Dosen Pengampu
Dr. H. ATENG KUSNANDAR ADISAPUTRA, SH,. MM
Disusun oleh:
Aldi Farras 1239230134
I. LATAR BELAKANG
Ajaran Islam yang bersifat universl harus bisa diaktualisasikan dalam kehidupan
individu, masyarakat, berbangsa dan bernegara secara maksimal. Aktualisasi tersebut
tentu terkait dengan pelaksanaan hak dan krwajibannya seseorang kepada Tuhan,
rasulNya, manusia dan lingkungannya. Khusus aktualisasi akhlak ( hak dan kewajiban )
seorang hamba kepada Tuhannya terlihat dari pengetahuan, sikap, prilaku dan gaya
hidup yang dipenuhi dengan kesadaran tauhid kepada Allah SWT, Hal itu bisa dibuktikan
dengan berbagai perbuatan amal shaleh, ketaqwaan, ketaatan dan ibadah kepada Allah
SWT secara ikhlas. Untuk itulah dalam menata kehidupan, diperlukan norma dan nilai,
diperlukan standard an ukuran untuk menentukan secara obyektif apakah perbuatan dan
tindakan yang dipilih itu baik atau tidak, benar atau salah, sehingga yang dilihat bukan
hanya kepentingan diri sendiri, melainkan juga kepentingan orang lain, kepentingan
bersama, kepentingan umat anusia secara keseluruhan. Dan untuk itulah setiap individu
dituntut memiliki komitmen moral, yaitu spiritual pada norma kebajikan dan kebaikan.
III. METODELOGI
Untuk metodologi yang saya gunakan yaitu metode kualitatif, karena untuk
pencarian bahanmaterinya melalui jurnal.
IV. KESIMPULAN
I. LATAR BELAKANG
Fungsi kehadiran manusia di muka bumi adalah sebagai khalifah Allah dan sebagai
hamba Allah. Untuk melaksanakan kedua fungsi ini manusia harus membekali dirinya
secara cukup, terutama bekal ilmu. Dengan bekal inilah manusia dapat memerankan
dirinya dalam rangka membangun hubungan dengan Tuhannya (Khaliq) maupun dengan
sesamanya (makhluq). Cara yang bisa ditempuh adalah melaksanakan seluruh perintah
Allah dan menjauhkan diri dari seluruh larangan-Nya. Inilah konsep takwa dalam Islam
yang dijabarkan dalam tiga kerangka dasar ajaran Islam, yakni aqidah, syariah, dan akhlak.
Ketiga kerangka ajaran ini merupakan satu kesatuan yang saling terkait dan tidak bisa
dipisahkan. Aqidah menjadi fondasi yang menjadi tumpuan berdirinya bangunan syariah
dalam mencapai tujuan akhir akhlak. Karena itu, penerapan akhlak mulia dalam
berhubungan antar sesama manusia tidak bisa dilepaskan dari kerangka aqidah dan
syariah. Ketika orang melakukan hubungan dengan sesamanya, baik dengan dirinya
sendiri, dengan keluarganya, maupun dengan masyarakatnya tetap harus didasari oleh
aqidah dan syariah yang benar, sehingga tercapai akhlak mulia yang sebenarnya.
II. LANDASAN TEORI
Islam yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. memiliki ajaran yang
paling lengkap di antara agama-agama yang pernah diturunkan oleh Allah Swt. kepada
umat manusia. Kelengkapan Islam ini dapat dilihat dari sumber utamanya, al-Quran, yang
isinya mencakup keseluruhan isi wahyu yang pernah diturunkan kepada para Nabi. Isi al-
Quran mencakup keseluruhan aspek kehidupan manusia, mulai dari masalah aqidah,
syariah, dan akhlak, hingga masalah-masalah yang terkait dengan ilmu pengetahuan.
Semua umat Islam harus mendasari keislamannya dengan pengetahuan agama (Islam)
yang memadai, minimal sebagai bekal untuk menjalankan fungsinya di muka bumi ini,
baik sebagai khalifatullah (QS. al-Baqarah (2): 30) maupun sebagai ‘abdullah (QS. al-
Dzariyat (51): 56). Sebagai khalifah Allah, manusia harus memiliki pengetahuan dan
keterampilan mengenai masalah keduniaan, sehingga dapat memfungsikannya secara
maksimal. Sedang sebagai hamba Allah, manusia harus memiliki bekal ilmu agama untuk
dapat mengabdikan dirinya kepada Allah dengan benar. Jika seorang Muslim dapat
membekali dirinya dengan pengetahuan yang cukup, baik pengetahuan umum maupun
pengetahuan agama, dan sekaligus dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari,
maka ia akan menjadi seorang Muslim yang kaffah/utuh (QS. al-Baqarah (2): 208). Untuk
memahami dan mengamalkan ajaran Islam secara mendasar, maka setiap Muslim harus
memahami dan mengamalkan dasar-dasar Islam. Dasar-dasar inilah yang kemudian oleh
sebagian ulama disebut kerangka dasar ajaran Islam. Kerangka dasar ajaran Islam sangat
terkait erat dengan tujuan ajaran Islam. Kerangka ini meliputi tiga konsep kajian pokok,
yaitu aqidah, syariah, dan akhlak. Kalau dikembalikan pada konsep dasarnya, tiga
kerangka dasar Islam ini berasal dari tiga konsep dasar Islam, yaitu iman, islam, dan ihsan
(HR. Muslim). Konsep Akhlak Mulia dalam Islam Akhlak merupakan salah satu dari tiga
kerangka dasar ajaran Islam yang memiliki kedudukan yang sangat penting, di samping
dua kerangka dasar lainnya. Akhlak mulia merupakan buah yang dihasilkan dari proses
penerapan aqidah dan syariah. Ibarat bangunan, akhlak mulia merupakan kesempurnaan
dari bangunan tersebut setelah fondasi dan bangunannya dibangun dengan baik. Tidak
mungkin akhlak mulia ini akan terwujud pada diri seseorang jika ia tidak memiliki aqidah
dan syariah yang baik. Nabi Muhammad Saw. dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan
bahwa kehadirannya di muka bumi ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan
akhlak manusia yang mulia. Misi Nabi ini bukan misi yang sederhana, tetapi misi yang
agung yang ternyata untuk merealisasikannya membutuhkan waktu yang cukup lama,
yakni kurang lebih 23 tahun. Nabi melakukannya mulai dengan pembenahan aqidah
masyarakat Arab, kurang lebih 13 tahun, lalu Nabi mengajak untuk menerapkan syariah
setelah aqidahnya mantap. Dengan kedua sarana inilah (aqidah dan syariah), Nabi dapat
merealisasikan akhlak mulia di kalangan umat Islam pada waktu itu. Kata akhlak yang
berasal dari bahasa Arab akhlaq (yang berarti tabiat, perangai, dan kebiasaan) banyak
ditemukan dalam hadits Nabi Saw. Dalam salah satu haditsnya Rasulullah Saw. bersabda,
“Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (HR.
Ahmad). Sedangkan dalam al-Quran hanya ditemukan bentuk tunggal dari akhlaq yaitu
khuluq. Allah menegaskan, “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang
agung.” (QS. al-Qalam (68): 4). Khuluq adalah ibarat dari kelakuan manusia yang
membedakan baik dan buruk, lalu disenangi dan dipilih yang baik untuk dipraktikkan
dalam perbuatan, sedang yang buruk dibenci dan dihilangkan (Ainain, 1985: 186).
III. METODELOGI
Untuk metodologi yang saya gunakan yaitu metode kualitatif, karena untuk
pencarian bahanmaterinya melalui jurnal
IV. KESIMPULAN
Beberapa bentuk akhlak mulia dan tatacaranya yang dapat dilakukan dalam
rangka pembinaan akhlak antar sesama manusia. Tentu saja uraian ini tidak mencakup
keseluruhan bagian-bagian dari keseluruhan masalahnya. Untuk lebih lanjut silahkan
diikuti uraian-uraian yang lebih luas di literatur lain. Yang terpenting ditegaskan di sini
adalah pembinaan akhlak mulia bukanlah sesuatu yang mudah, tetapi bukan sesuatu yang
tidak mungkin. Artinya sesulit apapun pembinaan akhlak mulia ini bisa dilakukan, Ketika
ada komitmen (niat) yang kuat untuk melakukannya dan didukung oleh usaha keras serta
selalu bertawakkal dan mengharap rido dari Allah Swt. bukan tidak mungkin akhlak mulia
ini akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sikap dan perilaku sehari-hari
I. LATAR BELAKANG
Dalam ajaran Islam akhlak menempati posisi yang sangat vital karena ia
menyangkut hubungan horizontal dan vertikal. Demikian halnya dalam pendidikan Islam
akhlak menjadi pilar di atas pilar lainnya. Penetapan akhlak sangat penting dalam
penetapan tujuan pendidikan, peraktik mengajar, metode, sarana prasarana, nilai-nilai
yang ditanamkan dan seluruh pelaksanaannya. Metode dalam tulisan ini bersipat library
research dikumpulkan dari data-data yang ada. Adapun hasil dari tulisan ini menunjukkan
bahwa akhlak sangat berkontribusi dalam konseptualisasi pendidikan dasar Islam yakni
sebagai berikut; pertama, membantu merumuskan tujuan pendidikan. Kedua, membantu
dalam merumuskan ciri-ciri dan kandungan kurikulum. Ketiga, membantu merumuskan
ciriciri guru profesional. Keempat, membantu merumuskan kode etik dan tata tertib
sekolah. Kelima, menjadikan kegiatan belajar mengajar yang menghasilkan siswa
mempunyai akhlak mulia. Keenam, menciptakan lingkungan pendidikan yang bersih,
tertib, aman, damai, nyaman, suasana belajar yang kondusif. Terealisasinya konsep
tersebut dapat diawali dengan pengajaran seterusnya dilanjutkan dengan pendidikan
pembiasaan, keteladanan, pengamalan, dibarengi contoh, serta penjelasan, pembinaan
hingga akhirnya menjadi karakter.
Posisi akhlak terhadap pendidkan Islam sangat penting dan menjadi pilar di atas
semuanya. Tema ini sangat penting terhadap penetapan tujuan pendidikan, peraktik
mengajar, metode, sarana prasarana, nilai-nilai yang ditanamkan dan seluruh
pelaksanaannya. Karna bisa kita bayangkan ketika akhlak dan nilai-nilai islam tidak
terdapat dalam diri seseorang maka kesemuan pilar-pilar pendidikan yang disebutkan di
atas tidak akan dapat terealisasikan dengan baik. Sebagai contoh ketika seorang kepala
sekolah tidak ada akhlak terhadap Allah dan dirinya dia akan melakukan korupsi terhadap
sarana prasarna. Begitujuga dengan seorang guru ketika dalam dirinya tidak tertanam
nilai-nilai akhlak Islam maka yang ada dalam dirinya hanya sekedar menyampaikan
kewajibannya dengan mengajar saja tanpa memikirkan muridnya paham atau tidak.
Begitujuga korupsi akan selalu meraja lela dalam negeri ini tanpa adanya penanaman
nilai-nilai akhlak keislaman sekalipun pada dasarnya di Indonesia sudah mempelajari
agama mulai dari sejak TK hingga tingkat Universitas. Tentu jika kita berbicara tentang
benang merah pendidikan Islam sangatlah mudah karena, nuansa akhlak merupakan
sumber nilai, dan internalisasi nilai-nilai merupakan salah satu tugas pokok pendidikan
Islam. Dan yang menyebabkan terjadinya seperti contoh di atas karena, pendidikan
internalisasi seperti metode keteladanan, pembiasaan amal, tuntunan, metode targhib
wa tarhib dan cara-cara yang berorientasi pada pembentukan sikap kurang mendapat
porsi. Implikasi pandangan Islam tentang akhlak mewajibkan pendidikan Islam agar
membangun akhlak islamiah pada peserta didik, baik yang menyangkut hubungan dengan
Allah maupun dengan manusia dan sesama makhluk15 . Adapun pengimplikasian akhlak
dalam pendidikan dapat dimulai dari: 1. Pengajaran: artinya memberikan pengajaran
secara konsep yang membahas tentang mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang
benar dan mana yang salah menurut ukuran agama, hingga mereka mampu membedakan
diantaranya. 2. Pembiasaan: setelah memberikan pengajaran pembinaan selanjutnya
dengan cara pembiasaan. Membiasakan hal-hal kebaikan dari sejak usia dini yang
dilakukan secara kontinyu. Dengan pembiasaan hal-hal kebaikan seperti menebar kasih
sayang terhadap sesama, suka menolong teman dalam hal kebaikan, dermawan akan
mendarah daging dan menjadi sebuah karakter ketika nantinya dewasa. 3. Keteladanan:
tercapainya pembinaan akhlak yang baik dapat ditempuh melalui keteladanan. Alangkah
baiknya ketika seorang guru memberikan pengajaran dengan memberikan langsung
keteladanan. Seumpama ketika guru mengajarkan sopan santun gur tersebut dalam
keseharian menunjukkan sopan santun terhadap muridnya. Jika guru menyuruh
mengerjakan sesuatu guru ikut terlibat dalam pekerjaan tersebut. Sebagaimana yang
telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW. 4. Paksaan : dalam hal ini paksaan yang
bentuknya dalam hal kebaikan tanpa menyakiti secara fisik. Paksaan ini bertujuan untuk
membiasakan peserta didik dalam melakukan hal-hal kebaikan yang nantinya setelah
terbiasa merasa tidak dipaksa lagi. Sama halnya ketika seseorang dipaksa untuk membaca
yang pada gilirannya nanti terbiasa membiasa membaca tanpa harus dipaksa lagi. 5.
Hadiah dan hukuman: agar akhlak mahmudah dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari peserta didik yang mengamalkan akhlak baik diberikan hadiah. Baik itu hadiah
berupa materi maupun ungkapan kalimat yang menyenngkan hatinya dan memotivasi
peserta didik lain untuk melakukan akhlak yang baik. Begitupun sebaliknya jika peserta
didik yang melakukan akhlak mazmumah dengan memberikan hukuman yang sifatnya
mengubah perilaku tercela kepada prilaku terpuji.
III. METODELOGI
Untuk metodologi yang saya gunakan yaitu metode kualitatif, karena untuk
pencarian bahanmaterinya melalui jurnal
IV. KESIMPULAN
Pengertian Akhlak sangat luas tidak hanya sekedar baik, buruk, etika dan moral.
Akhlak menyangkut hubungan vertikal dan horizontal. Akhlak bersumber dari wahyu
sedangkan yang lainnya berasal dari pemikiran manusia. Akhlak terbagi: akhlak kepada
Allah, Rasul, diri sendiri, keluarga, lingkungan, alam dan negara.Yang menjadi dasar-dasar
akhlak adalah berupa al-Qur`an dan Sunnah Nabi Muhammad Saw. Serta akal dan nurani
manusia serta pandangan umum masyarakat. Implikasi pandangan Islam tentang akhlak
mewajibkan pendidikan Islam agar membangun akhlak Islamiah pada peserta didik, baik
yang menyangkut hubungan dengan Allah maupun dengan manusia dan sesama makhluk.
Di awali dengan pengajaran dilanjutkan dengan cara pendidikan melalui pembiasaan,
keteladanan, pengamalan, dibarengi contoh, serta penjelasan. Terus dibina demikian
hingga akhirnya menjadi kebiasaan dan karakter.Kontribusi akhlak terhadap pendidikan
dasar Islam ialah:pemahaman tentang akhlak membantu merumuskan tujuan pendidikan,
membantu dalam merumuskan ciri-ciri dan kandungan kurikulum, membantu dalam
merumuskan ciri-ciri guru profesional, membantu merumuskan kode etik dan tata tertib
sekolah, membantu kegiatan belajar mengajar, membantu menciptakan lingkungan
pendidikan yang kondusif.
I. LATAR BELAKANG
Akhlak merupakan sifat yang tumuh did alam diri manusia. Sifat tersebut menyatu
dalam dirinya, sehingga menjadi perilaku kehidupan sehari-hari. Dari akhlak tersebut,
diharapkan manusia mampu mengimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari ke
dalam bentuk akhlak terhadap Allah Swt, akhlak terhadap Rasulullah Saw, akhlak
terhadap diri sendiri, akhlak terhadap keluarga, akhlak terhadap masyarakat, dan akhlak
terhadap lingkungan.
III. METODELOGI
Untuk metodologi yang saya gunakan yaitu metode kualitatif, karena untuk pencarian
bahanmaterinya melalui jurnal
IV. KESIMPULAN
Sebagai bagian akhir dari makalah ini dapat penulis simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan akhlak mahmudah adalah perilaku manusia yang baik dan
disenangi menurut individu maupun sosial, serta sesuai dengan ajaran yang
bersumber dari Tuhan. Akhlak mahmudah dilahirkan oleh sifat-sifat mahmudah
yang terpendam dalam jiwa manusia, demikian pula akhlak madzmumah,
dilahirkan oleh sifat-sifat madzmumah. Macam-macam akhlak terpuji di antaranya
akhlak terhadap Allah Swt. yakni dengan cara menauhidkan Allah, bertobat kepada-
Nya, berhusnuzhan, bertawakal, dan bertadharu kepada-Nya. Akhlak terhadap
Rasulullah Saw. yakni dengan cara mencintainya, mengikuti dan menaati segala
tuntunannya, mengucapkan salawat dan salam kepadanya. Akhlak terhadap diri
sendiri yakni dengan cara senantiasa bersikap sabar, bersyukur, amanat, jujur dalam
segala hal, dan menanamkan sifat malu dalam diri. Kemudian, akhlak terhadap
keluarga yakni dengan cara berbakti kepada kedua orangtua, bersikap baik kepada
saudara, membina dan mendidik keluarga dengan nilai-nilai Islam, dan memelihara
keturunan agar senantiasa berpegang teguh pada ajaran Islam. Akhlak terhadap
masyarakat yakni di antaranya dengan cara berbuat baik kepada tetangga, saling
tolong-menolong dalam kebaikan dan hak, bersikap tawadhu dan tidak sombong,
hormat kepada teman dan sahabat, serta menjaga hubungan silaturahim dengan
kerabat. Dan akhlak terhadap lingkungan yakni dengan cara menjaga kelestarian
alam agar manusia dapat mengambil.