses ke rumah-rumah.
Jalan mempunyai peranan penting terhadap kehidupan manusia sebagai penyedia
akses transportasi jasa dan barang keseluruh wilayah, sehingga ruang, bentuk, dan ukuran
jalan dapat memberikan rasa aman dan nyaman kepada pemakai jalan.
Dasar dari perancangan geometrik jalan adalah sifat gerakan, ukuran kendaraan, sifat
pengemudi dalam mengendalikan gerak kendaraannya dan karakteristik arus lalu lintas.
Hal-hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan perencana sehingga dihasilkan
bentuk dan ukuran jalan serta ruang gerak kendaraan yang memenuhi tingkat
kenyamanan dan keamanan yang diharapkan.
Geometrik jalan yang didesain dengan mempertimbangkan masalah keselamatan dan
mobilitas yang mempunyai kepentingan yang saling bertentangan, oleh karena itu kedua
pertimbangan tersebut harus diseimbangkan. Mobilitas yang dipertimbangkan tidak saja
menyangkut mobilitas kendaraan bermotor tetapi juga mobilitas kendaraan tidak
bermotor dan pejalan kaki.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana merencanakan trase dan penentuan medan suatu jalan yang aman, nyaman
dan ekonomis.
2. Bagaimana menghitung dan mendesain alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal.
3. Bagaimana final desain profil memanjang dan melintang.
4. Bagaimana cara menghitung galian dan timbunan yang di butuhkan.

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui trase jalan terpendek yang aman, nyaman dan ekonomis.
2. Untuk mengetahui perencanaan bentuk dan menghitung alinyemen horizontal dam
alinyemen vertikal suatu jalan.
3. Untuk mengetahui penggambaran profil memanjang dan melintang.
4. Untuk mengetahui berapa banyak galian dan timbunan yang dibutuhkan.

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

BAB II
TEORI DASAR

2.1 Klasifikasi Jalan


2.1.1 Klasifikasi menurut fungsi jalan
Klasifikasi jalan menurut fungsi jalan terbagi atas:
a. Jalan Arteri
Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh,
kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
b. Jalan Kolektor
Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan
jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c. Jalan Lokal
Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat,
kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

2.1.2 Klasifikasi menurut kelas jalan


Klasifikasi jalan menurut kelas jalan terbagi atas:
a. Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk
menerima beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST)
dalam satuan ton.
b. Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan
klasifikasi menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Klasifikasi Menurut Kelas Jalan


Muatan Sumbu Terberat MST
Fungsi Kelas
(ton)
I >10
Arteri II 10
III A 8
III A
Kolektor 8
III B
Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

2.1.3 Klasifikasi menurut medan jalan


Klasifikasi jalan menurut medan jalan terbagi atas:
a. Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar kemiringan
medan yang diukur tegak lurus garis kontur.
b. Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik dapat dilihat
dalam Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Klasifikasi menurut medan jalan


Kemiringan Medan
No Jenis Medan Notasi
%
1 Datar D <3
2 Perbukitan B 3 – 25
3 Pegunungan G >25

Sumber : Perencanaan Geometrik jalan antar kota (1997)

c. Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus mempertimbangkan


keseragaman kondisi medan menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan
perubahan-perubahan pada bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut.

Tabel 2.3. Kecepatan Rencana, VR sesuai klasifikasi fungsi dan klasifikasi


medan jalan
Kecepatan Rencana, VR' Km/jam
FUNGSI
Datar Bukit Pegunungan
Arteri 70 – 120 60 - 80 40 – 70
Kolektor 60 – 90 50 - 60 30 – 50
Lokal 40 – 70 30 - 50 20 – 30

Sumber : Buku Konstruksi jalan Raya, olehIr. Hamirhan Saodang, M.Sc

2.1.4 Klasifikasi menurut wewenang pembinaan jalan


Klasifikasi jalan menurut wewenang pembinaannya sesuai Peraturan Pemerintah
No. 34/2006 adalah :

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

1. Jalan Nasional
2. Jalan Provinsi
3. Jalan Kabupaten
4. Jalan Kota
5. Jalan Desa

2.2 Klasifikasi Jalan


2.2.1 Kendaraan Rencana
a. Kendaraan Rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya
dipakaisebagai acuan dalam perencanaan geometrik.
b. Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3 kategori:
 Kendaraan Kecil, diwakili oleh mobil penumpang;
 Kendaraan Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as;
 Kendaraan Besar, diwakili oleh truk-semi-trailer.
 Dimensi dasar untuk masing-masing kategori Kendaraan Rencana
ditunjukkan dalam Tabel 2.3

Tabel 2.3 Dimensi kendaraan rencana


Dimensi
Kategori Tonjolan Radius
Kendaraan Radius Putar
Kendaraan (cm) (cm) Tonjolan
Rencana Belakan
T L P Depan Min Maks (cm)
g
Kendaraan
130 210 580 90 150 420 730 780
Kecil
Kendaraan
410 260 1210 210 240 740 1280 1410
Sedang
Kendaraan
410 260 2100 1,20 90 290 1400 1370
Besar
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

Sketsa dimensi kendaraan rencana dapat dilihat pada Gambar 2.1 s/d
Gambar 2.3 berikut ini :

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Gambar 2.1 Dimensi kendaraan kecil


Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

Gambar 2.2 Dimensi kendaraan sedang


Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

Gambar 2.3 Dimensi kendaraan besar


Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

2.2.2 Satuan Mobil Penumpang


a. SMP adalah angka satuan kendaraan dalam hal kapasitas jalan, di mana
mobilpenumpang ditetapkan memiliki satu SMP.

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

b. SMP untuk jenis jenis kendaraan dan kondisi medan lainnya dapat dilihat
dalam Tabel 2.4. Detail nilai SMP dapat dilihat pada buku Manual Kapasitas
Jalan Indonesia.
Tabel 2.4 Ekivalen Mobil Penumpang (emp)
No Jenis Kendaraan Datar/Perbukitan Pegunungan
1 Sedan, Jeep, Station Wagon 1,0 1,0
Pick-Up, Bus Kecil, Truck
2 1,2 - 2,4 1,9 - 3,5
Kecil
3 Bus dan Truck Besar 1,2 - 5,0 2,2 - 6,0
Sumber : MKJI No.036 /TBM (1997)
2.2.3 Bagian-Bagian Jalan
a. Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) dibatasi oleh (lihat Gambar 2.4) :
1. Lebar antara batas ambang pengaman konstruksi jalan di kedua sisi jalan.
2. Tinggi 5 meter di atas permukaan perkerasan pada sumbu jalan, dan
3. Kedalaman ruang bebas 1,5 meter di bawah muka jalan.

Gambar 2.4 Hubungan Antara Rumaja, Rumija dan Ruwasja

b. Ruang Milik Jalan (Rumija) dibatasi oleh lebar yang sama dengan Damaja
ditambah ambang pengaman konstruksi jalan dengan tinggi 5 meter dan
kedalaman 1.5 meter.
c. Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) adalah ruang sepanjang jalan di luar
Damaja yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu, diukur dari sumbu jalan
sebagai berikut :
1. Jalan Arteri minimum 20 meter.

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

2. Jalan Kolektor minimum 15 meter.


3. Jalan Lokal minimum 10 meter.
Untuk keselamatan pemakai jalan, Ruwasja di daerah tikungan ditentukan oleh
jarak pandang bebas.

2.2.4 Jarak Pandang


Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada
saat mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang
membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghidari bahaya
tersebut dengan aman. Dibedakan dua Jarak Pandang, yaitu Jarak Pandang Henti
(Jh) dan Jarak Pandang Mendahului (Jd).
1. Jarak Pandang Henti (Jh)
a. Jh adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi untuk
menghentikan kendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan
di depan. Setiap titik di sepanjang jalan harus memenuhi Jh.
b. Jh diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 105 cm
dan tinggi halangan 15 cm diukur dari permukaan jalan.
c. Jh terdiri atas 2 elemen jarak, yaitu:
 Jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak
pengemudi melihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti
sampai saat pengemudi menginjak rem.
 Jarak pengereman (Jh) adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikan
kendaraan sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti.
 Jh, dalam satuan meter, dapat dihitung dengan rumus:

VR
Jh= T +¿ ¿
3,6 …(1)

dimana :
VR = kecepatan rencana (km/jam)
T = waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

g = percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2


f = koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan
0,35 - 0,55.
 Tabel 2.5 berisi Jh minimum yang dihitung berdasarkan persamaan
dengan pembulatan-pembulatan untuk berbagai VR.

Tabel 2.5 Jarak Pandang Henti (JH) minimum

VR, Km/jam 120 100 80 60 50 40 30 20


Jh minimum 250 175 120 75 55 40 27 16
Sumber : Buku Konstruksi jalan Raya, oleh Ir. Hamirhan Saodang, M.Sc

2. Jarak Pandang Mendahului (Jd)

Jarak Pandang Menyiap, yaitu jarak pandangan yang dibutuhkan untuk dapat
menyiap kendaraan lain yang berada pada lajur jalannya dengan menggunakan
lajur untuk arah berlawanan (Lihat Gambar 2.5). Jarak pandang mendahului
standar adalah :

d = d1 + d2 + d3 + … (2)

dimana :
d1 = Jarak yang ditempuh selama waktu reaksi oleh kendaraan yang hendak
menyiap dan membawa kendaraannya yang hendak membelok ke lajur
kanan.

d1 = (0,278 . t1) + (V – m + ( at1 /2)) … (3)


d2 = Jarak yang ditempuh kendaraan yang menyiap selama berada pada lajur
sebelah kanan.

d2 = ( 0,278V . t2 ) ... (4)


d3 = Jarak bebas yang harus ada antara kendaraan yang menyiap dengan
kendaraan yang berlawanan arah setelah gerakan menyiap dilakukan,
diambil 30-100 m.
d4 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang berlawanan arah selama 2/3
dari waktu yang diperlukan oleh kendaraan yang menyiap berada pada
lajur sebelah kanan atau sama dengan 2/3d2.

