Anda di halaman 1dari 73

BAB III

ANALISIS PERHITUNGAN

3.1 Klasifikasi Jalan

Jalan yang direncanakan pada perencanaan geometri jalan raya


diklasifikasikan berdasarkan LHR yang ada pada kerangka acuan kerja.
Tabel 3.1 Lalu Lintas Rencana Harian

Volume
KENDARAAN
(LHR)
Kendaraan ringan 3.576
Bus Kecil 243
Bus Besar 127
Truk Sedang 2 as 119
Truk Berat 2 as 219
Truk Berat 3 as 0
Truk Gandeng 0
Truk Semi Trailer 0

a. UU lalu lintas Baru


Menurut undang undang lalu lintas Baru kelas jalan didasarkan pada:
1. Fungsi Jalan
Berdasarkan fungsinya jalan klas jalan dibedakan atas

- Jalan Utama yaitu jalan raya yang melayani lalu lintas yang
tinggi antara kota kota penting , sehingga harus direncanakan
untuk dapat melayani lalu lintas yang cepat dan berat
- Jalan Sekunder yaitu jalan raya yang melayani lalu lintas yang
cukup tinggi antara kota-kota penting dan kota kota yang
lebih kecil serta sekitarnya.
- Jalan Penghubung yaitu jalan untuk keperluan aktivitas daerah
yang juga dipakai sebagai penghubung antara jalan dari
golongan yang sama atau berlainan.
2. Volume dan sifat -sifat lalu lintas
Berdasarkan hal tersebut klas jalan dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

LAPORAN TUGAS BESAR GEOMETRI JALAN RAYA


UNIVERSITAS TEKNOLOGIYOGYAKARTA 1
Tabel 3.2. Jalan Berdasarkan LHR

FUNGSI KELAS LHR ( SMP )


UTAMA I > 20.000
IIA 6.000 s/d 20.000
SEKUNDER IIB 1.500 s/d 8.000
IIC < 2.000
PENGHUBUNG III -
Berdasarkan Tabel 3.2 jalan termasuk pada jenis jalan Sekunder kelas IIB
Klasifikasi jalan menurut pedoman Perencanaan Geometrik jalan Tahun
1997 ( PP No 43 th 93 ) yaitu :
1. Klasifikasi menurut fungsi Jalan.
Berdasarkan fungsinya klasifikasi jalan dibedakan atas

- Jalan Arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan


ciri-ciri. Perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan
jumlah jalan masuk dibatasi secara efisien.
- Jalan Kolektor yaitu jalan yang melayani angkutan
pengumpul/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang,
kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi
- Jalan Lokal yaitu jalan yang melayani angkutan setempat
dengan ciri - ciri perjalanan jarak dekat , kecepatan rata-rata
rendah dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

2. Klasifikasi menurut Kelas Jalan.


Kelasifikasi menerut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan

untuk menerima beban lalu lintas dinyatakan dalam muatan sumbu

terberat (MST) dalam satuan ton

Tabel 3.3 Klasifikasi menurut Kelas Jalan

FUNGSI KELAS MUATAN SUMBU TERBERAT

LAPORAN TUGAS BESAR GEOMETRI JALAN RAYA


UNIVERSITAS TEKNOLOGIYOGYAKARTA 2
( MST )
I > 10 T
IIA 10 T

ARTERI IIIA 8T

IIIA 8T
KOLEKTOR IIIB -
LOKAL IIIC -

3. Klasifikasi menurut Medan Jalan.


Kelasifikasi menerut Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi

sebagian besar kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur, klasifikasi

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3.4 Klasifikasi Kemiringan Medan Jalan

Kemiringan Medan
No Jenis Medan Notasi
(%)
1 Datar D <3
2 Perbukitan B 3 - 25
3 Pegunungan G > 25

A. Perencanaan Geometrik
1. Standard Perencanaan
Yang terpenting untuk perencanaan jalan raya adalah bentuk geometriknya

harus ditetapkan sedemikian rupa sehingga jalan raya yang bersangkutan dapat

memberikan pelayanan yang optimal kepada kegiatan lalu lintas sesuai dengan

LAPORAN TUGAS BESAR GEOMETRI JALAN RAYA


UNIVERSITAS TEKNOLOGIYOGYAKARTA 3
fungsinya, sehubungan dengan hal tersebut pihak Direktorat Jenderal Bina Marga

telah mengeluarkan peraturan resmi tentang standard spesifikasi /peraturan

perencanaan geometrik jalan raya yaitu Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan

Raya No 13 thn 1970 kemudian terakhir yaitu Tata Cara Perencanaan Geometrik

Thn 1997, sehingga semua perencanaan jalan di Indonesia ini harus berdasarkan

pada pedoman tersebut .

Isi dari pedoman yang terakhir dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga

ini meliputi antara lain :

a. Kecepatan Rencana
Kecepatan Rencana Vr, pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang

dipilih sebagai dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kenderaan

kenderaan bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah,

lalu lintas yang lengang dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti. Untuk

kondisi medan yang sulit Vr suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan syarat

bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 Km/jam. Besarnya kecepatan

rencana untuk masing-masing fungsi jalan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5 Kecepatan Rencana

Kecepatan Rencana Vr ( km/Jam )


Fungsi
Datar Perbukitan Pegunungan
Arteri 70 – 120 60 – 80 40 – 70

Kolektor 60 – 90 50 – 60 30 – 50

LAPORAN TUGAS BESAR GEOMETRI JALAN RAYA


UNIVERSITAS TEKNOLOGIYOGYAKARTA 4
Lokal 40 – 70 30 – 50 20 – 30

Elemen Geometrik yang direncanakan

1. Penampang Melintang

dari penampang melintang jalan dapat dilihat bagian-bagian jalan sbb:

Gambar 3.1 Bagian Bagian dari Jalan

a. DAMAJA (Daerah Manfaat Jalan)


Daerah manfaat jalan (DAMAJA) adalah daerah yang dibatasi oleh batas

ambang pengaman konstruksi jalan dikedua sisi jalan, tinggi 5 m diatas

permukaan perkerasan pada sumbu jalan dan kedalaman ruang bebas 1,5 m

dibawah muka jalan

b. DAMIJA (Daerah Milik Jalan)


Daerah milik jalan (DAMIJA) adalah daerah yang dibatasi oleh lebar yang

sama dengan DAMAJA ditambah ambang pengaman konstruksi jalan

dengan tinggi 5 m dan kedalaman 1,5 m.

c. DAWASJA (Daerah Pengawasan Jalan)

LAPORAN TUGAS BESAR GEOMETRI JALAN RAYA


UNIVERSITAS TEKNOLOGIYOGYAKARTA 5
Daerah Pengawasan jalan (DAWASJA) adalah daerah sepanjang jalan

diluar DAMAJA yang dibatasi oleh tinggi dan lebar tertentu diukur dari sumbu

jalan sebagai berikut:

- Jalan Arteri minimum 20 m

- Jalan Kolektor Minimum 15 m

- Jalan Lokal minimum 10 m

Untuk keselamatan pemakai jalan , DAWASJA didaerah tikungan

ditentukan oleh jarak pandang bebas.

Gambar 3.2 Macam Macam Penampang Vertikal Jalan

Bagian bagian dari penampang melintang

a. Jalur Lalu lintas


Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas

kenderaan yang secara fisik berupa perkerasan jalan, batas jalur lalu lintas

LAPORAN TUGAS BESAR GEOMETRI JALAN RAYA


UNIVERSITAS TEKNOLOGIYOGYAKARTA 6
dapat berupa Median, bahu, Trotoar, pulau jalan dan separator. Jalur lalu lintas

dapat terdiri atas beberapa lajur dan tipe sbb:

- 1 Jalur-2 Lajur-2Arah ( 2/2 TB ) TB = Tidak Terbagi

- 1 Jalur-2 Lajur-1Arah ( 2/1 TB ) B = Terbagi

- 2 Jalur-4 Lajur-2Arah ( 4/2 B )

- 2 Jalur-n Lajur-2Arah ( n/2 B )

Gambar 3.2 Macam Macam Penampang Atas Jalan

Lebar jalur minimum adalah 4,5 m untuk memungkinkan 2 buah kenderaan kecil

saling berpapasan, ketentuan lebar jalur tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

