Anda di halaman 1dari 4

Nama : Widya Aulia Maharani

NIM : 220722605588
Offering I

UTS Pendidikan Agama Islam


Tahun 2023
SOAL

1. Jelaskan konsep tauhid dalam islam?


2. Di dalam Alquran, Manusia memiliki banyak nama, jelaskan apa yang dimaksud
dengan nama di bawah ini:
(a) Bani Adam
(b) Al Bashar
(c) Al Insan
(d) Al Annas
3. Apa korelasi Iman, Islam, dan Ikhsan?
4. Sebutkan lima prinsip dalam bermazhab?
5. Sebutkan tiga proses terbentuknya ahlak?

JAWABAN

1) JAWAB :
Dalam ajaran Islam, tauhid berarti keyakinan akan keesaan Allah SWT. Sebagai Tuhan yang
telah menciptakan, memelihara dan menentukan segala sesuatu yang ada di alam semesta
ini. Allah tidak mempunyai sekutu atau serupa. Allah satu dari segi Dzatnya, dengan makna
bahwa tidak ada dzat yang serupa dengan Dzat Allah. Karena Dzat Allah bukanlah benda dan
tidak disifati dengan sifat-sifat benda, karena Allah-lah yang menciptakan seluruh benda
beserta segenap sifat-sifatnya. Allah sudah ada sebelum seluruh ciptaan ini ada. Dengan
demikian, sebagai umat Islam kita hanya berhak meminta dan menyembah kepada Allah
Swt. 

2) JAWAB :
(a) Bani Adam
terbentuk dari dua kata, yaitu Bani dan Adam. Bani adalah anak keturunan Nabi Adam as,
yaitu terlihat dari semua manusia di muka bumi baik yang masih hidup ataupun yang sudah
meninggal, baik umat terdahulu dan umat yang terakhir semua berasal dari Nabi Adam as.
Bani Adam membuktikan bahwa semua manusia itu berasal dari keturunan Nabi Adam as
dan pengakuannya kepada Tuhan. Dan manusia merupakan makhluk yang istimewa daripada
makhluk lain dan dijamin keselamatan jika bertaqwa dan patuh terhadap aturan penciptanya.

(b) Al Bashar
Al-Bashar dapat diartikan bahwa manusia secara umum mempunyai sifat biologis sebagai
makhluk Allah yaitu mempunyai ketergantungan yang sama dengan hewan dan tumbuhan
terhadap alam seperti membutuhkan makanan dari alam, memanfaatkan alam, dan
sebagainya. Dengan demikian
pengunaan kata al-Basyar pada manusia membuktikan persamaan dengan makhluk Allah
lainnya terhadap aspek material atau dimensi alamiahnya
(c) Al-Insan
Kata al-Insan berarti menguatkan karakter manusia sebagai insan, makhluk yang berdimensi
rohani dan jasmani. Ini bisa dipahami dari redaksi Tsumma, oleh para ulama disebut fase
peniupan ruh, yang penyebutannya setelah menjelaskan proses fisik manusia di dalam rahim.
Karena itu term Insan kepada manusia dalam Alquran bisa menunjukkan sifat dan karakter
manusia tersebut sebagai makhluk rohani yang berjasad kasar. Manusia adalah makhluk yang
menjadi (masa depan). Dia terus bergerak menuju kesempurnaan. Karakter "masa depan" ini
memisahkan manusia dari fenomena alam lainnya. Hewan tidak dapat mengubah kondisinya,
sedangkan manusia masih dapat berkembang dan berkembang melalui akal dan pengetahuan.
Pada level ini, manusia mulai terpisah dari binatang. Al-Qur'an sering menghadapkan
manusia dengan jin. Jin adalah roh yang tidak terlihat, sedangkan manusia memiliki "tubuh
kotor" yang nyata dan baik dibandingkan dengan jin. Al-Qur'an menggunakan kata gila untuk
merujuk pada seseorang secara keseluruhan dalam tubuh dan jiwa. 

(d) An-Nas
An-Nas adalah umat yang satu. Dikatakan bahwa konsep An-Nas selalu berkaitan dengan
aktivitas manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup
sendiri atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan
kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung untuk
berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia lainnya. Dalam artian
masyarakat perlu mengutamakan kepentingan bersama dan menjaga keharmonisan dalam
kehidupan bermasyarakat. Inilah inti dari konsep An-Nas itu sendiri. 

3. JAWAB :
Korelasi antara Iman, Islam, dan Ihsan yaitu garis besar dasar ajaran Islam. Konsep iman akan
menciptakan kajian aqidah, konsep Islam menciptakan konsep kajian syariah, dan konsep
ihsan menciptakan konsep kajian akhlak.
Islam merupakan amalan-amalan badaniah atau bersifat lahir yang didalamnya terdiri dari
syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji. Sesorang dapat dikatakan sebagai muslim jika
seseorang melakukan 5 amalan ini. Islam dapat diartikan kepatuhan (taslim), tawaduk,
menerima, tidak menolak, tidak membantah, dan tidak membangkang. Artinya, berserah diri
sepenuhnya hanya kepada Allah SWT.

Iman merupakan amalan batiniah atau bersifat batin yang didalamnya mencakup kepercayaan
terhadap Allah, malaikatNya, kitabNya, para rasulNya, hari akhir, dan takdir. Orang disebut
sebagai mukmin apabila sesorang sudah mencapai derajat keimanan. Setiap muslim belum
tentu mukmin, sebab imannya kemungkinan masih lemah sehingga hatinya tidak meyakini
keimanan dengan sempurna. Sehingga statusnya hanya tergolong muslim saja tidak tergolong
mukmin dengan keimanan yang sempurna.