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

t1 = Waktu reaksi yang besarnya tergantung dari kecepatan yang dapat


ditentukan dengan korelasi

t1 = 2,12 + 0,026V ... ( 5 )


m = Perbedaan kecepatan antara kendaraan yang menyiap dan yang disiap
yaitu 15 km/ jam
V = Kecepatan rata-rata kendaraan yang menyiap, dalam perhitungan dapat
dianggap sama dengan kecepatan rencana, km/ jam
a = Percepatan rata-rata yang besarnya yang dapat ditentukan dengan
mempergunakan korelasi

α = 2,052 + 0,0036V ... (6)

t2 = Waktu dimana kendaraan yang menyiap berada pada lajur kanan yang
dapat ditentukan dengan mempergunakan korelasi

t2 = 6,56 + 0,048V ... ( 7 )

Gambar 2.5 Jarak Pandang Mendahului


Sumber : Buku Konstruksi jalan Raya, oleh Ir. Hamirhan Saodang, M.Sce

2.3 Alinyemen Horizontal


Alinyemen horizontal adalah proyeksi sumbu jalan pada bidang horizontal. Alinyemen
horizontal juga dikenal dengan nama “situasi jalan” atau “trase jalan”. Alinemen
horizontal terdiri atas bagian lurus dan bagian lengkung (disebut juga tikungan).
Perencanaan geometri pada bagian lengkung dimaksudkan untuk mengimbangi gaya

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

sentrifugal yang diterima oleh kendaraan yang berjalan pada kecepatan tertentu dengan
membentuk superelevasi. Gaya sentrifugal adalah gaya yang mendorong kendaraan
secara radial keluar dari lajur jalannya. Sedangkan superelevasi adalah suatu kemiringan
melintangditikungan yang berfungsi mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima oleh
kendaraan.

2.3.1 Bentuk bagian lengkung


Bentuk bagian lengkung dapat berupa :
a. Full Circle (FC) atau Lengkung Busur Lingkaran Sederhana
Lengkung busur lingkaran sederhana hanya dapat dipilh untuk radius lengkung
yang besar.
Bentuk tikungan yang dianjurkan oleh Bina Marga :
1. Bentuk tikungan seperti ini digunakan pada tikungan yang mempunyai jari-
jari besar dengan sudut tangent yang relative kecil. Batasan yang biasanya
dipakai di Indonesia seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.6 sebagai
berikut:

Gambar 2.6 Lengkung busur lingkaran Sederhana


Sumber : Buku Konstruksi jalan Raya, oleh Ir. Hamirhan Saodang, M.Sce

Batasan yang biasanya dipakai di Indonesia seperti yang ditunjukkan pada


Tabel 2.6 berikut :
Tabel 2.6 Batasan antara kecepatan rencana dan jari-jari lengkungan
minimal

Kecepatan Rencana Jari-jari Lengkungan Minimal


(Km/Jam) (m)
200 1500
100 1000
80 700
60 300
40 130

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Sumber : Buku Dasar-Dasar Perencanaan Geometrik Jalan

 Rumus yang biasa digunakan:


Dari gambar lengkung busur lingkaran sederhana diatas, dapat diketahui:

Tc = Rc . tg 1/2β ... (8)

Ec =Tc . tg 1/4β ... (9)

Rc dengan β dalam derajat ... (10)


Lc = B . Rc
dengan β dalam radian ... (11)

Syarat pemakaian :
a. Tergantung dari harga v yang ada (design speed)

Mis : Untuk Vp = 80 Km/jam


R > 110
R dicoba dahulu pada gambar pengukuran staking out.
b. Harga dihitung secara analitis berdasarkan koordinat, setelah itu
diukur dengan menggunakan busur
c. Ac > 0
d. Lc > 20 cm

Karena lengkung hanya berbentuk busur lingkaran saja, maka


pencapaian superelevasi
dilakukan sebagian pada jalan
lurus dan sebagian lagi pada
bagian lengkung.
 Spiral- Circle-Spiral (SCS)
atau Lengkung Busur Lingkaran dengan Lengkung Peralihan

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Gambar 2.7 Lengkung spiral – lingkaran – spiral simetris


Sumber : Buku Konstruksi jalan Raya, oleh Ir. Hamirha Saodang, M.Sce
Gambar diatas menggambarkan sebuah lengkung Spiral-Circle-Spiral
simetris dimana panjang lengkung peralihan dari TS ke SC sama
dengan dari CS ke ST (= Ls). Lengkung TS-SC adalah lengkung
peralihan berbentuk spiral yang menghubungkan bagian lurus dengan
radius tak berhingga di awal spiral (kiri TS) dan bagian berbentuk
lingkaran diakhir spiral (kanan SC). Titik TS adalah titik peralihan
bagian lurus ke bagian berbentuk spiral dan titik SC adalah titik
peralihan bagian spiral ke bagian lingkaran.
Rumus yang umum digunakan adalah :
 Derajat Kelengkungan

Adalah sudut yang dibentuk oleh ujung lingkarang dengan jari-jari


R (m) yang menghasilkan panjang busur sebesar 25 m. Rumus
yang umum digunakan adalah :

25 x 360 1432 , 4 ... (12)


D= =
25 Rc Rc

Dari Gambar 2.7 diatas, dapat diketahui bahwa :


Besarnya sudut spiral pada titik SC

Ls 90 Ls ... (13)
θs¿ θs¿ (derajat)
2 Rc πRc

Ls ²
p¿ . Rc( 1 - cos θs ) ... (14)
6 Rc

untuk Ls = 1 m, maka p = p* dan k = k*dan untuk Ls = Ls, maka p


= p*.Ls dan k = k*. Lsdengan nilai p* dan k* untuk setiap nilai θs
diberikan di tabel 1.8. Sudut pusat busur lingkaran = θc dan sudut

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

spiral = θs , jika besarnya sudut perpotongan kedua tangen adalah β


maka :

θc = β – θs
Es = ( Rc + p ) sec 1/2 β – Rc ... (15)
Ts = ( Rc + p ) tg 1/2 β + k
θc
Lc = πRc
180
Tabel 2.7 Panjang lengkung peralihan minimum dan superelevasi yang
dibutuhkan (emaks = 10% Bina marga)
D R v = 50 km/jam v = 60 km/jam v = 70 km/jam v = 80 km/jam v = 90 km/jam
(⁰) (m) e Ls e Ls e Ls e Ls e
0.025 5730 LN 45 LN 50 LN 60 LN 70 LN
0.500 2865 LN 45 LN 50 LP 60 LP 70 LP
0.750 1910 LN 45 LP 50 LP 60 0.020 70 0.025
1.000 1432 LP 45 LP 50 0.021 60 0.027 70 0.033
1.250 1146 LP 45 LP 50 0.025 60 0.033 70 0.040
1.500 955 LP 45 0.023 50 0.030 60 0.038 70 0.047
1.750 819 LP 45 0.026 50 0.035 60 0.044 70 0.054
2.000 716 LP 45 0.029 50 0.039 60 0.049 70 0.060
2.500 573 0.026 45 0.036 50 0.047 60 0.059 70 0.072
3.000 477 0.030 45 0.042 50 0.055 60 0.068 70 0.081
3.500 409 0.035 45 0.048 50 0.062 60 0.076 70 0.089
4.000 358 0.039 45 0.054 50 0.068 60 0.082 70 0.095
4.500 318 0.043 45 0.059 50 0.074 60 0.088 70 0.099
5.000 286 0.048 45 0.064 50 0.079 60 0.093 70 0.100
6.000 239 0.055 45 0.073 50 0.088 60 0.098 70 Dmaks =
7.000 205 0.062 45 0.080 50 0.094 60 Dmaks = 6.82
8.000 179 0.068 45 0.086 50 0.098 60
9.000 159 0.074 45 0.091 60 0.099 60
10.000 143 0.079 45 0.095 60 Dmaks = 9.12
11.000 130 0.083 45 0.098 60
12.000 119 0.087 45 0.100 60
13.000 110 0.091 50 Dmaks = 12.79
14.000 102 0.093 50
15.000 95 0.096 50
16.000 90 0.097 50
17.000 84 0.099 50
18.000 80 0.099 60
Sumber: Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Tabel 2.8 besaran p* dan k*

Sumber: Sukirman, S (1999)

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

 Spiral-Spiral (SS) atau Lengkung Spiral-Spiral

Lengkung horizontal berbentuk spiral-spiral adalah lengkung tanpa


busur lingkaran, sehingga titik SC berimpit dengan titik CS. Panjang
busur lingkaran Lc = 0 dan θs = 1/2 β .

Gambar 2.8 Lengkung Spiral – Spiral


Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)
Rumus umum yang digunakan :

θs. Rc
Ls ¿
28 ,648
1
Ls ¿ ( R+ P ) tan ( β +k )
2
( R+ P )
Es ¿ − Rc ... (16)
1
cos β
2
L ¿ 2 Ls
P ¿ P ' .Ls dan K ¿ k ' . Ls

Lengkung horizontal berbentuk spiral-spiral adalah lengkung tanpa


busur lingkaran, sehingga Sc berhimpit dengan titik Cs. Panjang
busur lingkaran Lc = 0 dan θs = 1/2 β .
2.3.2 Trase
a. Penentuan route / trase jalan adalah penentuan koridor terbaik antara dua buah
titik yang harus dihubungkan.
b. Koridor adalah bidang memanjang yang menghubungkan dua titik.
c. Trase adalah seri dari garis – garis lurus yang merupakan rencana dari sumbu
jalan

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

d. Tahap kegiatan dalam penentuan lokasi trase jalan :


1. Studi Penyuluhan (Reconnaissance Study)
Tujuan : Menentukan berbagai alternative koridor yang memenuhi syarat
2. Pemilihan koridor terbaik dari beberapa alternative koridor yang
memenuhi isyarat.
Tujuan : Menentukan koridor terbaik
Faktor-faktor yang menentukan route location suatu jalan
 Medan / Topografi : Dataran, Bukit dan Pegunungan
 Perpotongan dengan sungai
 Daerah lahan kritis
 Daerah aliran sungai
 Meterial konstruksi jalan
 Galian dan Timbunan
 Pembebasan tanah
 Lingkungan
 Sosial / budaya setempat

2.3.3 Jari-Jari Tikungan


Jari - jari tikungan minimum (Rmin) ditetapkan sebagai berikut:

VR ²
Rmin = ... (17)
127(e min + f )
Dimana :
Rmin = Jari jari tikungan minimum (m),
VR = Kecepatan Rencana (km/j),
emax = Superelevasi maximum (%),
f = Koefisien gesek, untuk perkerasan aspal f = 0,14-0,24

Tabel 2.9 Panjang Jari-jari Minimum (dibulatkan)


VR( km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Jari jari minimum
600 370 210 110 80 50 30 15
Rmin (m)
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Tabel 2.10 Besarnya R minimum dan D maksimum untuk beberapa kecepatan rencana
Kecepatan Rmin Rmin D maks
Rencana e maks e maks (perhitungan) desain desain
km/jam m m ( o)
40 0.10 0.166 47.363 47 30,48
0.08 51.213 51 28.09
50 0.10 0.160 75.858 76 18.85
0.08 82.192 82 17.47
60 0.10 0.153 112.041 112 12.79
0.08 121.659 122 11.74
70 0.10 0.147 156.522 157 9.12
0.08 170.343 170 8.43
80 0.10 0.140 209.974 210 6.82
0.08 229.062 229 6.25
90 0.10 0.128 280.350 280 5.12
0.08 307.371 307 4.67
100 0.10 0.115 366.233 366 3.91
0.08 403.796 404 3.55
110 0.10 0.103 470.497 470 3.05
0.08 522.058 522 2.74
120 0.10 0.090 596.768 597 2.40
0.08 666.975 667 2.15

Sumber: Sukirman, S (1999)

1. Tikungan Gabungan
Ada dua macam tikungan gabungan, sebagai berikut:
a. Tikungan gabungan searah, yaitu gabungan dua atau lebih tikungan dengan
arahputaran yang sama tetapi dengan jari jari yang berbeda.
b. Tikungan gabungan balik arah, yaitu gabungan dua tikungan dengan arah
putaranyang berbeda.
Penggunaan tikungan gabungan tergantung perbandingan R1 dan R2:

R1 2
> tikungan gabungan searah harus dihindarkan,
R2 3

R1 2
> tikungan gabungan searah harus dilengkapi
R2 3

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

bagian lurus atau clothoide,

c. Setiap tikungan gabungan balik arah harus dilengkapi dengan bagian lurus di
antarakedua tikungan tersebut sepanjang paling tidak 20 m (lihat Gambar 2.9)

Gambar 2.9 Tikungan gabungan searah

Gambar 2.10 Tikungan gabungan searah


dengan sisipan bagian lurus minimum sepanjang 20m

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Gambar 2.11 Tikungan gabungan gambar balik

Gambar 2.12 Tikungan gabungan gambar balik dengan sisipanbagian lurus


minimum sepanjang 20 meter
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)
2.3.4 Panjang Bagian Lurus
a. Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan pemakai jalan, ditinjau dari
segikelelahan pengemudi, maka panjang maksimum bagian jalan yang lurus
harus ditempuh dalam waktu tidak lebih dari 2,5 menit (sesuai VR).
b. Panjang bagian lurus dapat ditetapkan dari Tabel 2.11.

Tabel 2.11 Panjang Bagian Lurus Maksimum

Panjang Bagian Lurus Maksimum


FUNGSI
Datar Perbukitan Pegunungan
Arteri 3.000 2.500 2.000
Kolektor 2.000 1.750 1.500

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

2.3.5 Superelevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan yang berfungsi
mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima kendaraan pada saat berjalan melalui
tikungan pads kecepatan VR. Nilai superelevasi maksimum ditetapkan
10%.Pencapaian superelevasi :

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

a. Superelevasi dicapai secara bertahap dari kemiringan melintang normal pada


bagianjalan yang lurus sampai ke kemiringan penuh (superelevasi) pada bagian
lengkung.
b. Pada tikungan SCS, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear, diawali
dari bentuk normal sampai awal lengkung peralihan (TS) yang
berbentuk pada bagian lurus jalan, lalu dilanjutkan sampai superelevasi
penuh pada akhir bagian lengkung peralihan (SC).
c. Pada tikungan FC, pencapaian superelevasi dilakukan secara linear, diawali dari
bagian lurus sepanjang 213 LS sampai dengan bagian lingkaran penuh
sepanjang 113 bagian panjang LS.
d. Pada tikungan S-S, pencapaian superelevasi seluruhnya dilakukan pada bagian
spiral.

Gambar 2.13 Metode pencapaian superelevasi pada tikungan tipe SCS


Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Gambar 2.14 Metode pencapaian superelevasi pada tikungan tipe FC


Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

2.3.6 Pelebaran Jalur Lalu Lintas di Tikungan


Pelebaran pada tikungan dimaksudkan untuk mempertahankan konsistensi
geometrik jalan agar kondisi operasional lalu lintas di tikungan sama dengan di
bagian lurus. Pelebaran jalan di tikungan mempertimbangkan:
 Kesulitan pengemudi untuk menempatkan kendaraan tetap pada lajurnya.
 Penambahan lebar (ruang) lajur yang dipakai saat kendaraan melakukan
gerakan melingkar. Dalam segala hal pelebaran di tikungan harus memenuhi
gerak perputaran kendaraan rencana sedemikian sehingga proyeksi kendaraan
tetap pada lajumya.
 Pelebaran di tikungan ditentukan oleh radius belok kendaraan rencanal
 Pelebaran yang lebih kecil dari 0.6 meter dapat diabaikan.
 Untuk jalan 1 jalur 3 lajur, nilai-nilai dalam Tabel 2.12 harus dikalikan 1,5.
 Untuk jalan 1 jalur 4 lajur, nilai-nilai dalam Tabel 2.13 harus dikalikan 2.
 Rumus umum:
β ¿ n(b ' +c) + (n−1 )Td + z ... (18)

dimana:
b’ = 2 ,40 + ( R2 − √ R2−2 p2 )
Td =
√ R2 − Δ(2 P+Δ) − R

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Z = 0 ,105
√R
dimana:
ß = Lebar perkerasan jalan tikungan (m)

Η = Jumlah jalur

b’ = Lebar lintasan kendaraan pada tikungan (m)

C = Kebebasan samping

- Untuk lebar jalan 6,00 m = 0,8


- Untuk lebar jalan 7,00 m = 1,0
- Untuk lebar jalan 7,50 m = 1,25
Td = Lebar melintang akibat tonjolan kedepan (m)

Z = Lebar tambahan akibat kelainan mengemudi (m)

R = Jari-jari tikungan

Δ = Tonjolan kedepan (1,2 m)

P = Jarak standar (6,1 m)

Catatan:Rumus dapat digunakan apabila 1000/R > 6


 Jika ≤ 6, maka b’, Td dan z ditentukan dengan menggunakan grafik.
 Jika ß < lebar jalan, maka tidak ada pelebaran perkerasan di tikungan.
Tabel 2.12 Pelebaran di Tikungan
Lebar jalur 20,50 m, 2 arah atau 1 arah

Kecepatan Rencana, Vd (km/jam )


R (m)
50 60 70 80 90 100 110 120

1500 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0 0,1


1000 0,0 0,0 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2
750 0,0 0,0 0,1 0,1 0,1 0,2 0,3 0,3
500 0,2 0,3 0,3 0,4 0,4 0,5 0,5
400 0,3 0,3 0,4 0,4 0,5 0,5
300 0,3 0,4 0,4 0,5 0,5

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

250 0,4 0,5 0,5 0,6


200 0,6 0,7 0,8
150 0,7 0,8
140 0,7 0,8
130 0,7 0,8
120 0,7 0,8
110 0,7
100 0,8
90 0,8
80 1,0
70 1,0
Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

Tabel 2.13 (Lanjutan) Pelebaran di tikungan per Lajur (m)


Lebar Jalur 2x3,00 m, 2 arah atau 1 arah
Kecepatan Rencana, Vd (Km/Jam)
R (m)
50 60 70 80 90 100 110
1500 0.3 0.4 0.4 0.4 0.4 0.5 0.6
1000 0.4 0.4 0.4 0.5 0.5 0.5 0.6
750 0.6 0.6 0.7 0.7 0.7 0.8 0.8
500 0.8 0.9 0.9 1.0 1.0 1.1 0.1
400 0.9 0.9 1.0 1.0 1.1 1.1
300 0.9 1.0 1.0 1.1
250 1.0 1.1 1.1 1.2
200 1.2 1.3 1.3 1.4
150 1.3 1.4
140 1.3 1.4
130 1.3 1.4
120 1.3 1.4
110 1.3
100 1.4
90 1.4
80 1.6
70 1.7
UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

2.4 Alinyemen Vertikal


Alinyemen vertikal adalah perpotongan bidang vertikal dengan bidang permukaan
perkerasan jalan. Penarikan alinemen vertikal sangat dipengaruhi oleh beberapa
pertimbangan, seperti : kondisi tanah dasar, keadaan medan, fungsi jalan, muka air banjir,
muka air tanah dan kelandaian yang masih memungkinkan. Alinemen vertikal terdiri atas
bagian landai vertikal dan bagian lengkung vertikal. Ditinjau dari titik awal perencanaan,
bagian landai vertikal dapat berupa landai positif (tanjakan), landai negatif (turunan) dan
landai nol (datar). Sedangkan untuk bagian lengkung vertikal, dapat berupa:
 Lengkung Vertikal Cekung, adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua
tangen berada di bawah permukaan jalan. Panjang lengkung vertikal cekung harus
ditentukan dengan memperhatikan :

1. Bentuk parabola sederhana

2. Jarak penyinaran lampu kendaraan

3. Jarak pandangan bebas di bawah bangunan

4. Kenyamanan pengemudi

5. Keluwesan bentuk

 Lengkung Vertikal Cembung, adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua
tangen berada diatas permukaan jalan yang bersangkutan. Pada lengkung vertikal
cembung, pembatasan berdasarkan jarak pandangan dapat dibedaka atas 2 keadaan,
yaitu :

1. Jarak pandangan berada seluruhnya dalam daerah lengkung (S<L)

2. Jarak pandangan berada di luar dan di dalam daerah lengkung (S>L)

2.4.1 Lengkung Vertikal


 Lengkung vertikal harus disediakan pada setiap lokasi yang mengalami
perubahankelandaian dengan tujuan :

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

1. Mengurangi goncangan akibat perubahan kelandaian; dan


2. Menyediakan jarak pandang henti.
 Lengkung vertikal dalam tata cara ini ditetapkan berbentuk parabola
sederhana,
1. Jika jarak pandang henti lebih kecil dari panjang lengkung vertikal
cembung,panjangnya ditetapkan dengan rumus:
2
As ... (19)
l¿
405

2.Jika jarak pandang henti lebih besar dari panjang lengkung vertikal cekung,panjangnya
ditetapkan dengan rumus:

405 ... (20)


L ¿2S
A

 Panjang minimum lengkung vertikal ditentukan dengan rumus:


2
S ... (21)
L¿ dan L = A . Y
405
dimana :
L = Panjang lengkung vertikal (m),
A = Perbedaan grade (m),
Jh = Jarak pandangan henti (m),
Y = Faktor penampilan kenyamanan, didasarkan pada tinggi obyek 10 cm
dantinggi mata 120 cm.
 Y dipengaruhi oleh jarak pandang di malam hari, kenyamanan, dan
penampilan. Y ditentukan sesuai Tabel 2.14
Tabel 2.14 Penentuan Faktor penampilan kenyamanan,

Kecepatan Rencana Perbedaan Kelandaian Panjang Lengkung


(Km/Jam) Memanjang (%) (m)
<40 1 20 – 30
40 – 60 0,6 40 – 80
>60 0,4 80 - 150

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Kecepatan Rencana (Km/Jam)


<40
40 – 60 Sumber : Perencanaan
Geometrik Jalan Antar >60 Kota (1997)
 Panjang lengkung vertikal bisa
ditentukan langsung sesuai Tabel 2.15 vang didasarkan pada penampilan,
kenyamanan, dan jarak pandang. Untuk jelasnya lihat Gambar 2.15 dan
Gambar 2.16
Tabel 2.15 Panjang Minimum Lengkung Vertikal

Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota


(1997)

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Gambar 2.15 Lengkung vertikal cembung


Sumber : Perencanaan Geometrik jalan antar kota (1997)

Gambar 2.16 Lengkung Vertikal Cekung


Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Gambar 2.17 Grafik Panjang lengkung Vertikal Cembung berdasarkan Jarak


Pandang Henti (Jh)

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Gambar 2.18 Grafik Panjang lengkung Vertikal Cekung berdasarkan Jarak


Pandang Henti (Jh)
2.4.2 Landai Maksimum
a. Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan kendaraan bergerak
terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti.
b. Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan penuh
yang mampu bergerak dengan penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh
kecepatan semula tanpa harus menggunakan gigi rendah.

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

c. Kelandaian maksimum untuk berbagai VR ditetapkan dapat dilihat dalam Tabel


2.15.
Tabel 2.15 Kelandaian maksimum yang diizinkan

VR (Km/Jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40


Kelandaian Maksimal
3 3 4 5 8 9 10 10
(%)

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

1. Panjang kritis yaitu panjang landai maksimum yang harus disediakan agar
kendaraan dapat mempertahankan kecepatannya sedemikian sehingga
penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh VR. Lama perjalanan tersebut
ditetapkan tidak lebih dari satu menit.
2. Panjang kritis dapat ditetapkan dari Tabel 2.16
Tabel 2.16 Panjang Kritis (m)

Kecepatan pada
Kelandaian
awal tanjakan
4 5 6 7 8 9 10
km/jam

80 630 460 360 270 230 230 200

60 320 210 160 120 110 90 80

Sumber : Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

2.4.3 Koordinasi alinyemen


Alinyemen vertikal, alinyemen horizontal, dan potongan melintang jalan
adalah elemen - elemen jalan sebagai keluaran perencanaan hares dikoordinasikan
sedemikian sehingga menghasilkan suatu bentuk jalan yang baik dalam arti
memudahkan pengemudi mengemudikan kendaraannya dengan aman dan nyaman.
Bentuk kesatuan ketiga elemen jalan tersebut diharapkan dapat memberikan kesan
atau petunjuk kepada pengemudi akan bentuk jalan yang akan dilalui di depannya
sehingga pengemudi dapat melakukan antisipasi lebih awal.
Koordinasi alinemen vertikal dan alinemen horizontal harus memenuhi
ketentuan sebagai berikut:

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

a. Alinyemen horizontal sebaiknya berimpit dengan alinemen vertikal, dan


secaraideal alinemen horizontal lebih panjang sedikit melingkupi alinemen
vertikal;
b. tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung atau
padabagian atas lengkung vertikal cembung harus dihindarkan;
c. lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang lurus dan panjang
harusdihindarkan;dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung
horizontal harusdihindarkan; dantikungan yang tajam di antara 2 bagian jalan
yang lurus dan panjang harusdihindarkan.
Sebagai ilustrasi, Gambar 2.19 s.d. Gambar 2.21 menampilkan contoh-contoh
koordinasi alinemen yang ideal dan yang harus dihindarkan.

Gambar 2.19 Koordinasi yang ideal antara alinemen horizontal dan vertikal yang berimpit
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

Gambar 2.20 Koordinasi yang harus dihindarkan, dimana alinemen vertical menghalangi
pandangan pengemudi pada saat mulai memasuki tikungan pertama

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

Gambar 2.21 Koordinasi yang harus dihindarkan dimana pada bagian yang
lurus pandangan pengemudi terhalang oleh puncak alinemen
vertical sehingga pengemudi sulit memperkirakan arah
alinyemen dibalik puncak tersebut.
Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik jalan antar kota (1997)
2.4.4 Lajur Pendakian
Lajur pendakian dimaksudkan untuk menampung truk-truk yang bermuatan
berat atau kendaraan lain yang berjalan lebih lambat dari kendaraan kendaraan lain
pada umumnya, agar kendaraan kendaraan lain dapat mendahului kendaraan
lambat tersebut tanpa harus berpindah lajur atau menggunakan lajur arah
berlawanan.
1. Lajur pendakian harus disediakan pada ruas jalan yang mempunyai kelandaian
yangbesar, menerus, dan volume lalu lintasnya relatif padat.
2. Penempatan lajur pendakian harus dilakukan dengan ketentuan sebagai berikut:
a) disediakan pada jalan arteri atau kolektor,
b) apabila panjang kritis terlampaui, jalan memiliki VLHR > 15.000 SMP/hari,
dan persentase truk > 15 %.
3. Lebar lajur pendakian sama dengan lebar lajur rencana.
4. Lajur pendakian dimulai 30 meter dari awal perubahan kelandaian
denganserongansepanjang 45 meter dan berakhir 50 meter sesudah puncak
kelandaian dengan serongan sepanjang 45 meter
5. Jarak minimum antara 2 lajur pendakian adalah 1,5 km

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Gambar 2.22 Lajur Pendakian Tipikal


Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

Gambar 2.23 Jarak Antara Dua Lajur Pendakian


Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota (1997)

2.2.5 Galian (cut) dan Timbunan (fill)


Dalam perencanaan jalan raya diusahakan agar volume galian sama
dengan volume timbunan. Dengan mengkombinasikan alinyemen vertikal dan
horizontal memungkinkan kita untuk menghitung banyaknya volume galian dan
timbunan.

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Gambar 2.24 Galian dan Timbunan

Langkah-langkah dalam perhitungan galian dan timbunan, antara lain :

a. Penentuan stationing (jarak patok) sehingga diperoleh panjang horizontal


jalan dari alinyemen horizontal (trase jalan). Ketentuan umum untuk
pemasangan patok-patok tersebut adalah sebagai berikut :
- Untuk daerah datar dan lurus, jarak antara patok 100 m.

- Untuk daerah bukit, jarak antara patok 50 m.

- Untuk daerah gunung, jarak antara patok 25 m.

b. Gambarkan profil memanjang (alinyemen vertikal) yang memperlihatkan


perbedaan beda tinggi muka tanah asli dengan muka tanah rencana.
c. Gambar potongan melintang (cross section) pada titik stationing, sehingga
didapatkan luas galian dan timbunan.
d. Hitung volume galian dan timbunan dengan mengalikan luas penampang
ratarata dari galian atau timbunan dengan jarak patok.
Adapun rumus perhitungan galian dan timbunan dapat dilihat pada tabel 2.14.

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Tabel 2.17 Perhitungan Galian dan Timbunan

Luas (m2) Jarak Volume (m3)


Sta
Galian Timbunan (m) Galian Timbunan

AB AB
0+000 A1 A2 xL C xL C
L 2 2

0+100 B1 B2

C,.....,N C,......,N
JUMLAH

Sumber : Hendra Suryadharma, 1999

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN

Mulai

Tentukan Titik
awal
dan Akhir Trase
Jalan Rencana

Tetapkan Kriteria
1. Kelas / Fungsi Jalan
2. Kendaraan Rencana
3. VR

Buat Beberapa
Alternatif
Trase Jalan

Desain
Bagian Lurus
dan Tikungan

Desain Alinyemen Desain


Horizontal Alinyemen
1.Jarak Pandang Vertikal
2.Jenis Tikungan

Sesuai Kriteria?
TIDAK
YA

TraseJalan
Terpilih

Potongan Melintang
-Lebar Jalan, Lajur Jalan, dan Bahu Jalan
-Pelebaran Jalan ditikungan

Final Desain

Galian dan Timbunan

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Selesai
1. Penentuan type tikungan

Penentuan Data
Perhitungan
(▲, Vr & Rc)

Dicoba dengan F -
C
Tidak memenuhi
Rc < R min.

Dicoba dengan S– C
-S

Memenuhi Tidak memenuhi


Δc < 0o
Lc < 20 m
Dicoba dengan S – S

C 2Ls Lc <
Memenuhi

SELESAI

Gambar 2.25 Flow Chart Penentuan Type Tikungan

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

2. Proses Umum Perancangan Tikungan

Tentukan Jari-Jari Tikungan (R Design)

Pemilihan Jenis Tikungan

Perhitungan Komponen-komponen Tikungan

Tidak
T* : E* dan R
Sesuai
Kriteria ?

Ya

Jari-jari (R) Desain


0

Gambar 1.31 Flow Chart Proses Umum perancanganTikungan

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

2. Pemilihan jenis tikungan

TIKUNGAN S – C - S

Y
Lc< 20 M TIKUNGAN S – S

Y
p < 0,25 M
TIKUNGAN Full C-C

Y
e < min (0,04 atau 1,5 TIKUNGAN Full C-C
en

TIKUNGAN S – C - S

Gambar 1.32 Flow Chart Pemilihan Jenis Tikungan

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

BAB III
METODOLOGI PERENCANAAN

Mulai

Tentukan Titik awal


dan Akhir Trase
Jalan Rencana

Tetapkan Kriteria
1. Kelas / Fungsi Jalan
2. Kendaraan Rencana
3. VR

Buat Beberapa
Alternatif
Trase Jalan

Desain
Bagian Lurus
dan Tikungan

Desain
Desain Alinyemen Alinyemen
Horizontal Vertikal:
1. Jarak Pandang Vertikal cekung
2. Jenis Tikungan Vertikal cembung
YA

Sesuai Kriteria?

TIDAK

Trase
Jalan
Terpilih

Potongan Melintang
-Lebar Jalan, Lajur Jalan, dan Bahu Jalan
-Pelebaran Jalan ditikungan

Galian dan Timbunan

Final Desain

Flow Chart Perancangan Geometrik Jalan

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Menetukan kriteria perancangan


Kota A-B
- Berdasarkan Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut Medan Jalan di dapatkan kelandaian, yaitu
4,15 % (bukit)
- Berdasarkan Tabel. 2.3 Kecepatan Rencana (VR) ditentukan kecepatan rencana yaitu
50 km/jam
- Berdasarkan Tabel 2.10 Besarnya R minimum dan D maksimum untuk beberapa
kecepatan rencana di tentukan Rmin yaitu 80 m dan Dmaks 18,00 ̊
- Berdasarkan Tabel Landai relatif Maksimum berdasarkan empiris (Bina Marga) di
tentukan landai relatif yaitu 1/115

Kota B-C
- Berdasarkan Tabel 2.2 Klasifikasi Menurut Medan Jalan di dapatkan kelandaian, yaitu
-6,85 % (datar)
- Berdasarkan Tabel. 2.3 Kecepatan Rencana (VR) ditentukan kecepatan rencana yaitu
70 km/jam
- Berdasarkan Tabel 2.10 Besarnya R minimum dan D maksimum untuk beberapa
kecepatan rencana di tentukan Rmin yaitu 160 m dan Dmaks 9,00 ̊
- Berdasarkan Tabel Landai relatif Maksimum berdasarkan empiris (Bina Marga) di
tentukan landai relatif yaitu 1206

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Tabel Kelandaian Tanah Asli (%)

No Jarak Jarak Tinggi Beda


Kelandaian
Patok Patok Langsung Patok Tinggi Ket.
(m) (m) (m) (m) (%)

A 560,00
50 50 5,714 11,429 Tanjakan
1 565,71
50 100 -4,381 -8,762 Turunan
2 561,33
50 150 -6,333 -12,667 Turunan
3 555,00
50 200 -0,455 -0,909 Turunan
4 554,55
25 225 2,273 9,091 Tanjakan
5 556,82
25 250 -0,568 -2,273 Turunan
6 556,25
25 275 0,417 1,667 Tanjakan
7 556,67
25 300 0,476 1,905 Tanjakan
8 557,14
25 325 0,549 2,198 Tanjakan
9 557,69
25 350 -0,192 -0,769 Turunan
10 557,50
25 375 82,500 330,000 Tanjakan
11 640,00
30 405 -82,000 -273,333 Turunan
12 558,00
25 430 -1,750 -7,000 Turunan
13 556,25
25 455 -2,917 -11,667 Turunan
14 553,33
25 480 -3,333 -13,333 Turunan
15 550,00
25 505 5,000 20,000 Tanjakan
16 555,00
25 530 5,000 20,000 Tanjakan
17 560,00
70 600 3,333 4,762 Tanjakan
18 563,33
50 650 0,417 0,833 Tanjakan
19 563,75
50 700 -2,500 -5,000 Turunan
20 561,25
50 750 -1,250 -2,500 Turunan
21 560,00
100 850 0,000 0,000 Datar
C 560,00

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

PERHITUNGAN KELANDAIAN TANAH AS LI (%)

1 A - P1
diketahui :Elevasi titik awal (e 1) : 560,00 m
Elevasi titik awal (e 2) : 565,71 m
Jarak (d) : 50 m
e2 - e1
Kelandaian tanah asli = x 100%
d
565,71 - 560,00
= x 100%
50
= 11,429 % Tanjakan

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

1. Menentukan Kecepatan Rencana ( VR ) Km/Jam

> Kecepatan Rencana (VR) sesuai klasifikasi fungsi Jalan dan Medan Jalan di Kota A dan B

KECEPATAN RENCANA, CR, Km/Jam


FUNGSI JALAN
DATAR BUKIT PEGUNUNGAN
Arteri 70 - 120 60 - 80 40 - 70
Kolektor 60 - 90 50 - 60 30 - 50

Lokal 40 - 70 30 - 50 20 - 30

Catatan : Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu Segmen jalan dapat diturunkan

dengan Syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 Km/Jam.

dari TPGJAK (1997)

> VR dapat ditentukan berdasarkan klasifikasi fungsi jalan dan klasifikasi medan yaitu :

Funsi Jalan = Kolektor

Medan = BUKIT

Kecepatan Rencana = 50 - 60 Km/Jam

Ditentukan VR = 50 Km/Jam

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

2. Menentukan Kecepatan Rencana ( VR ) Km/Jam

> Kecepatan Rencana (VR) sesuai klasifikasi fungsi Jalan dan Medan Jalan di Kota B dan C

KECEPATAN RENCANA, CR, Km/Jam


FUNGSI JALAN
DATAR BUKIT PEGUNUNGAN
Arteri 70 - 120 60 - 80 40 - 70
Kolektor 60 - 90 50 - 60 30 - 50
Lokal 40 - 70 30 - 50 20 - 30
Catatan : Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu Segmen jalan dapat diturunkan
dengan Syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 Km/Jam.
dari TPGJAK (1997)

> VR dapat ditentukan berdasarkan klasifikasi fungsi jalan dan klasifikasi medan yaitu :

Funsi Jalan = Kolektor

Medan = DATAR

Kecepatan Rencana = 60 - 90 Km/Jam

Ditentukan VR = 60 Km/Jam

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

3. MENENTUKAN ( e max, fmax, Rmin, Landai maximum dan Panjang Kritis ) pada kota A dan B

a.) Menentukan Elevasi Maksimum (e max) a.) Menentukan

> Elevasi Maksimum (emax) = Super Elevasi > Elevasi Maksi


> Super elevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan yang berfungsi mengimbangi gaya
senrtifugal yang diterima kendaraan pada saat berjalan melalui tikungan pada kecepatan VR.

Super Elevasi = 10%

b.) Menentukan fmax

VR 40 50 60 70 80 90 100 110 VR

Fm 0,166 0,160 0,153 0,147 0,140 0,128 0,115 0,103 Fm

> Untuk Kecepatan = < 80 Km/ Jam = F = - 0,00065.V + 0,192


> 80 Km/ Jam = F = - 0,00125.V + 0,240

> Karena kecepatan rencana (VR) = 50 Km/ Jam maka, Fmax dapat diambil :
F = - 0,00065.V + 0,192 = - 0,00065 . (60) + 0,192 =0,160

c.) Menentukan Jari - jari minimum ( R min )

> Panjang jari - jari minimum (dibulatkan) untuk emax = 10%

VR 120 100 80 70 60 50 40 30 VR

R min 600 370 210 156 112 76 50 30 R min

> Berdasarkan VR = 50 Km/ Jam maka R min = 80 m

R min = VR2 60 2
=
127 ( e max + F max ) 127 (0,1 + 0.160 )

= 76 m

d.) Menentukan Landai Maksimum (%) yang diijinkan

VR 120 110 80 70 60 50 40 < 40 VR

(%) 3 3 5 7 8 9 10 10 (%)

> Berdasarkan VR = 50 Km/ Jam maka kelandaian makimum yang diambil = 9%

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

e.) Menentukan Panjang Kritis

KECEPATAN RENCANA ( Km / Jam )


80 70 60 50
5% 500 m 6% 500 m 6% 500 m 7% 500 m

6% 500 m 7% 500 m 7% 500 m 8% 420 m

7% 500 m 8% 420 m 8% 420 m 9% 340 m

8% 420 m 9% 340 m 9% 340 m 10% 250 m

Sumber: Buku “ Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan” tabel 5.2 hal 157.

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

MENENTUKAN ( e max, fmax, Rmin, Landai maximum dan Panjang Kritis ) pada kota B dan C

a.) Menentukan Elevasi Maksimum (e max)

> Elevasi Maksimum (emax) = Super Elevasi


> Super elevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan yang berfungsi mengimbangi gaya
senrtifugal yang diterima kendaraan pada saat berjalan melalui tikungan pada kecepatan VR.

Super Elevasi = 10%

b.) Menentukan fmax

VR 40 50 60 70 80 90 100 110

Fm 0,166 0,160 0,153 0,147 0,140 0,128 0,115 0,103

> Untuk Kecepatan =< 80 Km/ Jam = F = - 0,00065.V + 0,192


> 80 Km/ Jam = F = - 0,00125.V + 0,240

> Karena kecepatan rencana (VR) = 50 Km/ Jam maka, Fmax dapat diambil :
F = - 0,00065.V + 0,192 = - 0,00065 . (70) + 0,192 =0,153

c.) Menentukan Jari - jari minimum ( R min )

> Panjang jari - jari minimum (dibulatkan) untuk emax =10%

VR 120 100 80 70 60 50 40 30

R min 600 370 210 156 112 80 50 30

> Berdasarkan VR = 50 Km/ Jam maka R min = 80 m

R min = VR2 60 2
=
127 ( e max + F max ) 127 (0,1 + 0,153)

= 112 m

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

d.) Menentukan Landai Maksimum (%) yang diijinkan

VR 120 110 80 70 60 50 40 < 40

(%) 3 3 5 7 8 9 10 10

> Berdasarkan VR = 70 Km/ Jam maka kelandaian makimum yang diambil =8%

e.) Menentukan Panjang Kritis

KECEPATAN RENCANA ( Km / Jam )


80 70 60 50
5% 500 m 6% 500 m 6% 500 m 7% 500 m

6% 500 m 7% 500 m 7% 500 m 8% 420 m

7% 500 m 8% 420 m 8% 420 m 9% 340 m

8% 420 m 9% 340 m 9% 340 m 10% 250 m

Sumber: Buku “ Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan” tabel 5.2 hal 157.

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

¤ Tikungan 1

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Dik: R = 90 m direncanakan jenis tikungan:


o
β1 = 73 S-S (Spiral - Spiral)
Km/
V = 50
Jam
θs = (1/2) β
= (1/2) . 73
o
= 36,5

Dimana: R = Jari-jari rencana


β1 = Sudut tikungan
V =
Kecepatan rencana ( Tabel 4.2 Hal 62 Ir.Hamirhan Saodang M.Sce)

a) Derajat Lengkung (D)


1432,4
D = 3,3 4,
R
3 5
1432,4
=
90
= 15,92 o

Dari Tabel Ls2 e maks= 10% BINA MARGA


(Tabel Lampiran 2 Hal. 239,Ir.Hamirhan Saodang )
Untuk
D
= 15,92 o

e = 0,097
θ
b) s π.R 36,5 3,14 90
Ls = = = 114,67 m
90 90

Ls minimum berdasarkan landai relatif menurut metode


Bina Marga adalah m . (e+en) B
m = 125 (Tabel AH-4 hal.190 Silvia Sukiman)
Lsmin = m . (e+en) B
= 125 . ( 0,02 + 0,097 ) 3,25
= 47,5 m

Kontrol
<
: Lsmin Ls
47,5 < 114,7 ( Ok...! )

Ls > Lsmin, Maka Rc = 90 m dapat digunakan

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

c) Kontrol terhadap panjang perjalanan selama 2 detik, yaitu:


V . t 50 . 2
Ls = = = 27,8
3,6 3,6

Kontrol
: Ls > 27,8 m Ok...!

sehingga R = 90 m dapat digunakan untuk lengkung


berbentuk spiral-spiral

Dari Tabel 4.10, Silvia Sukirman, Hal.


d) 129
Diperoleh
θs 36,5 o
untuk = :
0,05
p* =
9
k* = 0,49
p = p* x Ls = 0,0587 x 114,7 = 6,7 m
k = k* x Ls = 0,4926 x 114,7 = 56,5 m

e) Panjang Busur Keseluruhan (L)


L = 2 . Ls
= 2 . 114,7
= 229,3 m

f) Jarak Antara Bagian Lurus dengan Perpotongan Horizontal (Ts)

Ts = (R + p) . tan (1/2) . β + k
= ( 90 + 6,7 ) .tan (1/2) . 73 + 56,5
= 128,1 m

g) Jarak antar Perpotongan Horizontal dengan


Busur Lingkaran
(Es)

Es = (R + p) . sec (1/2) . β - R
= ( 90 + 6,7 ) .sec (1/2) . 73 - 90
= 30,3 m

Ket:
R = 90 m L = 229 m
o 9,7
β1 = 73 e = %
0
V = 50 Km/Jam Ls = 115 m
o
θs = 36,5 p = 6,7 m
Es = 30,3 m k = 56 m

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Ts = 128,1 m

¤ Tikungan 2
Dik: R = 80 m direncanakan jenis tikungan:
o S-C-
β1 = 91 (Spiral - Circle - Spiral)
S
V = 50 Km/Jam

Jari-jari
Dimana: R =
rencana
β1 = Sudut tikungan
V = Kecepatan encana ( Tabel 4.2 hal 62 Ir.Hamirhan saodang M.Sce

a) Derajat Lengkung (D)


1432,4
D =
R
1432,4
=
80
= 17,91 o

Dari Tabel Ls2 dengan e maksimum = 10% BINA MARGA


(Lampiran 2 hal 239 Ir.Hamirhan Saodang)
Untuk D = 17,91 o

e = 0,099
L
= 50 m
s

Dimana
e = superelevasi
:
Panjang Lengkung
Ls =
Spiral

b) Panjang Lengkung Spiral minimum (Ls min)


Rumus modifikasi
SHORRT :

V3 V.e
Lsmin = 0,022 - 2,727
R.c c

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Dimana m/
c = perubahan percepatan ( 2
: det2)

3
50 50 . 0,099
Lsmin = 0,022 - 2,727
80 . 2 2
= 10,4 m

Kontrol
Ls min < Ls
:
10,4 < 50 ( Ok..! )

c) Sudut Spiral (θs)


θs = 90 x Ls
π R
= 90 x 50,000
3,14 80
= 17,9 o

d) Sudut Circle (θc)


θc = β1 - 2 θs
2 17,
91 )
= - ( 9
o
= 55,2

e) Dari Tabel 4.10, Silvia Sukirman, Hal. 129


17, Diperoleh
θs o
untuk = 9 :
p* = 0,027
k* = 0,4983
L 0,0
p = p* x = x 50 = 1,3
s 3 m
L 24,
k = k* x = 0,5 x 50 =
s 9 m

f) Panjang Lengkung Circle (Lc)


Lc = θc 2.π.R
360
3,1
= 2 . . 80
55,2 4
360
= 77,1 m

Karena Lc ≥20 m
Maka, jenis tikungan yang diisyaratkan adalah Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)

Panjang Busur Keseluruhan


g) (L)

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

L = 2 Ls + Lc
5
= 2 . + 77,1
0
= 177,1 m

h) Jarak Antara Bagian Lurus dengan Perpotongan Horizontal (Ts)

