Anda di halaman 1dari 7

NAMA : JERI HIJRAWAN M

NIM : 5170811067
MATA KULIAH : AGAMA ISLAM

Pertemuan I
Makna, Tujuan, dan Metodologi Islam

Islam merupakan Agama penutup dan sekaligus penyempurna dari agama-


agama sebelumnya, islam adalah agama yang diturunkan dari Allah Swt kepada
umat manusia melalui penutup para Nabi (Nabi Muhammad saw).

Metode dalam memahami Islam harus dilihat dari berbagai dimensi.


Dalam hubungan ini, jika kita meninjau Islam dari satu sudut pandang saja, maka
yang akan terlihat hanya satu dimensi saja dari gejalanya yang bersegi banyak.
Mungkin kita berhasil melihatnya secara tepat, namun tidak cukup bila kita ingin
memahaminya secara keseluruhan. Buktinya ialah Alqur’an sendiri. Kitab ini
memiliki banyak dimensi, sebagiannya telah dipelajari oleh sarjana-sarjana besar
sepanjang sejarah. Satu dimensi, misalnya, mengandung aspek-aspek linguistik
dan sastra Alqur’an. Para sarjana sastra telah mempelajarinya secara terperinci.
Dimensi lain terdiri atas tema-tema filosofis dan keimanan Alqur’an yang menjadi
bahan pemikiran bagi para filosof serta para teologi.

Pertemuan II
Manusia, Tuhan, Agama dan Islam

Hakikat manusia diciptakan oleh Allah SWT hanyalah untuk tunduk


terhadap segala perintahnya. Manusia mempunyai kewajiban untuk menjalankan
perintah Allah Swt yang telah disampaikan oleh para Rosul-nya. Dalam hal ini
manusia menempati posisi sebagai ciptaan dan tuhan sebagai penciptanya dan
oleh sebab itu manusia wajib dan harus tunduk untuk mematuhi perintah dan
larangan sang penciptanya. yang di maksud tunduk dan patuh terhadap
perintahnya adalah tunduk dan patuh dalam beribadah.

Tujuan penciptaan manusia adalah untukcmenjadai khalifah dibumi


manusia diberi akal fikiran untuk mengolah sumber daya yang ada di bumi untuk
dimanfaatkan sebagai kebutuhan manusia untuk hidup.

Pada akhirnya kita dapat menyimpulkan bahwa manusia diciptakan untuk


taat dan patuh pada sang penciptanya, cara manusia patuh dan taat pada
penciptanya adalah dengan melakukan ibadah.

Pertemuan III
Iman, Islam dan Ihsan

Rasulullah mendapat pelajaran penting tentang makna iman, Islam, dan


ihsan dari Malaikat Jibril yang mendatangi beliau dengan menjelma menjadi
manusia.
Secara berurutan, Nabi menjawab pertanyaan Jibril. Apa yang disebut
iman? Nabi menjawab, ”Iman adalah engkau memercayai adanya Allah, para
malaikat, kitab kitab Allah, perjumpaan dengan Allah, para rasul, dan hari
kebangkitan.” Apa yang disebut Islam? Nabi menjawab, ”Islam adalah engkau
menghamba kepada Allah dan tidak menyekutukan Nya, melaksanakan shalat,
membayar zakat, dan berpuasa pada bulan Ramadan.” Apa arti ihsan? ”Engkau
beribadah kepada Allah dengan kondisi seolah olah engkau melihat Nya secara
langsung. Jika tidak, yakinilah bahwa Allah sedang melihatmu,” jawab Nabi. (HR
Bukhari dari Abu Hurairah). Iman, islam (i kecil), dan ihsan adalah kesatuan tak
terpisahkan dalam Islam (i besar).
Iman didahulukan karena ia pokok dan fondasi. Selanjutnya, iman di
dalam hati menjadi tidak bermakna jika tak diimplementasikan dalam tindakan
nyata yang terwujud dalam islam. Keislaman seorang muslim harus dibenarkan
dengan hati (iman) dan dinyatakan dengan perbuatan (islam). Dan, ihsan adalah
peleburan dari iman dan islam.

Pada akhirnya kita dapat menyimpulkan bahwa seseorang tidak akan


melihat Allah (tak mencapai tahap ihsan) jika tidak memercayai wujud Nya
(iman) serta tidak mengamalkan perintah dan larangan Nya (islam). Ihsan diraih
jika iman dan islam telah mengikat satu sama lain dalam diri seorang muslim.
Iman tidak bermakna tanpa islam. Dan islam tanpa iman akan rapuh.

Pertemuan IV
Membangun Paradigma Qur’ani

Paradigma Qurani adalah cara pandang dan cara berpikir tentang suatu
realitas atau suatu permasalahan berdasarkan Al-Quran.

Tujuan diturunkan Al-Quran paling tidak ada tujuh alasan, yaitu:

 meluruskan akidah manusia,


 meneguhkan kemuliaan manusia dan hak-hak asasi manusia,
 mengarahkan manusia untuk beribadah secara baik dan benar kepada
Allah,
 mengajak manusia untuk menyucikan rohani,
 membangun rumah tangga yang sakinah dan menempatkan
posisiterhormat bagi perempuan,
 membangun umat menjadi saksi atas kemanusiaan,
 mengajak manusia agar saling menolong
Pada akhirya kita dapat menyimpulkan, bagi umat Islam kemodernan tetap
harus dikembangkan di atas paradigma Al-Quran. Kita maju bersama Al-Quran,
tidak ada kemajuan tanpa AlQuran. Al-Quran bukan hanya sebagai sumber
inspirasi, tetapi ia adalah landasan, pedoman paradigma dan guide dalam
mengarahkan kemodernan agar dapat menyejahterakan manusia dunia dan akhirat.