LAPORAN TUGAS BESAR GEOMETRI JALAN RAYA


UNIVERSITAS TEKNOLOGIYOGYAKARTA 7
ARTERI KOLEKTOR LOKAL
Ideal Minimum Ideal Minimum Ideal minimum
Leb Leba
Leba
VLHR Lebar Lebar ar Lebar r Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar Lebar
r
SMP/Hr Jalur Bahu Jalu Jalur Bah Jalur Bahu Jalur Bahu Jalur Bahu
Bahu
(m) (m) r (m) u (m) (m) (m) (m) (m) (m)
(m)
(m) (m)
< 3000 6.0 1.5 4.5 1 6.0 1.5 4.5 1.0 6.0 1.0 4.5 1.0
3000 –
7.0 2.0 6.0 1.5 7.0 1.5 6.0 1.5 7.0 1.5 6.0 1.0
10.000
10.000
7.0 2.0 7.0 2.0 7.0 2.0 ** ** - - - -
-25.000
>25.000 2nx3.5* 2.5 2x7 2.0 2n x 3.5* 2.0 ** ** - - - -

Tabel 3.6 Lebar Jalan Berdasarkan VLHR


Keterangan
** Mengacu pada persyaratan ideal
* 2 Jalur terbagi masing masing n x 3,5 m dimana n = jumlah lajur perjalur

LAPORAN TUGAS BESAR GEOMETRI JALAN RAYA


UNIVERSITAS TEKNOLOGIYOGYAKARTA 8
2. Lajur
Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang dibatasi oleh marka lajur

jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kenderaan bermotor sesuai

kenderaan rencana, lebar lajur tergantung pada kecepatan dan kenderaan rencana.

Ketentuan lebar lajur dan kemiringan melintang normal dapat dilihat pada tabel

dan gambar berikut :

Tabel 3.7 Lebar Jalur Ideal

FUNGSI KELAS LEBAR LAJUR IDEAL ( M )


Arteri I 3.75

II , IIIA 3.50
Kolektor IIIA, IIIB 3.0
Lokal IIIC 3.0

Gambar 3.3 Macam Macam Penampang Atas Jalan

3. Bahu Jalan
Bahu jalan adalah bagian jalan yang terletak ditepi jalur lalu lintas dan

harus diperkeras, fungsi bahu adalah sebagai lajur lalu lintas darurat, tempat

berhenti sementara, atau tempat parkir darurat, ruang bebas samping bagi lalu

lintas, penyangga sampai untuk kestabilan perkerasan jalur LL. Kemiringan bahu

jalan normal antara 3-5 % dengan ketentuan lebar sbb:


Gambar 3.4 Bahu Jalan

4. Median
Median adalah bagian bangunan jalan yang secara fisik memisahkan dua

jalur lalu lintas yang berlawanan arah. Fungsi median adalah untuk memisahkan

dua aliran lalu lintas yang berlawanan arah, ruang lapak tunggu penyeberang

jalan, penempatan fasilitas jalan, tempat prasarana kerja sementara penghijauan,

tempat berhenti darurat ( jika cukup luas ),cadangan lajur mengurangi silau dari

sinar alampu kenderaan dari arah yang berlawanan. Jalan 2 arah dengan 4 lajur

atau lebih perlu dilengkapi median.Median terdiri dari 2 bentuk yaitu :

a. Median direndahkan, terdiri atas jalur tepian dan bangunan pemisah

jalur yang direndahkan.

b. Median ditinggikan, terdiri atas jalur tepian dan bangunan pemisah jalur

yang ditinggikan.
Gambar 3.5 Bentuk Bentuk Median

Lebar minimum Median terdiri atas jalur tepian selebar 0,25 s/d 0,5 m dan

bangunan pemisah jalur, lebar minimum dapat dilihat pada tabel berikut

Bentuk Median Lebar Min (m)


Median ditinggikan 2
Median direndahkan 7

5. Fasilitas Pejalan kaki


Fasilitas pejalan kaki berfungsi memisahkan pejalan kaki dari jalur lalu

lintas kenderaan guna menjamin keselamatan pejalan kaki dan kelancaran lalu

lintas ketentuannya dapat dilihat pada standar perencanaan geometrik jalan

perkotaan.

Sehingga diperoleh jalan adalah Jalan Lokal

Data data yang diketahui:


1. Jenis jalan : Jalan Lokal
2. Kecepatan rencana : 50 km/jam
3. Lebar jalur :7 m
4. Ruang milik jalan : 24 m
5. Kemiringan e normal : 0,02 m
6. Superelevasi maksimum : 0,1 m
7. Tipe atau kelas jalan : Lokal
8. Lebar daerah perkersan minimum : 21 m
9. Lebar perkerasan :7 m
10. Lebar bahu jalan : 1,5 m
11. Topografi/kontur terampil.

Data data yang diketahui:


1. Jenis jalan : Jalan Lokal
2. Kecepatan rencana : 50 km/jam
3. Lebar jalur :7m
4. Ruang milik jalan : 24 m
5. Kemiringan e normal :2%
6. Superelevasi maksimum : 10 %
7. Tipe atau kelas jalan : Lokal
8. Lebar daerah perkersan minimum : 21 m
9. Lebar perkerasan :7m
10. Lebar bahu jalan : 1,5 m
11. topografi/kontur terampil:

A. Koordinat Titik

a. Koordinat A (5000 ; 4500)


b. Koordinat T1 (5300 ; 4200)
c. Koordinat T2 (5700 ; 4400)
d. Koordinat T3 (6200 ; 4100)
e. Koordinat T4 (6600 ; 4300)
f. Koordinat B (7000 ; 4200)

1. Menghitung Jarak

D
= √ ( XA1−XA )2+( YA1−YA )2
DA- DA1 = √ (5300 - 5000 )2 +( 4200 - 4500 )2=424,264 m

DA2 – DA1 = √ ( XA2−XA1 )2+( YA2−YA1)2


D2 = √ (5700−5300 )2+ ( 4400−4200 )2=447,213 m

DA3 – DA2 = √ ( XA3−XA2 )2+( YA3−YA2 )2


D3 = √ ( 6200−5700 )2+ ( 4100-4400)2=583,095 m

DA4 – DA3 = √ ( XA4−XA3 )2+( YA4−YA3 )2


D4 = √ ( 6600−6200 )2 +( 4300−4100 )2=447,213 m

DB – DA4 = √ ( XB−XA4 )2+( YB−YA4 )2


D5 = √ (7000−6600 )2+(4200−4300)2=387,298 m

B. Menentukan Sudut Azimuth (α)


Y A1 -Y A
90 °±Arc Tgn | |
αA = X A1 -X A

4200 - 4500
90  Arc Tgn  135
α = 5300 - 5000

Y A2 -Y A1
90°±Arc Tgn | |
αA1 = X A2 -X A1

4400 - 4200
90  Arc Tgn  63,434
α1 = 5700 - 5300
Y A3 -Y A2
90°±Arc Tgn | |
αA2 = X A3 -XA2

4100-4400
90 °+Arc Tgn | |=120 , 9 °
α2 = 6200-5700

Y A4 -Y A3
90 °±Arc Tgn | |
αA3 = X A4 -X A3

4300-4100
90°−Arc Tgn | |=63 , 434 °
α3 = 6600-6200

Y B -Y A4
90 °±Arc Tgn | |
αA4 = X B -X A4

4200-4300
90 °+Arc Tgn | |=104 ,036 °
α4 = 7000-6600

3.1.1 Menghitung Nilai Delta (Δ)


ß = α sesudah – α sebelum

ßA1 = | αA1 – αA |

β1 = α1−α=63 ,434°−135°=71 ,565°

= α2−α1=120 ,964 °−63,434 °=57 ,529°


β2

β3 = α3−α2=63,435 °−120,964 °=57,529°

β4 = α4−α3=104 ,036°−63,435 °=40 ,601°


3.1.2 Perhitungan Alinyemen Horizontal (Tikungan)
a. Perencanaan Tikungan
1. Tikungan 1
∆1 = 71,565 °
R min = 75,71 m
Vr = 50 Km/jam
Rr = 180,00 m
en = 0,02
C = 0,5 m/detik3
Dari tabel Panjang Minimum Spiral dan Kemiringan Melintang diperoleh
nilai :
e = 0,067
Ls = 40,00 m

Ls min = 0,022xVr3 - 2,727 x Vr.e


R.C C

= 0,022 x 503 - 2,727 x 50 x 0,067 = 12,285 m


180 x 0,5 0,5

Dari tabel Daftar Standar Perencanaan Alinemen didapat :


B = 3,5 m

Ls = Vr/36 x T
41,667

1 = 1
m 200

1 = (e + en ). B
m 1/m

= (0,067 - 0,02).3,5
1/200
= 32,9 m

Dari Ls(10, Ls(2), Ls(3) dipilih yang terbesar Jadi LS = 41,667 m

s = 90.Ls
. R

= 90 x 41,667
. 180
= 6,631°

c = ∆1-2.s
71,565 x 2. 6,61
= 58,302°

Lc = c.2.R
360
= 183,162 m
Diketahui Lc min = 20 m
Lc > Lc Min, jadi tikungan yang dipakai tipe S-C-S

Xc = Ls - Ls3
40.R2
= 41,667 - 60,9x60,9x60,9
40 x R2
= 41,611 m

Yc = Ls 2
6.R
= 1736,11
1080
= 1,608 m

K = Xc-R sin s
= 41,611 -180 sin 6,631
= 20,824 m

P = Yc-R (1-cos s)


= 0,056- 180 (1-cos s)
= 0,403 m

Tt = (R+P) tan 1/2 ∆1+ K


= (180+0,867)tan 1/2 ∆ +20,824
= 150,85

Et = (R+P)sec 1/2 ∆ - R
= 42,379 m

L = 2 x Ls + Lc
= 266,5 m

2. Tikungan 2
∆1 = 57,529 °
R min = 75,71 m
Vr = 50 Km/jam
Rr = 180,00 m
en = 0,02
C = 0,5 m/detik3

Dari tabel Panjang Minimum Spiral dan Kemiringan Melintang diperoleh nilai :
e = 0,067
Ls = 40,00 m

Ls min = 0,022xVr3 - 2,727 x Vr.e


R.C C

= 0,022 x 503 - 2,727 x 50 x 0,067 = 12,285 m


180 x 0,5 0,5

Dari tabel Daftar Standar Perencanaan Alinemen didapat :


B = 3,5 m

Ls = Vr/36 x T
41,667
1 = 1
m 200

1 = (e - en ). B
m 1/m
= (0,067 - 0,02).3,5
1/200
= 32,9 m

Dari Ls(10, Ls(2), Ls(3) dipilih yang terbesar Jadi LS = 41,667 m

s = 90.Ls
. R
90 x
= 41,667
. 180
= 6,631°

c = ∆1-2.s
57,529 x 2 6,631
= 44,266°

Lc = c.2.R =44,266.2.
360 360
= 139,0665 m
Diketahui Lc min = 20 m
Lc > Lc Min, jadi tikungan yang dipakai tipe S-C-S

Xc = Ls - Ls3
40.R2
= 41,667 - 41,667x4,667 x41,6667
40 x R2
= 41,611 m

Yc = Ls 2
6.R
= 1736,11
1080
= 1,608 m

K = Xc-R sin s
= 60,726 – 180 sin 6,631
= 20,824 m

P = Yc-R (1-cos s)


= 0,056 - 180(1-cos s)
= 0,403 m

Tt = (R+P) tan 1/2 ∆1+ K


= (180+0,867)tan 1/2 ∆ + 20,824
= 119,86

Et = (R+P)sec 1/2 ∆ - R
= 25,797 m
L = 2 x Ls + Lc
= 222,4 m
3. Tikungan 3
∆1 = 57,529 °
R min = 75,71 m
Vr = 50 Km/jam
Rr = 180,00 m
en = 0,02
C = 0,5 m/detik3
Dari tabel Panjang Minimum Spiral dan Kemiringan Melintang diperoleh nilai :
e = 0,072
Ls = 180,73 m

Ls min = 0,022xVr3 - 2,727 x Vr.e


R.C C

= 0,022 x 503 - 2,727 x 50 x 0,067 = 10,921 m


180 x 0,5 0,5

Dari tabel Daftar Standar Perencanaan Alinemen didapat :


B = 3,5 m

1 = 1
m 200

1 = (e + en ). B
m 1/m
= (0,067 + 0,02).3,5
1/200
= 64,4 m

180,7
Dari Ls(10, Ls(2), Ls(3) dipilih yang terbesar Jadi LS = 3 m

s = 90.Ls
. R
= 90 x 60,9
. 180
= 28,764°

c = ∆1-2.s
57,529 x 2. 28,764
= 0,00°

Lc = c.2.R
360
= 0,00
Diketahui Lc min = 20 m
Lc< Lc Min, jadi tikungan yang dipakai tipe S-S
Dihitung ulang

s = ∆
2
= 57,529
2,000
= 28,764°

Lc = s.2.R
90
= 361,46 m

Xs = Ls - Ls3
40.R2
= 176 m

Ys = Ls2
6.R
= 30,245 m

K = Xs - R Sin s
= 89,559 m

P = Ys - R (1 - Cos s)
= 8,034 m
Tt = (R + P) tan 1/2 ∆ + K
= 192,78 m

Et = (R+P) sec 1/2 ∆ - R


= 34,502 m

L = 2 x Ls
= 361,464 m
4. Tikungan 4
∆1 = 40,601 °
R min = 75,71 m
Vr = 50 Km/jam
Rr = 180,00 m
En = 0,02
C = 0,5 m/detik3
Dari tabel Panjang Minimum Spiral dan Kemiringan Melintang diperoleh nilai :
e = 0,072
Ls = 127,55 m

Ls min = 0,022xVr3 - 2,727 x Vr.e


R.C C

10,92
= 0,022 x 503 - 2,727 x 50 x 0,067 = 1 m
180 x 0,5 0,5

Dari tabel Daftar Standar Perencanaan Alinemen didapat :


B = 3,5 m

1 = 1
m 200

1 = (e + en ). B
m 1/m
= (0,067 + 0,02).3,5
1/200
= 64,4 m

Dari Ls(10, Ls(2), Ls(3) dipilih yang terbesar Jadi LS = 127,55 m


s = 90.Ls
. R
= 90 x 60,9
. 180
= 20,301°

c = ∆1-2.s
40,601 x2 20,292
= 0,00 M
Lc = c.2.R
360
= 0,00
Diketahui Lc min = 20 m
Lc< Lc Min, jadi tikungan yang dipakai tipe S-S
Dihitung ulang

s = ∆
2
= 40,601
2,00
20,30
= 1 °

Lc = s.2.R
90
= 255,11 M

Xs = Ls - Ls3
40.R2
= 126 M

Ys = Ls2
6.R
= 15,065 M

K = Xs - R Sin s
63,50
= 1 M

P = Ys - R (1 - Cos s)
= 3,884 M
Tt = (R + P) tan 1/2 ∆ + K
131,5
= 2 M

Et = (R+P) sec 1/2 ∆ - R


16,06
= 2 M

L = 2 x Ls
= 255,105 M

Hasil Perhitungan :
Hasil Tikungan 1 Tikungan 2 Tikungan 3 Tikungan 4
Өc 58,302 ̊ 44,266 ̊ 0,00 ̊ 0,00 ̊

Ts 150,85m 119,86 m 192,78m 131,52 m

Es 42,950m 25,797 m 34,502 m 16,062 m

Lc 183,162m 139,065 m 361,46 m 255,11 m

D 424,624m 447,213m 583,095 m 447,213 m

ɑ 63,434 ̊ 120,9 ̊ 63,434 ̊ 104,036 ̊

β 71,565 ̊ 57,529 ̊ 57,529 ̊ 40,601 ̊

Өs 6,631 ̊ 6,631 ̊ 28,764 ̊ 20,301 ̊

K 20,824m 20,824m 89,559m 63,501m

P 0,403m 0,403 8,034 3,884

Nilai Ls terdapat di tabel yaitu 41,67

Perhitungan Stasioning
Tikungan A1
Sta A = 0+000 m
Sta Ts1 = Sta A +( DA1-A– Ts1)
= (0+000) + 424,26– 150,85
= 0 + 273,41 m
STA Sc1 = Sta Ts1 + Ls
= 0 + (273,41 + 41,667)
= 0 + 315,08 m
STA I = STA A+DA1
= 0+ (000+424,264)
= 0+ 424,264m
STA CS1 = STA SC1+LCD1
= 0+ (315,08+183,162)
= 0+ 498,242 m
STA ST1 = STA CS1+LS
= 0+ (498,242 +41,67)
= 0+ 539,912 m

Tikungan A2
STA B = STA I
= 0+ 424,264 m
STA TS2 = STA St1 +(DA2- TS1 -TS2)
= 0+ (539,912+447,213-150,85-129,72)
= 0+ 706,555 m
STA SC2 = STA TS2+LS
= 0+ (706,555+41,67)
= 0+ 748,225 m
STA II = STA B+DA2
= (0+ 424,264) + 447,213
= 0+ 871,447 m
STA CS2 = STA SC2+LCD2
= (0+ 748,225) +119,867
= 0+867,964 m
STA ST2 = STA CS2+LS
= (0+ 867,964 ) +41,67
= 0+ 909,634 m
Tikungan A3
Sta C = STA II
= 0 + 871,447 m
Sta Ts3 = Sta St2 + DA3-A2 – (Ts3 + TS2)
= (0 + 909,634) + 583,095 - (192,78 + 129,72)
= 1 + 170,229 m
Sta Sc3 = Sta Ts3 + Ls
= (1 + 170,229) + 41,67
= 1 + 211,899 m
STA III = STA ST2 + DA3 – TS3
= (0+ 909,634) + 583,095 - 192,78
= 1 + 299,949 m
Sta Cs3 = Sta Sc3 + Lc
= (1 + 211,899) + 361,36
= 1 + 573,259 m
Sta St3 = Sta Cs3 + Ls
= (1 + 573,259 ) + 41,67
= 1 + 614,929 m

Tikungan A4
Sta D = Sta III
= 1 + 299,949 m
Sta Ts4 = Sta St3 + DA4-A3 – (Ts4 + TS3)
= (1 + 614,929) + 447,213 – (131,52 + 192,78)
= 1 + 737,842 m
Sta Sc4 = Sta Ts4 + Ls
= (1 + 737,842) + 41,67
= 1 + 779,512 m
STAIV = STA ST3 + DA4 – TS4
= (1 + 614,929) + 447,213 - 131,52
= 1 + 930,622 m
Sta Cs4 = Sta Sc4 + Lc
= (1 + 779,512) + 255,11
= 2 + 034,622 m
Sta St4 = Sta Cs4 + Ls
= (2 + 034,622) + 41,67
= 2 + 076,292 m

Sta D = Sta IV
= 1 + 930,622 m
STAV = STA ST4 + DA1 – TS4
= (2 + 076,292) + 424,26 - 131,52
= 2 + 369,032 m

3.5 Jarak Pandang

a. Jarak Pandang Menyiap/Mendahului (JPM)


1. JPM adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan mendahului
kendaraan lain di depannya dengan aman sampai kendaraan
tersebut kembali ke lajur semula.
2. Diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah
105 cm dan tinggi halangan adalah 105 cm.

3. Dalam satuan meter ditentukan sebagai berikut :

JPM = D1 + D2 + D3 + D4

Dimana :

D1 = Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m) dengan

a⋅t1
rumus :
(
0,278⋅t1⋅ V −m+
2 )
0,278 = nilai konversi dari km/jam → m/dtk

t1 = waktu tanggap (2,5 dtk)

V = kec. rata – rata kendaraan yang menyiap (km/jam)

m = perbedaan kecepatan V2 – V1 (15 km/jam)

a = percepatan rata – rata (bergantung kec. rencana)

= diambil 2,26 – 2,36 km/jam/dtk.

D2 = Jarak yang ditempuh selama mendahului sampai


kembali kelajur semula (m)

dihitung dengan rumus : 0,278×V ×t2

V = kec. rata – rata kendaraan yang menyiap (km/jam)

t2 = waktu kendaraan dijalur kanan → 9,3–10,4 detik.

D3 = jarak bebas kendaraan/jarak antara kendaraan yang


mendahului dengan kendaraan yang datang dari

arah berlawanan setelah proses mendahului selesai.

besarnya diambil 30–100 m.

D4 = jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang dating

Dari arah berlawanan, yang besarnya diambil sama

dengan 2/3 D2.

Maka :

JPM = d1+d2+d3+d4

 t1 =2,12+0,026V
=2,12+0,026(50)
=3,42

 t2 =6,56+0,048V
=8,96

 a =2,052+0,0036V
=2,232

a⋅t1
 d1 =
(
0,278⋅t1⋅ V −m+
2 )
 d2 =0,278Vt2
=124,544

2 ,232×3 , 420
D1 =
(
0 , 278×3 , 420× 50−15+
2 )
=51, 166
m

D2 = 0,278×50×8 , 960=124 .544 m

D3 = diambil 50 m

2
×124 , 544=83. 029
D4 = 3 m

JPM = D1 + D2 + D3 + D4

= 51,166 + 124 .544 + 50 + 83 . 029 m

= 308,739 m

b. Jarak Pandang Henti (JPH)


JPH adalah panjang jalan minimum yang diperlukan pengemudi
untuk menghentikan kendaraannya pada saat yang diperlukan, misalnya
pada saat melihat penghalang pada lintasannya sesuai dengan kecepatan
rencana.JPH ini merupakan hal yang penting untuk keamanan dan
kenyaman pengemudi.

JPH terdiri dari 2 komponen jarak yaitu :

1. Jarak yang dilintasi kendaraan sejak saat pengemudi melihat suatu


objek yang menyebabkan ia harus berhenti sampai ia menginjak
rem (disebut jarak tanggap).
2. Jarak yang dilintasi selama pengereman sampai berhenti (jarak
rem).
JPH diukur dari sumbu lajur sebelah dalam.

Rumus yang digunakan :


2
V
V ( )
3,6
D =
( )
3,6
×t+
( 2×g×f )

Keterangan :

D = JPH minimum (m)

V = kec. (km/jam)

t = (waktu tanggap) (2,5 dtk)

g = percepatan gravitasi (9,8 m/dtk2)

f = koefisien gesek membujur (0,3 – 0,4)

Maka :

50 2
50 ( )
3,6
D =
( )
3,6
×2,5+
( 2×9,8×0 ,313 )

= 66.166 m

Tabel jarak pandang henti minimum menurut AASH TO ‘90

d d
Kecepata Kecepatan D
Perhitunga Perhitungan
n Rencana Jalan Tan design
n untuk Vr untuk Vj
(km/jam) (km/jam) (m)
(m) (m)

30 27 0,4 29,71 25,94 25-30

40 36 0,375 44,6 38,63 40-45

50 45 0,35 62,87 54,05 55-65

60 54 0,33 84,65 72,32 75-85

70 63 0,313 110,28 93,71 95-110

80 72 0,3 139,59 118,07 120-140


100 90 0,285 207,64 174,44 175-210

120 108 0,28 285,87 239,06 240-285

1.3.2 Penentuan Ruang Bebas Samping Trase


Diketahui : JPH = 66,17 m

Rc = 180 m

 Penentuan L total
L total A1 = Lc1 + 2 Ls

= 183,162 + 2(40)
= 263,162 m

Ltotal A2 = LC2 + 2 Ls

= 139,065 + 2(40)

= 219,065 m

Ltotal A3 = LC3 + 2 Ls

= 361,46 + 2(40)

=358,137 m

L total A4 = LC4 + 2 Ls

= 255,11 + 2(40)

= 270,643 m

L total A1 > JPH

L total A2 > JPH

L total A3 > JPH

L total A4 > JPH

Maka, R’ dan E untuk tikungan A1 dan A2 dan A3 dan A4

R’ = Rc – ¾ LL

= 180 – ¾ 7
=174,75 m

28,65 . JPH
E=R' (1−cos )
R'

28,65 ×66,17
E=174,75(1−cos )
174,75

E = 3,1255 m

1.3.3 Perhitungan Perlebaran Perkerasan di Tikungan


Pelebaran perkerasan di tikungan dimaksudkan untuk mempertahankan
konsistensi geometrik jalan agar kondisi operasional lalu lintas di tikungan sama
dengan di bagian lurus.

Pelebaran jalan di tikungan mempertimbangkan :

a. Kesulitan pengemudi untuk menempatkan kendaraan tetap pada


lajurnya.
b. Penambahan lebar (ruang) lajur yang dipakai saat kendaraan
melakukan gerakan melingkar. Dalam segala hal pelebaran ditikungan
harus memenuhi gerak perputaran kendaraan rencana sedemikian
sehingga proyeksi kendaraan tetap pada lajurnya.
Perhitungan pelebaran jalan ditikungan trase A dihitung sebagai berikut :

Di dilewati truk :

Ri = RC – (0.25 x lebar jalur)

= 180 – (0.25 x 7)

= 178,250 m

Rc = Ri + 1.25

= 178,250 + 1.25

= 179,500 m

- Dilewati truk
B = √ ¿ ¿ - √ Rc2−64
= √ ¿ ¿ – √ 179.5002−64
= 180,749-179,322

= 1,427 m

Lebar tambahan akibat kesukaran pengemudi di tikungan

0,105V
Z =
√ Rc
0,105 x 50
=
√ 179.500

= 0,3919 m

Lebar total perkerasan di tikungan :

Dilewati truk :

Bt = n ( B + c) + ᵶ

= 4 (1,427 + 1) + 0,3919

= 10,100 m

Tambahan perkerasan di tikungan (∆ b ¿

Dilewati truk :
∆ b=Bt−Bn
= 10,100 – 7
= 3,100 m > 0,6

A. Perhitungan Alinemen Horizontal


1. Elevasi Tiap Titik

A 72

72 + 72 = 72.000
1
2

2 72 + 72 = 72.000
2

73,810 + 72,960 = 73.385


3
2

72,885 + 73,627 = 75.226


4
2

75,539 + 74,912 = 75.221


5
2

75,132 + 75,309 = 75.392


6
2

74,909 + 75,875 = 75.448


7
2

74,876 + 76,100 = 75.497


8
2

74,943 + 76,051 = 75.383


9

74,912 + 75,785 = 75.362


11
2

74,536 + 76,188 = 76.197


12
2
76 + 76,393 = 77.198
13
2

77,875 + 76,522 = 77.213


14
2

77,651 + 76,776
15 = 77.214

78 + 78 = 78.000
16
2

78,663 + 79,438 = 79.050


17
2

80 + 80 = 80.000
18
2

80 + 80 = 80.000
19
2

80 + 80 = 80.000
20
2

80 + 80 = 80.000
21
2

80 + 80 = 80.000
22
2

23 80 + 80 = 80.000
2

80 + 80 = 80.000
24
2

80 + 80
25 = 80.000

80 + 80 = 80.000
26
2

80 + 80 = 80.000
27
2

80 + 80 = 80.000
28
2

80 + 80 = 80.000
29
2

80 + 80 = 80.000
30
2

83,401 + 81,308 = 82.354


31
2

83,156 + 83,802 = 83,479


32
2

82,546 + 82,647 = 82.597


33
2
82,160 + 83,642 = 82.901
34
2

82,133 + 82,172
35 = 82.152

82,272 + 83,843 = 83.058


36
2

82,288 + 83,330 = 82.809


37
2

82,160 + 83,325 = 82.742


38
2

83,770 + 83,325 = 83.547


39
2

82,801 + 82 = 82.400
40
2

82,029 + 82 = 82.014
41
2

82 + 82 = 82.000
42
2
82 + 82
43 = 82.000

82 + 82 = 82.000
44
2

83,462 + 82,068 = 82.765


45
2

82,089 + 83,854 = 82.972


46
2

82,296 + 83,423 = 82.860


47
2

82,192 + 83,386 = 82.789


48
2

82,012 + 83,667 = 82.840


49
2

83,532 + 84 = 83.766
50
2

82,121 + 84 = 83.060
51
2

52 80 + 78,470 = 79.235
2

80 + 78,617 = 79.309
53
2

79,785 + 78,609 = 79.197


54
2

78 + 78
55 = 78.000

76,387 + 77,787 = 77.087


56
2

75,720 + 77,029 = 76.375


57
2

73,536 + 77,299 = 75.418


58
2

72,007 + 77,758 = 74.883


59
2

77,784 + 76,921 = 77.353


60
2

77,326 + 77,480 = 77.403


61
2
76,132 + 78 = 77.066
62
2

78 + 78 = 78.000
63
2

78 + 78 = 78.000
64
2

78.000
78 + 78
65 =

78 + 78 = 78.000
66
2

78 + 78 = 78.000
67
2

78 + 78 = 78.000

68 2

79,753 + 78,504 = 79.129

69 2

80,415 + 78,195 = 79.305

70 2
81,770 + 80,553 = 81.161

71 2

83,918 + 82,810 = 83.364

72 2

73 84,359 + 84,608 = 84.484

88,723 + 86,698 = 87.711

74 2

94,206 + 90,839
= 92.523

75 2

96 + 95,321 = 95.661

76 2

77 95,621 + 95,672 = 95.647


77 95,621
2
78 90,375 + 93,030 = 91.702

2
2. Klasifikasi Medan
72 - 72 = 0
1
50

72 - 72 = 0
2
50

72,960 - 73,810 = 2,126


3
50

73,627 - 72,885 = 1,854


4
50

74,912 - 75,539 = 1,568


5
50

75,309 - 75,132 = 0,440


6
50

75,875 - 74,909 = 2,417


7
50

8 76,100 - 74,876 = 3,061


25

76,051 - 74,943 = 2,772


9
25

75,851 - 74,916 = 2,339


10
25

75,785 - 74,912 = 2,183


11
25

76,188 - 74,536 = 4,129


12
25

76,393 - 76,000 = 0,983


13
25

76,522 - 77,875 = 3,383


14
25

76,776 - 77,651 = 2,186


15
25

78 - 78
16 = 0

25

79,438 - 78,663 = 1,938


17
25

80 - 80 = 0
18
25

 
80 - 80 = 0
19
25

80 - 80 = 0
20
50

80 - 80 = 0
21
50

80 - 80 = 0
22
50

80 - 80 = 0
23
50

80 - 80 = 0
24
25

80 - 80 = 0
25
25

80 - 80 0
26 =

25

80 - 80 = 0
27
25

80 - 80 = 0
28
25

80 - 80 = 0
29
25
80 - 80 = 0
30
25

81,308 - 83,401 = 5,231


31
� 25

83,802 - 83,156 = 1,614


32
25

82,647 - 82,546 = 0,251


33
25

83,642 - 82,160 = 3,707


34
25

82,172 - 82,133 = 0,095


35
25

83,843 - 82,272
36 = 3,928

25

83,330 - 82,288 = 2,605


37
25

83,325 - 82,160 = 2,914


38
25

83,325 - 83,770 = 1,112


39
25

40 82 - 82,801 = 2,002
25

82 - 82,029 = 0,072
41
25

82 - 82 = 0
42
25

82 - 82 = 0
43
25

82 - 82 = 0
44
25

82,068 - 83,462 = 3,484


45
25

83,854 - 82,089
46 = 4,414

25

83,423 - 82,296 = 2,816


47
25

83,386 - 82,192 = 2,984


48
25

83,667 - 82,012 = 4,136


49
25

84 - 83,532 = 1,171
50
25
84 - 82,121 = 4,698
51
25

78,470 - 80 = 3,826
52
50

78,617 - 80 = 3,457
53
50

78,609 - 79,785 = 2,938


54
50

78 - 78 = 0
55
50

77,787 - 76,387 3,499


56 =

50

77,029 - 75,720 = 3,273


57
50

77,299 - 73,536 = 9,407


58
50

77,758 - 72,007 = 14,377


59
25

76,921 - 77,784 = 2,155


60
25

77,480 - 77,326 = 0,386


61
25
78 - 76,132 = 4,670
62
25

78 - 78 = 0
63
25

78 - 78 = 0
64
25

78 - 78 = 0
65
25

78 - 78 0
66 =

25

78 - 78 = 0
67
25

78 - 78 = 0

68 25

78,504 - 79,753 = 3,122

69 25

78,195 - 80,415 = 5,551

70 25

80,553 - 81,770 = 3,040

71 25

72 832,810 - 83,918 = 2,770


25

84,608 - 84,359 = 0,622

73 25

86,698 - 88,723
50 = 5,063

74 25

90,839 - 94,206 = 8,418

75 50

76 95, 321 - 96 = 1,697

50

77 95,621 - 95,621 = 0.129

78 95,621 - 90,375 = 6,637


Klasifikasi medan A – B = 5029,558
64

= 2,098%

Tabel 5.1. Klasifikasi Medan

Kemiringan Medan ( % ) Jenis Medan

<3 Datar (D)


3 – 25 Perbukitan (B)
> 25 Pegunungan (G)

Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Bina


Marga,1997

Data Detail Alinyemen Vertikal


  Stasioning Elevasi
A 0 72,73

PPV1 450 76,46

PPV2 650 80.00

PPV3 1350 81.32

PPV 4 1575 77.32

PPV 5 1725 78.00

PPV 6 2100 78.72

B 2150 79.77

3.4.2.1 Perhitungan Kelandaian :


Elv . PPV 1−Elv . PPV A
+g1 = .100 %
STA PPV 1−STA A

76,640−72,730
= .100 %
450−0

= 0,829 %
Elv . PPV 2−Elv . PPV 1
+g2 = STA PPV 2−STA PPV 1 .100 %

80,00−76,640
= .100 %
650−450

= 1,770 %
Elv . PPV 3−Elv . PPV 2
+g3 = STA PPV 3−STA PPV 2 .100 %

81,320−80,00
= .100 %
1350−650

= 0,189 %
Elv . PPV 4−Elv . PPV 3
+g4 = STA PPV 4−STA PPV 3 .100 %

77,320−81,320
= .100 %
1575−1350

= 1,778 %
Elv . PPV 5−Elv . PPV 4
+g5 = .100 %
STA PPV 5−STA 4

78,00−77,320
= .100 %
1725−1575

= 0,453 %
Elv . PPV 6−Elv . PPV 5
+g6 = STA PPV 6−STA PPV 5 .100 %

78,720−78,00
= .100 %
2100−1725

= 0,192 %
Elv . PPV B−Elv . PPV 6
+gB = STA PPVB−STA PPV 6 .100 %

79,770−78,720
= .100 %
2150−2100

= 2,100%
3.4.2.2 Perhitungan Detail Alinyemen Vertikal

STA PPV 1 = √ (elv . ppv 1 – elv . ppvA )2 +(sta . ppv 1 – sta . ppvA)2

=
√(76.142−72.37)2 +(450−0)2
= 450.0158 m

STA PPV 2 = √ (elv . ppv 2 – elv . ppv 1)2 +( sta . ppv 2 – sta . ppv 1)2

= √ (79.57−76.142)2 +(650−450)2

= 200.0294 m

STA PPV 3 = √ (elv . ppv 3 – elv . ppv 2)2+(sta . ppv 3 – sta. ppv 2)2

= √ (80.86−79.57)2 +(1350−650)2

= 700.0011 m

STA PPV 4 = √ (elv . ppv 4 – elv . ppv 3)2+(sta . ppv 4 – sta . ppv 3)2

= √ (79.741−80.86)2+(1575−1350)2

= 225.0028 m

STA PPV 5 = √ (elv . ppv 5 – elv . ppv 4 )2+(sta . ppv 5 – sta. ppv 4 )2

= √ (78−77,320)2+(17251575)2

= 150,002 m

STA PPV 6 = √ (elv . ppv 6 – elv . ppv 5)2+(sta. ppv 6 – sta . ppv 5)2

= √ (78−77,320)2+(1725−1675)2
= 375.001 m

STA PPV B = √ (elv . ppvB – elv . ppv 6)2+(sta . ppvB – sta . ppv 6)2

= √ (78.96−78.59)2+(2150−2100)2

= 50.0014 m

3.4.2.3 Perubahan Kelandaian

∆ 1=|g 2−g 1|
¿|1.770−0.8382|

= 0.941

∆ 2=|g 3−g 2|
¿|0.19 89−1.770|

= 1.581

∆ 3=|g 4−g 3|
¿|1,778−0.189|

= 1,589

∆ 4=|g 5−g 4|
¿|0,192−0,453|

= 1,324

∆ 5=|g 6−g 5|
¿|0,192−0,453|

= 0,261

∆ 6=|gB−g 6|
¿|2,100−0,192|

= 1,908

3.4.2.4 Lengkung Vertikal (LV)

D = JPH

JPH = 66.166 m
2 ∆1
LV1 =D ×
398

2 0.941
= 66,17 ×
398

= 10,352 m

∆2
LV2 = D2 x
398

1,581
= 66,172x
398

= 17,395 m

∆3
LV3 = D2.
398

1,589
= 66,172x
398

= 17,481 m

∆4
LV4 = D2.
398

1,324
= 66,172x
398

= 14,569 m

∆5
LV5 = D2.
398

0,261
= 66,172x
398

= 2,875 m

∆6
LV6 = D2.
398

19,08
= 66,172x
398

= 20,988 m

3.4.2.5 Perhitungan STA, dan Elevasi PPV, PLV, PTV


PPV 1

a. Jarak PPV1-PPVA = STA PPV1 - STA PPVA


= (Sta 0+450) - ( Sta 0+000)

= 450 m

b. Beda Elevasi (∆ t ¿ = Elv. PPV1 – Elv PPVA


= 76.142 – 72.37

= 3.730

c. X1 = √ (Jarak PPVA−ppv 1)2 −(∆ t 1)2


= √ (450)2−(3.772)2

= 449.984 m
2
g1
d. Kontrol Jarak

= X 12+ ( 100
.X1)
2
= (450)2+( 0.8382 ) x 450 ¿ ¿

= 449,985 m
100

g1
e. Elevasi PPV 1 = Elv. PPVA + ( . X1)
100
0.8382
= 72,37 - ( x 450 )
100

= 69,000 m

f. Sta PPV 1 = Sta PPVA + ( Jarak PPV1 – PPVA )


= (Sta 0 + 000)+( 0 + 450)

= Sta 0+450 m

LV 1 g 1
g. Elv. PLV1 = Elv. PPV 1 – ½ ×
2 100
10,352 0.8382
=69,000 – ½ ×
2 100
= 68,957 m
LV 1
h. Sta PLV 1 = Sta PPV 1 – ½
2
10,352
= Sta 0+450 – ½
2

= Sta 0 + 444,969 m
LV 1 g 2
i. Elv. PTV1 = Elv. PPV 1 + ½ ×
2 100
10,352 1,770
= 76,142+ ½ ×
2 100
= 69,092 m
LV 1
j. Sta PTV1 = Sta PPV1 + ½
2
10,352
= 450 + ½ ( )
2
= Sta 0 + 455,175 m
k. Perhitungan elevasi dan Sta Lengkung
g 1 ×100
X = 2× ∆
100
0,829 ×100
=
2× 0,941/100
= 0,440 m

l. Maka ,
∆1
Elevasi lengkung = ( Elv. PLV1) + ( x –
g1
100
( )
) – 100
2

2 LV 1

= 68,957 + (0,440 -
0,829
100
)– ( 0,941
2 )
2

2.(10,352)

= 69,381 m

Sta Lengkung = Sta PLV1 + x

= 444,824 + (0,440 )

= Sta 0 + 445,264 m

∆1
Ev1 = . LV1
800

0,777
= x (10,352 )
800

= 0,012

PPV 2

a. Jarak PPV2-PPV1 = STA PPV2 - STA PPV1


= (Sta 0+650) - ( Sta 0+450)
= 200,000 m

b. Beda Elevasi (∆ t ¿ = Elv. PPV2 – Elv PPV1


= 78,680-72,921

= 3,540

c. X2 = √ (Jarak PPV 2− ppv 1)2−(∆ t 1)2


= √ (200,000)2−(3,540)2

= 199,969 m
2
g2
d. Kontrol Jarak

= X 22+ ( 100
.X2 )
2
= (199,969)2 +( 1,770 ) x 199,969 ¿ ¿

= 199,937 m
100

g2
e. Elevasi PPV 2 = Elv. PPV1 + ( . X2)
100
1,770
= 72,921 + ( x 199,969 )
100

= 72,921 m

f. Sta PPV 2 = Sta PPV1 + ( Jarak PPV2 – PPV1 )


= (Sta 0 + 450)+( 0 + 200,000)

= Sta 0+650,000 m

LV 2 g 2
g. Elv. PLV2 = Elv. PPV 2 – ½ ×
2 100
17,395 1,770
=72,921– ½ ×
2 100
= 72,767 m
LV 2
h. Sta PLV 2 = Sta PPV 2 – ½
2
17,395
= Sta 0+650,000 – ½
2

= Sta 0 + 641,302 m
LV 2 g 2
i. Elv. PTV2 = Elv. PPV 2 + ½ ×
2 100
17,395 1,770
= 72,921+ ½ ×
2 100
= 72,937 m
LV 2
j. Sta PTV2 = Sta PPV2 + ½
2
17,395
= 650,000 + ½ ( )
2
= Sta 0 + 658,698 m
k. Perhitungan elevasi dan Sta Lengkung
(g 2× 100)/(2 ×∆)
X =
100
(1,770 ×100)/(2 ×1,581)
=
100
= 0,560 m

l. Maka ,
∆2
Elevasi lengkung = ( Elv. PLV2) + ( x –
g2
100
( )
) – 100
2

2 LV 2

1,770 ( 1,581 )
= 72,767 + (0,560 -
100
)– (
2 .(17,395) )²

= 73,306 m

Sta Lengkung = Sta PLV1 + x

= 641,302 + (0,560 )

= Sta 0 + 641,862 m

∆2
Ev2 = . LV2
800

1,581
= x (17,395)
800

= 0,034

PPV 3

a. Jarak PPV3-PPV2 = STA PPV3 - STA PPV2


= ( STA 1+350) - (STA 0+650)

= 700,000 m
b. Beda Elevasi (∆ t ¿ = Elv. PPV3 – Elv PPV2
= 78,680 – 72,921

= 1,320 m

c. X3 = √ (Jarak PPV 3− ppv 2)2−(∆ t 3)2


= √ (700,000)2−(1,320)2

= 699,999 m
2
g3
d. Kontrol Jarak

= X 32 + ( 100
.X3 )
2
1,778

= (699,999)2 +

= 699,998 m
( 100 )
x 699,999 ¿ ¿

g3
e. Elevasi PPV 3 = Elv. PPV2 - ( . X3)
100
1,778
= 72,921 - ( x 699,999 )
100

= 78,680 m

f. Sta PPV 3 = Sta PPV2 + ( Jarak PPV3 – PPV2 )


= (650,000)+(-0,015)

= Sta 1+350,000 m

LV 3 g 3
g. Elv. PLV 3 = Elv. PPV 2 – ½ ×
2 100
17,481 1,778
= 72,921 – ½ ×
2 100
= 78,664 m

LV 3
h. Sta PLV 3 = Sta PPV 2 – ½
2
17,17,481
= 650,000 – ½
2

= Sta 1+341,259 m

LV 3 g 3
i. Elv. PTV 3 = Elv. PPV 2 + ½ ×
2 100
17,481 1,778
= 72,921+ ½ ×
2 100
= 78,835 m
LV 3
j. Sta PTV 3 = Sta PPV2 + ½
2
17,481
= 650,000 + ½ ( )
2
= Sta 1+358,741 m

k. Perhitungan elevasi dan Sta Lengkung


(g 3 ×100)/(2 × ∆3)
X =
100
(1,778 ×100)/(2 ×1,589)
=
100
= 0,059 m

l. Maka ,
∆3
Elevasi lengkung = ( Elv. PLV2) + ( x –
g3
100
( )
) – 100
2

2 LV 3

1,778 ( 1,589 )
= 72,767 + (0,059 -
100
)–(2 .(12,746) )²

= 78,720 m

Sta Lengkung = Sta PLV3 + x

= 1341,259 + ( 0,059 )

= Sta 1 + 341,319 m

∆3
Ev3 = . LV3
800

1,589
= x (17,481)
800

= 0,035

PPV 4

a. Jarak PPV4-PPV3 = STA PPV4 - STA PPV3


= (Sta 1+575) - ( Sta 1+350)

= 225,000 m

b. Beda Elevasi (∆ t ¿ = Elv. PPV4 – Elv PPV3


= 77,321 – 78,680
= -4,000

c. X4 = √ (Jarak PPV 4− ppv 3)2−(∆ t 4)2


= √ (225,000)2−(−4,000)2

= 224,964 m
2
g4
d. Kontrol Jarak

= X4 + 2
100 (
.X4 )
2
= (224,964)2 +( 0,680 ) x 224,964 ¿ ¿

= 224,929 m
100

g4
e. Elevasi PPV 4 = Elv. PPV3 - ( . X4)
100
0,680
= 78,680 - ( x 224,964)
100

= 77,321 m

f. Sta PPV 4 = Sta PPV3 + ( Jarak PPV4 – PPV3 )


= (Sta 1+350) + (0+225,000)

= Sta 1+575,000 m

LV 4 g 4
g. Elv. PLV4 = Elv. PPV 4 – ½ ×
2 100
12,075 1,778
= 77,321– ½ ×
2 100
= 77,191 m

LV 4
h. Sta PLV 4 = Sta PPV 4 – ½
2
14,569
= Sta 1+575,000 – ½
2

= Sta 1+567,716 m

LV 4 g 4
i. Elv. PTV4 = Elv. PPV 4 + ½ ×
2 100
14,569 1,779
= 77,321+ ½ ×
2 100
= 77,354 m
LV 4
j. Sta PTV4 = Sta PPV4 + ½
2
14,569
= 1575,000 + ½ ( )
2
= Sta 1 + 582,284 m

k. Perhitungan elevasi dan Sta Lengkung


(g 4 × 100)/(2 ×∆ 4)
X =
100
¿
=1.778 ×100 ¿/( 2× 1,324) 100
= 0,671 m

l. Maka ,
∆4
Elevasi lengkung = ( Elv. PLV4) + ( x –
g4
100
( )
) – 100
2

2 LV 4

1,778 ( 1,324 )
= 77,321 + (0,671 -
100
)–(2 .(14,569) )²

= 77,849 m

Sta Lengkung = Sta PLV4 + x

= 1567,716 + (0,671)

= Sta 1 + 568,387 m

∆4
Ev4 = . LV4
800

1,324
= x (14,569)
800

= 0,024

PPV 5

a. Jarak PPV5-PPV4 = STA PPV5 - STA PPV4


= (Sta 1+725) - ( Sta 1+575)

= 150,000 m

b. Beda Elevasi (∆ t ¿ = Elv. PPV5 – Elv PPV4


= 78,00 – 77,321

= 0,680
c. X5 = √ (Jarak PPV 5− ppv 4)2−(∆ t 5)2
= √ (150,000)2−(0,680)2

= 149,998 m
2
g5
d. Kontrol Jarak

= X 52 + ( 100
.X5 )
2
= (149,998)2 +( 0,453 ) x 149,998 ¿ ¿

= 149,997 m
100

g5
e. Elevasi PPV 5 = Elv. PPV4 - ( . X5)
100
0,169
= 77,321 - ( x 99,998 )
100

= 76,640 m

f. Sta PPV 5 = Sta PPV4 + ( Jarak PPV5 – PPV4 )


= (Sta 1+575,000)+(150,000)

= Sta 1+725,000 m

LV 5 g 5
g. Elv. PLV5 = Elv. PPV 5 – ½ ×
2 100
0,453
= 76,640 – ½ 2,875 ×
100
= 76,633 m
LV 5
h. Sta PLV 5 = Sta PPV 5 – ½
2
2,875
= Sta 1+725,000 – ½
2

= Sta 1+723,563 m

LV 5 g 5
i. Elv. PTV5 = Elv. PPV 5 + ½ ×
2 100
2,875 0,453
= 76,640 + ½ ×
2 100
= 76,643 m
LV 5
j. Sta PTV5 = Sta PPV5 + ½
2
2,8775
= 1725,000 + ½ ( )
2
= Sta 1+ 726,437 m

k. Perhitungan elevasi dan Sta Lengkung


(g 5 ×100)/(2 × ∆5)
X =
100
¿
=0,453 ×100 ¿ /(2× 0,1908) 100
= 0,867 m

l. Maka ,
∆5
Elevasi lengkung = ( Elv. PLV5) + ( x –
g5
100
( )
) – 100
2

2 LV 5

0,453 ( 0,1908 )
= 76,621 + (0,666 -
100
)– (
2 .(5,616) )²

= 77,308 m

Sta Lengkung = Sta PLV5 + x

= 1723,563 + (0,867)

= Sta 1+ 7724,430 m

∆5
Ev5 = . LV5
800

0,261
= x (2,875)
800

= 0,001

PPV 6

a. Jarak PPV6-PPV5 = STA PPV6 - STA PPV5


= (Sta 2+100) - ( Sta 1+ 725)

= 375,000 m

b. Beda Elevasi (∆ t ¿ = Elv. PPV6 – Elv PPV5


= 77,280 – 76,640
= 0,720

c. X6 = √ (Jarak PPV 6−ppv 5)2−( ∆ t 6)2


= √ (375,000)2−(0,720)2

= 374,999 m
2
g6
d. Kontrol Jarak

= X6 +2
100(. X6 )
2
= (374,999)2 +( 0,192 ) x 374,99 ¿ ¿

= 374,999 m
100

g6
e. Elevasi PPV 6 = Elv. PPV5 - ( . X6)
100
3,710
= 76,40 - ( x 424,999 )
100

= 77,280 m

f. Sta PPV 6 = Sta PPV5 + ( Jarak PPV6 – PPV5 )


= (Sta 1 + 675)+( 0 + 425,000)

= Sta 2+100 m

LV 6 g 6
g. Elv. PLV6 = Elv. PPV 6 – ½ ×
2 100
21,236 2,100
=77,280– ½ ×
2 100
= 77,262 m
LV 6
h. Sta PLV 6 = Sta PPV 6 – ½
2
20,988
= Sta 2 + 100,000 – ½
2

= Sta 2 + 089,506 m

LV 6 g 6
i. Elv. PTV6 = Elv. PPV 6 + ½ ×
2 100
21,236 2,100
= 77,280 + ½ ×
2 100
= 77,503 m
LV 6
j. Sta PTV6 = Sta PPV6 + ½
2
20,988
= 2100,000 + ½ ( )
2
= Sta 2 + 110,494 m

k. Perhitungan elevasi dan Sta Lengkung


(g 6 ×100)/(2 × ∆)
X =
100
(2,100 ×100)/(2 ×1,908)
=
100
= 0,050 m

l. Maka ,
∆6
Elevasi lengkung = ( Elv. PLV6) + ( x –
g6
100
( )
) – 100
2

2 LV 6

2,100 ( 1,908 )
= 77,262 + (0,044 -
100
)–(2 .(20,988) )²

= 77,308 m

Sta Lengkung = Sta PLV1 + x

= 2089,506 + (0,050 )

= Sta 2 + 89,556 m

∆6
Ev6 = . LV6
800

1,908
= x (20,998)
800

= 0,050
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dalam perencanaan jalan yang telah
dikerjakan berdasarkan data yang telah diberikan menghasilkan data-data
yang digunakan sebagai awal dalam pembuatan jalan sebagai berikut:
1. Dalam perencanaan ini ada 1 trase dan
mempunyai 4 tikungan.
2. Masing-masing tikungan mempunyai
karakteristik tersendiri yaitu:
Catatan :
Pada perencanaan jalan ini tipe tikungan yang digunakan adalah spiral-
circle-spiral (S-C-S), dan nilai Өs pada semua tikungan sama, adalah
berturut-turut 6,3662o, Rc dari tabel didapat 180 m dan Ls sebesar 40
a. Tikungan 1, merupakan tikungan dengan tipe Spiral-Circle-Spiral
θs : 6,3662o

Өc : 44,7964o
Ts : 119,006 m
Es : 25,7613 m
Lc : 140,7321 m
b. Tikungan 2, merupakan tikungan dengan tipe Spiral-Circle-Spiral
θs : 6,3662o

Ɵc : 63,2314°

Ts : 160,822 m
Es : 48,8382 m
Lc : 198,6472 m
c. Tikungan 3, merupakan tikungan dengan tipe Spiral-Circle-Spiral
θs :6,3662°

Өc : 32,2676o
Ts : 94,7041 m
Es : 15,2327 m
Lc : 101,3717 m
d. Tikungan 4, merupakan tikungan dengan tipe Spiral-Circle-Spiral
θs : 6,3662°
Өc : 63,2314o
Ts : 160,822 m
Es : 48,8382 m
Lc : 198,6472 m

3. Pada alinyemen vertikal ditentukan 6 PPV


a. PPV1
STA : 0+450
Elevasi rencana : 76,460
b. PPV2
STA : 0+650
Elevasi rencana : 80,000
c. PPV3
STA : 1+350
Elevasi rencana : 81,320
d. PPV4
STA : 1+575
Elevasi rencana : 77,320
e. PPV5
STA : 1+725
Elevasi rencana : 78,000
f. PPV6
STA : 2+100
Elevasi rencana : 78,720

4. Pelebaran perkerasan pada lengkung horizontal


a. Lebar perkerasan yang ditempuh suatu kendaraan
Untuk truk : 1,427 m
b. Lebar tambahan
Z : 0,3919
c. Lebar perkerasan di tikungan
Bt : 7,7461 m
d. Tambahan perkerasan di tikungan
∆b : 0,7461 m
5. Jarak pandang mendahului : 294,479 m
6. Jarak pandang henti : 66,1660 m
7. Ruang bebas samping : 1,4271 m
8. Stasioning

Tikungan A1
Sta A = 0+000 m
Sta Ts1 = Sta A +( DA1-A– Ts1)
= (0+000) + 424,26– 150,85
= 0 + 273,41 m
STA Sc1 = Sta Ts1 + Ls
= 0 + (273,41 + 41,667)
= 0 + 315,08 m
STA I = STA A+DA1
= 0+ (000+424,264)
= 0+ 424,264m
STA CS1 = STA SC1+LCD1
= 0+ (315,08+183,162)
= 0+ 498,242 m
STA ST1 = STA CS1+LS
= 0+ (498,242 +41,67)
= 0+ 539,912 m

Tikungan A2
STA B = STA I
= 0+ 424,264 m
STA TS2 = STA St1 +(DA2- TS1 -TS2)
= 0+ (539,912+447,213-150,85-129,72)
= 0+ 706,555 m
STA SC2 = STA TS2+LS
= 0+ (706,555+41,67)
= 0+ 748,225 m
STA II = STA B+DA2
= (0+ 424,264) + 447,213
= 0+ 871,447 m
STA CS2 = STA SC2+LCD2
= (0+ 748,225) +119,867
= 0+867,964 m
STA ST2 = STA CS2+LS
= (0+ 867,964 ) +41,67
= 0+ 909,634 m
Tikungan A3
Sta C = STA II
= 0 + 871,447 m
Sta Ts3 = Sta St2 + DA3-A2 – (Ts3 + TS2)
= (0 + 909,634) + 583,095 - (192,78 + 129,72)
= 1 + 170,229 m
Sta Sc3 = Sta Ts3 + Ls
= (1 + 170,229) + 41,67
= 1 + 211,899 m
STA III = STA ST2 + DA3 – TS3
= (0+ 909,634) + 583,095 - 192,78
= 1 + 299,949 m
Sta Cs3 = Sta Sc3 + Lc
= (1 + 211,899) + 361,36
= 1 + 573,259 m
Sta St3 = Sta Cs3 + Ls
= (1 + 573,259 ) + 41,67
= 1 + 614,929 m
Tikungan A4
Sta D = Sta III
= 1 + 299,949 m
Sta Ts4 = Sta St3 + DA4-A3 – (Ts4 + TS3)
= (1 + 614,929) + 447,213 – (131,52 + 192,78)
= 1 + 737,842 m
Sta Sc4 = Sta Ts4 + Ls
= (1 + 737,842) + 41,67
= 1 + 779,512 m
STAIV = STA ST3 + DA4 – TS4
= (1 + 614,929) + 447,213 - 131,52
= 1 + 930,622 m
Sta Cs4 = Sta Sc4 + Lc
= (1 + 779,512) + 255,11
= 2 + 034,622 m
Sta St4 = Sta Cs4 + Ls
= (2 + 034,622) + 41,67
= 2 + 076,292 m

Sta D = Sta IV
= 1 + 930,622 m
STAV = STA ST4 + DA1 – TS4
= (2 + 076,292) + 424,26 - 131,52
= 2 + 369,032 m

9. Perhitungan kelandaian
a. g1 : 0,829 %
b. g2 : 1,770 %
c. g3 : 0,189 %
d. g4 : 1,778 %
e. g5 : 0,453 %
f. g6 : 0,192 %
g. g7 : 2,100 %

10. Perhitungan lengkung vertikal (Lv)


a. LV1 = 10,352 m
b. LV2 = 17,395 m
c. LV3 = 17,481 m
d. LV4 = 14,569 m
e. LV5 = 2,875m
f. LV6 = 20,988 m
g. LV7 = 17,712 m

Elevasi PLV1 = 68,957

STA PLV1 = 0 + 444,824

Elevasi PTV1 = 69,092

STA PTV1 = 0 + 455,176

Elevasi PLV2 = 72,767

STA PLV2 = 0 + 641,302

Elevasi PTV2 = 72,937

STA PTV2 = 0 + 658,698

Elevasi PLV3 = 78,664

STA PLV3 = 1 + 341,259

Elevasi PTV3 = 78,835

STA PTV3 = 1 + 358,741

Elevasi PLV4 = 77,191

STA PLV4 = 1 + 567,716


Elevasi PTV4 = 77,354

STA PTV4 = 1 + 582,284

Elevasi PLV5 = 76,633

STA PLV5 = 1 + 723,506

Elevasi PTV5 = 76,643

STA PTV5 = 1 + 726,437

Elevasi PLV6 = 77,260

STA PLV6 = 2 + 089,506

Elevasi PTV6 = 77,500

STA PTV6 = 2 + 110,494

Elevasi PLV7 = 77,484

STA PLV7 = 2 + 141,144

11. Elevasi lengkung


a. x1 = 0,440
b. x2 = 0,560
c. x3 = 0,059
d. x4 = 0,671
e. x5 = 0,867
f. x6 = 0,050

12. Stasiun lengkung


a. STA lengkung 1 = 445,264
b. STA lengkung 2 = 641,862
c. STA lengkung 3 = 1341,319
d. STA lengkung 4 = 1568,387
e. STA lengkung 5 = 1724,430
f. STA lengkung 6 = 2089,556
g. STA lengkung 7 = 2141,796

13. Ev
a. EV1 = 0,012
b. EV2 = 0,034
c. EV3 = 0,035
d. EV4 = 0,024
e. EV5 = 0,001
f. EV6 = 0,051
g. EV7 = 0,036

14. Rata-rata kemiringan medan dan jenis medan


Rata-rata kemiringan medan : 1,044 %
Jenis medan : Datar

Anda mungkin juga menyukai