(R+p).tan(1/2).β +
Ts =
k
##
= ( 80 + 1,3 ). tan 1/2 . 91 + #
107,69
= m
7

2.T
L <
Kontrol: s
107,69
177,1 < 2 .
7
177,1 < 215 ( Ok..! )

i) Jarak antar Perpotongan Horizontal dengan


Busur Lingkaran (Es)

R+
Es = - R
P
Cos(1/2).β1
= 80 + 1,3 - 80
Cos(1/2) x 91 o

= 36,1 m

Ket
:
177,
R = 80 m L = m
1
o
β1 = 91 e = 9,90 %
V = 50 Km/Jam Ls = 50,0 m
o
θs = 17,9 Lc = 77,1 m
E
= 36,1 m p = 1,3 m
s
T 107,
= m k = 24,9 m
s 7
θ 55,1 o
=
c 9

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Tikungan 3

Dik: R = 120 m direncanakan jenis tikungan:


o S- (Spiral -
β1 = 66
S Spiral)
V = 60 Km/Jam
θ
= (1/2) β
s
= (1/2) . 66
o
= 33

Dimana: R = Jari-jari rencana


β1 = Sudut tikungan
V =
Kecepatan rencana ( Tabel 4.2 Hal 62 Ir.Hamirhan Saodang M.Sce)

Derajat Lengkung
a)
(D)
1432,4
D =
R
1432,4
=
120
= 11,94 o

Dari Tabel Ls2 e maks= 10% BINA MARGA

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

(Tabel Lampiran 2 Hal. 239,Ir.Hamirhan Saodang )


Untuk
D
= 11,94 o

e = 0,100
b) θs π.R 33 3,14 120
Ls = = = 138 m
90 90

Ls minimum berdasarkan landai relatif menurut


metode
Bina Marga adalah m . (e+en) B
(Tabel AH-4 hal.190 Silvia
m = 125 Sukiman)
Lsmin = m . (e+en) B
= 125 . ( 0,02 + 0,1 ) 3,25
= 48,8 m

Kontrol
<
: Lsmin Ls
48,75 < 138 ( Ok...! )

m dapat
Ls > Lsmin, Maka Rc = 120
digunakan

c) Kontrol terhadap panjang perjalanan selama 3 detik, yaitu:


V . t 60 . 3
Ls = = = 50,0
3,6 3,6

Kontrol
: Ls > 50,0 m Ok...!

sehingga R = 120 m dapat digunakan untuk lengkung


berbentuk spiral-spiral

d) Dari Tabel 4.10, Silvia Sukirman, Hal. 129


untuk θs = 33,0 o
Diperoleh:
p* = 0,0522048
k* = 0,4940
0,052204
p = p* x Ls = x 138,2 = 7,2
8 m
k = k* x Ls = 0,4940 x 138,2 = 68,3 m

e) Panjang Busur Keseluruhan (L)


L = 2. Ls
= 2 . 138
= 276 m

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

f) Jarak Antara Bagian Lurus dengan Perpotongan Horizontal (Ts)

Ts = (R + p) . tan (1/2) . β + k
= ( 120 + 7,2 ) .tan (1/2) . 66 + 68,3
= 150,9 m

g) Jarak antar Perpotongan Horizontal dengan


Busur Lingkaran (Es)

Es = (R + p) . sec (1/2) . β - R
12
= ( 120 + 7,2 ) .sec (1/2) . 66 - 0
= 31,7 m

Ket:
R = 120 m L = 276 m
o 10,0
β1 = 66 e = %
0
V = 60 Km/Jam Ls = 138 m
o
θs = 33,0 p = 7,2 m
Es = 31,7 m k = 68,3 m
Ts = 150,9 m

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

m Tikungan 1
Dik: R = 90 m
V = 50 Km/Jam

a) Radius lengkung untuk lintasan luar roda depan


Rc2 = (R+ (1/2)b)2 + (P+A)2
dimana:
P = Jarak antara gandar kendaraan terbesar =6,5 m
A = Tonjolan depan kendaraaan =1,5 m

Rc2 = ( 90 + 0,5 2,5 )2 +( 6,5 + 1,5 )2


= 8390,56
Rc = 92

b) Lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan


pada lajur sebelah dalam

B = ( Rc2 - 64 + 1.25)2 + 64 - (Rc2 - 64) + 1.25

2
= 8390,563 - 64 + 1,25 + 64 - 8390,563 - 64 + 1,25

= 92,845 - 92,5
= 3 m

c) Lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan


0.105.V
z =
R
0,105 50
=
90
= 0,55 m

d) Lebar total perkerasan di tikungan


Bt = n (B+c) + z
= 2 2,85 + 1 + 0,5534
= 8 m

e) Tambahan lebar perkerasan di tikungan


Db = Bt - Bn
= 8,244 - 2(3.00)
= 2 m

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

m Tikungan 2
Dik: R = 80 m
V = 50 Km/Jam

a) Radius lengkung untuk lintasan luar roda depan


Rc2 = (R+ (1/2)b)2 + (P+A)2
dimana:
P = Jarak antara gandar kendaraan terbesar = 6,5 m
A = Tonjolan depan kendaraaan = 1,5 m

Rc2 = ( 80 + 0,5 2,5 )2 +( 6,5 + 1,5 )2


= 6665,5625
Rc = 82

b) Lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan


pada lajur sebelah dalam

B = ( Rc2 - 64 + 1.25)2 + 64 - (Rc2 - 64) + 1.25

2
= 6665,5625 - 64 + 1,25 + 64 - 6665,5625 - 64 + 1,25

= 82,887 - 82,5
= 2,9 m

c) Lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan


0.105.V
z =
R
0,105 50
=
80
= 0,59 m

d) Lebar total perkerasan di tikungan


Bt = n (B+c) + z
= 2 2,887 + 1 + 0,58697
= 8 m

e) Tambahan lebar perkerasan di tikungan


Db = Bt - Bn
= 8,36091 - 2(3.75)
= 2 m

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

m Tikungan 3
Dik: R = 120 m
V = 60 Km/Jam

a) Radius lengkung untuk lintasan luar roda depan


Rc2 = (R+ (1/2)b)2 + (P+A)2
dimana:
P = Jarak antara gandar kendaraan terbesar = 6,5 m
A = Tonjolan depan kendaraaan = 1,5 m

Rc2 = ( 120 + 0,5 2,5 )2 +( 6,5 + 1,5 )2


= 14765,56
Rc = 122

b) Lebar perkerasan yang ditempati satu kendaraan di tikungan


pada lajur sebelah dalam

B = ( Rc2 - 64 + 1.25)2 + 64 - (Rc2 - 64) + 1.25

2
= 14765,5625 - 64 + 1,25 + 64 - 14765,5625 - 64 + 1,25

= 122,76095 - 122,5
= 3 m

c) Lebar tambahan akibat kesukaran mengemudi di tikungan


0.105.V
z =
R
0,105 60
=
120
= 0,58 m

d) Lebar total perkerasan di tikungan


Bt = n (B+c) + z
= 2 2,761 + 1 + 0,5751087
= 8 m

e) Tambahan lebar perkerasan di tikungan


Db = Bt - Bn
= 8,0970018 - 2(3.00)
= 2 m

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

PERHITUNGAN KECEPATAN DI TIKUNGAN

Vr 40 50 60 70 80 90 100 110 120


fm 0,166 0,16 0,153 0,147 0,14 0,128 0,115 0,103 0,09

untuk kecepatan < 80 Km/Jam => f = -0,00065 V+0.192


untuk kecepatan > 80 Km/Jam => f = -0,00125 V+0.240

m Tikungan 1
Vr = 50 Km/Jam
fm = 0,153
R = 90 m
e = 0,097

V2 = R. 127(e+fm)
= 90 127 ( 0,097 + 0,153 )
= 2857,50

V = 53,46 Km/Jam

Kemiringan melintang maksimum pada tikungan


Dik: V = 53,46 Km/Jam
R = 90 m
f = -0,00065 V+0.192
= -0,00065 53,46 + 0,192
= 0,16
V2
emax = - f
127.R
2857,50
= - 0,16
127 90
= 0,07883442 < 0,1 maka digunakan kecepatan renc.

f = -0,00065 Vr+0.192
= -0,00065 50 + 0,192
= 0,1595

Vr2
emax = - f
127.R
2500
= - 0,1595
127 90
= 0,06 < 0,1 => Ok!

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

m Tikungan 2
Vr = 50 Km/Jam
fm = 0,16
R = 80 m
e = 0,099

V2 = R. 127(e+fm)
= 80 127 ( 0,099 + 0,16 )
= 2631,44

V = 51,30 Km/Jam

Kemiringan melintang maksimum pada tikungan


Dik: V = 51,30 Km/Jam
R = 80 m
f = -0,00065 V+0.192
= -0,00065 51,30 + 0,192
= 0,158656584
V2
emax = - f
127.R
2631,44
= - 0,16
127 80
= 0,09 < 0,1 maka digunakan kecepatan renc.

f = -0,00065 Vr+0.192
= -0,00065 50 + 0,192
= 0,1595

Vr2
emax = - f
127.R
2500
= - 0,1595
127 80
= 0,09 < 0,1 => Ok!

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

m Tikungan 3
Vr = 60 Km/Jam
fm = 0,153
R = 120 m
e = 0,1

V2 = R. 127(e+fm)
= 120 127 ( 0,1 + 0,153 )
= 3855,72

V = 62,09 Km/Jam

Kemiringan melintang maksimum pada tikungan


Dik: V = 62,09 Km/Jam
R = 120 m
f = -0,00065 V+0.192
= -0,00065 62,09 + 0,192
= 0,15
2
V
emax = - f
127.R
3855,72
= - 0,15
127 120
= 0,09 < 0,1 maka digunakan kecepatan renc.

f = -0,00065 Vr+0.192
= -0,00065 60 + 0,192
= 0,153

Vr2
emax = - f
127.R
3600
= - 0,153
127 120
= 0,083 < 0,1 => Ok!

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Tabel Kelandaian Tanah Asli (%)

No Jarak Jarak Tingg Beda Kelandaia Ket.


i n
Patok Patok Langsun Patok Tingg
g i
(m) (m) (m) (m) (%)
A 560,0
50 50 0 3,75 7,50 Tanjaka
1 563,7 n
50 100 5 -2,5 -5,00 Turunan
2 561,2
50 150 5 -3,75 -7,50 Turunan
3 557,5
50 200 0 -1,85 -3,70 Turunan
4 555,6
50 250 5 1,27 2,54 Tanjaka
5 556,9 n
15 265 2 0 0,00 Datar
6 556,9
25 290 2 0 0,00 Datar
7 556,9
25 315 2 -0,26 -1,03 Turunan
8 556,6
25 340 7 1,19 4,76 Tanjaka
9 557,8 n
25 365 6 0,14 0,57 Tanjaka
10 558,0 n
15 380 0 0,70 4,64 Tanjaka
11 558,7 n
25 405 0 -0,12 -0,50 Turunan
12 558,5
25 430 7 -1,20 -4,81 Turunan
13 557,3
25 455 7 -5,70 -22,81 Turunan
14 551,6
25 480 7 -1,08 -4,31 Turunan
15 550,5
25 505 9 2,75 10,98 Tanjaka
16 553,3 n
30 535 3 6,67 22,22 Tanjaka
17 560,0 n
25 560 0 0 0,00 Datar

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

B 45 605 560,0 2,86 6,35 Tanjaka


0 n
18 562,8
50 655 6 1,85 3,70 Tanjaka
19 564,7 n
50 705 1 -2,83 -5,66 Turunan
20
45 750 561,8 -1,88 -4,17 Turunan
21 8
100 850 560,0 0 0,00 Datar
22 0
25 875 560,0 -560 -2240,00 Turunan
0

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

PERHITUNGAN KELANDAIAN TANAH AS LI (%)

1 A - P1
diketahui : Elevasi titik awal
560,00
(e 1) m
Elevasi titik awal
563,75
(e 2) m
Jarak (d) 50 m
e2 - e1
Kelandaian tanah asli 100%
d
563,75 - 560,00
x
50
7,500 % Tanjakan

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

Tabel Kelandaian Tanah rencana (%)


No Jarak Jarak Tinggi Beda Kelandaian Ket.
Patok Patok Langsung Patok Tinggi
(m) (m) (m) (m) (%)
A 560,00
50 50 0,00 0,00 Tanjakan
1 560,00
50 100 0,00 0,00 Turunan
2 560,00
50 150 0,00 0,00 Datar
3 560,00
50 200 0,00 0,00 Tanjakan
4 560,00
50 250 0,00 0,00 Tanjakan
5 560,00
15 265 0,00 0,00 Tanjakan
6 560,00
25 290 0,00 0,00 Tanjakan
7 560,00
25 315 0,00 0,00 Turunan
8 560,00
25 340 0,00 0,00 Tanjakan
9 560,00
25 365 0,00 0,00 Tanjakan
10 560,00
15 380 0,00 0,00 Turunan
11 560,00
25 405 0,00 0,00 Tanjakan
12 560,00
25 430 -1,25 -5,00 Turunan
13 558,75
25 455 -1,58 -6,32 Turunan
14 557,17
25 480 -1,37 -5,48 Turunan
15 555,80
25 505 0,00 0,00 Tanjakan
16 555,80
30 535 2,33 7,75 Tanjakan
17 558,13
25 560 1,88 7,50 Tanjakan
B 560,00
45 65 0,00 0,00 Tanjakan
18 560,00
50 655 0,00 0,00 Turunan

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

19 50 705 560,00 0,00 0,00 Turunan


20 560,00
45 750 0,00 0,00 Datar
21 560,00
100 850 0,00 0,00 Datar
22 560,00
25 875 -15,00 -60,00 Turunan
545,00

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

A lengkung vertikal cekung


1 untuk PVI = P15
untuk elevasi = 556 m
Vr = 50 km/jam

-5,48 P15 0%

perbedaan Aljabar landai (A):


A = -5,48 - 0
= -5,480 %

A. Berdasarkan jarak pandang henti


dari grafik panjang lengkung vertikal cekung di peroleh
A = -5,480
Vr = 50 km/jam
Lv = 76 m
(Lv di dapat dari hasil plot grafik panjang lengkung vertikal cekung)
ev = A Lv 5,48 76
= = 0,521 m
800 800

data lengkung menjadi seperti berikut


PVI = P2
Elev = 555,800
Lv = 76
ev = 0,521

titik PLV
Sta = Lv 76
P1 - = P1 = P1 - 38
2 2
elevasi = 555,8 - 0 % x 38 = 555,8

titik PTV
Sta = Lv 76
555,8 + = 555,8 = 555,80 + 38
2 2
elevasi = 555,8 + 0 % x 38 = 555,8

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

2 untuk PVI = P16


untuk elevasi = 555,800 m
Vr = 50 km/jam

0% P16 7,75%

perbedaan Aljabar landai (A):


A = 0,000 - 0
= -0,078 %

A Berdasarkan jarak pandang henti


dari grafik panjang lengkung vertikal cekung di peroleh
A = -0,078
Vr = 50 km/jam
Lv = 46,214 m
(Lv di dapat dari hasil plot grafik panjang lengkung vertikal cekung)
ev = A Lv = 0,0775 46,214
= 0,004 m
800 800

data lengkung menjadi seperti berikut


PV1 = P16
Elev = 555,800
Lv = 46,214
ev = 0,004

titik PLV
Sta = P16 - Lv = P16 46,214 = P16 - 23,1
2 2
elevasi = 555,8 - -0,078 % x 23,107 = 555,81791

titik PTV
Sta = 555,8 + Lv = 555,8 46,214 = 555,80 + 23,1
2 2
elevasi = 555,8 + 0% x 23,107 = 555,80

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

B lengkung vertikal cembung


1 untuk PV1 = P12
untuk elevasi = 560,000 m
Vr = 50 km/jam

0% P12 -6%

perbedaan Aljabar landai (A):


A = 0,000 - 0,000
= 0,000 %

A Berdasarkan jarak pandang henti


dari grafik panjang lengkung vertikal cembung di peroleh
A = 0,000
Vr = 50 km/jam
Lv = 90 m
(Lv di dapat dari hasil plot grafik panjang lengkung vertikal cembung
ev = A Lv 0,000 90
= = 0,000 m
800 800

data lengkung menjadi seperti berikut


PV1 = P12
Elev = 560,00
Lv = 90
ev = 0,000

titik PLV
Sta = Lv 90
P12 - = P12 = P12 - 45,000
2 2
elevasi = 560 - 0 % x 45 = 560,000

titik PTV
Sta = Lv 90
560 + = 560 = 560 + 45,000
2 2
elevasi = 560 + 0 % x 45 = 560,000

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

2 untuk PV1 = B
untuk elevasi = 560,000 m
Vr = 60 km/jam

8% B 0%

perbedaan Aljabar landai (A):


A = 0,000 - 0
= 0,000 %

A Berdasarkan jarak pandang henti


dari grafik panjang lengkung vertikal cembung di peroleh
A = 0,000
Vr = 60 km/jam
Lv = 69 m
(Lv di dapat dari hasil plot grafik panjang lengkung vertikal cembung
ev = A Lv 0 69
= = 0,000 m
800 800

data lengkung menjadi seperti berikut


PV1 = B
Elev = 560
Lv = 69
ev = 0,000

titik PLV
Sta = Lv 69
B - = B = B - 34,500
2 2
elevasi = 560 - 0 % x 34,5 = 560,000

titik PTV
Sta = Lv 69
560 + = 560 = 560 + 34,500
2 2
elevasi = 560 + 0 % x 34,5 = 560,000

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

1. Tabel Volume galian timbunan

2) 2 3
Jarak Luas (m Luas Rata-rata (m ) Volume (m )
Patok
(m) Galian Timbunan Galian Timbunan Galian Timbunan
P12 40 12,623 61,300 6,312 30,650 252,460 1226,000
P13 25 31,426 35,497 15,713 17,749 392,825 443,713
P14 25 0,000 214,164 0,000 107,082 0,000 2677,050
P19 50 171,174 0,000 85,587 0,000 4279,350 0,000
P20 50 76,233 6,770 38,117 3,385 1905,825 169,250
P21 42,5 33,407 30,594 16,704 15,297 709,899 650,123
JUMLAH ( ∑ ) 7540,359 5166,135

Jadi, Volume untuk Timbunan adalah, 7540,359 m3


3
Volume untuk Galian adalah, 5166,135m

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

UNIVERSITAS TADULAKO
PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN NOVIA NURWIDIYANTI
CIVIL ENGINEERING F111 17 118

UNIVERSITAS TADULAKO

Anda mungkin juga menyukai