Ihsan adalah bertakzim dan mengabdikan diri hanya kepada Allah SWT, yang meliputi cara
dan rasa dalam beribadah, dilandasi dengan kesadaran dan keikhlasan, semata-mata karena
Allah, seolah-olah sedang berhadapan dengan Allah. Ihsan sebagai hasil akhir dari sebuah
proses keimanan dan keislaman seseorang. Maka, hubungan antara iman, Islam, dan ihsan
diibaratkan sebagai segitiga sama sisi. Segitiga tersebut tidak akan terbentuk bila ketiga
sisinya tidak saling terkait.

Jadi kesimpulannya Iman, Islam, dan Ihsan merupakan suatu bangunan bagi umat muslim.
Dimana Iman menjadi landasan diri, Islam yang menjadi tiang-tiangnya, dan ihsan sebagai
atapnya. Pondasi (iman) yang kuat akan membantu bangunan (Islam dan ihsan) berdiri tegak
dan kokoh.

4. JAWAB :

5 Prinsip dalam bermazhab yaitu :

1.) Meyakini bahwa madzhab tersebut tidak dijadikan sebgai sarana kawan dan musuh
sehingga dapat memecah belah persatuan kaum muslimin. Jadi tidak boleh seseorang
berprinsip jika orang lain tidak mengikuti madzhab ini. Pengikut hawa nafsu (ahlu bid’ah)
berprinsip bahwa satu orang dijadikan sebagai tolak ukur teman dan lawan. Sedangkan
prinsip dari Ahlus Sunnah yang dijadikan standar wala’ dan baro’ (kawan dan lawan) hanya
dengan mengikuti Al Quran dan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, serta ijma’
(konsensus) para ulama kaum muslimin.

2.) Harus benar benar meyakini bahwa Imam yang diikuti madzhabnya tersebut hanya diaati
karena ia menyampaikan maksud dari agama dan syari’at Allah. Sedangkan yang harus
ditaati sepenuhnya hanyalah Allah SWT dan Rasul-Nya. Oleh karena itu, seseorang tidak
boleh mengambil pendapat imam tersebut karena itu adalah pendapat imamnya. Akan tetapi
yang harus jadi prinsipnya adalah dia mengambil pendapat imam tersebut karena itu yang
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

3.) Tidak boleh seseorang meyakini bahwa setiap muslim wajib mengikuti imam tertentu dan
tidak boleh mengikuti imam lainnya. Jika ada yang meyakini demikian, dialah orang yang
jahil. Namun orang awam boleh baginya mengikuti orang tertentu, akan tetapi tidak
ditentukan bahwa yang diikuti mesti Muhammad, ‘Amr atau yang lainnya.

4.) Menjaga diri agar tidak terjatuh pada hal-hal yang terlarang sebagaimana yang dialami
para pengikut madzhab di antaranya:
- Fanatik buta dan memecah persatuan kaum muslimin..
-Membela madzhab secara overdosis bahkan sampai menggunakan hadits-hadits dhoif agar
orang lain mengikuti madzhabnya.
- Mendudukkan imam madzhab sebagai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
- Berpaling dari Al Qur’an dan As Sunnah karena yang diagungkan adalah perkataan imam
madzhab

5.) Mengikuti Al Quran dan As Sunnah


Prinsip yang benar adalah mengikuti Al Qur’an dan As Sunnah. Selama perkataan imam
madzhab sejalan dengan keduanya, maka barulah perkataan mereka layak diambil.
Sedangkan memaksakan seseorang untuk bermadzhab dengan pendapat salah seorang di
antara mereka, ini adalah menetapkan perintah tanpa adanya dalil.

5. JAWAB :

Tiga Proses terbentuknya akhlak yaitu :


1) Pembiasaan
Akhlak dapat terbentuk melalui proses pembiasaan. Manusia memiliki potensi untuk dididik,
yaitu melalui penglihatan, pendengaran, dan hati sanubari. Kebiasaan bisa terbentuk karena
dilatih, dan dalam pelatiahan dibutuhkan kerja keras. Pembiasaan untuk membentuk akhlak
yang baik, dapat dilakukan dengan cara melatih jiwa kepada tingkah laku yang baik, dan
mengendalikan jiwa untuk menghindari tingkah laku yang tidak baik. Pembentukan akhlak
yang baik dapat dilakukan memlalui langkah langkah sistematik yang mencakup kesadaran
tentang hal baik, pengetahuan tentang perbuatan baik, dan tindakan baik. Pembiasaan dapat
menumbuhkan kekuatan pada diri seseorang untuk melakukan aktivitas tanpa paksaan.

2.) Keteladanan
Akhlak juga dapat terbentuk melalui proses keteladanan. Manusia mempunyai
kecenderungan untuk meniru kebiasaan dan tingkah laku orang-orang di lingkungan
sekitarnya. Pembentukan akhlak yang baik tidak hanya melalui instruksi serta anjuran, tetapi
pemberian contoh teladan yang baik dan nyata dari lingkungan sekitar juga diperlukan.

3.) Refleksi Diri


Proses pembentukan akhlak juga dapat melakui strategi refleksi diri, yaitu selalu melakukan
intropeksi diri atau mawas diri terhadap semua perbuatan baik ataupun buruk dalam setiap
menit, jam, ataupun selama kehidupan ini ada hubungannya dengan Allah dan sesama.
Intropeksi diri ini, harusnya diikuti kesadaran dan tekad untub menmbenahi diri, karena tanpa
adanya kesaaran dan tekad maka akan sukit terbentuk akhlak baik yang konsisten.

Anda mungkin juga menyukai