Pertemuan V

Ijtihad : Sumber Pengembangan Hukum Islam

Ijtihad adalah sebuah usaha yang sungguh-sungguh, yang sebenarnya bisa


dilaksanakan oleh siapa saja yang sudah berusaha mencari ilmu untuk
memutuskan suatu perkara yang tidak dibahas dalam Al Quran maupun hadis
dengan syarat menggunakan akal sehat dan pertimbangan matang. Namun pada
perkembangan selanjutnya, diputuskan bahwa ijtihad sebaiknya hanya dilakukan
para ahli agama Islam.

Tujuan ijtihad adalah untuk memenuhi keperluan umat manusia akan


pegangan hidup dalam beribadah kepada Allah di suatu tempat tertentu atau pada
suatu waktu tertentu. Orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid

Sumber hukum ada tiga (3) macam yaitu al Qur‟an, Hadits dan Ijtihad.
Ijtihad dibagi atas tiga Iima. Al-Qur‟an dan sunnah keduanya adalah cahaya yang
menerangi kegelapan dan melenyapkan kebingungan. Ijtihad adalah kegiatan
pemikiran yang dicurahkan untuk menarik dan menyimpulkan hukum syariat dari
kedua sumber hukum (Al Qur’an + Hadits) guna menetapkan pengaturan hidup
bermasyarakat

Pada akhirnya kita dapat menyimpulkan bahwa kewajiban ijtihad tidak


berhenti pada masa ‘ulama terdahulu saja, tetapi sebaliknya kesinambungan
kewajiban ijtihad mesti terus terjadi di stiap masa ataupun tempat. Hal ini
mengingat berkembang dan kompleksitas problematika umat dari masa ke masa
yang terus berkelanjutan. Oleh karena itu, ijtihad merupakan solusi dalam
memberikan keseimbangan hidup dengan sinaran wahyu yang terurut.

Pertemuan VI
Ibadah : Aspek Ritual Umat Islam

Ibadah bagi Manusia Manusia sebagai mahkluk ciptaan Allah mempunyai


hukum wajib beribadah kepada Allah, sebagaimana dijelaskan oleh Allah dalam
salah satu firmannya:

Tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-ku [Q.S. al-
dzariyat (56):56]

Secara umum ibadah dalam Islam yaitu : Mendirikan Sholat, Menunaikan


Zakat, Berpuasa pada bulan Ramadhan maupun Puasa Sunnah lainnya, dan
puncaknya menunaikan atau melaksanakan Haji. Kita diciptakan oleh Allah SWT
bukan semata untuk hidup di dunia bukan pula untuk sekedar makan dan minum
apalagi berfoya-foya untuk memenuhi tiap keinginan hawa nafsu kita. Tapi tujuan
hidup kita sebenarnya adalah beribadah kepada-Nya.

Pada akhirnya kita dapat menyimpulkan bahwa Ibadah sebagai aspek


Ritual umat Islam memanglah sangat penting bukan hanya karena sebagai
kewajiban namun juga bisa mewujudkan hubungan antara Hamba dan Tuhannya,
mendidik mental dan melatih diri untuk berdisiplin. Karena kehidupan seseorang
adalah cerminan dari ibadahnya, jika seseorang itu sering menunda ibadahnya
maka segala urusannya pun akan tertunda.
Pertemuan VII

Makanan dan Minuman dalam Islam

Dalam Islam makanan dibagi hanya menjadi dua, yaitu makanan/minuman


Halal dan Haram.

Dalam Islam halal dan haram telah ditentukan dengan jelas, banyak sekali
ayat Al-qur’an dan Al-hadis yang membahas hal tersebut. Dengan demikian,
mengkonsumsi makanan dan minuman yang halal merupakan suatu kewajiban
bagi umat Islam.

Apabila makanan dan minuman kita terjaga dari yang diharamkan Allah,
atau dengan kata lain kita hanya makan mengkonsumsi yang dihalalkan Allah,
niscaya ridho Allah itu tidak mustahil kita peroleh jika kita taat kepada-Nya.
Tetapi sebaliknya, meskipun kita taat, namun kita makan dan minum dari yang
haram yang bukan karena terpaksa, maka akan sia-sialah usaha kita. Untuk itu,
makalah ini disusun untuk mengupas tentang makanan dan minuman yang halal
dan yang haram dalam Islam.

Pada akhirnya kita dapat menyimpulkan bahwa semua jenis makanan apa
saja yang ada di dunia sebenarnya halal untuk dimakan, hampir 98% makanan
Halal dan sisanya 2% adalah Haram atau sangat sedikit, namun terkadang
makanan Halal tersebut bisa saja menjadi Haram karena satu dua hal, misal hewan
yang sudah menjadi bangkai, hewan yang mati tercekik, hewan yang terjatuh atau
terkena pukulan keras dan juga hewan yang mati karena dimangsa hewan buas
lainnya. Semua itu menjadi Haram karena satu hal yaitu hewan yang mati tersebut
tidak disembelih atas nama Allah. Dan juga mulai dari cara mendapatkannya
seperti hasil perjudian, cara mengolahnya dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai